Anda di halaman 1dari 35

PERTEMUAN 5

Persepsi dan
pembuatan Keputusan
individu
Pengertian Persepsi
1. Stephen P. Robbins : Persepsi (perception) adalah
proses di mana individu mengatur dan
menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka
guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.

2. Manahan, Persepsi adalah gambaran seseorang


tentang sesuatu obyek yang menjadi fokus
permasalahan yang sedang dihadapi.
3. Rakhmat Jalaludin (1998: 51) Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,


atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
4. Menurut Ruch (1967: 300),
Persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-
petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa
lampau yang relevan diorganisasikan untuk
memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur
dan bermakna pada suatu situasi tertentu.
5. Atkinson dan Hilgard (1991: 201)
Lanjutan

Persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan


mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. 
6. Gibson dan Donely (1994: 53)
Persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh
seorang individu.
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan
persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif.
Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan
realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat
penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.
Faktor yang mempengaruhi Persepsi
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
1. Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya
akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap,
motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.
Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan
mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. 
2. Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan
membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang
berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. 
3. Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang
wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki
bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat
besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
Teori Atribusi
1. Manahan adalah proses pembentukan persepsi dimulai dengan jalan
obsevasi tentang sesuatu obyek atau subyek, yang kemudian
diinterpretasikan menjadi persepsi dengna melengkapi gambaran-
gambaran penyebab dan yang akan mengakibatkan sesuatu akan terjadi
secara berlanjut. 
2. Robbins adalah pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu
mengamati perilaku, mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan
faktor internal atau eksternal.
Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh
penyebab-penyebab internal karena sebagai manusia mereka mempunyai
keyakinan, maksud, dan motof-motif didalam dirinya. Namun persepsi kita
terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dan lain sebagainya, akan
berbeda karena mereka adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya
sendiri (eksternal).
Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal
atau internal bergantung pada tiga faktor :
 Kekhususan :
apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang
berlainan dalam situasi yang berlainan.
 Konsensus :
yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa
bereaksi dengan cara yang sama.
 Konsistensi :
apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari
waktu ke waktu.
Jalan Pintas menilai orang
Dalam menilai stimulus atau objek,
menggunakan pola tertentu yang berbeda,
menggunakan pola untuk membuat
kesimpulan tentang arti dari objek atau
stimulasi disebut jalan pintas persepsi.
Pola untuk membuat kesimpulan antara lain:
 Persepsi Selektif:
Menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang berdasarkan minat, latar
belakang, pengalaman, dan sikap seseorang.
 Efek Halo:
Membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu berdasarkan sebuah
karakteristik.
 Efek-efek kontras:
Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-
perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau
lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang sama.
 Proyeksi:
Menghubungkan karakateristik-karakteristik diri sendiri dengan individu lain.
 Pembentukaan Stereotip:
Menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok di mana ia tergabung.
Pembuatan Keputusan individual
Pengambilan Keputusan didefinisikan
sebagai pemilihan dua alternatif atau
lebih akan tetapi dipandang sebagai
proses, aktivitas pemilihan sebenarnya
di dahului oleh pengumpulan informasi
dan pengembangan alternatif.
Hubungan antara Persepsi dan Pembuatan Keputusan Individual
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun
atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi.
Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan
dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh
persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu
masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu keadaan
dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut
pertimbangan arah tindakan alternatif.
Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai penurunan
penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun didivisi lain
penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oleh managernya.
Lanjutan

Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan


evaluasi terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu
disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan
dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan
akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan
yang besar pada hasil akhirnya.
Dalam kenyataannya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
seseorang tidak sistematis seperti proses yang dikemukakan
sebelumnya. Keputusan individu dalam organisasi biasanya dilakukan
untuk permasalahan-permasalahan yang tidak kompleks.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh empat
faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, kecenderungan dalam
pengambilan resiko dan kemungkinan ketidakcocokan.
Lanjutan

Persepsi merupakan fungsi penting bagi


individu dalam membuat keputusan
(decission making) karena persepsi mejadi
landasan bagi individu untuk meyusun
identifikasi, analisa, serta menyimpulkan
suatu objek atau subjek yang
dipersepsikan.
Model Pengambilan Keputusan

Model adalah percontohan yang mengandung


unsur yang bersifat penyederhanaan untuk dapat
ditiru (jika perlu).
Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan 
suatu proses berurutan yang memerlukan
penggunaan model secara cepat dan benar.
Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan
1.  Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal
dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah
yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
2. Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan
signifikan diantara unsur-unsur itu.
3. Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-
hubungan antar variabel. Hubungan ini biasanya
dinyatakan dalam bentuk matematika.
4.  Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan
keputusan.
Model Atau Proses
1. Pembuatan Keputusan Rasional
Pengambil keputusan harus membuat pilihan memaksimalkan
nilai yang konsisten dalam batas - batas tertentu. Ada enam
langkah dalam model pengambilan keputusan yang rasional,
yaitu :
1. menetapkan masalah,
2. mengidentifikasi kriteria keputusan,
3. mengalokasikan bobot pada kriteria,
4. mengembangkan alternatif,
5. mengevaluasi alternatif, dan
6. memilih alternatif terbaik.
Model pengambilan keputusan yang rasional mengandung sejumlah asumsi :
 Kejelasan masalah : pengambil keputusan memiliki informasi lengkap
sehubungan dengan situasi keputusan.
 Pilihan-pilihan diketahui : pengambil keputusan dapat mengidentifikasi
semua kriteria yang relevan dan dapat mendaftarkan semua alternatif
yang dilihat.
 Pilihan yang jelas : kriteria dan alternatif dapat diperingkatkan sesuai
pentingnya.
 Pilihan yang konstan : kriteria keputusan konstan dan beban yang
ditugaskan pada mereka stabil sepanjang waktu.
 Tidak ada batasan waktu dan biaya : sehingga informasi lengkap dapat
diperoleh tentang kriteria dan alternatif.
 Pelunasan maksimum : alternatif yang dirasakan paling tinggi akan dipilih.
Model-model

2. Organisasional, model-model pengambilan
keputusan yang memperhitungkan karakteristik
politik dan structural dari organisasi.
3.  Birokrasi, apapun yang dilakukan organisasi adalah
hasil dari rutinitas dan proses bisnis yang terasah
oleh penggunaan aktif selama bertahun-tahun.
4.  Keputusan klasik (classical dision), berpandangan
bahwa manager bertindak dalam kepastian.
Merupakan model yang sangat rasional untuk
pembuatan keputusan manajerial.
Model-model

5. Keputusan administrasi, 
menurut Herbert Simon, manager dalam pengambilan
keputusan menghadapi 3 kondisi:
a.   Informasi tidak sempurna, dan tidak lengkap.
b.  Rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality).
c.   Cepat puas (satisfice).
3 konsep untuk membantu manajer menempatkan
pembuatan keputusan dalam perspektif, yaitu:
a.   Rasionalitas terbatas dan memadai (bounded rationality and satisficing)
Menekankan bahwa pembuatan keputusan harus menghadapi kenyataan tidak memadainya
informasi mengenai sifat masalah dan menyelesaikan yang mungkin, kekurangan waktu dan
uang untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap, ketidakmampuan untuk mengingat
sejumlah dasar informasi, dan batas-batas kecerdasan mereka sendiri. Yang perlu dipelajari
oleh pembuatan keputusan efektif adalah menerima yang memadai dengan gambaran sasaran
organisasi jelas terbayang dalam benak.
b.  Heuristic
Orang yang tergantung pada prinsip heuristic / pedoman umum, untuk menyederhanakan
pembuatan keputuasan
c.   Memutuskan siapa yang membuat keputusan (bisa)
Model rasional tidak memberikan pedoman mengenai siapa yang harus membuat keputusan,
“siapa yang akan memutuskan?”  merupakan keputusan pertama yang harus dibuat manajer.
Keputusan ini bias sangat rumit.
Pertimbangan dalam pengambilan keputusan :
1.  Perasaan, firasat, feeling/ intuisi.
2.  Pengumpulan, pengolahan, penilaian, dan interpretasi fakta-fakta
secara rasional sistematis.
3.  Pengalaman/ ervaring.
4.  Kewibawaan, atau pengaruh yang dipunyai oleh decision maker.
5.  Kewenangan/ kekuasaan formal yang dimiliki oleh decision maker
Jadi decision maker harus menentukan strategi dan metode
pengambilan keputusan. Ke 5 hal diatas dimiliki oleh decision
maker secara individual, maka ia dapat mengambil keputusan
secara individual.
Klasifikasi model pengambilan keputusan:
1.  Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan
lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2.  Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model tentang
persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan sebagainya.
3.  Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional,
kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4.  Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
5.  Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik,
dan sebagainya.
6.  Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu
digunakan; lain-lain.
7.  Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model
keseluruhan, dan lain-lain.
8.  Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah
direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu dibicarakan
juga.
“Quade” membedakan model ke dalam dua tipe:
1. Model kuantitatif
adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian
hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan, atau analisis
lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa program-
program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan secara
lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis dari
asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses
dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk
pemecahannya.
2. Model kualitatif
didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika
dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui
kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan
pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang
pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks klasifikasi model pengambilan keputusan:
1. Model Probabilitas
Umumnya model-model keputusan merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan
memberi hasil tertentu (the concept of probability and expected value). Adapun yang dimaksud
dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu peristiwa tertentu (the
chance of particular event occuring).         
Demikian juga halnya dengan probabilitas statistic atau proporsi statistic dikembangkan melalui
pengamatan langsung terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi tersebut.
Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan dalam organisasi, yang semuanya
bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan masa mendatang, misalnya agar nantinya dapat
menanggulangi terhadap kesulitan-kesulitan dalam masa resesi,  untuk dapat menaikkan tingkatan
pendapatan masyarakat, lain sebagainya.
2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)           
Dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut
kemungkinan-kemungkinan yang telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang.
Adapun nilai yang diharapkan dari setiap peristiwa yang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya
peristiwa itu dikalikan dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah nilai dimana
terjadinya peristiwa yang diharapkan masih diragukan.
 
3. Model Matriks Gullet dan Hicks

Model matriks (the payoff matrix model), merupakan model khusus yang menyajikan
kombinasi antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Gullett dan Hicks mengatakan :  “The payoff matrix is a particularly convenient method
of displaying and summarizing the expected value alternative strategics”. Model matriks
terdiri dari dua hal, yaitu baris dan lajur . Baris (Row) bentuknya menjajar , sedangkan
Lajur (Coloum) bentuknya menegak (vertical) .
4. Model Pohon Keputusan (Decision Tree Model)
Suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu proses untuk merinci
masalah-masalah yang dihadapinya kedalam komponen-komponen, kemudian
dibuatkannya alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi masing-masing.
Pohon keputusan dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam
proyek yang sedang ditangani. Welch and Comer memberikan definisi sebagai berikut :
“The decision tree is a simple diagram showing the possible consequences of alternative
decision. The tree includes the decision nodes chance modes, pay offs for each
combination, and the probabilitie of each event.”
 
Menurut Welch,  4 komponen dari pohon keputusan yakni :
1.  Simpul Keputusan,
2.  Simpul Kesempatan,
3.  Hasil dari kombinasi, dan
4.  Kemungkinan-kemungkinan akibat dari setiap peristiwa yang terjadi.
Diagram pohon ini salah satu langkah yang diperlukan dalam pengambilan
rancangan bangun proyek 
Adapun langkah-langkah perlu dilakukan secara berturut-turut sebagai berikut:
a.  Mengadakan indentifikasi jaringan hubungan komponen-komponen yang ada
secara bersama-sama membentuk masalah tertentu yang nantinya harus
dipecahkan melalui diagram keputusan.
b. Masalah utama iitu kemudian dirinci kedalam masalah yang lebih kecil.
c.  Masalah yang sudah mulai terinci itu kemudian dirinci lagi kedalam masalah
yang lebih kecil.
5. Model kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh)
Kurva berbentuk garis dimana titik yang berada pada garis kurva tersebut
mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang sama.
Kurva Indiferen mempunyai 4 ciri penting , yaitu :
a. Kurva indiferen membentuk lereng yang negatif. Kemiringan yang ngatif
menunjukkan fakta atau asumsi bahwa satu dapat diganti dengan
komoditas lain sehingga konsumen mempunyai tingkat kepuasan yang
tetap sama.
b. Jika ada dua kurva indiferen dalam suatu keadaan atau lingkupan maka
keduanya tidak akan saling berpotongan
c. Hasil yang diperoleh dari asumsi ialah bahwa kurva indiferen ditarik
melalui setiap titik sehingga membentuk gari kurva.
d. Kurva indiferen dibutuhkan bagi pengorbanaan tertentu untuk
mendapatkan kepuasan  yang optimal.
6. Model Simulasi Komputer
Pengambilan keputusan diperlukan rancangan
bangun (design) yang biasanya menggunakan
komputer yang mampu menirukan  apa-apa
yang dilakukan organisasi.
Robert D. Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis
kebijakan pengambilan keputusan ke dalam beberapa kategori :
 1. Model Matematika
menggunakan teknik seperti misalnya linear programming, teori jaringan kerja, dsb. komputer dapat
digunakan begitu pula dengan kalkulator yang dapat digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan sebagai
simulator.
2. Model Simulasi Komputer
merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang dibuat dengan peralatan dan ukuran yang sama
persis dengan yang sesungguhnya.
3. Model Permainan Operasional
Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan. Informasi diperoleh dari
komputer atau video game yang menyajikan masalahnya. Misalnya seperti pada permainan perang-perangan
(war games),video memberikan informasi dan menyajikan masalah yang berupa datangnya musuh yang akan
menyerang kita dengan macam-macam cara penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan
menghancurkan musuh dengan peralatan yang telah disediakan pada video games tersebut. 
4. Model verbal
model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang lebih bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu
kemudian dibuat dalilnya yang kemudian diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang
nonkuantitatif.      
Anthony down memberikan contoh model verbal yang menyangkut birokrasi.
Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4 ciri :
1.  Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat tertinggi hanya mengetahui kurang dari
setengah dari seluruh anggotanya secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah administratif
substansial.         
2.  Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat menggantungkan dari pada kesempatan
kerja dan gajinya pada organisasi itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
3.  Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada prestasinya dalam organisasi itu atau
ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh organisasi tersebut.
4.  Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran. Prestasi kerja para anggota atau
karyawan secara tidak langsung juga ikut menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.
Dengan demikian, maka faktor intern (fungsi) dan faktor ekstern (lingkungan) ikut berperan dan oleh karena itu perlu
mendapat perhatian. Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan, maka analogi terhadap
berlakunya dalil dan faktor-faktor tersebut harus juga menjadi bahan pertimbangan.
 5.      Model fisik
Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting untuk dianalisis. Model ini,misalnya
model dalam rangka pembuatan bangunan atau tata kota. Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku
model perencanaan jaringan kerja atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan serangkaian
keputusan dalam program pembangunan dan pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-bagian mana yang dapat
dilakukan secara serentak, dalam arti tidak usah berurutan dan bagian-bagian mana yang mengerjakan bagian
berikutnya. Ini lebih merupakan tugas dan pengambilan keputusan seorang insinyur daripada policy maker.
Model Perilaku Pengambilan keputusan
 Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional,
yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk
memperoleh keuntungan maksimum
 Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang
tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
 Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai
utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan
 Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat
setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan
 Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
 Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang sering tidak rasional
dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
 Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
a. Model Preskiptif
b. Model Deskriptif
Model Preskriptif dan Deskriptif
Fisher : pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
a. Model Preskiptif
Model yang menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan dengan
cara memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan yang membantu
kelompok mencapai consensus. Model ini disebut juga sebagai model normatif.
Penerapan model preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu : 1. Orientasi,
yaitu menentukan bagaimana situasi yang dihadapi. 2.Evaluasi, yaitu menentukan sikap yang
perlu diambil. 3.Pengawasan, yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk
menghadapi situasi tersebut. 4.Pengambilan keputusan, yaitu menentukan pilihan atas
berbagai alternatif yang telah dievaluasi. 5.Pengendalian, yaitu melakukan pengawasan
terhadap pelaksannan hasil keputusan. 
b. Model Deskriptif
Model yang menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan. Model ini juga
menerangkan (menggambarkan) segala sesuatu sebagaimana apa adanya. Model ini juga
memberikan kepada manajer informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan-
keputusan, dan tidak menawarkan penyelesaian masalah.
Kriteria Keputusan Etis
Pertimbangan etis merupakan suatu Kriteria yang
penting dalam pengambilan keputusan
organisasioanal. Tiga cara yang berlainan untuk
embuat kerangka keputusan dan memeriksa factor-
faktor yang membentuk perilaku pengambilan
keputusan etis.
Tiga Kriteria keputusan etis tersebut yaitu :
1. Kriteria Utilitarian, keputusan diambil semata-mata atas hasil atau
konsekuensi mereka. Pada kriteria ini mendorong efisiensi dan produktivitas,
tetapi dapat mengakibatkan pengabaian hak dari beberapa individu.
2. Kriteria menekankan pada hak, mempersilahkan individu untuk mengambil
keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar.
Penggunaan hak sebagai kriteria dapat memberikan kebebasan dan
perlindungan kepada individu, tetapi dapat merintangi efisiensi dan
produktivitas.
3. Kriteria menekankan pada keadilan, mensyartkan individu untuk
mengenakan dan memperkuat aturan-aturan secara adil dan tidak berat
sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Melindungi
kepentingan individu yang kurang terwakili dan yang kurang berkuasa, tetapi
kriterian ini dapat mendorong kepemilikian yang akan mengurangi
pengambilan risiko, inovasi, dan produktivitas.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Etis
1. Tahap-tahap perkembangan moral Adalah suatu penilaian dari
kapasitas seseorang untuk menimbang secara moral. Makin tinggi
perkembangan moral seseorang, makin kurang bergantung ia pada
pengaruh-pengaruh luar dan, dari situ , akan makin cenderung untuk
berperilaku etis.
2. Tempat kedudukan kendali Karakteristik kepribadian yang
mengukur sejauh mana orang meyakini bahwa mereka bertanggung
jawab untuk peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka.
3. Lingkungan organisasional Merujuk pada persepsi karyawan
mengenai pengharapan organisasional. Apakah organisasi itu
mendorong perilaku yang etis atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai