Persepsi dan
pembuatan Keputusan
individu
Pengertian Persepsi
1. Stephen P. Robbins : Persepsi (perception) adalah
proses di mana individu mengatur dan
menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka
guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.
2. Organisasional, model-model pengambilan
keputusan yang memperhitungkan karakteristik
politik dan structural dari organisasi.
3. Birokrasi, apapun yang dilakukan organisasi adalah
hasil dari rutinitas dan proses bisnis yang terasah
oleh penggunaan aktif selama bertahun-tahun.
4. Keputusan klasik (classical dision), berpandangan
bahwa manager bertindak dalam kepastian.
Merupakan model yang sangat rasional untuk
pembuatan keputusan manajerial.
Model-model
5. Keputusan administrasi,
menurut Herbert Simon, manager dalam pengambilan
keputusan menghadapi 3 kondisi:
a. Informasi tidak sempurna, dan tidak lengkap.
b. Rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality).
c. Cepat puas (satisfice).
3 konsep untuk membantu manajer menempatkan
pembuatan keputusan dalam perspektif, yaitu:
a. Rasionalitas terbatas dan memadai (bounded rationality and satisficing)
Menekankan bahwa pembuatan keputusan harus menghadapi kenyataan tidak memadainya
informasi mengenai sifat masalah dan menyelesaikan yang mungkin, kekurangan waktu dan
uang untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap, ketidakmampuan untuk mengingat
sejumlah dasar informasi, dan batas-batas kecerdasan mereka sendiri. Yang perlu dipelajari
oleh pembuatan keputusan efektif adalah menerima yang memadai dengan gambaran sasaran
organisasi jelas terbayang dalam benak.
b. Heuristic
Orang yang tergantung pada prinsip heuristic / pedoman umum, untuk menyederhanakan
pembuatan keputuasan
c. Memutuskan siapa yang membuat keputusan (bisa)
Model rasional tidak memberikan pedoman mengenai siapa yang harus membuat keputusan,
“siapa yang akan memutuskan?” merupakan keputusan pertama yang harus dibuat manajer.
Keputusan ini bias sangat rumit.
Pertimbangan dalam pengambilan keputusan :
1. Perasaan, firasat, feeling/ intuisi.
2. Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan interpretasi fakta-fakta
secara rasional sistematis.
3. Pengalaman/ ervaring.
4. Kewibawaan, atau pengaruh yang dipunyai oleh decision maker.
5. Kewenangan/ kekuasaan formal yang dimiliki oleh decision maker
Jadi decision maker harus menentukan strategi dan metode
pengambilan keputusan. Ke 5 hal diatas dimiliki oleh decision
maker secara individual, maka ia dapat mengambil keputusan
secara individual.
Klasifikasi model pengambilan keputusan:
1. Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan
lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2. Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model tentang
persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan sebagainya.
3. Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional,
kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4. Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
5. Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik,
dan sebagainya.
6. Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu
digunakan; lain-lain.
7. Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model
keseluruhan, dan lain-lain.
8. Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah
direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan
juga.
“Quade” membedakan model ke dalam dua tipe:
1. Model kuantitatif
adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian
hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis
lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-
program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara
lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari
asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses
dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk
pemecahannya.
2. Model kualitatif
didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika
dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui
kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan
pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang
pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks klasifikasi model pengambilan keputusan:
1. Model Probabilitas
Umumnya model-model keputusan merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan
memberi hasil tertentu (the concept of probability and expected value). Adapun yang dimaksud
dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the
chance of particular event occuring).
Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan melalui
pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi tersebut.
Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang semuanya
bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang, misalnya agar nantinya dapat
menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa resesi, untuk dapat menaikkan tingkatan
pendapatan masyarakat, lain sebagainya.
2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)
Dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut
kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang.
Adapun nilai yang diharapkan dari setiap peristiwa yang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya
peristiwa itu dikalikan dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana
terjadinya peristiwa yang diharapkan masih diragukan.
3. Model Matriks Gullet dan Hicks
Model matriks (the payoff matrix model), merupakan model khusus yang menyajikan
kombinasi antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Gullett dan Hicks mengatakan : “The payoff matrix is a particularly convenient method
of displaying and summarizing the expected value alternative strategics”. Model matriks
terdiri dari dua hal, yaitu baris dan lajur . Baris (Row) bentuknya menjajar , sedangkan
Lajur (Coloum) bentuknya menegak (vertical) .
4. Model Pohon Keputusan (Decision Tree Model)
Suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu proses untuk merinci
masalah-masalah yang dihadapinya kedalam komponen-komponen, kemudian
dibuatkannya alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi masing-masing.
Pohon keputusan dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam
proyek yang sedang ditangani. Welch and Comer memberikan definisi sebagai berikut :
“The decision tree is a simple diagram showing the possible consequences of alternative
decision. The tree includes the decision nodes chance modes, pay offs for each
combination, and the probabilitie of each event.”
Menurut Welch, 4 komponen dari pohon keputusan yakni :
1. Simpul Keputusan,
2. Simpul Kesempatan,
3. Hasil dari kombinasi, dan
4. Kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap peristiwa yang terjadi.
Diagram pohon ini salah satu langkah yang diperlukan dalam pengambilan
rancangan bangun proyek
Adapun langkah-langkah perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:
a. Mengadakan indentifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang ada
secara bersama-sama membentuk masalah tertentu yang nantinya harus
dipecahkan melalui diagram keputusan.
b. Masalah utama iitu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.
c. Masalah yang sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam masalah
yang lebih kecil.
5. Model kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh)
Kurva berbentuk garis dimana titik yang berada pada garis kurva tersebut
mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang sama.
Kurva Indiferen mempunyai 4 ciri penting , yaitu :
a. Kurva indiferen membentuk lereng yang negatif. Kemiringan yang ngatif
menunjukkan fakta atau asumsi bahwa satu dapat diganti dengan
komoditas lain sehingga konsumen mempunyai tingkat kepuasan yang
tetap sama.
b. Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu keadaan atau lingkupan maka
keduanya tidak akan saling berpotongan
c. Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah bahwa kurva indiferen ditarik
melalui setiap titik sehingga membentuk gari kurva.
d. Kurva indiferen dibutuhkan bagi pengorbanaan tertentu untuk
mendapatkan kepuasan yang optimal.
6. Model Simulasi Komputer
Pengambilan keputusan diperlukan rancangan
bangun (design) yang biasanya menggunakan
komputer yang mampu menirukan apa-apa
yang dilakukan organisasi.
Robert D. Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis
kebijakan pengambilan keputusan ke dalam beberapa kategori :
1. Model Matematika
menggunakan teknik seperti misalnya linear programming, teori jaringan kerja, dsb. komputer dapat
digunakan begitu pula dengan kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan sebagai
simulator.
2. Model Simulasi Komputer
merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang dibuat dengan peralatan dan ukuran yang sama
persis dengan yang sesungguhnya.
3. Model Permainan Operasional
Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan. Informasi diperoleh dari
komputer atau video game yang menyajikan masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-perangan
(war games),video memberikan informasi dan menyajikan masalah yang berupa datangnya musuh yang akan
menyerang kita dengan macam-macam cara penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan
menghancurkan musuh dengan peralatan yang telah disediakan pada video games tersebut.
4. Model verbal
model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu
kemudian dibuat dalilnya yang kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang
nonkuantitatif.
Anthony down memberikan contoh model verbal yang menyangkut birokrasi.
Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4 ciri :
1. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat tertinggi hanya mengetahui kurang dari
setengah dari seluruh anggotanya secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah administratif
substansial.
2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat menggantungkan dari pada kesempatan
kerja dan gajinya pada organisasi itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada prestasinya dalam organisasi itu atau
ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh organisasi tersebut.
4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran. Prestasi kerja para anggota atau
karyawan secara tidak langsung juga ikut menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.
Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan) ikut berperan dan oleh karena itu perlu
mendapat perhatian. Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi terhadap
berlakunya dalil dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan pertimbangan.
5. Model fisik
Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting untuk dianalisis. Model ini,misalnya
model dalam rangka pembuatan bangunan atau tata kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku
model perencanaan jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan serangkaian
keputusan dalam program pembangunan dan pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat
dilakukan secara serentak, dalam arti tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian
berikutnya. Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur daripada policy maker.
Model Perilaku Pengambilan keputusan
Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional,
yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk
memperoleh keuntungan maksimum
Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang
tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai
utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan
Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat
setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan
Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang sering tidak rasional
dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
a. Model Preskiptif
b. Model Deskriptif
Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher : pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
a. Model Preskiptif
Model yang menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan dengan
cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan yang membantu
kelompok mencapai consensus. Model ini disebut juga sebagai model normatif.
Penerapan model preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu : 1. Orientasi,
yaitu menentukan bagaimana situasi yang dihadapi. 2.Evaluasi, yaitu menentukan sikap yang
perlu diambil. 3.Pengawasan, yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk
menghadapi situasi tersebut. 4.Pengambilan keputusan, yaitu menentukan pilihan atas
berbagai alternatif yang telah dievaluasi. 5.Pengendalian, yaitu melakukan pengawasan
terhadap pelaksannan hasil keputusan.
b. Model Deskriptif
Model yang menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan. Model ini juga
menerangkan (menggambarkan) segala sesuatu sebagaimana apa adanya. Model ini juga
memberikan kepada manajer informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan-
keputusan, dan tidak menawarkan penyelesaian masalah.
Kriteria Keputusan Etis
Pertimbangan etis merupakan suatu Kriteria yang
penting dalam pengambilan keputusan
organisasioanal. Tiga cara yang berlainan untuk
embuat kerangka keputusan dan memeriksa factor-
faktor yang membentuk perilaku pengambilan
keputusan etis.
Tiga Kriteria keputusan etis tersebut yaitu :
1. Kriteria Utilitarian, keputusan diambil semata-mata atas hasil atau
konsekuensi mereka. Pada kriteria ini mendorong efisiensi dan produktivitas,
tetapi dapat mengakibatkan pengabaian hak dari beberapa individu.
2. Kriteria menekankan pada hak, mempersilahkan individu untuk mengambil
keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar.
Penggunaan hak sebagai kriteria dapat memberikan kebebasan dan
perlindungan kepada individu, tetapi dapat merintangi efisiensi dan
produktivitas.
3. Kriteria menekankan pada keadilan, mensyartkan individu untuk
mengenakan dan memperkuat aturan-aturan secara adil dan tidak berat
sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Melindungi
kepentingan individu yang kurang terwakili dan yang kurang berkuasa, tetapi
kriterian ini dapat mendorong kepemilikian yang akan mengurangi
pengambilan risiko, inovasi, dan produktivitas.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Etis
1. Tahap-tahap perkembangan moral Adalah suatu penilaian dari
kapasitas seseorang untuk menimbang secara moral. Makin tinggi
perkembangan moral seseorang, makin kurang bergantung ia pada
pengaruh-pengaruh luar dan, dari situ , akan makin cenderung untuk
berperilaku etis.
2. Tempat kedudukan kendali Karakteristik kepribadian yang
mengukur sejauh mana orang meyakini bahwa mereka bertanggung
jawab untuk peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka.
3. Lingkungan organisasional Merujuk pada persepsi karyawan
mengenai pengharapan organisasional. Apakah organisasi itu
mendorong perilaku yang etis atau tidak.