Anda di halaman 1dari 15

KOGNISI SOSIAL

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial yang diampu oleh

Prof. Dr. Hj. Neviyarni S., M.S.

Disusun Oleh Kelompok 3:

Arlinda Febriyanti /20011297

Nisaa Ulkha Mila/20012043

Resti Ayu Septiani/200101051

Rida Admi Ilahi/20011052

Surna Warni/20011057

Safira Ramadhania Putri/20011312

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1


MIND MAPPING...................................................................................................2
ISI............................................................................................................................ 3
KOGNISI SOSIAL........................................................................................................ 3
1. Definisi Kognisi Sosial................................................................................... 3
2. Berpikir Heuristik..................... .. ...................................................................3
3. Aspek Dasar Kognisi Sosial..........................................................................4
4. Afek dan Kognisi...........................................................................................7
5. Bias-bias Kognisi Sosial....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10
SOAL DAN JAWABAN....................................................................................... 11
YEL-YEL.............................................................................................................. 14

1
MIND MAPPING

2
ISI
KOGNISI SOSIAL
1. Definisi Kognisi Sosial

Menurut Baron and Byrne (2003) kognisi sosial adalah adalah cara kita menginterpretasi,
menganalisis, mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia sosial. Sedangkan Taylor
dkk (2009) mengemukakakn bahwa kognisi social merupakaan studi tentang bagaimana orang
menarik kesimpulan dan memberi penilaian dari informasi social. Kognisi sosial merupakan
upaya-upaya yang dilakukan untuk menginterpretasikan, menganalisis, mengingat dan
memahami dunia sekitar.

Adapun 4 proses penting dalam kognisi sosial

1) Atention : memilih informasi


2) Interpretation: memaknai informasi
3) Judgement: menggunakan informasi untuk menciptakan kesan dan membuat keputusan
4) Memory: menyimpan peristiwa dan keputusan untuk digunakan dimasa depan.
2. Berfikir Heuristik
Heuristik adalah aturan sederhana dalam membuat keputusan yang kompleks atau
menyusun kesimpulan dalam waktu cepat seakan tanpa usaha yang berarti. Heuristik lebih pada
sekedar kemudahan berpikir subjektif di mana informasi yang relevanlah yang langsung
teringat. Berfikir heuristik merupakan proses pengambilan kesimpulan atau keputusan secara
cepat berdasarkan data yang tidak lengkap, sehingga seringkali memunculkan bias dalam
mengambil kesmpulan atau memecahkan masalah.

 Proses Berfikir Heuristik


Pada proses berpikir heuristik, kondisi individu cenderung menyederhanakan suatu
peristiwa yang dialami. Penyederhanaan itu dilakukan dengan cara
a) Pertama representasi yaitu individu mengambil kesimpulan mengenai suatu gejala
sosial hanya berdasarkan pada ciri-ciri tertentu.
b) Kedua, framinga yang merupakan pengambilan kesimpulan berdasarkan
pengalaman yang baru saja terjadi atau yang paling dialami.
c) Ketiga, base rate fallacy yaitu pengambilan kesimpulan dengan cara melakukan
generalisasi pada sekelompok individu berdasarkan perilaku individu lain.

 Jenis heuristik ada 2, yaitu:

3
1. Heuristik keterwakilan (heuristic reprensentativeness): sebuah strategi untuk membuat
penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau peristiwa tersebut mempunyai
kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lain. Contoh: kita mengenal seseorang sebagai
pribadi teratur , ramah, rapi dan sopan serta memiliki perpustakaan dirumahnya , mungkin
kita langsung menilai orang tersebut sebagai pustakawan. Dengan kata lain kita menilai
berdasarkan semakin mirip seseorang dengan ciri khas orang-orang dari suatu kelompok
semakin mungkin ia merupakan bagian dari kelompok tersebut.
2. Heuristik ketersediaan (availability heuristic): sebuah strategi untuk membuat keputusan
berdasarkan seberapa mudah suatu informasi yang spesifik dapat dimunculkan dalam
pikiran kita. Heuristik ini dapat mengarahkan kita untuk melebih-lebihkan kemungkinan
munculnya peristiwa dramatis namun jarang, karena peristiwa itu mudah masuk di fikiran
kita. Contoh : banyak orang merasa takut tewas dalam kecelakaan pesawat daripada dalam
kecelakaan di darat. Hal ini karena fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh lebih dramatis
dan meyedot banyak perhatian media. Akibatnya kecelakaan pesawat lebih mudah terpikir
sehingga terpengaruh lebih kuat di penilaian individu. Heuristik ini berhubungan dengan
proses pemaparan awal (priming).
 Heuristik dan Priming

Efek pemaparan awal ketika individu tidak sadar akan adanya rangsangan yang
telah dipaparkan sebelumnya, atau suatu pengaruh yang dikenal sebagai pemaparan
awal otomatis (automatic priming) .Pemaparan awal merupakan fakta dasar dalam
kognisi sosial. Peristiwa dan kondisi eksternal atau bahkan pikiran kita sendiri dapat
meningkatkan ketersediaan informasi tertentu.

3. Aspek Dasar Kognisi Sosial

Dalam kognisi sosial terdapat aspek-aspek dasar yang digunakan dalam


menginterprestasikan, menganalisis mengingat dan menggunakan informasi tentang dunia
sosial. Adapun aspek aspek dasar tersebut, antara lain:

a) Skema
Sebuah schema (skema) adalah seperangkat tatanan struktur pengetahuan atau
pemahaman mengenai beberapa konsep atau stimulus. Skema berisi pengetahuan
tentang konsep atau stimulus relasi antar berbagai pemahaman tentang konsep itu, dan
contoh-contoh spesifiknya (Fiske dan Taylor, 1991). Skema dapat berupa skema

4
tentang orang terntentu, peran sosial, atau diri sendiri; sikap terhadap objek tertentu;
steorotip tentang kelompok tertentu; atau persepsi tentang kejadian umum.

Skema semacam kerangka atau gambaran yang membantu individu dalam


mengorganisasikan informasi-informasi suatu fenomena yang diperhatikan individu.
Skema membantu kita mengenali aspek dari suatu situasi atau stimulus dan skema
menciptakan struktur dan penataan situasi, memampukan kita untuk mengingat
informasi dengan baik, menata dengan dtail dan mempercepat pemrosesan informasi
yang relevan. Terdapat 3 macam jenis skema, yaitu:

 Person : gambaran mengenai atribut-atribut atau ciri-ciri dari individu lain atau
diri individu itu sendiri
 Rooles : gambaran mengenai tugas dan peranan individu-individu di sekeliling
kita
 Events : gambaran mengenai peristiwa-peristiwa sosial yang dialami atau
dilihat individu sehari-hari

Selain menginterpretasikan aspek-aspek dasar yang terdapat dalam kognisi sosial,


individu juga dapat melakukan kesalahan-kesalahan dalam mengupayakan sesuatu.

Skema terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi social (Wyer
& Srull, 1994). Dalam hubungannya dengan atensi, skema seringkali berperan sebagai
penyaring: informasi yang konsisten dengan skema lebih diperhatikan dan lebih
mungkin untuk masuk ke dalam kesadaran kita. Informasi yang tidak cocok dengan
skema kita seringkali diabaikan (Fiske, 1993), kecuali iinformasi itu sangat ekstrem.
Pengkodean—informasi apa yang dimasukkan ke dalam ingatan—informasi yang
menjadi focus atensi lebih mungkin untuk disimoan dalam ingatan jangka panjang.
Mengingat kembali informasi (retrieval)—informasi apa yang paling siap untuuk
diingat—secara umum, orang melaporkan informasi yang konsisten dengan skema
mereka, namun kenyataannya, informasi yang tidak konsisten dengan skema juga dapat
secara kuat muncul dalam ingatan.

Skema juga memiliki kelemahan (segi negative). Skema mempengaruhi apa


yang kita perhatikan, apa yang masuk dalam ingatan kita, dan apa yang kita ingat,
sehingga terjadi distorsi pada pemahaman kita terhadap dunia social. Skema
memainkan peran penting dalam pembentukan prasangka, dalam pembentukan satu
komponen dasar pada stereotip tentang kelompok-kelompok social tertentu. Skema

5
seringkali sulit diubah—skema memiliki efek bertahan (perseverance effect), tidak
berubah nahkan ketika menghadapi informasi yang kontradiktif. Kadangkala skjema
bisa memberikan efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling) yaitu skema membuat
dunia social yang kita alami menjadi konsisten dengan skema yang kita miliki. Contoh
efek bertahan, ketika kita gagal kita berusaha menghibur diri sendiri dengan berkata,
“kamu hebat kok, ini karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. contoh ramalan yang
mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling prophecy)—ramalan yang membuat
ramalan itu sendiri benar-benar terjadi, skema guru untuk siswa yang minoritas yang
menyebabkan guru memperlakukan siswa minoritas itu secara berbeda (kurang positif)
sehingga menyebabkan prestasi siswa minoritas ini menurun. Stereotip tidak hanya
memiliki pengaruh, namun bisa melalui efek pemastian dirinya, stereotip juga
membentuk realitas social.

b) Heuristik

Seperti yang sudah dibahas di atas tadi, tekanan efisiensi sering menyebabkan
orang mengandalkan skema yang mereka punya untuk menangani aliran informasi yang
kompleks dan cepat dalam dunia sosial. Kita membutuhkan cara untuk memilah
informasi di sekitar ini. Kita perlu tau nama struktur yang ada dalam memori jangka
panjang kita yang cocok untuk memahami situasi sosial tertentu. Tugas yang kompleks
ini diselesaikan sebagian dengan menggunakan Heuristic (Heuristis) (Tversky &
Kahneman, 1974).

Pada dasarnya metode Heuristis ini meyandingkan informasi dalam lingkungan


dengan skema untuk menentukan kemungkinan apakah penyandingan itu tepat atau
tidak. Kejenuhan informasi (information overloaded) adalah suatu keadaan di mana
pengolahan informasi kita telah berada di luar kapasitas kemampuan yang
sesungguhnya sehingga menuntut system kognitif yang lebih besar daripada yang bisa
diolah. Berbagai strategi untuk melebarkan kapasitas kognitif harus memenuhi 2
persyaratan, yaitu: harus menyediakan cara yang cepat dan sederhana untuk dapat

mengolah informasi social dalam jumlah yang banyak, dan harus dapat digunakan harus
berhasil.

6
4. Afek dan Kognisi

Bahwa perasaan membentuk atau mempengaruhi fikiran dan fikiran akan membentuk
perasaan. Begitu pula dengan perasaan dan suasana hati, memiliki pengaruh yang kuat terhadap
beberapa aspek kognisi ataupun sebaliknya. Suasana hati saat ini dapat seara kuat
mempengaruhi reaksi kita terhadap rangsang yang pertama kali kita temui. Contoh : ketika
suasana hati sedang bergembira, dan berkenalan dengan orang lain, penilaian kita terhadap
orang tersebut akan lebih baik disbanding ketika kita berkenalan dengan suasana hati yang
sedang bersedih.

a) Pengaruh afek lainnya adalah pengaruh pada ingatan. Ingatan yang bergantung pada
suasana hati (mood-dependent memory) yaitu apa yang kita ingat saat berada dalam
suasana hati tertentu, sebagian besar ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya
ketika kita berada dalam suasana hati tersebut.
b) Pengaruh kedua dikenal dengan efek kesesuaian suasana hati (mood-congruence
effects) yaitu kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika
berada dalam suasana hati positif dan informasi negattif ketika berada dalam suasana
hati yang negative. Suasana hati saat ini juga berpengaruh pada komponen kognisi lain
yaitu kreativitas. Informasi yang emosional (emotional contamination) yaitu suatu
proses di mana penilaian, emosi atau perilaku kita dipengaruhi oleh pemrosesan mental
yang tidak disadari dan tidak terkontrol (Wilson & Brekke, 1994). Kognisi juga dapat
mempengaruhi afeksi. Seperti yang dijelaskan dalam teori dua fator (Schater : 1964)
yang menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri.
Sehingga kita menyimpulkannya dari lingkungan. Dari situasi dimana kita mengalami
reaksi internal ini. contoh: ketika kita mengalami perasaan tertentu atas kehadiran
seseorang yang menarik, kita menyimpulkan bahwa kita sedang jatuh inta. Selain itu,
kognisi bisa mempengaruhi emosi melalui aktivitas skema yang di dalamnya terdapat
komponen afektif yang kuat. Selain itu, fikiran bisa mempengaruhi afeksi yang
melibatkan kita dalam mengatur emosi kita.
 Pengaruh Afek pada Kognisi

Ketika kita sedang dalam suasana hati yang baik, dunia ini kita
pikirkan/bayangkan sebagai tempat yang menyenangkan. Begitu pun sebaliknya.

Ingatan bergantung pada suasana hati. Ingatan sering bergantung pada suasana
hati, kita sering mengingat dengan mudah pikiran/kejadian yang muncul dalam suasana

7
hati positif maupun negatif. Pengalaman seperti ini mengilustrasikan keadaan bahwa
ada hubungan yang saling mempengaruhi antara afek dan suasana hati kita saat ini dan
kognisi cara kita memproses, menyimpan, mengingat, dan menggunakan informasi
social (Forgas, 1995a; Isen & Baron, 1991. Dalam buku psikologi social edisi 10. Baron
& Byrne, tahun 2003).

1. Dampak Afek pada Kognisi :


a) Ketika kita sedang dalam suasana hati yang baik, dunia ini merupakan tempat
yang lebih menyenangkan, ketika kita sedang dalam suasana hati yang baik, kita
cenderung memandang segala hal dan semua orang disekitar kita lebih
menyenangkan. Pengalaman seperti ini mengilustrasikan pengaruh penting afek
pada kognisi.
b) Ingatan yang bergantung pada suasana hati, fakta bahwa apa yang kita ingat pada
suatu suasana hati tertentu dapat ditentukan , sebagiannya, oleh apa yang kita
pelajari sebelumnya dalam suasana hati tersebut.
c) Efek kesesuaian suasana hati, kecenderungan kita untuk menyimpan atau
mengingat informasi positif ketika berada dalam suasan hati postif, dan
informasi negative saat dalam suasana hati yang ngeatif.
d) Kontaminasi mental, adalah sebuah proses dimana penilaian kita, emosi , atau
perilaku dipengaruhi oleh proses mental yang tidak disadari dan tidak dapat
dikendalikan.
2. Dampak Kognisi pada Afek

Sebagian besar penelitian mengenai hubungan anatar afek dan kognisi terfokus
pada bagaimana perasaan mempengearuhi pikiran. Namun, ada juga bukti kuat
yang menjelaskan pengaruh pikiran pada perasaan. Suatu penjelasan terhadap
pengaruh ini adalah teori emosi dua faktor (Schachter, 1964. Dalam buku psikologi
social edisi 10. Baron & Byrne, tahun 2003). Teori ini menjelaskan bahwa kita
sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri. Sehingga, kita
menyimpulkannya dari lingkungan, dari situasi dimana kita mengalami reaksi-
reaksi internal ini. Penjelasan kedua, kognisi dapat mempengaruhi emosi adalah
melalui aktifasi skema yang didalamnya terdapat komponen afektif yang kuat.
Penjelasan ketiga, fikiran bisa mempengaruhi afeksi kita melibatkan usaha kita

8
dalam mengatur emosi dan perasaan kita. Penjelasan ketiga ini dirasa sangat
penting dan mendapat banyak perhatian saat ini.

 Pengaruh afek terhadap kognisi berkaitan dengan ingatan

Pengaruh afek lainnya pada kognisi adalah pengaruh pada ingatan. Dalam hal
ini muncul dua macam pengaruh yang berbeda, tetapi berkaitan. Pertama, ingatan yang
bergantung pada suasana hati (mood-dependent memory) yaitu apa yang kita ingat saat
berada dalam suasan hati tertentu, sebagian besar ditentukan oleh apa yang kita pelajari
sebelumnya ketika berada dalam suasana hati sebelumnya. Kedua, yaitu efek
kesesuaian suasan hati (mood congruence effects) merupakan sebuah kecenderungan
untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada dalam suasana hati
yang negative. Dengan perkataan lain, kita memperhatikan atau mengingat informasi
yang sesuai dengan suasana hati kita saat itu (blanney (1996), dalam baron & bryne,
2016).

5. Bias-bias Kognisi Sosial

Dalam usaha memahami orang lain dan memahami dunia social, kita memiliki banyak
sekali kecenderungan yang dapat mengarahkan pada kesalahan yang serius. Namun,
sebelumnya kita perlu menekankan pada hal berikut: sementara beberapa aspek dari konisi
social kadang kala menyebabkan kesalahan, aspek-aspek tersebut juga cukup adaptif. Aspek-
aspek tersebut sering kali membantu kita mengarahkan focus pada informasi yang paling
berguna, dan aspek tersebut mengurangi usaha yang dibutuhkan untuk memahami dunia social.
Jadi, aspek-aspek tersebut di satu sisi memberikan keuntungan dan disisi lain memiliki
kerugian yang esensial.

a. Bias Korespondensi
Kecenderungan para pengamat untuk membesarkan faktor kepribadian sebagai sebab
perilaku dan meremehkan peran faktor pengaruh situasi.
b. Bias negativitas
Yaitu kecenderungan memberikan perhatian lebih pada informasi yang negative.
Dibandingkan dengan informasi positif, satu saja informasi negative akan memiliki
pengaruh yang lebih kuat. Contoh : kita diberitahu bahwa dosen yang akan mengajar
nanti adalah orang yang pandai, masih muda, ramah, baik hati, cantik, namun diduga
terlibat skandal seks. Bias negative menyebabkan kita justru terpaku pada hal yang
negative dan mengabaikan hal positif.

9
c. Bias optimistic
Yaitu suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu dapat berakhir baik.
Contoh : pemerintah sering kali mengumumkan rencana yang terlalu optimis mengenai
proyek-proyek besar, jalan, bandara, dll. Dan hal ini menyebabkan kesalahan
perencanaan. Namun, ketika individu memperkirakan akan menerima umpan balik atau
informasi yang mungkin negatie dan memiliki konsekuensi penting, tampak ia justru
bersiap menghadapi hal yang buruk dan menunjukkan kebalikan dari pola optimistic
mereka menjadi pesimis.

10
Daftar Pustaka
Baron, R.A. & Byrne, D. Psikologi Sosial (R. Djuwita, Trans. 10th ed. Vol.1). 2016. Jakarta:
Erlangga.

Myers, D,G. Psikologi Sosial 1 (10th ed.). 2012. Jakarta: Penerbit Salemba .

Myers, D,G. & Twenge, J.M. Exploring social psychology (8th ed.). 2018. New York:
McGraw-Hill.

Baron, Robert A., Donn Byrne (2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mayangsari, R.(2016). Peran Pemikiran Heuristik pada Hubungan Persepsi Sosial dengan
Munculnya Sikap terhadap Ide Penegakkan Khilafah Islamiyah di Indonesia. Jurnal Al
Ulum,16(2), 387-411. https://doi.org/10.30603/au.v16i2.158

Ningrum, A.P.Hubungan antara Kognisi Sosial dan Konstrual Diri terhadap Ketidakpuasan
Bentuk Tubuh pada Remaja Madya di SMA Negeri 3 Malang. Jurnal Skripsi.

http://swastikasonia.blogspot.com/2015/10/makalah-kognisi-sosial.html

11
SOAL DAN JAWABAN

1. Sebuah struktur mental yang mengorganisasi informasi social dan berpengaruh


padabeberapa aspek kognisi social adalah.
a.Pengodean
b. Atensi
c.Retrieval
d. Skema
e. Encode
2. Suatu kecenderungan untuk menjadi sangat sensitif terhadap rangsangan informasi
negatif disebut....
A. Planning Fallacy
B. Bias optimistic
C. Information overload
D. Bias negativitas
E. Heuristic representetive
3. Berikut Merupakan sifat skema, kecuali
A. Berpengaruh pada atensi, encoding , retrieval
B. Didasarkan pada pengalaman masa lalu
C. Dipengaruhi oleh usaha mental
D. Tidak bisa di ubah
E. Menyebabkan terjadinya self fulfilling prophecy
4. Dalam kognisi sosial memiliki komponen dasar dimana salah satunnya adalah skema,
fungsi dari skema adalah?
A. Membantu memproses berfikir
B. Membantu memberikan penafsiran
C. Membantu mempersepsikan
D. Memberikan efek pemastian diri (self-confirming)
E. Memberikan penjelasan
5. Skema berfungsi memberikan efek self-confirming nature, yang dimaksud sebagai self-
confirming nature adalah:
A. Harapan diri yang tidak terjadi
B. Pemastian terhadap diri
C. Strategi jalan pintas mental
D. Ramalan yang tidak terjadi
E. Menuntun diri

12
SOAL ESAY

1. Jelaskan definisi heuristik keterwakilan dan ketersediaan !

Jawaban: Heuristik keterwakilan adalah suatu strategi untuk membuat penilain berdasar
dari sejauh mana stimulus atau peristiwa memiliki kemiripan dengan stimulus kategori
lain. Heuristik ketersediaan adalah suatu strategi untuk membuat keputusan
berdasarkan seberapa mudah suatu informasi yang spesifik dapat dimunculkan pada
pikiran individu.

2. Jelaskan perbedaan bias optimistik dan bias negativitas !


Jawaban: Bias optimistik merupakan predisposisi kita dalam mengharapkan agar segala
sesuatu dapat berjalan dengan baik. Sedangkan bias negativitas adalah individu
cenderung mengacu pada fakta bahwa individu menunjukkan sensitivitas yang lebih
besar pada informasi negatif dibandingkan informasi positif.

3. Sebutkan bagaiman proses berfikir Heuristik!


Jawaban: Pada proses berpikir heuristik, kondisi individu cenderung menyederhanakan
suatu peristiwa yang dialami. Penyederhanaan itu dilakukan dengan cara, pertama
representasi yaitu individu mengambil kesimpulan mengenai suatu gejala sosial hanya
berdasarkan pada ciri-ciri tertentu. Kedua, framing yang merupakan pengambilan
kesimpulan berdasarkan pengalaman yang baru saja terjadi atau yang paling dialami.
Ketiga, base rate fallacy yaitu pengambilan kesimpulan dengan cara melakukan
generalisasi pada sekelompok individu berdasarkan perilaku individu lain.

13
YEL-YEL

Kami adalah kelompok 3


Siap sudah siap untuk presentasi
Karena Kami selalu semangat
Serta ceria tuk bahas materi ini
Lalalalala....lalalalalalalala........

14

Anda mungkin juga menyukai