Anda di halaman 1dari 19

Atribusi Sosial

Kelompok 4
Dwianrita Farras Sejati Anindya Paritusti
Afifah Muslimah Putri Jovita Febriani S.
Tasya Camila Ikhsan
Pendahuluan
Dalam memahami realitas sosial ada satu prinsip menarik dalam memandang realitas
sosial yaitu manusia tidak memberikan respon terhadap realitas sebagaimana adanya
tetapi realitas sebagaimana yang telah dibangun. Robert Jarvis (1985) memberikan
penjelasan mengenai situasi realitas sosial,

“Begitu anda memiliki keyakinan terhadap sesuatu, maka hal itu


mempengaruhi cara anda memaknakan semua informasi yang lainnya”

Hal ini menjelaskan bahwa manusia memiliki pandangan mengenai realitas


tergantung dari cara ia membangun realitas ini.

2
Priming

Proses dimana kita mengaktifkan asosiasi tertentu dalam memori kita ketika
terdapat stimulus yang memengaruhi bagaimana kita akan merespons
stimulus yang terkait berikutnya dengan konsep yang sudah pernah terkait
sebelumnya. Karena sistem memori manusia adalah suatu jaringan asosiasi
dan manusia mengingat simbol dalam memaknakan fenomena tertentu. Maka
dari itu, ketika kita melakukan memperoleh informasi prosesnya berlangsung
tanpa sadar dan otomatis.

3
Atribusi

Atribusi adalah upaya untuk memahami penyebab


terjadinya tingkah laku pada orang lain.

Jika kita ingin lebih memahami dan memprediksi tingkah laku


orang tersebut di masa yang akan datang maka kita harus
masuk lebih dalam kepada kondisi watak orang tersebut.

Di dalam proses atribusi maka kondisi menetap yang disebut sebagai


watak ini menjadi salah satu proses penting dalam penyebab tingkah
laku sosial.
4
Proses atribusi adalah upaya untuk memahami orang lain dari agar kita
bisa mengelola kehidupan sosial.

Heider juga memberikan dua hal


Fritz Heider memberikan kerangka kerja untuk mengamati, analisa sebagai
konseptual bahwa orang mempunyai penyebab tingkah laku seseorang,
kerangka tertentu untuk menyimpulkan
penyebab terjadinya tingkah laku
tertentu.

Atribusi situasional adalah persepsi terhadap situasi yang Atribusi personal adalah hal hal
dialami orang tersebut seperti persepsi situasi kompetitif yang ada di dalam orang tersebut
yang menekan, persepsi situasi dalam tekanan pekerjaan, seperti watak pemarah, agresif,
dan sebagainya. dan ambisus.
Teori-Teori Atribusi
Teori Inferensi Terkait

Teori ini mencari tahu cara orang menyimpulkan penyebab tingkah


laku dengan melakukan korespondensi antara tingkah laku seseorang
dengan karakteristik personal orang tersebut yang mereka lihat.

Teori ini berasumsi bahwa seseorang mengobservasi perilaku seseorang


atau orang lain dan kemudian menarik kesimpulan terhadap watak
kepribadian orang tersebut.

7
Teori Inferensi Terkait
Faktor untuk menarik kesimpulan tentang penyebab suatu perbuatan:

Tindakan yang tidak Tindakan atas pilihan Tindakan yang menyimpang


umum sendiri dari kebiasaan
Tindakan yang menyimpang
Tindakan yang tidak Tindakan yang dilakukan dari kebiasaan umum dan
umum dilakukan oleh atas pilihan sendiri dan tidak dilakukan sebagaimana
norma tetapi dilakukan tidak ditekan oleh
mestinya.
lingkungan.
oleh orang tersebut.

8
Teori Atribusi Eksternal
dan Internal (Kelley)

Teori ini menyetujui bahwa orang melakukan penarikan kesimpulan


dari tingkah laku seseorang berawal dari proses persepsi dan bahwa
sumber atribusi ini bisa berwujud kepada personal (internal di dalam
diri orang tersebut) atau eksternal (di luar orang tersebut).

Kelley memakai prinsip kovarian, yang mengatakan bahwa saat ini tingkah
laku ada, maka akan terjadi reaksi tertentu dan saat tingkah laku ini tidak ada,
maka tidak akan ada reaksi tersebut.

9
Teori Atribusi Eksternal
dan Internal (Kelley)
Faktor dasar untuk menyimpulkan penyebab tingkah
laku :
Kekhususan Konsistensi Kosensus
Derajat perbedaan Derajat kesamaan Derajat kesamaan
reaksi orang reaksi seseorang reaksi seseorang
terhadap stimulus terhadap satu terhadap stimulus
atau peristiwa yang stimulus atau atau peristiwa
berbeda. peristiwa yang sama tertentu
pada waktu yang
berbeda.

10
Contoh skema dari teori kovarian Kelly
Kesalahan Atribusi
Penyebab Kesalahan
Atribusi
Bias mengutamakan diri
Bias korespondens Efek aktor-pengamat
sendiri

Membesar-besarkan faktor Anda jatuh, saya didorong Tipe Saya memang bagus, kamu hanya
penyebab disposisional. kesalahan atribusi lainnya adalah beruntung. Kecenderungan
Merupakan kecenderungan untuk kecenderungan mengatribusi mengatribusi perilaku positif kita
menjelaskan perilaku orang lain perilaku kita disebabkan faktor pada faktor-faktro internal dan
disebabkan oleh disposisinya, situasional (eksternal), sementara mengatribusi perilaku yang negatif
padahal keberadaan penyebab perilaku orang lain disebabkan pada faktor-faktor eksternal (self-
situasionalnya sangat jelas. faktor disposisi (internal). serving bias)

13
Attribution Errors
Mengapa kita melakukan Attribution Errors?
Dua hal yang dapat menjelaskan sebab terjadinya kesalahan dalam mengatribusi yaitu
kognitif dan motivasional. Menurut teori-teori kognitif , kesalahan atribusi seringkali
didasari oleh cara kita berpikir dan mengolah informasi. Artinya kita cenderung
mengatribusi hasil positif pada faktor internal dan hasil negatif pada faktor eksternal karena
kita mengharapkan kesuksesan dan kita cenderung menginginkan kesuksesan itu berasal dari
faktor internal daripada eksternal.

Sebaliknya penjelasan motivasional menyatakan bahwa bias


mengutamakan diri sendiri terjadi karena kita memiliki kebutuhan untuk
melindungi dan meningkatkan self esteem kita sehubungan dengan hasrat
untuk selalu tampil baik di depan orang lain. Selain kedua alasan
penyebab kita melakukan atribusi, beberapa hal berikut dapat menjadi
sebab kita dalam melakukan kesalahan atribusi.
1. Rekonstruksi sikap masa lalu
Yaitu kita berpikir ulang & berusaha mengubah apa yang dulu kita
anggap benar atau kita anggap salah. Misal mungkin ketika di usia 20 3. Mengkonstruksikan
tahun, kita bersikap kepada orang tua semau kita & kita anggap semua interpretasi-interpretasi &
itu sudah benar. Akan tetapi sekarang setelah dewasa & banyak memori-memori
pengalaman serta pelajaran berharga, kita lebih tahu manakah yang Berdasarkan hasil eksperimen
lebih baik & bagaimana seharusnya bersikap kepada orang tua. ditemukan bawa memvonis
sebelum memeriksa akan
mengaburkan persepsi &
interpretasi kita, & kesalahan
informasi juga akan
2. Belief perseverance (kepercayaan yang kuat) mengaburkan daya ingat kita.
Yaitu konsep hidup awal seseorang yang selalu dipegang
teguh sebagai kepercayaannya. Meskipun terkadang
kepercayaan itu didiskreditkan orang lain, namun ia yakin
bahwa ada sisi kebenarannya. Kepercayaan dapat berpengaruh
terhadap bagaimana kita menginterpretasikan suatu keadaan
atau kejadian.
4. Memvonis Orang Lain
Intuisi: potensi kita untuk
mengetahui diri dari dalam
Intuisi adalah kemampuan untuk 5. Rekonstruksi perilaku masa lalu
memahami sesuatu dengan Konstruksi memori memungkinkan
menggunakan perasaan daripada kita merevisi sejarah diri kita. Arti
mempertimbangkan fakta yang ada, dari rekonstruksi di sini yaitu
atau intuisi yaitu sebuah ide apa mengubah perilaku kita agar tidak
yang dianggap benar dalam situasi seperti perilaku kita dulu setelah
tertentu berdasarkan perasaan yang kita mendapat informasi baru. Misal
kuat daripada menganut fakta-fakta seorang anak dulu menggosok gigi
sehari lebih dari 5 kali karena tidak
6. Mengkonstruksikan memori-
tahu. Namun setelah mendapat
memori
pelajaran dari guru agar menggosok
Hampir 85% mahasiswa percaya
gigi yang baik 2 kali sehari, ia lalu
pernyataan seperti yang tercantum di
mengubah perilaku tersebut.
Psychology Today bahwa ilmu telah
membuktikan, jika serangkaian
pengalaman selama seumur hidup
akan terpelihara secara sempurna di
dalam pikiran.
Thank you for paying attention!

Any
questions?

17
“Ketika melihat dunia, saya pesimis.
Tapi ketika saya melihat orang-orangnya, saya
optimis”
-Carl Rogers-

18
Pertanyaan

19

Anda mungkin juga menyukai