Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpah rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul”Menguraikan defenisi, konsep ekologi dan kesehatan
lingkungan”.Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidaklepas dari bantuan berbagai
pihak untuk dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa didalam proses penulisan makalah ini masih
dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui Landasan Historis / Konsep Dasar Psikoanalisa
b. Mengetahui Hakekat Manusia dalam Pendekatan Konseling
Psikoanalisa
c. Mengetahui Hakekat Konseling dalam Pendekatan Konseling
Psikoanalisa
d. Mengetahui Tujuan Konseling Pendekatan Konseling Psikoanalisa
e. Mengetahui Karakteristik Pendekatan Konseling Psikoanalisa
f. Mengetahui Peran dan Fungsi Konselor dalam Pendekatan Konseling
Psikoanalisa
g. Mengetahui Hubungan Konselor dengan Klien dalam Pendekatan
Konseling Psikoanalisa
h. Mengetahui Tahap Konseling Psikoanalisa
i. Mengetahui Teknik Konseling Psikoanalisa
j. Mengetahui Kelebihan dan Keterbatasan Pendekatan Konseling
Psikoanalisa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Psikoanalisa merupakan suatu system psikologi. Psikoanalisa merupakan
sistem yang paling lengkap yang tersedia.Psikoanalisa mengandaikan
pengalaman individu baik dimasa kini maupun dimasa lampau, baik situasi
individunya maupun situasi sosialnya.Psikoanalisa pada hakikatnya merupakan
sebuah teori kepribadian. Teori kepribadian menurut Freud, menyangkut
tiga hal
1) Struktur kepribadian
Id
Id adalah system kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap
orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan.id kurang terorganisasi,
buta, menuntut, dan mendesak. Id bersifat tidak logis , amoral, dan
disorong oleh suatu kepentingan: memuaskan kebutuhan –
kebutuhan naluriah,
Id adalah sumber segala dorongan; reservasi naluri-naluri. Dengan
kata lain id adalah aspek biologis yang merupakan system
kepribadian yang asli.
Ego
Merupakan Bagian rasional dan dasar dari pikiran, yang membuat
keputusan dan berhadapan dengan realitas dunia luar.Ego adalah
aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk
berhubungan dengan dunia kenyataan.
Secara teoretis, ego lebih mudah menghadapi bahaya-bahaya eksternal
daripada bahaya-bahaya internal. Bahaya eksternal dihadapi
dengan cara menghindar, sementara bahaya internal tidaklah
mungkin ditangani dengangan cara demikian. Guna melindungi
organisme yang mudah menjadi rusak sebagai akibat pemenuhan
atau bahkan kesadaran terhadap dorongan-dorongan internal ini,
suatu ego dikembangkan dengan beragam pertahanan.
Super ego
Merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai
tradisional serta cita-cita masyarakat yang ada di dalam kepribadian
individu.Super ego juga merupakan “moral” (conscience), gudang
peraturan dan larangan berkenaan dengan yang harus anda lakukan
dan tidak anda lakukan. Sikap yang dimiliki seseorang dalam super
ego sebagian besar merupakan internalisasi dari sikap orang tuanya
1. Dinamika kepribadian
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energy psikis itu
didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena
julah energy terbatas, maka terjadi semacam persaingan dalam
menggunakan energy tersebut.
2. Perkembangan kepribadian
Kepribadian berkembang sehubungan dengan empat macam pokok
sebagai sumber ketegangan, yaitu: proses pertumbuhan fisiologis
(kedewasaan), Fermustasi, Konflik, dan Ancaman.
Perekembangan kepribadian anak mempunyai tingkatan yang berbeda-
beda dari sejak lahir sampai berumur 5 tahun, adalah merupakan periode
dasar yang masih belum stabil, maju meningkat pada masa pemuda dan
menuju ketenangan pada masa dewasa.Fase-fase perkembangan tersebut
adalah:
1) Fase oral (0-1 tahun) pada fase ini mulut merupakan daerah pokok
dari pada aktivitas dinamis
2) Fase anal (1-3 tahun) pada fase ini kateksis dan anti kateksis berpusat
pada anal (pembuangan kotoran)
3) Fase Phallis (3-5 tahun) pada fase ini alat kelamin merupkan daerah
erogen terpenting
4) Fase latent (5-13 tahun) pada fase ini implus-implus cenderung untuk
ada dalam keadaan tertekan
5) Fase pubertas (12-20 tahun) Pada fase ini menonjol dan membawa
aktivitas dinamis kembali.
6) Fase geital (20-keatas) Pada fase ini individu telah berubah dari
mengejar kenikmatan, menjadi orang dewasa yang telah
disosialisasikan dengan realitas.
B. Hakekat Manusia
Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak.
Sebagian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak di
sadari.
Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah di peroleh
sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan dirinya.
Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan
untuk meredakan ketegangang, menolak dan kesakitan dan mencari
kenikmatan.
C. Hakekat Konseling
Freud dalam pendapatnya menyatakan bahwa konseling merupakan proses
membantu individu untuk menyadari ketidaksadarannya, dengan kata lain
agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu
menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak
mampumemilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan
Superego.Seperti diketahui secara umum hakikat konseling adalah
mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikonanalisa hakikat konseling
adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih realistik dan
rasional. Freud menganggap bahwa seseorang yang telah dapat menyadari
dengan sendirinya akan dapat mengembangkan tingkah laku yang sesuai
yakni tingkah laku yang sesuai dan dapat diterima secara sosial. Dalam
proses konseling belajar yakni mengenali bahwa dalam dirinya ada
resistensi emosional yang kuat. Proses konseling mementingkan faktor
afektif serta penekanannya terletak pada faktor interpersonal.
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam proses konseling,
yaitu:
1) Kontrak dan mengatur teknik. Didalam kontrak dan mengatur teknik
ini lebih mengarah bagaiamanseorang konselor mampu membuat
kesepakatan-kesepakatan dengan klien, baik dari sisi batasan waktu
untuk memulai dan mengakhiri, cara menghadapai klien serta
bagaimana konselor mampu membuat kondisi klien nyaman namun
tidak menyebabkan kecanduan (addict).
2) Fase pembukaan analitik Dalam fase ini merupakan fase dimana
seorang konselor dituntutuntuk mampu mengungkapkan
permasalahnnya, sehingga dalam analisisnya konselor mampu
membedakan klien yang menunjukkan gejala histeria atau obsesi klien
D. Tujuan Konseling
Tujuan konseling pendekatan psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali
struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal yang tidak
disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling dititik beratkan pada usaha
konselor agar konseli dapat menghayati, memahami dan mengenal
pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama antara umur 2-5 tahun.
Pengalaman-pengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis, dan
ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian konseli dapat direkontruksi
kembali.
Jadi penekanan konseling adalah pada aspek afektif sebagai pokok pangkal
munculnya ketidaksadaran manusia. Sudah barang tentu tilikan kognitif tetap
diperhatikan, akan tetapi tidak sepenting aspek afektif.
E. Karakteristik
Anti rasionalisme
Mendasari tindakannya dengan motivasi yang tak sadar, konflik dan
simbolisme
Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-
dorongan instingtif, sehingga perilaku merupakan fungsi yang di dalam ke
arah dorongan tadi. Libido atau eros mendorong manusia ke arah
pencarian kesenangan, sebagai lawan lawan dari Thanatos
Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya.
Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan
proses mental yang berciri biasa.
F. Peran dan Fungsi Konselor
Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal oleh
konseli.
Sedikit bicara tentang dirinya dan jarang sekali menunjukkan reaksi
pribadinya.
Konselor membuat suatu hubungan kerja dengan konseli.
Konselor mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran terhadap
pernyataan konseling.
Konselor memberikan perhatian terhadap keadaan resistensi konseli yaitu
suatu keadaan dimana konseli melindungi suatu perasaan, trauma, dan
kegagalan konseli terhadap konselor
Mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam
ketidaksadaran konseli yang dilindungi dengan cara transferensi.
G. Hubungan Konselor Dengan Klien
Kontertrafensi (istilah yang mengacu pada kebutuhan konflik yang belum
terpecahkan dan reaksi irasional yang konselor miliki kearah yang sedang
ditanganinya).
Apabila konselor berhasil mengelola secara positif transferensi klien dan
mengontrol kemungkinan adanya kontertraferensinya.
Konselor netral/anonim dan klien mengembangkan proyeksi kepada
konselor.Pusatnya pada mengurangi resistensi dan mengembangkan
tranferensi.
H. Tahap Konseling
1. Tahap pembukaan Tahap ini terjadi pada permulaan interview hingga
masalah klien di tetapakan.
2. Pengembangan tranferensi
Rambu-rambu Interpretasi:
Keterbatasan
Terlalu banyak menekankan pada masa kanak-kanak dan menganggap
kehidupan seolah-olah sepenuhnya ditentukan masa lalu
Terlalu meminimalkan rasionalitas
Perilaku hanya ditentukan oleh energy psikis
Penyembuhan dalam psikoanalisanterlalu rasional
Penelitian kurang banyak medukung data
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikoanalisa berkembang dari ilmu kedokteran dan konsepnya dipakai
tidak haya dalam bidang psikologi tetapi juga bidang lain di luar psikologi.
Teori Psikoanalisa dari freud dapat berfungsi sebagai 3 macam teori, yaitu
teori kepribadian, sebagai teknik analisa kepribadian, sebagai metode
terapi ( penyembuan).
B. Saran
Pada dasarnya psikoanalisa yaitu pendekatan yang membahas kepribadian.
Dalam tiga aspek yaitu: Struktur kepribadian yang terdiri dari id, ego,
superego. Aspek kedua yaitu dinamika kepribadian, serta yang ketiga
perkembangan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
Breman, james F. 2006. Sejarah dan sisem psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafndo
Persada.
Kramer, G.P., et all. (2010). Introduction to Clinical Psychology (7th ed). New
Jersey: Pearson.
TUGAS KEPERAWATAN JIWA
DISUSUN OELH:
2017/2018