Disusun Oleh
Kelompok 13 Akuntansi Transfer Kelas C:
1. Asyef Sulthoni
F1313011
2. Hanafi Affan Danuri
F1313043
3.
Ridha Yamin
F1313085
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2014
WHISTLEBLOWER
Peniup peluit adalah terjemahan harfiah dari whistlebower. Maknanya adalah orang
yang mengetahui adanya bahaya atau ancaman, dan berusaha menarik perhatian orang
banyak dengan meniup peluitnya. Tentunya, meniup peluit di sini digunakan dalam arti
kiasan.
1 | Page
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri dan ia
alami sendiri.
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuannya itu.
2 | Page
Whistleblower atau Peniup Peluit tidak usah mendengar, melihat, dan mengalami
sendiri terjadinya pelanggaran, tetapi atas kemauan bebasnya meniup peluit peringatan
menandakan adanya bahaya atau ancaman.
Pembahasan tentang Sistem Peniup Peluit (Whistleblowing System) tidak dapat
dipisahkan dengan perlindungan terhadap mereka. Mengapa? Penegak hukum sering
mengalami kesulitan dalam menghadirkan saksi dan korban karena adanya ancaman fisik dan
psikis dari pihak tertentu. Terdapat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
Menurut LPSK (2011), Seorang whistleblower seringkali dipahami sebagai saksi
pelapor. Orang yang memberikan laporan atau kesaksian mengenai suatu dugaan tindak
pidana kepada aparat penegak hukum dalam proses peradilan pidana. Namun untuk disebut
sebagai whistleblower,saksi tersebut setidaknya harus memenuhi dua kriteria mendasar.
Kriteria pertama, whistleblower menyampaikan atau mengungkap laporan kepada otoritas
yang berwenang atau kepada media massa atau publik. Dengan mengungkapkan kepada
otoritas yang berwenang atau media massa diharapkan dugaan suatu kejahatan dapat
diungkap dan terbongkar. Pada umumnya, whistleblower akan melaporkan kejahatan di
lingkungannya kepada otoritas internal terlebih dahulu. Namun seorang whistleblower tidak
berhenti melaporkan kejahatan kepada otoritas internal ketika proses penyelidikan laporannya
mandeg. Ia dapat melaporkan kejahatan kepada otoritas yang lebih tinggi, semisal langsung
ke dewan direksi, komisaris, kepala kantor, atau kepada otoritas publik di luar organisasi
yang berwenang serta media massa.
Langkah ini dilakukan supaya ada tindakan internal organisasi atau tindakan hukum
terhadap para pelaku yang terlibat. Hanya saja terdapat kecenderungan yang tak dapat
ditutupi pula bahwa jika terjadi sebuah kejahatan dalam organisasi, maka otoritas tersebut
bertindak kontraproduktif. Alih-alih membongkar, terkadang malah sebaliknya, menutup
rapat-rapat kasus. Kita lalu teringat pada sosok seperti Komisaris Jenderal (Komjen) Pol.
Susno Duadji, mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Kepolisian RI. Susno Duadji
merupakan orang yang pertama kali membeberkan adanya praktik maa hukum yang
menyeret Gayus H.P. Tambunan dkk kepada publik. Gayus Tambunan adalah pegawai
Direktorat Keberatan dan Banding pada Direktorat Jenderal Pajak yang terlibat kasus
pencucian uang dan korupsi puluhan miliaran rupiah.
3 | Page
Dalam testimoninya yang disiarkan media massa, Susno Duadji mengungkapkan telah
terjadi skandal rekayasa perkara yang membebaskan Gayus dari dakwaan pencucian uang.
Skandal Gayus itu sendiri melibatkan seorang hakim pada Pengadilan Negeri Tangerang,
jaksa senior, seorang petinggi Polri yang menjadi bekas bawahannya, dan asisten Wakil
Kepala Polri saat itu. Posisi Susno Duadji dalam struktur Kepolisian RI sesungguhnya sangat
kuat untuk mengungkap perkara Gayus. Hanya saja saking kuatnya tembok solidaritas di
kalangan atasan maupun koleganya di Mabes Polri, laporan Susno terpental dan tak
terselesaikan secara tuntas. Maka tak ada pilihan lain, Susno pun melontarkan pernyataan
kepada otoritas di luar organisasi kepolisian yang sesungguhnya lebih berwenang. Susno
membeberkan skandal Gayus ke media massa dan Satgas Pemberantasan Maa Hukum
bentukan Presiden SBY.
Kriteria kedua, seorang whistleblower merupakan orang dalam, yaitu orang yang
mengungkap dugaan pelanggaran dan kejahatan yang terjadi di tempatnya bekerja atau ia
berada. Karena skandal kejahatan selalu terorganisir, maka seorang whistleblower kadang
merupakan bagian dari pelaku kejahatan atau kelompok maa itu sendiri. Dia terlibat dalam
skandal lalu mengungkapkan kejahatan yang terjadi. Dengan demikian, seorang
whistleblower benar-benar mengetahui dugaan suatu pelanggaran atau kejahatan karena
berada atau bekerja dalam suatu kelompok orang terorganisir yang diduga melakukan
kejahatan, di perusahaan, institusi publik, atau institusi pemerintah. Laporan yang
disampaikan oleh whistleblower merupakan suatu peristiwa faktual atau benar-benar
diketahui si peniup peluit tersebut. Bukan informasi yang bohong atau tnah.
Kasus Agus Condro merupakan contoh terbaik dalam hal ini. Mantan anggota DPR RI
periode 1999-2004 dari Partai PDI Perjuangan tersebut mengungkapkan kepada publik bahwa
dia dan beberapa koleganya menerima cek perjalanan sebagai suap dalam pemilihan Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia tahun 2000an awal. Agus Condro secara terbuka mengakui
dia termasuk sebagai penerima cek dari seorang pengusaha untuk diduga untuk
memenangkan calon deputi, Miranda Goeltom. Pengakuan Agus inilah yang membedakan
sikap dirinya dengan koleganya yang memilih bungkam, meski pada akhirnya divonis
bersalah oleh pengadilan. Secara tidak langsung skandal yang melibatkan banyak politisi
DPR ini dapat terkuat berkat pengakuan Agus beberapa tahun setelah penyuapan terjadi.
Seorang whistleblower selain dapat secara terbuka ditujukan kepada individu-individu dalam
sebuah organisasi atau skandal, seperti Komjen Pol. Susno Duadji dalam organisasi
4 | Page
Kepolisian RI atau Agus Condro dengan kolega politisinya yang korup, dapat pula ditujukan
kepada para auditor internal. Auditor internal memiliki kewenangan formal untuk melaporkan
adanya ketidakberesan dalam sebuah perusahaan. Kewenangan formal ini yang membedakan
auditor internal dengan para individu di atas dalam kapasitasnya sebagai whistleblower.
Kewenangan formal ini yang membedakan auditor internal dengan para individu di atas
dalam kapasitasnya sebagai whistleblower.
Peran whistleblower seperti Susno Duadji maupun Agus Condro sangat besar untuk
melindungi negara dari kerugian yang lebih parah dan pelanggaran hukum yang terjadi.
Tetapi resiko yang mereka hadapi pun juga besar ketika mengungkap kejahatan, mulai dari
ancaman terhadap keamanan sampai dikeluarkan dari instansi tempatnya bekerja. Sehingga
whistleblower penting untuk dilindungi.
1. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta
bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, tau telah
diberikannya:
2. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan
keamanan;
3. Memberikan keterangan tanpa tekanan;
4. Mendapat penerjemah;
5. Bebas dari pertanyaan yang menjerat;
6. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;
7. Mendapatkan informasi mengenai keputusan pengadilan;
8. Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
9. Mendapat identitas baru;
10. Mendapatkan tempat kediaman baru;
11. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;
12. Mendapat nasihat hukum; dan/atau
13. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir.
Saksi dan/atau korban yang merasa dirinya berada dalam ancaman yang sangat besar, atas
persetujuan hakim dapat:
1. Memberikan kesaksian tanpa hadir langsung di pengadilan tempat perkara tersebut
sedang diperiksa;
2. Memberikan kesaksiannya secara tertulis yang disampaikan di hadapan pejabat yang
berwenang dan membubuhkan tanda tangannya pada berita acara yang memuat tentang
kesaksian tersebut;
3. Dapat didengar kesaksiannya secara langsung melalui sarana elektronik dengan
didampingi oleh pejabat yang berwenang.
PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM
Whistleblowing System.
KNKG memberi definisi Pelaporan Pelanggaran yang merupakan terjemahan untuk
istilah whistleblowing dengan motive pelaporan tersebut.
yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan organsisasi kepada pimpinan organisasi
atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut.
buruk/ fitnah.
Definisi di atas berbeda dari pemakaian istilah whistleblowing dalam percakapan seharihari atau yang digunakan media massa.
Pada dasarnya pelapor pelanggaran (whistleblower) adalah karyawan dari organisasi itu
sendiri (pihak internal), akan tetapi tidak tertutup adanya pelapor yang berasal dari pihak
Saksi adalah seseorang yang melihat dan mendengar atau mengalami sendiri tindak
pelanggaran yang dilakukan terlapor dan bersedia memberikan keterangannya di depan
sidang pengadilan. Seorang pelapor mungkin saja menjadi saksi, tetapi tidak semua
8 | Page
menghukumnya dua bulan penjara. Pengadilan Tinggi DIY menyatakan tidak bersalah
dan bebas dari hukuman penjara. Kasus yang dilaporkannya tidak pernah diproses.
2. Maria Leonita menyampaikan dugaan suap oleh Zainal Agus, Direktur Perdata
Mahkamah Agung, pada tahun 2001. Ia justru diadukan mencemarkan nama baik oleh
Edy Handoyo. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menghentikan kasus pencemaran nama
baik karena tidak bisa menerima tuntutan jaksa.
3. Endin Wahyudin (seorang pengacara muda) melaporkan penyuapan yang dilakukannya
ke tiga hakim agung dalam masalah sengketa tanah di Bandung. Namun Endin dituduh
melakukan fitnah dan pencemaran nama baik. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
memutuskan Endin bersalah melakukan kejahatan memfitnah. Dia dihukum penjara
tiga bulan dan masa percobaan enam bulan.
4. Frans Amanue melaporkan sejumlah kasus korupsi di Kabupaten Flores Timur yang
melibatkan Bupati Felix Fernandez tahun 2003. Ia diadukan mencemarkan nama baik
oleh bupati itu. Pengadilan Negeri Larantuka menghukum masa percobaan lima bulan.
Akibatnya, timbul kerusuhan di Larantuka.
5. Sarah Lerry Mboik melaporkan dugaan korupsi oleh pemerintah kota (Pemkot) Kupang.
Terlapor merencanakan mengadukan pencemaran nama baik. (Tidak ada informasi
tentang kapan Sarah Lerry Mboik melaporkan dan apa hasil pengaduan pencemaran
nama baik).
6. Samsul Alam Agus melaporkan dugaan korupsi oleh Anggota DPRD Kabupaten
Donggala, Sulawesi Selatan, pada tahun 2004. Pelapor diadukan telah mencemarkan
nama baik oleh suatu ormas kepemudaan.
7. Atte Adha Kusdinan melaporkan dugaan korupsi uang pemasangan iklan Rp 135 juta
oleh mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Cianjur, Maskana Sumitra. Pelapor
diadukan terlapor ke Polres Cianjur. (Tidak ada kelanjutan mengenai kasus ini)
8. Muchtar Lufthi melaporkan dugaan korupsi pengadaan kapal KMP Pulau Weh yang
melibatkan Walikota Sabang, Sofyan Harun. Indikasi kerugian negara senilai Rp 8,6
milyar tahun 2004. Sofyan Harun melaporkan Muchtar Lufthi ke Polres Sabang. Polisi
mengeluarkan surat penangkapan.
9. Heli Werror melaporkan dugaan korupsi oleh Bupati Nabire pada tahun 2003. Bupati
melaporakan Heli Werror ke polisi.
Kategorisasi Whistleblower
1. Whistleblower di Sektor Swasta
Dilihat dari tempat seseorang bekerja, pada umumnya, seorang whistleblower dapat
berasal dari perusahaan swasta atau instansi Pemerintah. Oleh karena itu, seorang
whistleblower dapat muncul dari perusahaan-perusahaan swasta maupun dari lembaga10 | P a g e
lembaga publik dan pemerintahan. Di Amerika Serikat, misalnya, salah satu tokoh
whistleblower yang terkenal di lingkup perusahaan swasta adalah Jerey Wigand.
Wigand merupakan direksi di Bagian Riset dan Pengembangan perusahaan rokok
Brown and Williamson Tobacoo Corporation. Dia memberi laporan mengungkap
kesaksian adanya praktik manipulasi kadar nikotin rokok di perusahaan tempatnya
bekerja. Di Indonesia, banyak sekali orang yang bisa dikategorisasikan sebagai
whistleblower dari sektor swasta atau perusahaan. Sebut saja Vincentius Amin Sutanto,
mantan pegawai PT. Asian Agri yang mengungkap skandal manipulasi pajak trilyunan
rupiah perusahaan perkebunan raksasa milik konglomerat Sukanto Tanoto.
Selain Vincent, ada pula Yohanes Waworuntu, direktur bayangan PT. Sarana
Rekatama Dinamika, perusahaan yang bera liasi dengan Kelompok Usaha Bhakti
Investama milik Harry Tanoesoedibjo, yang meraup ratusan milyar saat menjadi operator
layanan sistem administrasi badan hukum (sisminbakum) Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
Banyaknya whistleblower di sektor swasta menunjukkan bahwa tindak pidana yang
berlangsung di perusahaan merupakan bagian dari kejahatan terhadap publik. Tidak lagi
sebagai sebuah skandal yang privat, internal perusahaan. Hal ini dilatari kenyataan
bahwa lingkup operasi perusahaan juga bersinggungan dengan kepentingan publik,
seperti kewajiban pajak perusahaan, dampak produk yang dihasilkan, hingga penggunaan
dana publik oleh perusahaan. Dengan makin dominannya sektor swasta dalam
menggerakkan perekonomian negara, maka peran whistleblower di sektor swasta pada
masa-masa mendatang semakin diperlukan. Perusahaan akan lebih dituntut untuk
melakukan transparansi dan akuntabilitas dalam kerjanya.
Meski beroperasi dengan modal sendiri, namun perusahaan-perusahaan tersebut
seringkali melakukan hubungan kerja dengan institusi-institusi Pemerintah, seperti di
bidang perpajakan, kepabeanan, departemen-departemen teknis, atau pun perbankan.
Dalam hubungan kerja tersebut tak jarang perusahaan swasta turut menggunakan
sumberdaya atau dana-dana milik publik. Misalnya saja terkait dengan pengadaan barang
Pemerintah. Sektor swasta memegang peranan penting sebagai pihak yang turut
menyediakan jasa atau pengerjaan proyeknya. Oleh karena itu, untuk menghindari
praktik menyimpang atau praktik koruptif, sistem pelaporan dan perlindungan
whistleblower di sektor swasta menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga
akuntabilitas dan transparansi. Dengan besarnya peran swasta dalam kehidupan publik,
setiap perusahaan tampaknya perlu membangun sistem pelaporan dan perlindungan
11 | P a g e
GEJALA KECURANGAN
Terdapat perbedaan angka laporan yang mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya
Perbedaan antara buku besar dengan buku tambahan
Perbedaan yang terungkap dari hasil konfirmasi
Transaksi yang tidak didukung dengan bukti yang memadai
Transaksi yang tidak dicacat sesuai dengan otorisasi manajemen
Albrecht (2004) mengkategorikan gejala yang menimbulkan fraud terdiri dari anomali
akuntansi, lemahnya internal control, anomali dalam analisis, gaya hidup mewah, kebiasaan
yang luar biasa serta tips dan complain.
FAKTOR-FAKTOR PEMICU FRAUD
Faktor Tekanan (Pressure)
Masalah Keuangan:
Tamak, hidup melebihi kemampuan,banyak hutang
Penyakit Mental:
Penjudi, peminum, pecandu narkoba
Work Related Pressure:
Kurang mendapat perhatian, kondisi kerja yang buruk,
Faktor Kesempatan (Opp0rtunity)
Sistem Pengendalian Intern yang lemah
Karena tidak mampu menilai kualitas kerja
Kurang adanya akses terhadap innformasi
Tindakan disiplin lemah thd pelaku fraud
Kewenangan & tanggungjawab tidak jelas
Faktor Rationalization
Mencontoh atasan atau teman sekerja
Merasa sdh berbuat banyak kped perusahaan
Menganggap yang diambil tdk seberapa
Dianggap meminjam, nanti dikembalikan
Umum dilakukan
MENCEGAH KECURANGAN
Menjaga moral / mental pegawai agar bersikap jujur, disiplin, berdedikasi
Membangun sistem pengendalian intern yg efisien dan efektif
Penerimaan pegawai yang jujur
Menciptakan suasana kerja yang positif
Penerapan Aturan Perilaku dan Kode Etik
Pemberian Program bantuan bagi pegawai yang membutuhkan
KELEMAHAN INTERNAL CONTROL
Sistem yang baik tidak dapat berfungsi dengan baik bila terjadi kerjasama yang
tidaksehat
14 | P a g e
Tallahase BeanCounters adalah sebuah tim baseball liga kecil di daerah Tallahase, Kota
Florida.
Sesuai dengan laporan yang diperoleh manajemen, diketahui bahwa seseorang di dalam
tersebut?
5) Apakah ada aset perusahaan yang hilang?
Setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, telah terjadi praktik kecurangan di
dalam perusahaan dengan skema fraud sbb:
1) Kecurangan karyawan fiktif (Ghost employee fraud)
2) Kecurangan penjualan tiket (Ticket fraud)
3) Kecurangan pembelian peralatan (Equipment purchase fraud)
15 | P a g e