1. Arlinda Febriyanti_20011297
2. Nisa Ulkha Mila_20012043
3. Resti Ayu Septiani_200101051
4. Rida Admi Ilahi_20011052
5. Safira Ramadhania Putri_20011312
6. Surna Wani_20011057
1
Konsep kognisi sosial
2
Berpikir heuristik
3
Aspek dasar kognisi
4
Afek dan kognisi
5
Bias kognisi sosial
1
Definisi Kognisi Sosial
Kognisi social merupakan sebuah tata cara di mana individu
menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi
tentang dunia social atau dengan kata lain, bagaimana kita berpikir
mengenai orang lain (baron & bryne, 2016).
Jenis-jenis
heuristik Proses berfikir
heuristik
Heuristik
r wak i l a n
kete Heuristik
ketersediaan
Proses berfikir heuristik
Pada proses berpikir heuristik, kondisi individu cenderung menyederhanakan suatu peristiwa yang dialami.
Penyederhanaan itu dilakukan dengan cara representasi, framing, dan base rate fallacy
awal (priming), yaitu meningkatnya ketersediaan yang berulang-ulang dengan tugas atau pemaparan
terhadap jenis informasi tertentu, individu akan mencapai
informasi sebagai hasil dan seringnya rangsangan atau
suatu tahap di mana dapat melakukan tugas atau
peristiwa khusus. Terdapat suatu penelitian yang
memproses informasi yang tampaknya tidak membutuhkan
menunjukkan bahwa efek pemaparan awal dapat
usaha, secara otomatis, atau tidak disadari. Terdapat sebuah
muncul bahkan ketika individu tidak sadar akan adanya penelitian yang menyatakan bahwa begitu teraktivasi,
rangsangan yang telah dipaparkan sebelumnya – suatu skema dan kerangka mental lainnya akan dapat
pengaruh yang dikenal sebagai pemaparan awal memengaruhi tidak hanya pemikiran social tetapi juga
Jenis-jenis skema
gambaran mengenai
gambaran mengenai gambaran mengenai
atribut-atribut atau
tugas dan peranan peristiwa-peristiwa sosial
ciri-ciri dari individu
individu-individu di yang dialami atau dilihat
lain atau diri individu
sekeliling kita individu sehari-hari
itu sendiri
Skema menimbulkan efek yang kuat pada tiga proses dasar, yaitu atensi (attention),
pengodean (encoding), dan mengingat kembali (retrieval). Atensi berkaitan dengan
informasi atau stimulus mana yang kita perhatikan. Kemudian, pengkodean
merupakan sebuah proses di mana informasi yang diperhatikan disimpan di dalam
ingatan. Terakhir, retrieval atau mengingat kembali yaitu sebuah proses di mana kita
mengeluarkan informasi dari ingatan dan menggunakannya untuk keperluan tertentu.
Sekali skema tersebut terbentuk, akan sulit diubah. Skema memiliki efek bertahan (perseverance
effect), tidak berubah-ubah bahkan ketika menghadapi informasi yang kontradiktif. Efek bertahan
merupakan suatu kecenderungan atas keyakinan (belief) dan skema untuk tetap bertahan tidak berubah
meskipun dihadapkan pada informasi yang bertolak belakang. Selain itu, skema terkadang memberikan
efek pemenuhan harapan diri (self-fulfilling prophecy).
Bukti tentang karakteristik pemastian diri dari skema:
kapan dan bagaimana keyakinan membentuk realitas
Suasana hati individu dapat secara kuat mempengaruhi reaksi kita terhadap stimulus yang
baru pertama kali ditemui. Implikasi hal ini yaitu, pengaruhnya pada wawancara pekerjaan,
di mana pewawancara bertemu dengan banyak orang untuk pertama kalinya. Banyak bukti
yang menunjukkan bahwa bahkan pewawancara yang berpengalaman sekali pun tidak dapat
menghindari pengaruh suasana hatinya saat itu; mereka memberikan penilaian lebih tinggi
pada orang yang hanya mereka wawancara ketika mereka sedang berada dalam suasan hati
yang positif dibandingkan orang mereka wawancara sedang berada dalam suasan hati yang
buruk.
Pengaruh afek terhadap kognisi berkaitan dengan ingatan
Pengaruh afek lainnya pada kognisi adalah pengaruh pada ingatan. Dalam hal ini muncul dua macam
pengaruh yang berbeda, tetapi berkaitan. Pertama, ingatan yang bergantung pada suasana hati (mood-
dependent memory) yaitu apa yang kita ingat saat berada dalam suasan hati tertentu, sebagian besar
ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya ketika berada dalam suasana hati sebelumnya.
Kedua, yaitu efek kesesuaian suasan hati (mood congruence effects) merupakan sebuah
kecenderungan untuk menyimpan atau mengingat informasi positif ketika berada dalam suasana hati
yang negative. Dengan perkataan lain, kita memperhatikan atau mengingat informasi yang sesuai
dengan suasana hati kita saat itu (blanney (1996), dalam baron & bryne, 2016).
Pengaruh kognisi terhadap afek
Terdapat penelitian yang menjelaskan pengaruh antara pikiran terhadap perasaan. Hal ini dijelaskan
melalui teori emosi dua faktor (two-factor theory of emotion). Menurut teori ini dijelaskan bahwa
kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri. Sehingga kita menyimpulkannya dari
lingkungan – situasi di mana kita mengalami reaksi internal ini. Penjelasan selanjutnya mengenai
pengaruh kognisi terhadap afek yaitu adanya aktivitas skema yang di dalamnya terdapat komponen
afektif yang kuat. Lebih lanjut, pikiran dapat memengaruhi afek individu melibatkan usaha dalam
regulasi emosi dan perasaan kita.
Bias Optimistik
Bias optimistic merupakan suatu predisposisi kita untuk mengharapkan agar sesuatu berjalan
dengan lancar. Dalam bias optimistic terdapat suatu hal yang disebut dengan kesalahan
perencanaan (planning fallacy), sebuah kecenderungan untuk percaya bahwa dapat
melakukan sesuatu yang lebih banyak dalam suatu periode waktu daripada yang sebenarnya
yang kita lakukan.