Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

TEORI ATRIBUSI KOMUNIKASI

Berni Irpansah 44220203


Kelas : 44.2A.01

Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Komunikasi dan Bahasa
Universitas Bina Sarana Informatika
Jakarta
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak dapat menghindari
berbagai macam bentuk komunikasi karena dengan komunikasi manusia dapat membangun relasi
yang dibutuhkannya sebagai makhluk sosial. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari
seseorang ke orang lain dengan tujuan tertentu. Proses penyampaian pesan menggunakan
cara yang efektif akan dapat mudah dipahami oleh penerima pesan. Penyampaian pesan ini
dapat berupa isyarat, lisan, maupun tulisan. Dapat dikatakan bahwa dalam berkomunikasi
dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik sehingga tujuan yang akan disampaikan
dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh si penerima pesan.

1.2.Tujuan
a. Mengetahui teori-teori atribusi
b. Mengaplikasikan dengaan baik dalam ilmu tersebut
1.3.Rumusan masalah
a. Apa itu atribusi ?
b. Apa saja teori-teori atribusi ?
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori atribusi


Secara sederhana, teori atribusi merupakan teori berusaha untuk menerangkan perihal
perilaku yang ada pada seseorang. Melalui teori ini, kita akan mempelajari proses ketika seseorang
menginterpretasikan peristiwa, alasan, atau sebab dari perilaku yang dilakukan . Teori atribusi
pertama kali dikemukakan oleh Fritz Heider (1958) dan dikembangkan lebih lanjut
oleh Edward Jones dan Keith Davis (1965), Harold Kelley (1967, 1972), dan Bernard
Weiner (1974)

2.2 Teori Atribusi Fritz Heider


Fritz Heider adalah peneliti pertama yang mengenalkan teori atribusi saat teori-teori
belajar dari pendekatan behaviorisme (contohnya teori operant conditioning), teori-teori
memori dan teori-teori psikoanalisis mendominasi ranah psikologi akademis. Teori-teori
tersebut jarang sekali digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia. Sebaliknya, melalui teori
atribusinya, Heider mencoba untuk menekankan bahwa mempelajari atribusi sangatlah penting
karena atribusi memberikan pengaruh pada apa yang dirasakan dan apa yang dilakukan oleh
manusia.
Heider juga merupakan peneliti pertama yang mengkaji tentang proses atribusi
khususnya pada bagaimana seseorang membangun sebuah impresi atau kesan bagi orang lain.
Menurutnya, impresi atau kesan ini dibangun melalui tuga tahapan proses yaitu pengamatan
perilaku, menentukan apakah perilaku itu disengaja atau tidak, dan mengelempokkan perilaku
ke dalam perilaku yang termotivasi secara internal atau eksternal. Penentuan faktor internal atau
eksternal tergantung pada tiga faktor yaitu:

1. Kekhususan
Kekhususan artinya seseorang akan mempersepsikan perilaku individu lain secara
berbeda-beda dalam situasi yang berlainan. Apabila perilaku seseorang dianggap suatu
hal yang tidak biasa, maka individu lain yang bertindak sebagai pengamat akan
memberikan atribusi eksternal terhadap perilaku tersebut, sebaliknya jika hal itu
dianggap hal yang biasa, maka akan dianggap sebagai atribusi internal.
2. Konsensus
Konsensus artinya jika semua orang mempunyai kesamaan pdanangan dalam merespon
perilaku seseorang jika dalam situasi yang sama. Apabila konsesnsusnya tinggi, maka
termasuk atribusi eksternal, sebaliknya jika konsensusnya rendah, maka termasuk
atribusi internal.
3. Konsistensi
Konsistensi yaitu jika seseorang menilai perilaku-perilaku orang lain dengan respon
sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten perilaku itu, orang akan menghubungkan
hal tersebut dengan sebab-sebab internal dan sebaiknya.

2.3 Teori Atribusi Edward Jones dan Keith Davis


Teori ini dikembangkan oleh Jones & Davis (1965) bermula dari asumsi bahwa
seseorang mengobservasi perilaku orang lain dan kemudian menarik kesimpulan tentang
disposisi (ciri-ciri sifat) kepribadian orang yang diamati tersebut. Dengan kata lain, teori
inferensi korespodensi ini menjelaskan tentang bagaimana kita menarik kesimpulan tentang
orang lain melalu observasi atau pengamatan terhadap orang lain tersebut. Sifat kepribadian
tersebut (disposisi) inipun diasumsikan kehadiran/keberadaannya stabil pada diri orang itu dan
berlaku dari satu situasi ke situasi lainnya
Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan dasar untuk menarik suatu kesimpulan
tentang apakah suatu perbuatan disebabkan oleh sifat kepribadian ataukah disebabkan oleh
tekanan situasi. Jika faktor-faktor berikut ini hadir( ada) disaat seseorang melakukan perbuatan
atau tindakan, maka dapat dipastikan perbuatan/tindakan tersebut disebabkan karena faktor
sifat-sifat kepribadian (disposisi) orang tersebut.
Tiga faktor yang mencerminkan disposisi seseorang yang menjadi pusat perhatian saat
observasi yaitu :
 Non Common Effect (tindakan yang tidak umum/unik)
Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim lebih mencerminkan atribusi pelaku
dari pada yang hasilnya yang berlaku. umum.
Contoh: seorang lulusan SMA yang pandai dan dapat diterima di fakultas Hukum atau fakultas
Ekonomi, tetapi Ia justru memilih jurusan Ilmu Komunikasi, lebih jelas motivasinya dari pada
siswa yang prestasinya rata-rata, tetapi bersikeras masuk ke fakultas hukum atau ekonomi.

 Freely chosen act ( tindakan atas pilihan sendiri)


Perilaku yang timbul karena kemauan orang itu sendiri atau orang itu bebas memilih
kelakuannya sendiri perlu lebih diperhatikan dari pada perilaku karena peraturan atau
ketentuan atau tata cara atau perintah orang lain.
Contoh : kasir yang cemberut atau satpam yang tersenyum lebih mencerminkan keadaan dirinya
dari pada kasir yang harus tersenyum atau satpam yang harus galak, hal tersebut  benar-benar
mencerminkan atribusinya sendiri karena mereka mempunyai pilihan sendiri.

 Low social desirability (tindakan yang menyimpang kebiasaan)


Perilaku yang tidak biasa lebih mencerminkan atribusi dari pada perilaku yang umum.
Contoh : seorang pelayan toko menunjukkan toko lain kepada pelanggannya yang menanyakan
barang yang tidak tersedia di toko tersebut.

2.4 Teori Atribusi Harlod Kelley


Teori Harold Kelley merupakan perkembangan dari Heider. Fokus teori ini, apakah
tindakan tertentu disebabkan oleh daya-daya internal atau daya-daya eksternal. Kelley
berpandangan bahwa suatu tindakan merupakan suatu akibat atau efek yang terjadi karena
adanya sebab. Oleh karena itu, Kelley mengajukan suatu cara untuk mengetahui ada atau
tidaknya hal-hal yang menunjuk pada penyebab tindakan, apakah daya internal atau daya
eksternal. Kelley mengajukan tiga faktor dasar yang kita gunakan untuk memutuskan hal
tersebut, yaitu:

a. Konsistensi : respon dalam berbagai waktu dan situasi, yaitu sejauh mana seseorang
merespon stimulus yang sama dalam situasi atau keadaan yang yang berbeda.
Misalnya A bereaksi sama terhadap stimulus pada kesempatan yang berbeda, maka
konsistensinya tinggi.

b. Informasi konsensus : bagaimana seseorang bereaksi bila dibandingankan dengan


orang lain, terhadap stimulus tertentu. Dalam artian sejauh mana orang-orang lain
merespon stimulus yang sama dengan cara yang sama dengan orang yang kita
atribusi. Misalnya bila A berperilaku tertentu, sedangkan orang-orang lain tidak
berbuat demikian, maka dapat dikatakan bahwa consensus orang yang bersangkutan
rendah.

c.    Kekhususan (distinctiveness) : sejauh mana orang yang kita atribusi tersebut
memberikan respon yang berbeda terhadap berbagai stimulus yang kategorinya
lama.
2.5 Teori Atribusi Bernard Weiner
Bernard Weiner mengembangkan sebuah kerangka kerja teoretis yang sangat
berpengaruh dalam psikologi sosial hingga kini. Teori atribusi yang dikembangkan oleh Weiner
lebih menekankan pada pencapaian. Menurut Weiner, faktor-faktor penting yang
mempengaruhi atribusi adalah kemampuan, upaya atau usaha, kesulitasn tugas, dan
keberuntungan. Atribusi dikelompokkan ke dalam tiga dimensi kausalitas, yaitu :
Locus of control – internal dan eksternal
Stability – apakah penyebab berubah setiap waktu atau tidak
Controllability – penyebab seseorang dapat mengendalikan keterampilan dan penyebab
seseorang tidak dapat mengendalikan tindakan orang lain dan lain-lain
Ketiga dimensi tersebut secara bersama-sama menciptakan delapan skenario yang digunakan
orang untuk menjelaskan pencapaian dan kekecewaan mereka. Kedelapan skenario itu adalah
(McDermott, 2009 : 61)  :
Internal – stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya tidak terlalu pintar”.
Internal – stabil – dapat dikontrol, misalnya “saya selalu menunggu hingga menit-menit akhir”.
Internal – tidak stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya merasa pusing”.
Internal – tidak stabil – dapat dikontrol, misalnya “saya lupa tentang acara itu”.
Eksternal – stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya harapan guru yang tidak realistis
Eksternal – stabil – dapat dikontrol, misalnya “guru membenci saya”.
Eksternal – tidak stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya tadi di bis yang mengalami
kecelakaan”.
Eksternal – tidak stabil – dapat dikontrol, misalnya “anjing itu makan makanan saya”.

2.6 Kesalahan dalam Atribusi


Terdapat beberapa jenis kesalahan dalam atribusi, diantaranya adalah kesalahan atribusi
yang mendasar, bias melayani diri sendiri, atribusi defensif, dan efek faktor pengamat.

- Kesalahan atribusi yang mendasar


Kesalahan atribusi yang umum di mana orang terlalu menekankan perilaku personal
atau disposisi (internal) perilaku negatif orang lain atau hasil buruk dan meremehkan
faktor situasional (eksternal). Ketika menafsirkan tindakan atau hasil positif orang lain,
bagaimanapun orang terlalu menekankan penyebab situasional dan meremehkan
penyebab disposisi. Contoh kesalahan atribusi yang mendasar adalah “Jika kamu gagal,
maka berarti kamu bodoh”. Dari contoh tersebut terlihat bahwa terdapat kecenderungan
untuk merendahkan peran disposisi atau faktor internal atau faktor-faktor pribadi.
Merujuk apa yang dinyatakan oleh Heider bahwa orang-orang adalah prototipe dari asal
usulnya maka dengan memandang orang sebagai sebuah prototipe dari asal usulnya
sejatinya menuntun kita pada kesalahan atribusi yang mendasar.

- Bisa melayani diri sendiri


Kesalahan dimana individu mengaitkan kesuksesan dan kegagalan mereka dengan
faktor yang berbeda. Keberhasilan seseorang dan hasil positif dikaitkan dengan
karakteristik internal dan disposisi sedangkan kegagalan seseorang atau hasil negatif
dianggap berasal dari sebab eksternal dan situasional.
- Atribusi defensif
Kecenderungan untuk menyalahkan korban atas kemalangan mereka sendiri. Atribusi
defensif dapat disebut sebagai pengembangan dari kesalahan atribusi yang mendasar.
- Efek aktor pengamat
Karena adanya perbedaan perspektif dan perbedaan informasi tentang suatu kejadian
dan partisipan. Setiap aktor memiliki informasi yang lebih tentang perilaku di masa lalu
dan lebih waspada terhadap faktor-faktor situasional dibandingkan pengamat. Ketika
pengamat memiliki informasi yang lebih tentang seseorang dan situasi, maka mereka
akan menjadi kurang rawan terhadap kecenderungan tersebut.

.7 Kelebihan dan Kekurangan Teori Atribusi


Teori atribusi pun dipandang memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan
kekurangan teori atribusi adalah sebagai berikut :

- Kelebihan teori atribusi


 Teori atribusi menyediakan kemampuan dalam memberikan prediksi guna
membantu kita mengatasi semua yang ditawarkan oleh kehidupan.
 Teori atribusi efektif dalam memprediksi perilaku ketika identifikasi
penyebabnya dilakukan dengan benar.
- Kekurangan teori atribusi
 Kesimpulan yang tidak akurat dapat menyebabkan penilaian yang salah.
 Dapat menimbulkan pengharapan adanya perilaku tertentu dari diri sendiri atau
orang lain yang bisa saja tidak akan menjadi kenyataan.

2.8 Contoh Atribusi Internal


 kita yang berfikir kalau kita salah bicara atau kurangnya pengalaman pada saat
interview kerja sehingga menyebabkan kita tidak diterima kerja di tempat tersebut.
 Seorang pedagang gorengan yang berfikir kalau gorengannya tidak enak karena
dagangannya tidak laku
 Pemain bulu tangkis yang berfikir kalau dia kalah karena kurang nya Latihan dan kerja
keras.
2.9 Contoh Atribusi Eksternal
 Kita yang berfikir kalau seorang HRD terlalu banyak melontarkan pertanyaan jebakan
sehingga kita terjebak dan gagak dalam interview masuk kerja .
 Seorang pedagang gorengan yang berfikir kalau dia sedang di guna guna karena
dagangannya tidak laku .
 Pemain bulu tangkis yang berfikir kalau dia kalah karena lawannya curang atau wasit
nya telah di bayar oleh lawannya
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori atribusi adalah teori psikologi sosial yang menerangkan bagaimana orang mencari
dan memberikan arti terhadap perilaku orang lain. Beberapa kesimpulan teori atribusi yang
dapat diambil antara lain:
 Atribusi adalah proses yang kompleks dan terjadi secara cepat di dalam pikiran kita
ketika kita memahami perilaku orang lain.
 Atribusi dapat dilakukan secara internal (karakteristik pribadi) atau eksternal (faktor
situasional) terhadap perilaku orang lain.
 Atribusi internal sering kali digunakan ketika perilaku orang tersebut tidak sesuai
dengan norma atau nilai sosial yang berlaku, sementara atribusi eksternal digunakan
ketika perilaku tersebut sesuai dengan norma atau nilai sosial yang berlaku.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa komunikasi berusaha untuk lebih memahami dan mengerti tentang
ilmu komunikasi. Supaya ketika terjun dalam dunia sosial kita bisa mempraktekkan ilmu yang
sudah didapat dalam perguruan tinggi ini agar bisa berguna bagi orang sekitar dan masyarakat
Daftar Pustaka
https://lets-sharing-information.blogspot.com/2016/06/teori-atribusi-1-teori-atribusi-
harrold.html#more
https://pakarkomunikasi.com/teori-atribusi
http://fadhilahdilo.blogspot.com/2014/09/makalah-atribusi.html
https://www.indopositive.org/2020/09/pengertian-teori-atribusi-atribution.html

Anda mungkin juga menyukai