Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN MATERI KULIAH

SAP 9
KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN
Ringkasan Materi Kuliah ini Bertujuan untuk memenuhi tugas peruliahan
Corporate Governance
Kelas : C3
Dosen Pengampu :Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., M.Si., Ak., CA

Kelompok 9:

I PUTU ANDIKA PRASETYO (1707531072)


I MADE RISKY PRASETYA (1707531087)
MADE SATRYAWAN JELANTIK (1707531093)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020

1
1. Pengertian dan Tujuan Pelaporan Keuangan
Pengertian kualitas pelaporan keuangan hingga saat ini masih beragam, namun pada
prinsipnya pengertian kualitas pelaporan keuangan dapat dipandang Fanani, Kualitas
Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu dan dalam dua sudut pandang yaitu

 Pandangan pertama menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berhubungan


dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang tercermin dalam laba perusahaan.
Pandangan ini menyatakan bahwa laba yang berkualitas tinggi terefleksikan pada
laba yang dapat berkesinambungan {sustainable) untuk suatu periode yang lama.
 Pandangan kedua menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berkaitan dengan
kinerja pasar modal yang diwujudkan dalam bentuk imbalan, sehingga hubungan
yang semakin kuat antara laba perusahaan dengan imbalan menunjukkan informasi
pelaporan keuangan yang tinggi (Ayres 1994).

Pandangan yang sama dilakukan oleh Schipper (2004) dengan menyebutnya sebagai
atribut-atribut berbasis akuntansi untuk pandangan pertama, dan atribut- atribut berbasis
pasar untuk pandangan kedua. Pandangan pertama menyatakan bahwa kualitas pelaporan
keuangan berkaitan erat dsngan kinerja perusahaan yang diwujudkan dalam laba perusahaan
yang diperoleh pada tahun berjalan. Pelaporan keuangan dikatakan tinggi/berkualitas jika laba
tahun berjalan dapat menjadi indikator yang baik untuk laba perusahaan di masa yang akan
datang (Lev dan Thiagarajan 1993; Penman dan Zhang 1999; Richardson et al. 2001; Beneish
dan Vargus 2002; Richardson 2003), atau berasosiasi secara kuat dengan arus kas operasi di
masa yang akan datang (Dechow dan Dichev 2002; Cohen 2003). Implikasi dari pandangan
tersebut menunjukkan bahwa fokus pengukuran kualitas pelaporan keuangan perusahaan tersebut
berkaitan dengan sifat- sifat pelaporan keuangan. Pandangan kedua menyatakan bahwa kualitas
pelaporan keuangan berkaitan dengan kinerja saham perusahaan di pasar modal. Hubungan
yang semakin kuat antara laba dengan imbalan pasar menunjukkan informasi pelaporan
keuangan tersebut semakin tinggi (Lev dan Thiagarajan 1993; Chan et al. 2004). Dengan
demikian kualitas pelaporan keuangan merupakan konstruk yang dapat dianalisis dalam dua
pandangan, yaitu kualitas pelaporan keuangan yang berkaitan dengan kas dan laba itu sendiri,
atau kualitas pelaporan keuangan yang berkaitan dengan imbalan saham Pendekatan pertama
berkaitan dengan kajian faktor- faktor penentu yang menghasilkan pelaporan keuangan

2
yang berkualitas. Fokus pendekatan ini berkaitan dengan faktor-faktor internal perusahaan
yang terkait dengan faktor inheren atau faktor intrinsik yang melekat di perusahaan itu sendiri,
yang di berbagai penelitian disebut sebagai faktor spesifik atau karakteristik perusahaan.
Faktor-faktor tersebut adalah faktor-faktor innate dinamis [siklus operasi, volatilitas
penjualan], statis [ukuran perusahaan, umur perusahaan], kinerja perusahaan [proporsi rugi],
risiko institusi [likuiditas, leverage ], dan risiko lingkungan [klasifikasi industri]). Pendekatan
kedua berkaitan dengan faktor eksternal—yang merupakan respons pemakai informasi
pelaporan keuangan—yaitu sejauh mana informasi pelaporan keuangan direspons oleh para
pemakai laporan keuangan. Salah satu pemakai utama laporan keuangan adalah investor
yang baginya ketersediaan informasi yang ditawarkan diharapkan dapat mengurangi
asimetrik informasi.

Pelaporan keuangan yang berkualitas memiliki peranan yang besar, GCG berperan
membantu perusahaan menyajikan pelaporan keuangan yang berkualitas.Dengan melihat
pelaporan keuangan, investor dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi atau tidak. GCG
merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola
bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas
perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka panjang tetapi
tetap memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholder lainnya. Selain itu, perhatian yang
diberikan investor terhadap GCG sama besarnya dengan perhatian terhadap kinerja keuangan
perusahaan, karena dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik, maka perusahaan akan
memiliki kinerja keuangan yang baik pula.
2. Kualitas Informasi Keuangan
Kualitas informasi keuangan merupakan informasi yang sesuai dengan karakteristik
kualitatif, yang dapat mempertinggi kegunaan informasi keuangan. Dikatakan kualitatif karena
sampai saat ini tidak ada model matematis atau kuantitatif yang bisa dipakai untuk membentuk
informasi yang bermanfaat. FASB dalam SFAC No. 1 menyebutkan bahwa “Pelaporan keuangan
mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan informasi lainnya, yang
berkaitan langsung atau tidak langsung, dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi
– yaitu informasi tentang sumber-sumber ekonomi, hutang, laba periodik dan lain-lain”.

3
Kualitas pelaporan keuangan dapat dilihat dari karakteristik kualitatif laporan keuangan.
Karakteristik tersebut tercantum dalam SFAC No. 2, karakteristik kualitas informasi keuangan
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Karakteristik Kualitas Informasi Akuntansi Dasar
Karakteristik kualitas informasi akuntansi dasar harus ada dalam setiap informasi
akuntasi. Hal ini bermanfaat sebagai point penting dalam mengambil keputusan. Dua
karakteristik kualitas informasi akuntansi dasar yang utama adalah:
a) Relevansi
Relevansi mengacu pada seberapa membantunya informasi akuntansi tersebut untuk
proses pengambilan keputusan keuanganInformasi akuntansi akan menjadi relevan jika
dapat memberikan informasi yang bermanfaat tentang peristiwa di masa lalu dan
membantu memprediksi peristiwa masa depan. Hal ini penting dalam mengambil
tindakan untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi di masa depan.
b) Dapat Diuji (Realibilitas)
Realibilitas, juga dikenal sebagai keandalan. Hal ini menunjukan sejauh mana
informasi secara akurat mencerminkan sumber daya perusahaan, perputaran modal, atau
transaksi. Faktor ini adalah untuk membantu memberikan gambaran nyata atau realita
yang tersaji dalam informasi akuntansi. Kualitas informasi akuntansi menjadi reability
jika memenuhi unsur :
1) Lengkap (Completeness), dimana laporan keuangan tidak boleh mengecualikan
transaksi apa pun dan semua informasi yang penting tersaji sesuai kriteria penyajian
secara wajar
2) Netral (Neutrality), dimana informasi laporan keuangan tidak dibuat atas dasar
kepentingan salah satu pihak. Baik eksternal maupun Internal.
3) Bebas dari kesalahan (Free from error), dimana informasi bebas dari kesalahan.
b. Karakteristik Kualitas Informasi Akuntansi Sekunder
Karakteristik kualitas informasi akuntansi sekunder adalah sebagai penunjang dalam
mempengaruhi seberapa bergunanya informasi yang tersaji. Berikut adalah empat macam
karakteristik kualitas informasi akuntansi sekunder:

4
a) Dapat Diverifikasi (Verifiability)
Laporan keuangan harus dapat diverifikasi oleh akuntan lain dengan metode-metode
yang sama dan dapat diuji. Sebagai contoh, informasi akuntansi yang disajikan dalam
laporan keuangan dianggat dapat diverifikasi jika dua akuntan independen dapat
menyimpulkan berdasarkan verifikasi bahwa transaksi dan keadaan yang terjadi terefleksi
secara adil.
b) Ketepatan Waktu (Timeliness)
Ketepatan waktu adalah seberapa cepat informasi tersedia bagi pengguna informasi
akuntansi. menyajikan informasi akuntansi tidak tepat waktu menjadikan informasi yang
kurang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Hal ini penting untuk informasi
akuntansi karena bersaing dengan informasi lainnya. Sebagai contoh, jika perusahaan
mengeluarkan laporan keuangannya lebih dari setahun setelah periode akuntansi,
pengguna laporan keuangan akan kesulitan untuk menentukan seberapa baik kinerja
perusahaan saat ini.
c) Dapat Dipahami (Understandability)
Sejauh mana informasi yang disajikan dapat dipahami, dimana laporan tahunan
perusahaan biasanya berisi lebih dari 100 halaman, dengan kualitas informasi
menyeluruh. Informasi yang dapat dimengerti oleh pengguna  harus ada dalam laporan
keuangan tersebut. Bagi perusahaan yang berkinerja buruk, biasanya menggunakan
banyak istilah dan kalimat yang sulit dimengerti dalam laporan tahunannya sebagai upaya
untuk menyamarkan kinerja yang buruk.
d) Komparatif (Comparability)
Sejauh mana standar dan kebijakan akuntansi diterapkan secara konsisten dari satu
periode ke periode lainnya. Laporan keuangan yang dapat dibandingkan harus sesuai
dengan standar dan kebijakan akuntansi yang konsisten dengan apa yang diterapkan
sepanjang periode akuntansi. Hal ini memungkinkan pengguna untuk menarik
kesimpulan yang mendalam tentang tren dan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu.
Selain itu, komparabilitas juga mengacu pada kemampuan untuk memudahkan
membandingkan laporan keuangan perusahaan satu dengan perusahaan lainnya.

5
3. Pengertian Transparansi Dan Peranan Tarnsparansi Dalam Cg (Oecd Principle 5:
Disclosure And Transparency)
3.1 Pengertian Transparansi
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang
untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan organisasi, yakni informasi tentang
kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.
3.2 Peranan Transparansi Dalam CG
Berdasarkan prinsip OECD kelima, kerangka Corporate Governance harus memastikan
bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dibuat pada semua hal material mengenai
perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan.
Transparansi yang dimaksud antara lain:
1) Pengungkapan harus mencakup informasi material.
2) Informasi harus disiapkan dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas akuntansi
yang tinggi dan pengungkapan keuangan dan non-keuangan.
3) Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan berkualitas dalam
rangka memberikan jaminan eksternal dan obyektif kepada dewan dan pemegang saham
bahwa laporan keuangan cukup mewakili posisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam
semua hal yang material.
4) Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan berkewajiban
kepada perusahaan untuk melakukan kerja profesional dalam melakukan audit.
5) Saluran untuk menyebarkan informasi harus memberikan akses yang adil, tepat waktu,
dan akses yang hemat biaya kepada informasi yang relevan oleh pengguna.
Kerangka CG harus dilengkapi dengan pendekatan yang efektif yang membahas dan
mempromosikan penyediaan analisis atau nasihat oleh analis, broker, lembaga pemeringkat
dsb, yang relevan dengan keputusan oleh investor, bebas dari konflik kepentingan material
yang mungkin meragukan integritas analisis atau nasihat mereka.

4. Perkembangan Pengungkapan Dan Transparansi Di Indonesia


Berdasarkan pada Jurnal Corporate Governance, Disclosure and Its Evidence in Indonesia
yang dibuat oleh Siddharta Utama, pengungkapan pada emiten di Indonesia pada awalnya
berdasarkan pada PP no. 64 tahun 1999 tentang Laporan Tahunan. Menurut peraturan tersebut

6
pengungkapan hanya boleh dilakukan oleh perusahaan listed saja, sehingga akhirmya muncul
peraturan baru yang mengharuskan semua perusahaan, termasuk yang tidak listed harus di audit
dan diungkapkan laporan keuangannya apabila memiliki nilai aset atau aset bersih melebihi Rp.
25.000.000.000. Selain itu, tertera juga dalam peraturan Bapepam-LK VIIIG.2.
Kemudian Herwidiyatmo mengusulkan agar detail pengungkapan harus sesuai dengan
standar internasional, seperti hal-hal yang menyangkut kepentingan minority shareholder. Agar
tidak terjadi adanya benturan kepentingan maka dibutuhkan persetujuan oleh pemilik saham
minoritas. Penerapan ini pertama kali diikuti oleh 22 perusahaan yang listed dan pedoman yang
digunakan berdasarkan peraturan Bapepam, Regulasi Industri, dan Standar akuntansi yang
berlaku umum. Dalam perkembangan pengungkapan laporan tahunan pada bank di Indonesia,
terutatama bank sentral (Bank Indonesia), pengungkapan tidak hanya ditujukan pada publik saja,
namun juga diungkapkan di bank-bank yang beroperasi di Indonesia. Informasi yang
diungkapkan adalah :
a. Informasi umum, yang berisi mengenai profil emiten (struktur, produk pemilik dan lainnya)
b. Laporan Keuangan 2 tahun terakhir, yang berisi laporan audit, neraca, laporan rugi laba,
laporan perubahan modal, arus kas, komitmen dan kontijensi, dan catatan atas laporan
keuangan.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu berisi analisis kredit, persentase kredit nasabah, kredit
relasi, kredit yang kolektif, dan loan dari dalam dan luar negeri.
Berdasarkan studi, skor (level) pengungkapan perusahaan listed yang ada di Indonesia masih
dibawah 60 %. Hal ini berarti syarat-syarat pemenuhan pengungkapan berdasarkan peraturan
Bapepam-LK masih rendah, dan dibutuhkan perhatian khusus mengenai hal ini. Lebih menarik,
ternyata auditor memainkan peran juga dalam menentukan skor (level) pengungkapan ini. Skor
pengungkapan akan makin rendah pada saat emiten berganti dengan auditor yang baru. Dalam
hal ini, pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang penting dalam menunjukkan
identias perusahaan yang sebenarnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ahmida. 2015. Makalah Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga.


https://www.scribd.com/doc/281053585/Bab-Vii-Makalah-Pelaporan-Keuangan-Perubahan-
Harga. Diakses pada 19 April 2020.
BPKAD Kabupaten Banjar. 2017. Kualitas Laporan Keuangan.
http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/09/08/kualitas-laporan-keuangan/. Diakses
pada 19 April 2020.
G20/OECD Principle of Corporate Governance 5 : Disclosure and Transparency.
Krina, Loina Lalolo P. 2003. Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi &
Partisipasi, Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. Jakarta: Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.

Anda mungkin juga menyukai