Anda di halaman 1dari 9

CORPORATE GOVERNANCE

Komite Audit, Komite Lainnya, dan Auditor Eksternal


Dosen Pengampu : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak., CA

Oleh :
Kelompok 4

I PUTU ANDIKA PRASETYO


(1707531072)
I MADE RISKY PRASETYA
(1707531087)
MADE SATRYAWAN JELANTIK
(1707531093)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
A. Pengertian Komite Audit
Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan-perusahaan publik
diwajibkan untuk membentuk komite audit. Komite audit tersebut dibentuk oleh dewan
komisaris. Oleh karena itu, semua perusahaan manufaktur publik merupakan perusahaan
milik masyarakat luas. Bahkan, perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam aktivitas sehari-
hari di luar bursa efek juga terkena kewajiban untuk membentuk komite audit yang salah satu
tugasnya berkaitan dengan audit eksternal berhubungan dengan audit internal dan
pengendalian internal.
Menurut Hiro Tugiman (1995), pengertian komite audit adalah: “Komite audit adalah
sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan
tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan Komisaris
perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan
independensinya dari manajemen.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa komite audit
dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggungjawab langsung kepada dewan komisaris.
Selain itu, fungsi komite audit sendiri yaitu mambantu dewan komisaris dalam melaksanakan
tugasnya.
Sedangkan menurut Peraturan Nomor IX.1.5 dalam lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004 mengemukakan bahwa: “Komite Audit adalah komite
yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan
fungsinya”. Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat dijelaskan bahwa komite audit
dibentuk oleh dewan komisaris yang bekerjasama dalam melaksanakan tugas dan fungsi
dewan komisaris. Salah satu tugasnya yaitu memastikan efektivitas sistem pengendalian
intern. Selain itu, komite audit juga bertanggungjawab kepada dewan komisaris.
B. Peran dan Tanggung Jawab Komite Audit
1. Peran Komite Audit
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-117/M-
MBU/2002 menjelaskan bahwa peran Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris atau
dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas
pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal. Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI) mengemukakan bahwa komite audit mempunyai peran mengawasi
dan memberi masukan kepada dewan komisaris dalam hal terciptanya mekanisme
pengawasan secara menyeluruh. Peran penting komite audit untuk
menciptakan good corporate governance, membuat adanya tuntutan untuk
mempertahankan independensi komite audit dalam rangka menjalankan
fungsi pengawasan.

2. Tanggungjawab Komite Audit


Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/Pojk.04/2015 Tentang Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit menyatakan Komite Audit memiliki tugas dan
tanggungjawab meliputi:
1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau
Perusahaan Publik kepada publik dan/atau pihak otoritas antara lain laporan

2
keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten
atau Perusahaan Publik;
2) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik;
3) Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara
manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikannya;
4) Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai penunjukan Akuntan
yang didasarkan pada independensi, ruang lingkup penugasan, dan imbalan jasa;
5) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan
mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas temuan auditor internal;
6) Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen risiko yang
dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan Publik tidak memiliki fungsi
pemantau risiko di bawah Dewan Komisaris;
7) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan
keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;
8) Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait dengan adanya
potensi benturan kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik; dan
9) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi Emiten atau Perusahaan Publik.
C. Komite Lainnya
1. Komite-Komite Lainnya Di BUMN
Berdasarkan pasal 70 UU No.17 tahun 2003 tentang BUMN antara lain
disebutkan bahwa komisaris dan dewan pengawas BUMN wajib membentuk komite
audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dan dewan
pengawas dalam melaksanakan tugasnya. Selain komite audit, komisaris atau dewan
pengawas dapat membentuk komite lain yang ditetapkan oleh menteri. Sesuai
penjelasan pasal 70 UU BUMN, komite lain yang dimaksud disini, yaitu komite
remunerasi dan komite nominasi.
2. Komite Komite Lainnya di Perusahaan Publik
Berdasarkan peraturan OJK No.34/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014
tentang Komite Nominasi dan remunerasi emiten atau perusahaan public, antara lain
menyebutkan:

1) Pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan komite nominasi dan remunerasi


adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan

3
komesaris dalam membantu melaksanakan fungsi dan tugas dewan
komesaris dalam membantu melaksanakan fungsi dan tugas dewan
komesaris terkait nominasi dan remunerasi terhadap anggota dewan
komesaris.
2) Pasal 2, emiten atau perusahaan public wajib memiliki fungsi nominasi dan
remunerasi yang wajib dilaksanakan oleh dewan komesaris. Komite
nominasi dadan remunerasi dapat dibentuk secara terpisah.
3. Komite-Komite Lainnya di Perbankan
Bank Indonesia melalui surat edaran kepada semua bank umum konvensional
di Indonesia No 15/15/DPNP tangal 29 april 2013 mengenai pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi Bank Umum, pada bagian IV komite, menyebutkan
bahwa dewan komesaris wajib membentuk susunan organisasi setidaknya komite
audit, komite pemantau risiko, serta komite remunerasi dan nominasi, dalam rangka
mendukung efektivitas tugas dan tanggung jawab dewan komesaris.
D. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Komite Audit
Komite audit memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan good
corporate governance (GCG) karena merupakan “mata” dan “telinga” dewan komisaris
dalam rangka mengawasi jalannya perusahaan. Keberadaan komite audit yang efektif
merupakan salah satu aspek penilaian dalam implementasi GCG. Dalam mewujudkan prinsip
GCG di suatu perusahaan publik, maka diperlukan prinsip-prinsip yang akan menjadi
landasan utama bagi aktivitas komite audit yaitu:
1. Prinsip Independensi (Independency)
Komite audit diharapkan dapat bersikap independen terhadap kepentingan pemegang
saham mayoritas maupun minoritas. Selain itu, anggota komite audit seharusnya tidak
memiliki hubungan bisnis apa pun dengan perusahaan maupun hubungan kekeluargaan
dengan anggota direksi dan komisaris perusahaan, sehingga terhindar dari benturan
kepentingan. Oleh karena itu, nama-nama anggota komite audit (terutama di perusahaan
publik) hendaknya diumumkan ke masyarakat atau publik sebagai wujud akuntabilitas
terhadap sikap independensi mereka. Hal ini penting agar masyarakat dapat melakukan
kontrol sosial serta penilaian terhadap para anggota komite audit tersebut.
2. Prinsip Transparansi (Transparency and Disclosure)
Prinsip ini ditunjukkan melalui piagam komite audit (audit committee charter),
program kerja tahunan, serta rapat komite audit secara periodik yang didokumentasikan
dalam notulen rapat. Komite audit hendaknya membuat laporan secara berkala kepada

4
komisaris tentang pencapaian kinerjanya sebagai wujud pengungkapan (disclosure).
Diharapkan agar laporan tersebut dituangkan dalam laporan tahunan (annual report)
perusahaan yang dipublikasikan kepada publik.
Pengawasan yang dilakukan oleh komite audit merupakan pengawasan menyeluruh
tentang hal-hal yang dilakukan oleh dewan direksi dalam menjalankan operasional
perusahaan. Pengawasan menyeluruh tersebut bukan hanya pengawasan dalam bidang
laporan keuangan saja, tetapi juga perilaku-perilaku yang ada saat menjalankan operasional
perusahaan. Tugas komite audit tersebut pada akhirnya akan mendatangkan dorongan bagi
direksi untuk lebih terbuka terhadap informasi yang dimiliki terutama untuk
menyeimbangkan informasi yang akhirnya tidak ada indikasi bagi direksi perusahaan untuk
menggunakan informasi lebih yang dimiliki untuk tindak kecurangan. Pengawasan yang
dilakukan oleh komite audit akan membuat ada banyak informasi yang dilaporkan atau
diungkapkan, sehingga sesuai dengan informasi tersebut tidak ada pihak-pihak yang terkait
dengan perusahaan (stakeholders) yang dirugikan.
3. Prinsip Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip ini ditunjukkan oleh frekuensi pertemuan dan tingkat kehadiran anggota
komite audit. Selain itu, komite audit seharusnya memiliki kapabilitas, kompetensi, dan
pengalaman di bidang audit serta proses bisnis perusahaan agar dapat bekerja secara
profesional. Akuntabilitas merupakan salah satu prinsip yang harus dipenuhi untuk
menciptakan good corporate governance, di mana ada rincian terhadap hak dan kewajiban
yang dimiliki oleh manajemen perusahaan dalam rangka mengembangkan bisnis perusahaan.
Komite audit memiliki peran untuk memenuhi prinsip akuntabilitas dalam usaha melakukan
pengawasan terhadap proses manajemen risiko dan keberlangsungan fungsi pengawasan di
perusahaan.
4. Prinsip Pertanggungjawaban (Responsibility)
Prinsip ini ditunjukkan oleh aktivitas komite audit yang dijalankan sesuai dengan
peraturan atau ketentuan yang berlaku. Selain itu, kinerja komite audit hendaknya dapat
dipertanggung jawabkan secara moral kepada publik, selain kepada dewan komisaris.
Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional dibatasi oleh adanya aturan atau
undang-undang yang harus ditaati. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan juga melakukan
bisnis yang sehat, bukan untuk kepentingan perusahaan sendiri tetapi juga memperhatikan
nilai-nilai etika dalam bisnis. Kondisi yang ada membuat adanya prinsip responsibility
merupakan bagian dari prinsip good corporate governance, sebab dalam prinsip responsibility
diupayakan perusahaan tidak melakukan pelanggaran terhadap aturan atau undang-undang

5
yang berlaku atau mampu memenuhi tanggung jawab sosial yang seharusnya dimiliki.
Keberadaan komite audit di perusahaan diharapkan mampu mewujudkan hal tersebut, sebab
dengan adanya komite audit ada pengawasan bagi opearsional bisnis perusahaan yang
dilakukan oleh anggota manajemen dengan tujuan untuk tidak melakukan pelanggaran
terhadap aturan atau undang-undang yang berlaku, sehingga perusahaan tidak melakukan
pelanggaran terhadap pihak-pihak lain,sesuai dengan aturan atau undang-undang yang
berlaku. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan komite audit mampu menciptakan good
corporate governance dengan upaya memenuhi prinsip pertanggung-jawaban.
5. Prinsip Kewajaran (Fairness)
Prinsip ini ditunjukkan oleh sikap komite audit dalam pengambilan keputusan yang
didasarkan atas sikap adil (fair) dan objektif terhadap semua pihak. Manajemen perusahaan
dalam kegiatan operasional yang dilakukan membutuhkan kerja sama dengan banyak pihak.
Dalam rangka menjalin kerja sama yang baik, manajemen perusahaan hendaknya berlaku adil
terhadap seluruh pihak yang ada, di mana tidak ada pihak yang lebih dipentingan atau semua
dianggap sama, sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak. Kemampuan untuk
berlaku fair kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kerja sama membuat manajemen
perusahaan terhindar dari tuntutan pihak tertentu yang dirugikan. Pada praktik yang terjadi,
umumnya manajemen perusahaan mementingkan pihak tertentu akibat ketergantungan yang
besar terhadap pihak tersebut. Hal ini menyebabkan manajemen perusahaan harus
mengorbankan kepentingan dari pihak yang lain. Suatu contoh adalah perhatian yang lebih
besar kepada investor sebagai pemegang saham membuat manajemen perusahaan berusaha
untuk memberikan keuntungan yang besar dengan melakukan manipulasi pajak, sehingga
pemerintah menjadi pihak yang dirugikan dan suatu saat akan menuntut perusahaan bila
dapat dibuktikan. Hal tersebut bukan merupakan pengelolaan usaha yang sehat atau
menyalahi aturan fairness sebagai upaya untuk menciptakan good corporate governance.
E. Auditor Eksternal
Pemberlakuan kewajiban untuk melakukan audit eksternal diwajibkan ileh ketentuan
perundang-undangan untuk perusahaan, lembaga, ataupun badan-badan lainnya. Audit
eksternal adalah proses audit terpisah dari perusahaan yang disewa jasanya oleh perusahaan
dalam memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang disusun telah mengikuti
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Orang yang melakukan audit eksternal pada
sebuah organisasi/perusahaan dinamakan auditor eksternal. Audit eksternal pada perusahaan
dilakukan dengan mengecek dokumen-dokumen dan catatan-catatan serta peralatan
elektronik dan pengendalian komputer. Tanggung jawab utama auditor eksternal adalah

6
memberikan pendapat tentang laporan keuangan yang disiapkan manajemen keuangan. Di
samping menganalisis pengungkapan dan metode akunting yang diterapkan manajemen
dalam menyusun laporan keuangan, auditor eksternal wajib melaporkan potensi resiko yang
mereka temukan selama audit kepada manajemen perusahaan dan komite audit, serta
memberikan saran bagaimana mengelola resiko tersebut.
F. Peran Strategis Auditor Eksternal dalam Implementasi Corporate Governance
Auditor eksternal memegang peranan dalam menentukan keakuratan suatu informasi
laporan keuangan, maka kualitas audit merupakan hal yang sangat penting. Kualitas dari
audit yang independen memiliki pengaruh terhadap tata kelola perusahaan. Hal ini
menyebabkan pemilihan auditor merupakan keputusan penting dan harus dipertimbangkan
secara matang oleh perusahaan.
Tujuan pemeriksaan auditor eksternal adalah untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen perusahaan.
Laporan Eksternal Auditor berisi opini mengenai kewajaran laporan keuangan, selain itu
berupa management letter, yang berisi pemberitahuan kepada manajemen mengenai
kelemahan dan pengendalian intern beserta saran-saran perbaikannya. Pelaksanaan
pemeriksaan berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan Institut
Akuntan Publik Indonesia. Pemeriksaan ekstern dilakukan secara sampling, karena waktu
yang terbatas dan akan terlalu tinggi audit fee jika pemeriksaan dilakukan terlalu rinci.
Pemeriksaan ekstern dipimpin oleh (penanggung jawabnya adalah) seorang akuntan publik
yang terdaftar dan mempunyai nomor register. Sebelum menyerahkan laporannya, eksternal
auditor terlebih dahulu harus meminta "Surat Pernyataan Klien" (Client Representation
Letter). Eksternal Auditor hanya tertarik pada kesalahan-kesalahan yang material, yang bisa
mempengaruhi kewajaran laporan keuangan.
Ashbaugh dan Warfield (2003) menyatakan bahwa auditor eksternal memainkan
sebuah peran dalam corporate governance sebagai alat pengawasan yang penting dalam
proses pelaporan keuangan. Sanda, et al., (2005) dalam Obe (2012) menyebutkan bahwa tata
kelola perusahaan yang baik salah satunya diwujudkan dalam bentuk transparasi keuangan
perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik dapat dilihat dari mekanisme tata kelola
perusahaan yang diterapkan, di mana syarat-syarat pelaksanaan sistem dalam suatu
perusahaan dimana berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut dapat
memastikan pihak manajer dan pihak internal perusahaan lainnya dapat memenuhi
kepentingan stakeholders.
G. Komite Audit dan Akuntan

7
Komite audit memiliki peran dalam merekomendasi mengenai penunjukan akuntan
publik yang nantinya menjadi bahan pertimbangan dewan komisaris. Dalam memberikan
ekomendasi, komite audit mempertimbangkan antara lain independensi, ruang lingkup
penugasan, dan imbalan jasa, serta melakukan evaluasi atas pelaksanaan jasa audit laporan
keuangan historis. Hubungan antara komite audit dan akuntan adalah sebagai pengawas dari
aktivitas yang dilakukan akuntan pubik dalam melaksanakan audit. Setiap tahunnya komite
audit akan melakukan pertemuan sebanyak tiga kali sampai empat kali untuk membahas
mengenai hal yang berkaitan dengan perician pekerjaan audit termasuk besaran biaya audit,
menerima dan mendiskusikan rekomendasi Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memerlukan
pengawasan dan tindakan lebih lanjut. Komite audit juga dapat merekomendasikan
penggantian KAP perusahaan kepada Dewan Komisiaris.
H. Proses Governance dan Komite Audit
Proses governance adalah cara atau mekanisme yang dilakukan oleh perusahaan
dalam melakukan fungsi dan tugasnya untuk mewujudkan komitmen dan struktur governance
sehingga dapat dicapai Governance Outcome yang sesuai dengan asas good corporate
governance. Governance outcome adalah hasil dari pelaksanaan GCG baik dari aspek hasil
kinerja maupun cara-cara/praktek-praktek yang digunakan untuk mencapai hasil kinerja
tersebut. Keberadaan dari komite audit hendaknya dapat dimanfaatkan dengan maksimal
dalam rangka penerapan good corporate governance, karena komite audit mampu
memberikan peran yang besar dalam penerapan good corporate governance. Komite audit
pada dasarnya mampu mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan berbagai
pengembangan berkaitan dengan upaya-upaya untuk meme nuhi prinsip-prinsip good
corporate governance. Kemampuan komite audit untuk memenuhi prinsip-prinsip good
corporate governance, membuat cita-cita untuk menciptakan good corporate governance
bukan hanya cita-cita yang tertulissaja tetapi sungguh-sungguh dapat diwujudkan.
Proses governance dalam Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
mengemukakan bahwa komite audit mempunyai tanggung jawab dalam hal memberikan
pengawasan secara menyeluruh dalam hal
1. Laporan Keuangan, di mana komite audit melaksanakan pengawasan independen dan
memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat telah memberikan gambaran yang
sebenarnya.
2. Pengawasan Kontrol, di mana komite audit memberikan pengawasan atas masalah
atau hal-hal yang berpotensi mengandung risiko.

8
3. Tata Kelola Perusahaan, di mana komite audit melaksanakan pengawasan independen
atas proses pelaksanaan GCG yang apakah telah dijalankan sesuai Undang-Undang
dan peraturan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, H.M. 2006. Manajemen Risiko: Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bernadinus Chrisdanto. 2013. Peran Komite Audit dalam Good Corporate Governance.
Jurnal Akuntansi Aktual. Vol 3. 1-8
FCGI, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta.
Indriani dan Nurkholis. 2002,Manfaat danFungsiKomiteAudit dalam Mewujudkan Tata
Pengelolaan Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance): Persepsi
Manajemen Perusahaan Go Public, Tema,Volume III,Nomor 1,Maret: 37–58.
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Nomor : KEP-102/M-PBUMN/2002
tanggal 31 Juli 2002 tentang pembentukan komite audit bagi BUMN.
 Negara (BUMN)
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04.2015 Tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

Anda mungkin juga menyukai