Meskipun disebut sebagai teori atribusi, namun sejatinya teori atribusi meliputi beberapa macam teori
atribusi yang telah dirumuskan oleh para ahli psikologi, diantaranya adalah teori atribusi Fritz Heider,
teori atribusi Edward Jones dan Keith Davis, teori atribusi Harold Kelley, dan teori atribusi Bernard
Weiner.
Fritz Heider adalah peneliti pertama yang mengenalkan teori atribusi saat teori-teori belajar dari
pendekatan behaviorisme (contohnya teori operant conditioning), teori-teori memori dan teori-teori
psikoanalisis mendominasi ranah psikologi akademis. Teori-teori tersebut jarang sekali digunakan untuk
menjelaskan perilaku manusia. Sebaliknya, melalui teori atribusinya, Heider mencoba untuk
menekankan bahwa mempelajari atribusi sangatlah penting karena atribusi memberikan pengaruh pada
apa yang dirasakan dan apa yang dilakukan oleh manusia.
Heider juga merupakan peneliti pertama yang mengkaji tentang proses atribusi khususnya pada
bagaimana seseorang membangun sebuah impresi atau kesan bagi orang lain. Menurutnya, impresi atau
kesan ini dibangun melalui tuga tahapan proses yaitu pengamatan perilaku, menentukan apakah
perilaku itu disengaja atau tidak, dan mengelempokkan perilaku ke dalam perilaku yang termotivasi
secara internal atau eksternal. (Baca juga : Teori Interaksi Simbolik).
Pada tahun 1965, Edward Jones dan Keith Davis mempublikasikan sebuah teori correspondent inference
atau inferensi koresponden. Berdasarkan teori inferensi koresponden, kita cenderung menggunakan
informasi tentang perilaku orang lain dan efeknya untuk menggambarkan sebuah inferensi koresponden
dimana perilaku tersebut dikaitkan dengan karakteristik disposisi atau kepribadian. Hal ini dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
Pertama, mengidentifikasi maksud dari efek perilaku seseorang. Kita cenderung untuk menarik inferensi
koresponden jika perilaku tersebut muncul dengan disengaja dibandingkan dengan tidak disengaja.
Kedua, kita cenderung memutuskan ada korespondensi bila dampak dari perilaku tersebut tidak
diinginkan secara sosial.
Baca juga : Proses Interaksi Sosial – Jenis-jenis Interaksi Sosial
Inferensi koresponden dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu efek-efek yang tidak umum, keinginan
sosial, dan kebebasan memilih.
Efek-efek tidak umum – berbagai elemen pola tindakan yang tidak dibagi dengan pola tindakan
alternative.
Keinginan sosial – perilaku yang tidak diinginkan secara sosial dapat menuntun pada inferensi
koresponden dibandingkan dengan perilaku yang diinginkan secara sosial.
Kebebasan memilih – semakin besar kebebasan memilih maka semakin besar pula inferensi
koresponden.
Teori ini mengasumsikan bahwa pengamat memutuskan kesamaan efek dengan membandingkan
perilaku aktual aktor dengan beberapa tindakan yang tidak dipilih. Sejatinya, pengamat jarang
mempertimbangkan tindakan yang tidak dipilih.
Kesimpulan koresponden kerapkali digambarkan bahkan ketika kita menilai tindakan seseorang tidak
disengaja.
Proses yang terlibat dalam menarik kesimpulan tentang perilaku orang lain lebih kompleks daripada
yang disarankan dalam teori inferensi koresponden.
Harold Kelley adalah salah satu ahli yang mengembangkan teori atribusi lebih lanjut yang dikenal
dengan model kovarians Kelley. Model ini merupakan teori atribusi dimana orang membuat kesimpulan
sebab akibat untuk menjelaskan mengapa orang lain dan diri kita berperilaku dengan cara tertentu. Hal
ini berkaitan dengan persepsi sosial dan persepsi diri.
Prinsip kovariasi menyatakan bahwa sebuah efek dikaitkan dengan salah satu penyebabnya yang
mungkin dan berlebihan. Dalam artian bahwa perilaku tertentu dikaitkan dengan potensi penyebab yang
muncul pada saat bersamaan. Prinsip ini berguna bila individu memiliki kesempatan untuk mengamati
perilaku tersebut selama beberapa kali. Penyebab hasil dapat dikaitkan dengan orang (internal),
stimulus (eksternal), keadaan, atau beberapa kombinasi dari faktor-faktor ini. Atribusi dibuat
berdasarkan tiga kriteria, yaitu konsensus, keistimewaan, dan konsistensi.
Konsensus – menggambarkan bagaimana orang lain, dalam keadaan yang sama, akan berperilaku.
Konsistensi – merujuk pada apakah orang yang diamati akan berperilaku dengan cara yang sama, dalam
situasi yang sama, setiap waktu.
Keistimewaan – merujuk pada berbagai variasi dalam mengamati perilaku orang lain dalam situasi yang
berbeda.
Bernard Weiner mengembangkan sebuah kerangka kerja teoretis yang sangat berpengaruh dalam
psikologi sosial hingga kini. Teori atribusi yang dikembangkan oleh Weiner lebih menekankan pada
pencapaian. Menurut Weiner, faktor-faktor penting yang mempengaruhi atribusi adalah kemampuan,
upaya atau usaha, kesulitasn tugas, dan keberuntungan. Atribusi dikelompokkan ke dalam tiga dimensi
kausalitas, yaitu :
Controllability – penyebab seseorang dapat mengendalikan keterampilan dan penyebab seseorang tidak
dapat mengendalikan tindakan orang lain dan lain-lain
Ketiga dimensi tersebut secara bersama-sama menciptakan delapan skenario yang digunakan orang
untuk menjelaskan pencapaian dan kekecewaan mereka. Kedelapan skenario itu adalah (McDermott,
2009 : 61) :
Internal – stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya tidak terlalu pintar”.
Internal – stabil – dapat dikontrol, misalnya “saya selalu menunggu hingga menit-menit akhir”.
Internal – tidak stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya merasa sakit”.
Internal – tidak stabil – dapat dikontrol, misalnya “saya lupa tentang pendaftaran itu”.
Eksternal – stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya harapan dosen yang tidak realistis
Eksternal – tidak stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya tadi di mobil yang mengalami
kecelakaan”.
Eksternal – tidak stabil – dapat dikontrol, misalnya “kucing itu makan makanan saya”.
Terdapat beberapa jenis kesalahan dalam atribusi, diantaranya adalah kesalahan atribusi yang
mendasar, bias melayani diri sendiri, atribusi defensif, dan efek faktor pengamat.
Kesalahan atribusi yang umum di mana orang terlalu menekankan perilaku personal atau disposisi
(internal) perilaku negatif orang lain atau hasil buruk dan meremehkan faktor situasional (eksternal).
Ketika menafsirkan tindakan atau hasil positif orang lain, bagaimanapun orang terlalu menekankan
penyebab situasional dan meremehkan penyebab disposisi. Contoh kesalahan atribusi yang mendasar
adalah “Jika kamu gagal, maka berarti kamu bodoh”. Dari contoh tersebut terlihat bahwa terdapat
kecenderungan untuk merendahkan peran disposisi atau faktor internal atau faktor-faktor pribadi.
Merujuk apa yang dinyatakan oleh Heider bahwa orang-orang adalah prototipe dari asal usulnya maka
dengan memandang orang sebagai sebuah prototipe dari asal usulnya sejatinya menuntun kita pada
kesalahan atribusi yang mendasar.
C. Atribusi defensif
Kecenderungan untuk menyalahkan korban atas kemalangan mereka sendiri. Atribusi defensif dapat
disebut sebagai pengembangan dari kesalahan atribusi yang mendasar.
Karena adanya perbedaan perspektif dan perbedaan informasi tentang suatu kejadian dan partisipan.
Setiap aktor memiliki informasi yang lebih tentang perilaku di masa lalu dan lebih waspada terhadap
faktor-faktor situasional dibandingkan pengamat. Ketika pengamat memiliki informasi yang lebih
tentang seseorang dan situasi, maka mereka akan menjadi kurang rawan terhadap kecenderungan
tersebut.
Baca juga : Media Massa Menurut Para Ahli – Teori Media Massa
Teori atribusi pun dipandang memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan
teori atribusi adalah sebagai berikut :
Teori atribusi menyediakan kemampuan dalam memberikan prediksi guna membantu kita mengatasi
semua yang ditawarkan oleh kehidupan.
Teori atribusi efektif dalam memprediksi perilaku ketika identifikasi penyebabnya dilakukan dengan
benar.
b. Kekurangan teori atribusi
Dapat menimbulkan pengharapan adanya perilaku tertentu dari diri sendiri atau orang lain yang bisa
saja tidak akan menjadi kenyataan.
Dalam teori atribusi, kesimpulan yang dibuat oleh seseorang kemungkinan besar menjadi bias karena
cenderung melestarikan citra dirinya.
Baca juga : Macam-macam Media Komunikasi – Komunikasi Langsung dan Tidak Langsung
Kritik
Teori atribusi secara umum tidak lepas dari kritik, berikut adalah beberapa diantaranya :
Teori atribusi dipandang terlalu mekanis dan reduksionis karena mengasumsikan orang adalah pemikir
yang rasional, logis, dan sistematis.
Teori atribusi dipandang tidak berhasil dalam mengatasi faktor budaya, sosial dan sejarah yang
membentuk atribusi kausalitas.
Baca juga :
Filsafat Komunikasi
Mempelajari teori atribusi dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :
Demikianlah ulasan singkat tentang teori atibusi sebagai salah satu teori komunikasi interpersonal yang
berakar dari psikologi sosial. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori
komunikasi dan ilmu komunikasi pada umumnya.
SHARE
TAGS:
RELATED POST
Teori Perubahan Sosial dan Budaya – Pengertian, Konsep, Penerapan, dan Kritik
RECENT POSTS
JENIS-JENIS KOMUNIKASI
5 months ago
KOMUNIKASI PEMASARAN
Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh
diabaikan begitu…
8 months ago
STRATEGI KOMUNIKASI
Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia,
banyak aktifitas…
10 months ago
TEKNIK KOMUNIKASI
Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk
digunakan…
10 months ago
KOMUNIKASI DIGITAL
Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka
pelaku…
11 months ago
JENIS-JENIS KOMUNIKASI
Komunikasi Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan
terapi untuk membina hubungan…
11 months ago
Home Adchoices Cookies Term Of Use Disclaimer Hubungi Kami Kebijakan Privasi Ketentuan Layanan
Tentang Kami
© PakarKomunikasi.com - All Rights Reserved - Hak Cipta di lindungi Undang UndangView Desktop
Version