PENGAMBIL KEPUTUSAN
Pokok Pembahasan :
A. Proses Pengambilan Keputusan
B. Cara Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
C. Teknik Pengambilan Keputusan
D. Asumsi Keperilakuan dalam Pengambilan Keputusan Organisasi
E. Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru Versus Para Pakar
F. Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan.
MOTIF KESADARAN
Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena
merupakan sumber dari proses berfikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran
dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu: (1) keinginan terhadap kestabilan atau
kepastian, serta (2) keinginan terhadap kompleksitas dan keragaman.
Keinginan terhadap kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksi hal ini
akan memenuhi keinginan individu untuk membangun bagian-bagian konsep yang sesuai
satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan, baik pikiran sadar maupun bawah
sadar untuk menghindari ketidakstabilan, ketidakjelasan, atau ketidakpastian informasi.
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan terhadap suatu stimulus dan ekspolarasi, serta
mengaktifkan fikiran sadar dan bawah sadar untuk memperoleh data baru dari ingatan
atau lingkungan, untuk kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan sejumlah
motif. Dua faktor penting dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan
prediksinya (pasti atau tidak pasti).
1. Model ekonomi
Model ekonomi tradisional ini mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan keputusan
manusia adalah rasional sempurna dan bahwa dalam suatu organisasi ada konsistensi
diantara beragam motif dan tujuan. Terdapat asumsi bahwa semua alternatif yang
mungkin diketahui dan bahwa probabilitas yang terkait dengan alternatif-alternatif
tersebut dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak bergantung pada preferensi
pribadi, melainkan didikte oleh tujuan organisasi yang konsisten.
Berkaitan dengan aktivitas pengambilan keputusan, terdapat asumsi:
a. Keputusan akan sepenuhnya rasional terkait rencana-tujuan.
b. System pilihan yang lengkap dan konsisten yang memungkinkan adanya pemilihan
alternatif.
c. Kesadaran penuh terhadap semua kemungkinan alternatif.
d. Tidak ada batasan pada kompleksitas komputasi yang dapat ditampilkan untuk
menentukan alternatif terbaik.
e. Probabilitas kalkulasi tidak menakutkan maupun misterius.
2. Model sosial
Model ini adalah kebalikan dari model ekonomi yang ekstrim. Model ini mengasumsikan
bahwa manusia pada dasarnya irasional dan keputusan yang dihasilkan terutama
didasarkan pada interaksi sosial. Dalam hal ini terasa bahwa tekanan dan harapan rekan
kerja merupakan kekuatan utama yang memotivasi. Pada sisi yang berlawanan dengan
model rasionalitas ekonomi ada model sosial yang digambarkan secara psikologi.
Sigmun freud memandang manusia sebagai sekumpulan perasaan, emosi, dan naluri
dengan perilaku yang dipandu oleh keinginan yang tidak disadari. Jelas jika hal ini
merupakan deskripsi yang lengkap, maka orang tidak dapat membuat keputusan yang
efektif.
3. Model simon
Model ini adalah model yang lebih berguna dan praktis. Model ini didasarkan pada
konsep simon tentang manusia administratif, yang mana manusia dipandang sebagai
makluk yang rasional karena mereka memiliki kemampuan untuk berfikir mengolah
informasi, membuat pilihan, dan belajar. Akan tetapi, terdapat batasan rasionalitas
mereka. Manusia dibatasi oleh kemampuan mereka untuk memproses informasi secara
berurutan. Mereka tidak pernah memiliki informasi penuh dan memiliki kemampuan
terbatas untuk mengevaluasi data dalam jumlah besar. Dengan demikian, sikap manusia
dalam kondisi ini adalah perilaku yang berusaha memuaskan dan bukan untuk
melakukan optimalisasi. Orang menganggap suatu masalah telah selesai setelah solusi
yang layak dan “dapat diterima” ditemukan.
INTUISI
Terdapat berbagai pandangan tentang intuisi, yaitu intuisi sebagai suatu pengetahuan,
sebagai pendekatan untuk merespons suatu fenomena, dan sebagai suatu proses berfikir.
Group Taylor and Francis (2010), mendefinisikan intuisi sebagai suatu proses berfikir.
Intuisi juga dapat didefinisikan sebagai perasaan untuk mengenali sesuatu tanpa penjelasan
tetapi intuisi bukan sesuatu yang misterius. Berdasarkan pengertian tersebut, maka intuisi
dibentuk dari proses yang panjang, otomatis, tidak menggunakan pikiran sadar, dan tidak
dapat dijelaskan asal usulnya. Intuisi dikembangkan dari pengetahuan yang telah lama
diperoleh dan diakumulasikan di dalam memori.
Dalam Weil Kakabadse dinyatakan bahwa intuisi merupakan metode yang sah
(terlegitimasi) untuk proses pengambilan keputusan. Selanjutnya, Kakabadse juga
berpendapat bahwa pengambilan keputusan dengan intuisi digunakan dalam situasi
ambigu, tidak stabil, atau pada waktu terdapat informasi yang berlebihan. Senada dengan
hal tersebut, Robbins dan Judge (2009) menyatakan bahwa pengambilan keputusan dengan
intuisi dapat dilakukan pada kondisi: (1) ketidakpastian yang tinggi, (2)
keterbatasan/ketidaklengkapan bukti,(3) tidak dapat diprediksinya variabel secara
rasional/ilmiah, (4) keterbatasan fakta-fakta, (5) tidak sepenuhnya fakta terkait dengan
permasalahan, (6) keterbatasan data untuk analisis, (7) terdapat beberapa alternatif
penyelesaian yang baik dan argumentatif, dan (8) keterbatasan waktu.
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan dipilih yang lebih tinggi
daripada masalah yang penting. Pernyataan ini didasarkan setidaknya pada dua alasan.
Pertama, cukup mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak (visible). Kedua,
perlu diingat bahwa semua orang menaruh perhatianyang besar terhadap pengambilan
keputusan dalam organisasi. Para pengambil keputusan ingin terlihat kompeten dan
menguasai masalah. Hal ini memotivasi mereka untuk memusatkan perhatian pada masalah
yang tampak bagi orang lain.
PEMBUATAN PILIHAN
Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan mengandalkan
heuristis atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Heuristis adalah strategi
yang disederhanakan dalam pengambilan keputusan, yang mana para manajer dihadapkan
pada lingkungan yang kompleks, informasi yang terbatas, dan keterbatasan kognitif.
Terdapat dua kategori umum heuristis, yaitu ketersediaan dan keterwakilan.
a. Availability Heuristic
Heuristis penilaian ini terjadi ketika para manajer menggunakan informasi yang telah
tersedia sebagai dasar penilaian atas peristiwa yang sedang berlangsung.
b. Representstiveness Heuristic
Heuristis penilaian ini terjadi ketika seseorang manajer menilai kemiripan sesuatu
berdasarkan peristiwa yang sama.
c. Anchoring and Adjustment Heuristic
Heuristis penilaian ini terjadi ketika seseorang manajer membuat keputusan
berdasarkan penyesuaian nilai yang telah ada sebelumnya.
PERBEDAAN INDIVIDUAL: GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi setiap pendekatan dari
keempat pendekatan yang berbeda atas proses pengambilan keputusan. Model ini dirancang
agar dapat digunakan oleh para manajer dan memberi aspirasi bagi manajer, tetapi kerangka
kerja umumnya dapat digunakan pada setiap pengambilan keputusan apapun. Pondasi dasar
yang menjadi modal adalah pengakuan bahwa orang-orang itu berbeda pada dua dimensi.
Pertama, cara mereka berpikir. Ada orang yang memang logis dan rasional. Mereka
mengolah informasi secara berurutan (serial). Sebaliknya, ada orang yang intuitif dan kreatif.
Mereka memahami segala sesuatu secara keseluruhan. Hal yang perlu dicatat bahwa
perbedaan ini melampaui batas-batas manusiawi umumnya sebagaimana yang digambarkan
terkait rasionalitas yang terbatas. Dimensi yang kedua, toleransi pribadi terhadap
ambiguitas. Ada orang yang mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk menyusun informasi
dengan meminimalkan ambiguitas, sementara yang lain mampu memproses banyak
pemikiran pada saat yang sama.
Orang yang menggunakan gaya direktur memiliki toleransi yang rendah atas ambiguitas dan
mencari rasionalitas. Mereka bekerja secara efisien dan logis, tetapi efisien mereka
memperhatikan hasil terkait keputusan yang diambil dengan informasi yang minimal dan
dengan beberapa alternative. Tipe direktif mengambil keputusan secara tepat dan
berorientasi jangka pendek.
Tipe analitis memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ambiguitas daripada para
pengambil keputusan yang direktif. Hal ini karena tioe analitis memiliki keinginan
mendapatkan lebih banyak informasi dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif
daripada alternatif yang dianggap lebih benar bagi tipe direktif.
Para individu dengan gaya konseptual cenderung memiliki pandangan yang sangat luas dan
mempertimbangkan banyak alternatif. Orientasi mereka pada jangka panjang, yang mana
mereka sangat baik dalam menemukan solusi yang kreatif bagi setiap masalah.
Kategori terakhir adalah gaya perilaku yang dikarakteristikkan oleh pengambil keputusan
yang bisa bekerja baik dengan pihak-pihak lain. Mereka memperhatikan kinerja rekan kerja
dan bawahan, reseptif terhadap usulan-usulan dari orang lain, dan sangat mengandalkan
pertemuan langsung untuk menjalin komunikasi. Gaya manajer ini mencoba menghindari
konflik dan mengupayakan penerimaan.
KETERBATASAN ORGANISASI
Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan. Para
manajer, misalnya, mengambil keputusan-keputusannya untuk mencerminkan sistem
penilaian kinerja dan pemberian imbalan dengan mematuhi peraturan formal, dan
memenuhi batas waktu yang ditetapkan organisasi. Keputusan di masa lalu juga merupakan
presiden yang memaksa atas diambilnya keputusan saat ini.
Selain dampak teknologi informasi yang semakin maju dalam pengambilan keputusan,
terdapat kebutuhan penting di dalam teknik pengambilan keputusan yang berorientasi pada
perilaku. Namun sayangnya, hanya teknik perilaku partisipatif yang sejauh ini dibahas yang
tersedia bagi manajer. Tidak banyak usaha untuk mengembangkan teknik yang dapat
membantu membuat keputusan terkait pemecahan masalah yang lebih kreatif.
Kreativitas pengambilan keputusan dapat diterapkan pada individu atau kelompok karena
pengambilan keputusan individu membantu pengambilan keputusan dalam organisasi saat
ini, sehingga pemahaman mengenai dinamika kelompok dan tim menjadi relevan dengan
pengambilan keputusan.
TEKNIK DELPHI
Teknik Delphi dipopulerkan belakangan ini sebagai teknik pengambilan keputusan kelompok
untuk prediksi jangka panjang. Teknik ini memiliki beberapa variasi, tetapi umumnya
berkinerja sebagai berikut:
a. Sebuah kelompok (biasanya terdiri dari pada ahli, tetapi dalam kasus ini bukan para ahli
pun mungkin senagaja menggunakannya) dibentuk, tetapi anggota tidak berinteraksi
langsung (tatap muka) satu sama lain. Dengan demikian, biaya pengeluaran untuk
mempertemukan kelompok dapat dikurangi.
b. Setiap anggota diminta membuat prediksi atau input tanpa mencantumkan nama untuk
setiap keputusan kelompok.
c. Setiap anggota kemudian menerima umpan balik gabungan dari orang lain. Dalam
beberapa variasi, alasan dicantumkan (tanpa nama), tetapi kebanyakan hanya berupa
data dan daftar gabungan yang digunakan.
d. Pada umpan balik, dilakukan babak lain dari input anonim. Pengulangan terjadi pada
sejumlah waktu yang telah ditetapkan atau sampai umpan balik gabungan tetap sama,
yang berarti setiap orang masuk dalam posisinya.
Kunci utama keberhasilan teknik ini adalah anonimitasnya. Kaberlanjutan respons anggota
kelompok Delphi yang tanpa nama menghapus masalah “menjaga gengsi” dan mendorong
para ahli untuk lebih fleksibel dan merasa diuntungkan dari penilaian orang lain.
Saat pendekatan kelompok murni dikembangkan menjadi teknik khusus untuk pengambilan
keputusan dalam organisasi, pendekatan ini dinamakan Nominal Group Technique (NGT) dan
terdiri dari langkah-langkah berikut,
MENGHINDARI KETIDAKPASTIAN
Ketika mengambil keputusan, organisasi secara terus-menerus akan dihantui oleh
ketidakpastian dalam lingkungan internal maupun eksternalnya. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bahwa teori pengambilan keputusan modern telah mendedikasikan banyak
dari usahanya untuk masalah-masalah pengambilan keputusan dengan sejumlah risiko dan
ketidakpastian. Solusi yang ditawarkan sebafian besae bersifat kuantitatif dan melibatkan
prosedur pengambilan keputusan secara statistic guna mendapatkan angka ekuivalen dari
kepastian (misalnya nilai yan diharapkan, dan lain sebagainya), serta alat untuk hidup
berdampingan dengan ketidakpastian (misalnya teori permainan/game theory, simulasi,
dan model-model pengambilan keputusan probabilistic lainnya). Akan tetapi, dalam studi
mereka, Chybert dan March (1963) menemukan bahwa para pengambil keputusan dalam
organisasi sering Grringmenggunakan strategi yang kurang rumit ketika berhadapan dengan
risiko dan ketidakpastian. Mereka menggambarkan perilaku dari para pengambil keputusan
tersebut sebagai berikut.
PENCARIAN MASALAH
Elemen yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah penelurusan
tindakan-tindakan alternatif dan kuantitatif atas konsekuennya. Cybert dan March (1963)
mengembangkan suatu teori pencarian organsasi untuk melengkapi konsep
mendefinisikannya sebagai proses menemukan solusi atas suatu masalah tertentu atau
sebagai suatu cara untuk bereaksi terhadap sejumlah peluang.
PEMBELAJARAN ORGANISASI
Walaupun organisasi tidak mengalami proses pembelajaran sebagaimana yang dialami oleh
individu, organisasi memperlihatkan perilaku adaptif dari karyawannya. Mereka
belajaruntuk mengurusi bagian tertentu dari lingkungan tersebut dan bukan bagian lainnya,
atau untuk menggunakan suatu kriteria dan mengabaikan kriteria lainnya. Ketika
pendekatan pencarian tertentu menemukan solusi yang layak atas suatu masalah,
kemungkinan besar organisasi akan menulangi pendekatan yang sama dalam memecahkan
masalahyang serupa di masa depan. Hal yang sama berlaku pada urutan yang mana
alternative tersebut dipertimbangkan. Hal tersebut juga akan berubah ketika organisasi
mengalami kegagalan dengan preferensi tertentu.
Kehati-hatian yang dirasakan oleh para anggota secara pribadi mungkin tidak dikomunikasikan di
dalam kelompok dan kemudian muncul anggapan bahwa aka nada partisipasi lain yang lebih berani
mengutarakannya. Sekali lagi, ada kelompok di mana partisipasi dapat mengarah pada peningkatan
dan bukannya pada penajaman perbedaan antaraanggota.
Dalam hal ini ada empat penjelasan yang ditawarkan, yakni: hipotesis familiarisasi, hipotesis
kepemimpinan, hipotesis risiko sebagai nilai, dan hipotesis difusi tanggung jawab.
KESATUAN KELOMPOK
Kesatuan kelompok didefinisikan sebagai tingkatan, yang mana anggota-anggota kelompok
tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Kelompok dengan tingkat
kesatuan yang kuat umumnya lebih efektif dalam situasi pengambilan keputusan daripada
kelompok yang mana terdapat banyak konflik internal dan kurangnya semangat kerja sama
di anatara para anggotanya. Tingkat kesatuan kelompok dipengaruhi oleh jumlah waktu
yang dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, tingkat kesulitan dari penerimaan
anggota baru kedalam kelompok, ukuran kelompok, ancaman eksternal yang mungkin, dan
sejarah keberhasilan dan kegagalan kelompok di masa lalu.
Kesatuan yang kuat meningkatkan kepuasan dan mengurangi sikap tidak menyatakan
pendapat (abstain), dan tingkat pergantian karyawan. Akan tetapi, pengaruhnya pada
efektivitas dan efesiensi terkait proses pengambilan keputusan bergantung pada
keselarasab sikap kelompok terhadap tujuan formal dan tujuan organisasi di masa
kelompok tersebut menjadi bagiannya.
Menurut Vroom dan Yetton (1973), atasan sebagai pemimpin memiliki pilihan-pilihan
keperilakuan sebagai berikut.
Kekuasaan posisi ada ketika pengaruh seseorang itu merupakan hasil dari posisi orang
tersebut dalam organisasi, wewennag yang diberikan, serta tugas, tanggung jawab, dan
fungsi yang tergantung di dalamnya.
Kekuasaan keahlian memengaruhi keputusan ketika hasil dari keputusan itu merupakan
hasil dari pengetahuan seseorang mengenai situasi yang sedang diinvestigasi, keterampilan
atau keahlian teknis khusus, pengalaman dalam menangani situasi yang serupa, dan
penilaian ahli yang ditunjukkan. Kekuasaan informasi dapat dipandang baik sebagai bagian
dari kekuasaan keahlian maupun sebagai elemen dari kekuasaan sumber daya karena
karyawan tingkat bawah dapat dan sering kali mengendalikan dan memanipulasi informasi
yang digunakan oleh para pakar dalam pengambilan keputusannya.
Kekuasaan sumber daya ada ketika seseorang mengendalikan sumber daya organisasi atau
sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan suatu keputusan dan menggunakannya
sebagai alat untuk memengaruhi hasil keputusan.
Tekanan waktu menyebabkan para anggota kelompok menjadi lebih sering setuju untuk
mencapai consensus kelompok; lebih kurang menuntut dan lebih bersifat mendamaikan
dalam situasi tawar-menawar; lebih membatasi partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan hanya pada relatif sedikit anggota; dan lebih menyukai aturan mayoritas.
Tekanan waktu juga mendorong perilaku pengambilan keputusan yang otokratis. Kelompok
yang mencoba untuk menyatukan pendapat-pendapat yang berlawanan akan memperoleh
pengembalian bersama yang lebih rendah dalam situasi tekanan waktu dibandingkan
dengan kelompok yang bebas dari tekanan waktu.
PENGUJIAN INFORMASI
Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang disajikan dan yang
dipertimbangkan lebih lanjut hanya informasi yang terlihat sangat relevan dengan tugas,
yang mana keputusan tersebut yang harus dilaksanakan. Studi itu menunjukkan bahwa baik
para pakar maupun para pendatang baru menerjemahkan informasi keuangan ke dalam
istilah kualitatif dan menggunakan metode yang serupa (misalnya perhitungan rasio,
perkembangan trend, dan laporan arus kas.
Dalam konteks ini, integrasi melibatkan pengelompokan atas pengamatan baik berdasarkan
hubungan sebab akibat maupun berdasarkan komponen fungsional dari perusahaan. Ketika
mengintegrasikan pengamatan dan tumuan, para pendatang baru menghubungkan
pengamata dan temuan yang dapat menjelaskan satu sama lain dan mengabaikan yang
tidak. Sebaliknya, para pakar menempatkan penekanan khusus pada kontradiksi yang
potensial terkait pengamatan dan temuan sebagai alat untuk mendeteksi masalah yang
mendasarinya.
PERTIMBANGAN
Para pendatang baru tampaknya menyetarakan pertimbangan dengan memustuskan
“kapan waktu yang tepat untuk memilih mana dari fakta-fakta yang diamati merupakan
masalah utama.” Bagi para ahli, pertimbangan adalah suatu upaya untuk mengembangkan
dalam pikirannya terkait” suatu gambaran dari apa yang sebenarnya terjadi.” Mereka
mencapai hal ini melalui penggunaan teknik-teknik yang sistematis yang menghasilkan jalan
pintas tanpa mengorbankan urutan logis dalam analisis yang dilakukan. Para pakar tidak
menyimpan catatan atas setiap temuan individual, tetapi mengikhtisarkannya ke dalam
kelomok-kelompok terkait dan kemudianmerumuskan hipotesis yang akan diuji.
Oleh karena manusia membuat keputusan, maka banyak riset telah diarahkan pada
bagaimana perbedaan psikologis dapat memengaruhi keputusan. Perbedaan psikologis
individu dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni: kepribadian dan gaya kognitif.
Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakinan individu, sementara gaya kognitif mengacu
pada cara atau metode yang mana seseorang menerima, menyimpan, memproses, serta
meneruskan informasi. Dalam suatu situasi pengambilan keputusan kepribadian dan gaya
kognitif saling berinteraksi dan memengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari
informasi akuntansi yang ada.
Toleransi terhadap ambiguitas mengukur sampai pada tingkat yang mana individu merasa
terancam oleh ambiguitas dalam situasi pengambilan keputusan dan bagaimana ambiguitas
memengaruhi keyakinannya dalam keputusan tersebut.
Kebebasan wilayah adalah kemampuan individu untuk sampai pada persepsi yang benar
dengan mengabaikan konteks-konteks yang mengintervensi. Ketergantungan wilayah
adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengesampingkan informasi yang tidak relevan
dan menyesatkan saat berusaha membentuk suatu pendapat. Individu yang mengalami
ketergantungan wilayah bersikap lebih meneruima dibandingkan individu yang mengalami
kebebasan wilayah terhadap informasi dan situasi masalah yang bersifat ambigu. Akan
tetapi, ketika mereka telah mencapai suatu keputusan, mereka akan lebih yakin dalam
penilaian mereka daripada rekannya yang mengalami kebebasan wilayah. Kesimpulan yang
diperoleh sejauh ini menyarankan bahwa “ketergantungan wilayah dapat dengan sendirinya
menjadi dimensi yang berguna dalam memprediksi perilaku” dalam situasi penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan, serta dapat memungkinkan seseorang untuk
“menyentuk dimensi tertentu dari setiap perbedaan kognitif yang sensitive terhadap
informasi akuntansi.”
Menurut Hopwood, informasi akuntansi dapat “menyediakan beberapa stimulus yang mana
masalah (dan peluang) dikenali dan didefinisikan, tindakan alternatif diisolasi, dan
konsekuensinya dijelaskan” dan “memainkan peranan dalam analisis serta penilaian
alternatif”
Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimulus dalam pengenalan masalah melalui pelaporan
pembagian kinerja actual dari sasaran standar atau anggaran atau melalui pemberian
informasi kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba
yang ditentukan sebelumnya. Rasio akuntansi periodic, laporan kinerja, dan data akuntansi
lainnya yang mengarah pada focus sebenarnya mendorong munculnya solusi yang
bergantung atas sejumlah faktor. Pertama, hal tersebut akan bergantung pada seberapa
cepat kondisi lingkungan internal dan eksternal memungkinkan adanya suatu stimulus.
Tingkat stimulus juga bergantung pada kapabilitas manajemen (para pengambil keputusan)
untuk mengelola serta menggunakan informasi akuntansi dan pada preferensi pribadi
mereka atas informasi kualitatif atau kuantitatif. Manajer yang cenderung untuk mengikuti
perasaannya (dan bukan menggunakan dokumentasi kuantitatif saat mengamati gejala
defisiensi) jarang sekali menggunakan informasi akuntansi. Sementara, manajer yang
cenderung kuantitatif kemungkinan besar akan memandang informasi akuntansi sebagai
alat pengarah focus yang cukup penting. Tingkat manfaat penggunaannya akan sangat
bervariasi. Analisis rasio dan penggunaan yang berarti dari laporan kinerja atau data
komparatif lainnya memerlukan keterampilan dan pemahaman khusus mengenai prinsip-
prinsip dan pendekatan akuntansi. Ketika salah digunakan, informasi tersebut akan
mengarah pada kesimpulan dan pemahaman yang salah dengan konsekuensi yang mahal
terhadap masalah yang dihadapi.
Selama lebih dari dua decade yang lalu, para peneliti telah membuat hipotesis mengenai
kondisi yang mana informasi akuntansi memengaruhi pengambilan keputusan.
Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelumnya, informasi akuntansi adalah salah satu
input dalam model pengambilan keputusan. Input tersebut dapat bersifat keuangan,
nonkeuangan, atau bahkan tidak dapat dikuantifikasi tergantung pada keputusan para
pengambil keputusan, apakah input tertentu tersebut relevan atau tidak. Hanya jika
pengambil keputusan memandang infromasi akuntansi sebagai informasi yang relevan atas
jenis keputusan yang akan diambil, maka informasi tersebut akan memengaruhi hasil
keputusan.
Untuk membayangkan suatu situasi di mana seorang pengambil keputusan sama sekali tidak
memiliki umpan balik apapn atas perubahan tersebut adalah mustahil. Jika seseorang
mengabaikan dampak jangka pendek yang mungkin muncul akibat selang waktu antara
peubahan dan indikasinya, maka kecil kemungkinannya tidak ada umpan balik sama sekali.
FIKSASI FUNGSIONAL
Referensi :