Anda di halaman 1dari 22

KOGNISI SOSIAL

1. Arlinda Febriyanti_20011297
2. Nisa Ulkha Mila_20012043
3. Resti Ayu Septiani_200101051
4. Rida Admi Ilahi_20011052
5. Safira Ramadhania Putri_20011312
6. Surna Wani_20011057
1
Konsep kognisi sosial

2
Berpikir heuristik

3
Aspek dasar kognisi

4
Afek dan kognisi

5
Bias kognisi sosial
1
Definisi Kognisi Sosial
Kognisi social merupakan sebuah tata cara di mana individu
menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi
tentang dunia social atau dengan kata lain, bagaimana kita berpikir
mengenai orang lain (baron & bryne, 2016).

Menurut branscombe dan baron (2018), Kognisi sosial menyangkut


bagaimana kita berpikir tentang dunia sosial, upaya kita untuk
memahami masalah yang kompleks, dan mengapa kita kadang-kadang
kurang dari "rasional optimal.”

“Social cognition is an approach in social psychology that focuses on


how cognition is affected by wider and more immediate social
contexts and on how cognition affects our social behaviour.” (Hogg
& Vaughan, 2018)
2
Berpikir Heuristik
BERFIKIR HEURISTIK
Heuristic merupakan sebuah
aturan sederhana untuk membuat
keputusan kompleks atau
menarik kesimpulan secara cepat
tanpa usaha yang berarti.

Jenis-jenis
heuristik Proses berfikir
heuristik
Heuristik
r wak i l a n
kete Heuristik
ketersediaan
Proses berfikir heuristik

Pada proses berpikir heuristik, kondisi individu cenderung menyederhanakan suatu peristiwa yang dialami.
Penyederhanaan itu dilakukan dengan cara representasi, framing, dan base rate fallacy

Individu mengambil Pengambilan kesimpulan Pengambilan kesimpulan

kesimpulan mengenai berdasarkan dengan generalisasi pada

suatu gejala social pengalaman yang baru sekelompok individu

hanya berdasarkan saja terjadi atau yang berdasarkan perilaku

ciri tertentu pernah dialami individu lain

REPRESENT FRAMING BASE RATE


ASI FALLACY
Heuristic keterwakilan merupakan sebuah penilaian individu
terhadap dunia berdasarkan aturan yang relative sederhana.
Semakin mirip seseorang dengan ciri khas orang dari suatu
kelompok, semakin mungkin ia merupakan bagian dari
kelomopok tersebut. Penilaian heuristic keterwakilan tidak
sepenuhnya akurat. Memang benar bahwa, keanggotaan dari
kelompok tertentu berpengaruh terhadap perilaku dan gaya
Heuristik keterwakilan anggota, dan karena individu dengan sifat atau ciri tertentu
memang tertarik untuk menjadi bagian dari kelompok
tertentu. Namun, terkadang penilaian yang didasarkan pada
keterwakilan bersifat salah, terutama karena keputusan atau
penilaian yang dibuat berdasarkan pada aturan ini cenderung
mengabaikan perhitungan dasar – frekuensi kemunculan
peristiwa atau pola tertentu di keseluruhan populasi
Heuristik ketersediaan (Availability heuristic)

PRIMING PEMROSESAN INFORMASI


Heuristic ketersediaan berkaitan dengan pemaparan Pemrosesan otomatis dapat terjadi setelah pengalaman

awal (priming), yaitu meningkatnya ketersediaan yang berulang-ulang dengan tugas atau pemaparan
terhadap jenis informasi tertentu, individu akan mencapai
informasi sebagai hasil dan seringnya rangsangan atau
suatu tahap di mana dapat melakukan tugas atau
peristiwa khusus. Terdapat suatu penelitian yang
memproses informasi yang tampaknya tidak membutuhkan
menunjukkan bahwa efek pemaparan awal dapat
usaha, secara otomatis, atau tidak disadari. Terdapat sebuah
muncul bahkan ketika individu tidak sadar akan adanya penelitian yang menyatakan bahwa begitu teraktivasi,
rangsangan yang telah dipaparkan sebelumnya – suatu skema dan kerangka mental lainnya akan dapat
pengaruh yang dikenal sebagai pemaparan awal memengaruhi tidak hanya pemikiran social tetapi juga

otomatis atau automatic priming perilaku social.


Aspek dasar kognisi
sosial
SKEMA
Skema adalah kerangka mental yang menuntun kita untuk mengorganisasi
sejumlah besar informasi dalam suatu cara yang efisien. Skema adalah suatu
komponen dasar dari kognisi sosial dan memiliki tema-tema khusus berkaitan
dengan informasi yang telah dimiliki. Skema menentukan informasi apa yang
kita perhatikan, kita olah, dan kita ingat kembali. Namun, begitu terbentuk
kerangka ini memberikan pengaruh yang kuat terhadap beberapa aspek
kognisi social sehingga juga akan memengaruhi perilaku social

Jenis-jenis skema

Pengaruh skema terhadap kognisi social: atensi, pengodean,


dan retrieval

Bukti tentang karakteristik pemastian diri dari skema: kapan dan


bagaimana keyakinan membentuk realitas
Jenis-jenis skema

gambaran mengenai
gambaran mengenai gambaran mengenai
atribut-atribut atau
tugas dan peranan peristiwa-peristiwa sosial
ciri-ciri dari individu
individu-individu di yang dialami atau dilihat
lain atau diri individu
sekeliling kita individu sehari-hari
itu sendiri

PERSON ROLES EVENTS


Pengaruh skema terhadap kognisi social: atensi,
pengodean, dan retrieval

Skema menimbulkan efek yang kuat pada tiga proses dasar, yaitu atensi (attention),
pengodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval). Atensi berkaitan dengan
informasi atau stimulus mana yang kita perhatikan. Kemudian, pengkodean
merupakan sebuah proses di mana informasi yang diperhatikan disimpan di dalam
ingatan. Terakhir, retrieval atau mengingat kembali yaitu sebuah proses di mana kita
mengeluarkan informasi dari ingatan dan menggunakannya untuk keperluan tertentu.

Sekali skema tersebut terbentuk, akan sulit diubah. Skema memiliki efek bertahan (perseverance
effect), tidak berubah-ubah bahkan ketika menghadapi informasi yang kontradiktif. Efek bertahan
merupakan suatu kecenderungan atas keyakinan (belief) dan skema untuk tetap bertahan tidak berubah
meskipun dihadapkan pada informasi yang bertolak belakang. Selain itu, skema terkadang memberikan
efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling prophecy).
Bukti tentang karakteristik pemastian diri dari skema:
kapan dan bagaimana keyakinan membentuk realitas

Skema dapat memberikan efek yang disebut dengan self-fulfilling prophecy,


yaitu sebuah ramalam yang membuat ramalan tersebut benar-benar terjadi.
Selain itu, skema juga menimbulkan efek pemastian diri (self-conforming)
yang menyebabkan individu berperilaku dalam cara-cara tertentu yang
mendukung skema tersebut.
4
Afek dan kognisi
Keterkaitan antara afek
dan kognisi

Pengaruh afek terhadap kognisi


Suasana hati individu berpengaruh terjadap pikiran
dan persepsi. Terdapat keterkaitan antara afek –
suasana hati kita dengan kognisi kita – cara kita
memproses, menyimpan, mengingat, dan Pengaruh afek terhadap ingatan
menggunakan informasi social. Sebaliknya, juga
ada kaitan antara kognisi social dengan perasaan
dan suasana hati kita.
Pengaruh kognisi terhadap afek
Pengaruh afek terhadap kognisi

Suasana hati individu dapat secara kuat mempengaruhi reaksi kita terhadap stimulus yang
baru pertama kali ditemui. Implikasi hal ini yaitu, pengaruhnya pada wawancara pekerjaan,
di mana pewawancara bertemu dengan banyak orang untuk pertama kalinya. Banyak bukti
yang menunjukkan bahwa bahkan pewawancara yang berpengalaman sekali pun tidak dapat
menghindari pengaruh suasana hatinya saat itu; mereka memberikan penilaian lebih tinggi
pada orang yang hanya mereka wawancara ketika mereka sedang berada dalam suasan hati
yang positif dibandingkan orang mereka wawancara sedang berada dalam suasan hati yang
buruk.
Pengaruh afek terhadap kognisi berkaitan dengan ingatan

Pengaruh afek lainnya pada kognisi adalah pengaruh pada ingatan. Dalam hal ini muncul dua macam
pengaruh yang berbeda, tetapi berkaitan. Pertama, ingatan yang bergantung pada suasana hati (mood-
dependent memory) yaitu apa yang kita ingat saat berada dalam suasan hati tertentu, sebagian besar
ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya ketika berada dalam suasana hati sebelumnya.
Kedua, yaitu efek kesesuaian suasan hati (mood congruence effects) merupakan sebuah
kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada dalam suasana hati
yang negative. Dengan perkataan lain, kita memperhatikan atau mengingat informasi yang sesuai
dengan suasana hati kita saat itu (blanney (1996), dalam baron & bryne, 2016).
Pengaruh kognisi terhadap afek
Terdapat penelitian yang menjelaskan pengaruh antara pikiran terhadap perasaan. Hal ini dijelaskan
melalui teori emosi dua faktor (two-factor theory of emotion). Menurut teori ini dijelaskan bahwa
kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri. Sehingga kita menyimpulkannya dari
lingkungan – situasi di mana kita mengalami reaksi internal ini. Penjelasan selanjutnya mengenai
pengaruh kognisi terhadap afek yaitu adanya aktivitas skema yang di dalamnya terdapat komponen
afektif yang kuat. Lebih lanjut, pikiran dapat memengaruhi afek individu melibatkan usaha dalam
regulasi emosi dan perasaan kita.

Mekanisme yang dapat mengatur kognisi untuk mengontrol emosi atau


perasaan kita, yaitu melalui berpikir dengan peninjauan ulang, individu dapat
membuat hal-hal negatif tampak seperti hal yang tidak dapat dihindari
sehingga menjadi tidak terlalu mengecewakan. Saat sedang kecewa, kita dapat
secara sadar memilih untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya tidak baik
untuk jangka panjang, tetapi baik untuk jangka pendek.
5
Bias dalam kognisi sosial
Bias
Negativitas
Bias negativitas (negativity bias) mengacu pada sebuah fakta bahwa kita menunjukkan sensitivitas yang lebih
besar pada informasi negative dibandingkan indormasi positif. Adanya bias negativitas berkaitan dengan
perspektif evolusi. Informasi negative merefleksikan hal-hal di lingkungan yang mungkin mengancam
keselamatan atau kesejahteraan kita. Oleh karena itu penting untuk sensitive terhadap suatu stimulus agar dapat
merespons dengan cepat.

Bias Optimistik
Bias optimistic merupakan suatu predisposisi kita untuk mengharapkan agar sesuatu berjalan
dengan lancar. Dalam bias optimistic terdapat suatu hal yang disebut dengan kesalahan
perencanaan (planning fallacy), sebuah kecenderungan untuk percaya bahwa dapat
melakukan sesuatu yang lebih banyak dalam suatu periode waktu daripada yang sebenarnya
yang kita lakukan.

Anda mungkin juga menyukai