Anda di halaman 1dari 5

BAB 2 MENGAPA AKUNTANSI FORENSIK?

Kalau seorang auditor dapat disebut sebagai akuntan yang berspesialis dalam auditing, maka akuntan forensic menjadi spealis yang lebih khusus lagi (super specialist) dalam bidang fraud. Ia menjadi fraud auditor atau fraud examiner. Mengapa akuntansi forensic? Karena ada fraud, baik berupa potensi farud maupun nyatanyat ada fraud. Akuntan forensic mengamati dan memahami gejala fraud secara makro, pada tingkat perekonomian Negara. Corporate Governance Apa dampak kelemahan governance di korporasi? Secara teoritis (dengan efficient market hypotesis) dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang lemah governance-nya, akan dihukum oleh pasar modal berupa lebih rendahnya harga saham mereka. Dengan perkataan lain, saham mereka seharusnya mempunyai nilai yang lebih tinggi kalau mereka mempunyai good corporate governance (tata kelola perusahaan yang baik).khusus untuk Indonesia, perhatian akuntan forensic adalah penemuan fraud dalam arti korupsi. Dalam weakness dicantumkan dua bank BUMN yang terlibat skandal korupsi. Bank Mandiri kemudian terbukti juga mengalami kasus korupsi. Juga untuk kelemahan kedua; meskipun contohnya berbeda, kelemahan yang serius masih terlihat di bidang penegakan hokum. Kalau sector keuangan (perbankan BUMN) dan bidang penegakan hokum rawan korupsi, tidaklah sulit untuk membayangkan keadaan di sector public lainnya dan sector swasta.

Corruption Perceptions Index CPI adalah indeks mengenai persepsi korupsi di suatu Negara. Indeks ini diumumkan setiap tahunnya oleh TI. TI adalah organisasi masyarakat madani global (global civil society) yang memelopori pemberantasan korupsi. Misi TI adalah menciptakan perubahan menuju dunia yang bebas korupsi. TI mempunyai jaringan global yang meliputi lebih dari 90 cabang (national

chpters), termasuk Indonesia, dan cabang dalam pendirian (chapters-in-formation). Jaringan ini memerangi korupsi dalam lingkup nasional dengan menggabungkan pemain yang relevan dri lingkungan pemerintahan, masyarakat madani, serta dunia bisnis dan media untuk mendorong transparansi dalam pemilihan umum, administrasi pemerintahan, pengadaan barang, dan bisnis. Jarinagan internasional TI menggunakan kampanye yang melobi pemerintahan agar melaksanakan reformasi di bidang pemberantasan korupsi. Ada beberapa table yang disajikan di sini, table-tabel ini menunjukkan peringakat (country rank), skor (2009 CPI score), banyaknya survey yang digunakan (number of surveys ised), dan tingkat keandalan data (confidence range). Global Corruption Barometer Global Corruption Barometer (GCB) merupakan survey pendapat umum yang dilakukan sejak tahun 2003. Survey dilakukan oleh Gallup International atas nama Transparency International (TI). GCB berupaya memahami bagaimana dan dengan cara korupsi memengaruhi hidup orang banyak, dan memberikan indikasi mengenai bentuk dn betapa lusnya korupsi, dari sudut pandang anggota masyarakt di sekuruh dunia. Informasi semacam ini sangat penting untuk membantu pemberantasan korupsi dan penyuapan. Misalnya, pertanyaan mengenai bagaimana pembayaran uang suap terjadi, akan membantu kita dalam merancang kebijakan anti korupsi. GCB merupakan alat TI untuk mengukur korupsi secara lintas Negara. Melalui fokusnya pada pendapat public, GCB merupakan pelengkap CPI dan BPI yang dilaksanakan atas pendapat para pakar dan pimpinan dunia usaha.

Bribe Payers Index Bribe Payers Index (BPI) tahun 2008 meliputi 2.742 wawancara dengan para eksekutif bisnis senior di 26 negara, yang dilaksanakan antara 5 Agustus sampai 29 Oktober 2008. Survei dilakukan atas nama Transparency Internationla oleh Gallup International. Gallup International

bertanggung jawab atas pelaksanaan survey BPI 2008 secara keseluruhan dan atas proses pengendalian mutu. Kebanyakan informasi dalam BPI 2008 merupakan data agregat dan bukan per Negara. Pada table 2.15 menyajikan bentuk penyuapan oleh Negara-negara pengekspor. Penyuapan ini dibagi dalam tiga kategori, yakni penyuapan kepada pejabat tinggi dan pimpinan partai politik (penyuapan tingakat tinggi), penyuapan kepada pegawai rendah sekadar untuk mempercepat proses (uang pelicin), dan pemanfaatan hunbungan pribadi. Korupsi dan Iklim Investasi-Kajian PERC Political And Economic Risk Consultancy, Ltd. (disingkat PERC) melakukan kajian untuk menilai risiko politik dan ekonomi suatu Negara. Kajian-kajian ini merupakan referensi bagi pebisnis yang akan dan sudah menanamkan modalnya di Negara yang bersangkutan. Salah satu kajian PERC menunjukkan tingkat korupsi menurut persepsi eksekutif asing di Negara tertentu. Survey terakhir PERC menyajikan skor korupsi (corruption scores) untuk 14 perekonomian Asia berdasarkan survey terhadap lebih dari 1.700 eksekutif. Global Compettiveness Index Sejak 1979, world ekonomic forum (WEF) menerbitkan laporannya (The Global Competitiveness Report) yang meneliti factor-faktor yang memungkinkan perekonomian suatu bangsa dapat mempunyai pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran jangka panjang yang berkesinambungan. The Gobal Competitiveness Report mengelompokkan perkembangan ekonomi suatu Negara ke dalam tiga tahapan.

Tahap 1: Factor Driven. Dalam tahap 1, suatu Negara bersaing dengan Negara lain berdasarkan factor-faktor yang mereka miliki (endowments) terutama tenaga kerja tidak terampil dan sumbersumber daya alam.

Tahap 2 : Efficiency Driven. Dalam tahap 2, mereka harus mulai meningkatkan efisiensi dalam proses produksi dan mutu produk yang mereka hasilkan. Tahap 3, Innovation Driven. Dalam tahap 3, mereka mampu mempertahankan tingkat upah dan standar hidup yang tinggi kalau mereka mampu bersaing dalam produk baru atau produk yang unik. Apakah Kajian Mengenai Korupsi Bermanfaat? Kajian itu adalah CPI, GCB, BPI, PERC, dan GCI. Korupsi seperti komoditas ekonomi, ada permintaan dan penawaran. CPI, GCB, PERC, dan GCI merupakan kajian dari sisi permintaan. Sedangkan BPI merupakan kajian dari sisi penawaran. Alasan untuk mengatakan bahwa indeks di atas bermanfaat adalah berikut ini: 1. Bermanfaat, kalau kita menyadari bahwa indeks tersebut mencerminkan persepsi atau kesan. Namun, tidak berarti bahwa persepsi atau kesan itu tidak penting. 2. Persepsi yang dilontarkan oleh survey pendapat umum seperti GCB mencerminkan kenyataan. Ini terbukti dari pengungkapan dan penyidikan oleh KPK dan kejaksaan, yang diikuti dengan penyidangan di pengadilan dari tokoh-tokoh masyarakat dan penyelenggara Negara seperti penegak hokum (jaksa, hakim, polisi), anggota lembaga legislative (DPR dan DPRD), pimpinan Pemda (Gubernur, Bupati, Walikota, dan lainlain), Menteri, dan petinggi lainnya di departemen, dan seterusnya. 3. Bermanfaat secara makro, bukan mikro.

Survei Integritas Oleh KPK Berbeda dengan indeks tentang korupsi yang dibahas sebelumnya, indeks integritas yang diterbitkan KPK tidaklah semata-mata didasarkan atas persepsi. Survey Integritas Sektor Publik 2007 dilaksanakan antara Agustus hingga Oktober 2007. Survei dilakukan terhadap 65 unit

layanan di 30 departemen/instansi tingkat pusat yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dengan jumlah responden 3.611 orang,. Mereka merupakan pengguna langsung jasa pelayanan public tersebut. Pada table 2.26 menunjukkan dua unsur penilaian, yakni experienced integrity dan potential integrity. experienced integrity mencerminkan persepsi dan pengalaman responden terhadap tingkat korupsi yang dialaminya. Sedangkan potential integrity mencerminkan potensi penyebab korupsi menurut persepsi responden.

Anda mungkin juga menyukai