Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RESUME KELOMPOK

AUDIT FORENSIK DAN INVESTIGASI


WHISTLEBLOWER
FORENSIC ACCOUNTING IN ACTION

Disusun Oleh
Kelompok 13 Akuntansi Transfer Kelas C:
1. Asyef Sulthoni
F1313011
2. Hanafi Affan Danuri
F1313043
3.
Ridha Yamin
F1313085
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2014

WHISTLEBLOWER
Peniup peluit adalah terjemahan harfiah dari whistlebower. Maknanya adalah orang
yang mengetahui adanya bahaya atau ancaman, dan berusaha menarik perhatian orang
banyak dengan meniup peluitnya. Tentunya, meniup peluit di sini digunakan dalam arti
kiasan.
1 | Page

Bahasa Indonesia sesungguhnya mengenai arti kiasan lain seperti bernyanyi


misalnya dalam kalimat: Ia bernyanyi di pengadilan tentang kecurangan pajak yang dibuat
majikannya. Atau istilah membuka topeng, membuka borok, dst. Namun istilah
penyanyi, pembuka topeng, atau pembuka borok terdengar kurang pas dibandingkan
dengan peniup peluit atau pelapor pelanggaran.
Wikipedia Bahasa Inggris sendiri mendefinisikan whistleblower sebagai berikut: A
whistleblower (whistle-blower or whistle blower) is a person who exposes misconduct,
alleged dishonest or illegal activity occurring in an organization. The alleged misconduct
may be classified in many ways; for example, a violation of a law, rule, regulation and/or a
direct threat to public interest, such as fraud, health and safety violations, and corruption.
Whistleblowers may make their allegations internally (for example, to other people within
the accused organization) or externally (to regulators, law enforcement agencies, to the
media or to groups concerned with the issues).
Seorang pengungkap dugaan pelanggaran (whistleblower) adalah seseorang yang
membeberkan dugaan pelanggaran, ketidakjujuran, atau aktivitas melawan hukum yang
terjadi dalam suatu organisasi. Dugaan pelanggaran mungkin masuk dalam kategori
pelanggaran hukum, pelanggaran aturan, pelanggaran regulasi dan/atau ancaman terhadap
kepentingan umum seperti penipuan, pelanggaran ketentuan tentang kesehatan dan
keamanan, dan korupsi. Pengungkapan dugaan pelanggaran bisa bersifat internal
(melaporkan seseorang lain dalam organisasi yang sama) atau eksternal (melapor kepada
regulator, lembaga penegak hukum, media massa, atau kelompok yang berkepentingan
dengan masalah tertentu).
Di samping istilah peniup peluit, ada isitilah saksi. Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana Pasal 1 butir 26 dan 27 menjelaskan istilah saksi dan keterangan saksi sbb:

Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri dan ia

alami sendiri.
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuannya itu.

2 | Page

Whistleblower atau Peniup Peluit tidak usah mendengar, melihat, dan mengalami
sendiri terjadinya pelanggaran, tetapi atas kemauan bebasnya meniup peluit peringatan
menandakan adanya bahaya atau ancaman.
Pembahasan tentang Sistem Peniup Peluit (Whistleblowing System) tidak dapat
dipisahkan dengan perlindungan terhadap mereka. Mengapa? Penegak hukum sering
mengalami kesulitan dalam menghadirkan saksi dan korban karena adanya ancaman fisik dan
psikis dari pihak tertentu. Terdapat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
Menurut LPSK (2011), Seorang whistleblower seringkali dipahami sebagai saksi
pelapor. Orang yang memberikan laporan atau kesaksian mengenai suatu dugaan tindak
pidana kepada aparat penegak hukum dalam proses peradilan pidana. Namun untuk disebut
sebagai whistleblower,saksi tersebut setidaknya harus memenuhi dua kriteria mendasar.
Kriteria pertama, whistleblower menyampaikan atau mengungkap laporan kepada otoritas
yang berwenang atau kepada media massa atau publik. Dengan mengungkapkan kepada
otoritas yang berwenang atau media massa diharapkan dugaan suatu kejahatan dapat
diungkap dan terbongkar. Pada umumnya, whistleblower akan melaporkan kejahatan di
lingkungannya kepada otoritas internal terlebih dahulu. Namun seorang whistleblower tidak
berhenti melaporkan kejahatan kepada otoritas internal ketika proses penyelidikan laporannya
mandeg. Ia dapat melaporkan kejahatan kepada otoritas yang lebih tinggi, semisal langsung
ke dewan direksi, komisaris, kepala kantor, atau kepada otoritas publik di luar organisasi
yang berwenang serta media massa.
Langkah ini dilakukan supaya ada tindakan internal organisasi atau tindakan hukum
terhadap para pelaku yang terlibat. Hanya saja terdapat kecenderungan yang tak dapat
ditutupi pula bahwa jika terjadi sebuah kejahatan dalam organisasi, maka otoritas tersebut
bertindak kontraproduktif. Alih-alih membongkar, terkadang malah sebaliknya, menutup
rapat-rapat kasus. Kita lalu teringat pada sosok seperti Komisaris Jenderal (Komjen) Pol.
Susno Duadji, mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Kepolisian RI. Susno Duadji
merupakan orang yang pertama kali membeberkan adanya praktik maa hukum yang
menyeret Gayus H.P. Tambunan dkk kepada publik. Gayus Tambunan adalah pegawai
Direktorat Keberatan dan Banding pada Direktorat Jenderal Pajak yang terlibat kasus
pencucian uang dan korupsi puluhan miliaran rupiah.

3 | Page

Dalam testimoninya yang disiarkan media massa, Susno Duadji mengungkapkan telah
terjadi skandal rekayasa perkara yang membebaskan Gayus dari dakwaan pencucian uang.
Skandal Gayus itu sendiri melibatkan seorang hakim pada Pengadilan Negeri Tangerang,
jaksa senior, seorang petinggi Polri yang menjadi bekas bawahannya, dan asisten Wakil
Kepala Polri saat itu. Posisi Susno Duadji dalam struktur Kepolisian RI sesungguhnya sangat
kuat untuk mengungkap perkara Gayus. Hanya saja saking kuatnya tembok solidaritas di
kalangan atasan maupun koleganya di Mabes Polri, laporan Susno terpental dan tak
terselesaikan secara tuntas. Maka tak ada pilihan lain, Susno pun melontarkan pernyataan
kepada otoritas di luar organisasi kepolisian yang sesungguhnya lebih berwenang. Susno
membeberkan skandal Gayus ke media massa dan Satgas Pemberantasan Maa Hukum
bentukan Presiden SBY.
Kriteria kedua, seorang whistleblower merupakan orang dalam, yaitu orang yang
mengungkap dugaan pelanggaran dan kejahatan yang terjadi di tempatnya bekerja atau ia
berada. Karena skandal kejahatan selalu terorganisir, maka seorang whistleblower kadang
merupakan bagian dari pelaku kejahatan atau kelompok maa itu sendiri. Dia terlibat dalam
skandal lalu mengungkapkan kejahatan yang terjadi. Dengan demikian, seorang
whistleblower benar-benar mengetahui dugaan suatu pelanggaran atau kejahatan karena
berada atau bekerja dalam suatu kelompok orang terorganisir yang diduga melakukan
kejahatan, di perusahaan, institusi publik, atau institusi pemerintah. Laporan yang
disampaikan oleh whistleblower merupakan suatu peristiwa faktual atau benar-benar
diketahui si peniup peluit tersebut. Bukan informasi yang bohong atau tnah.
Kasus Agus Condro merupakan contoh terbaik dalam hal ini. Mantan anggota DPR RI
periode 1999-2004 dari Partai PDI Perjuangan tersebut mengungkapkan kepada publik bahwa
dia dan beberapa koleganya menerima cek perjalanan sebagai suap dalam pemilihan Deputi
Gubernur Senior Bank Indonesia tahun 2000an awal. Agus Condro secara terbuka mengakui
dia termasuk sebagai penerima cek dari seorang pengusaha untuk diduga untuk
memenangkan calon deputi, Miranda Goeltom. Pengakuan Agus inilah yang membedakan
sikap dirinya dengan koleganya yang memilih bungkam, meski pada akhirnya divonis
bersalah oleh pengadilan. Secara tidak langsung skandal yang melibatkan banyak politisi
DPR ini dapat terkuat berkat pengakuan Agus beberapa tahun setelah penyuapan terjadi.
Seorang whistleblower selain dapat secara terbuka ditujukan kepada individu-individu dalam
sebuah organisasi atau skandal, seperti Komjen Pol. Susno Duadji dalam organisasi
4 | Page

Kepolisian RI atau Agus Condro dengan kolega politisinya yang korup, dapat pula ditujukan
kepada para auditor internal. Auditor internal memiliki kewenangan formal untuk melaporkan
adanya ketidakberesan dalam sebuah perusahaan. Kewenangan formal ini yang membedakan
auditor internal dengan para individu di atas dalam kapasitasnya sebagai whistleblower.
Kewenangan formal ini yang membedakan auditor internal dengan para individu di atas
dalam kapasitasnya sebagai whistleblower.
Peran whistleblower seperti Susno Duadji maupun Agus Condro sangat besar untuk
melindungi negara dari kerugian yang lebih parah dan pelanggaran hukum yang terjadi.
Tetapi resiko yang mereka hadapi pun juga besar ketika mengungkap kejahatan, mulai dari
ancaman terhadap keamanan sampai dikeluarkan dari instansi tempatnya bekerja. Sehingga
whistleblower penting untuk dilindungi.

UU PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN


Ada beberapa ketentuan penting dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang perlu diketahui akuntan forensik. Undangundang ini memberikan beberapa definisi sbb:
1. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan gunan kepentingan penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri.
2. Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian
ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.
3. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) adalah lembaga yang bertugas dan
berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada Saksi dan/atau
Korban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut.
4. Ancaman adalah segala bentuk perbuatan yang menimbulkan akibat, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan Saksi dan/atau Korban merasa
takut dan/atau dipaksa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berkenaan
dengan pemberian kesaksiannya dalam sutau proses peradilan pidana.
5. Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk
memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban yang wajib dilaksanakan oleh
LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Seorang Saksi dan Korban berhak:
5 | Page

1. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta
bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, tau telah
diberikannya:
2. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan
keamanan;
3. Memberikan keterangan tanpa tekanan;
4. Mendapat penerjemah;
5. Bebas dari pertanyaan yang menjerat;
6. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;
7. Mendapatkan informasi mengenai keputusan pengadilan;
8. Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
9. Mendapat identitas baru;
10. Mendapatkan tempat kediaman baru;
11. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;
12. Mendapat nasihat hukum; dan/atau
13. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir.
Saksi dan/atau korban yang merasa dirinya berada dalam ancaman yang sangat besar, atas
persetujuan hakim dapat:
1. Memberikan kesaksian tanpa hadir langsung di pengadilan tempat perkara tersebut
sedang diperiksa;
2. Memberikan kesaksiannya secara tertulis yang disampaikan di hadapan pejabat yang
berwenang dan membubuhkan tanda tangannya pada berita acara yang memuat tentang
kesaksian tersebut;
3. Dapat didengar kesaksiannya secara langsung melalui sarana elektronik dengan
didampingi oleh pejabat yang berwenang.
PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menerbitkan Pedoman Sistem


Pelaporan Pelanggaran. Pedoman ini juga diberi judul dalam bahasa Inggris,

Whistleblowing System.
KNKG memberi definisi Pelaporan Pelanggaran yang merupakan terjemahan untuk
istilah whistleblowing dengan motive pelaporan tersebut.

Apakah Pelaporan Pelanggaran itu?

Pelaporan Pelanggaran (whistleblowing) adalah pengungkapan tindakan pelanggaran


atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis/ tidak bermoral
atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku kepentingan,
6 | Page

yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan organsisasi kepada pimpinan organisasi
atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut.

Pengungkapan ini umumnya dilakukan secara rahasia (confidential).


Pengungkapan harus dilakukan dengan iktikad baik dan merupakan suatu keluhan
pribadi atas suatu kebijakan perusahaan tertentu (grievance) ataupun didasari kehendak

buruk/ fitnah.
Definisi di atas berbeda dari pemakaian istilah whistleblowing dalam percakapan seharihari atau yang digunakan media massa.

Siapa yang dimaksud dengan Pelapor Pelanggaran?

Pada dasarnya pelapor pelanggaran (whistleblower) adalah karyawan dari organisasi itu
sendiri (pihak internal), akan tetapi tidak tertutup adanya pelapor yang berasal dari pihak

eksternal (pelanggan, pemasok, masyarakat).


Pelapor seyogyanya memberikan bukti, informasi, atau indikasi yang jelas atas terjadinya
pelanggaran yang dilaporkan, sehingga dapat ditelusuri atau ditindaklanjuti. Tanpa
informasi yang memadai laporan akan sulit untuk ditindaklanjuti.

Apakah pelanggaran itu?


Yang dimaksud dengan pelanggaran adalah perbuatan yang melanggar peraturan perundangundangan; peraturan/ standar industri terkait dan peraturan internal organisasi, serta dapat
dilaporkan. Termasuk dalam aktivitas pelanggaran antara lain adalah:
1. Melanggar peraturan perundang-undangan, misalnya pemalsuan tanda tangan, korupsi,
penggelapan, mark-up, penggunaan narkoba, pengrusakan barang.
2. Melanggar pedoman etika perusahaan, misalnya benturan kepentingan, pelecehan,
terlibat dalam kegiatan masyarakat yang dilarang.
3. Melanggar prinsip akuntansi yang berlaku umum.
4. Melanggar kebijakan dan prosedur operasional perusahaan, ataupun kebijakan prosedur,
peraturan lain yang dianggap perlu oleh perusahaan.
5. Tindakan kecurangan lainnya yang dapat menimbulkan kerugian finansial ataupun non
finansial.
6. Tindakan yang membahayakan keselamatan kerja.
Perbedaan antara Saksi dengan Pelapor
7 | Page

Saksi adalah seseorang yang melihat dan mendengar atau mengalami sendiri tindak
pelanggaran yang dilakukan terlapor dan bersedia memberikan keterangannya di depan
sidang pengadilan. Seorang pelapor mungkin saja menjadi saksi, tetapi tidak semua

pelapor dapat menjadi saksi.


Pelapor adalah orang yang melaporkan adanya tindak pelanggaran, tetapi mungkin ia
tidak melihat dan mendengar sendiri pelaksanaan tersebut, tetapi mempunyai bukti-bukti
surat atau bukti petunjuk (rekaman, gambar, dsb) bahwa telah terjadi tindak pelanggaran.

Manfaat Whistleblowing System


1. Tersedianya cara penyampaian informasi penting dan kritis bagi perusahaan kepada
pihak yang harus segera menanganinya secara aman;
2. Timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran, dengan semakin meningkatnya
kesediaan untuk melaporkan terjadinya pelanggaran, karena kepercayaan terhadap
pelaporan yang efektif;
3. Tersedianya mekanisme deteksi dini (early warning system) atas kemungkinan terjadinya
masalah akibat suatu pelanggaran;
4. Tersedianya kesempatan untuk menangani masalah pelanggaran secara internal terlebih
dahulu, sebelum meluas menjadi masalah pelanggaran yang bersifat publik;
5. Mengurangi risiko yang dihadapi organisasi, akibat dari pelanggaran baik dari segi
keuangan, operasi, hukum, keselamatan kerja, dan reputasi;
6. Mengurangi biaya dalam menangani akibat dari terjadinya pelanggaran;
7. Meningkatnya reputasi perusahaan di mata pemangku kepentingan (stakeholders),
regulator, dan masyarakat umum;
8. Memberikan masukan kepada organisasi untuk melihat lebih jauh area kritikal dan proses
kerja yang memiliki kelemahan pengendalian internal, serta untuk merancang tindakan
perbaikan yang diperlukan.
Perlindungan terhadap Pelapor (whistleblower protection)
Sistem Pelaporan Pelanggaran yang baik memberikan fasilitas dan perlindungan
(whistleblower protection) sbb:
1. Fasilitas saluran pelaporan (telepon, surat, email) atau Ombudsman yang independen,
bebas dan rahasia.
2. Perlindungan kerahasiaan identitas pelapor. Perlindungan ini diberikan bila pelaporan
memberikan identitas serta informasi yang dapat digunakan untuk menghubungi pelapor.
Walaupun diperbolehkan, namun penyampaian pelaporan secara anonim, yaitu tanpa

8 | Page

identitas, tidak direkomendasikan. Pelaporan secara anonim menyulitkan dilakukannya


komunikasi untuk tindak lanjut atas laporan.
3. Perlindungan atas tindakan balasan dari terlapor atau organisasi. Perlindungan dari
tekanan, dari penundaan kenaikan pangkat, pemecatan, gugatan hukum, harta benda,
hingga tindakan fisik. Perlindungan ini tidak hanya untuk pelapor tetapi dapat juga
diperluas hingga ke anggota keluarga pelapor.
4. Informasi pelaksanaan tindak lanjut, berupa kapan dan bagaimana serta kepada institusi
mana tindak lanjut diserahkan. Informasi ini disampaikan secara rahasia kepada pelapor.
WHISTLEBLOWER DI AMERIKA SERIKAT
Amerika Serikat melindungi peniup peluit ini dengan berbagai undang-undang,
diantaranya Undang-Undang Perlindungan Peniup Peluit Tahun 1989. Undang-undang ini
mengatur bagaimana kasus-kasus qui tam (seseorang yang menuntut untuk raja dan dirinya
sendiri) ditangani, diinvestigasi, dan dituntut, serta imbalan dan perlindungan kepada mereka
yang mengungkap kecurangan. Untuk ini, undang-undang menghadiahkan imbalan sampai
sejumlah 30% dari hukuman denda.
Banyak orang menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri, bagaimana
kontraktor yang mengerjakan proyek-proyek pemerintah justru mencurangi pemerintah atau
negara. Mereka khawatir mengungkapkan kecurangan ini. Mereka takut kehilangan pekerjaan
(dan mungkin nyawa) sehingga mereka memilih untuk tutup mulut. Undang-undang tadi
berupaya memberikan dorongan kepada mereka untuk tampil.
Peniup peluit umumnya adalah pegawai atau mantan pegawai yang melihat atau
mengalami kejahatan yang dilakukan majikannya. Langkah pertamanya adalah menemui
pengacara yang berspesialiasi dalam kasus-kasus qui tam. Pengacara ini akan memberikan
nasihat kepadanya, termasuk konsekuensi yang mungkin dihadapinya. Pengacara ini juga
mempelajari bukti yang diajukan atau modus operandi untuk menentukan apakah kasus ini
bisa sukses di pengadilan.
PENIUP PELUIT DI INDONESIA
Indonesian Corruption Watch (ICW) mencatat beberapa kasus pelapor dugaan korupsi yang
kemudian diadukan mencemarkan nama baik, diantaranya sbb:
1. Arifin Wardiyanto melapor dugaan korupsi dalam urusan perizinan wartel di Yogyakarta
tahun 1996. Ia diadukan mencemarkan nama baik. Pengadilan Negeri Yogyakarta
9 | Page

menghukumnya dua bulan penjara. Pengadilan Tinggi DIY menyatakan tidak bersalah
dan bebas dari hukuman penjara. Kasus yang dilaporkannya tidak pernah diproses.
2. Maria Leonita menyampaikan dugaan suap oleh Zainal Agus, Direktur Perdata
Mahkamah Agung, pada tahun 2001. Ia justru diadukan mencemarkan nama baik oleh
Edy Handoyo. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menghentikan kasus pencemaran nama
baik karena tidak bisa menerima tuntutan jaksa.
3. Endin Wahyudin (seorang pengacara muda) melaporkan penyuapan yang dilakukannya
ke tiga hakim agung dalam masalah sengketa tanah di Bandung. Namun Endin dituduh
melakukan fitnah dan pencemaran nama baik. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
memutuskan Endin bersalah melakukan kejahatan memfitnah. Dia dihukum penjara
tiga bulan dan masa percobaan enam bulan.
4. Frans Amanue melaporkan sejumlah kasus korupsi di Kabupaten Flores Timur yang
melibatkan Bupati Felix Fernandez tahun 2003. Ia diadukan mencemarkan nama baik
oleh bupati itu. Pengadilan Negeri Larantuka menghukum masa percobaan lima bulan.
Akibatnya, timbul kerusuhan di Larantuka.
5. Sarah Lerry Mboik melaporkan dugaan korupsi oleh pemerintah kota (Pemkot) Kupang.
Terlapor merencanakan mengadukan pencemaran nama baik. (Tidak ada informasi
tentang kapan Sarah Lerry Mboik melaporkan dan apa hasil pengaduan pencemaran
nama baik).
6. Samsul Alam Agus melaporkan dugaan korupsi oleh Anggota DPRD Kabupaten
Donggala, Sulawesi Selatan, pada tahun 2004. Pelapor diadukan telah mencemarkan
nama baik oleh suatu ormas kepemudaan.
7. Atte Adha Kusdinan melaporkan dugaan korupsi uang pemasangan iklan Rp 135 juta
oleh mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Cianjur, Maskana Sumitra. Pelapor
diadukan terlapor ke Polres Cianjur. (Tidak ada kelanjutan mengenai kasus ini)
8. Muchtar Lufthi melaporkan dugaan korupsi pengadaan kapal KMP Pulau Weh yang
melibatkan Walikota Sabang, Sofyan Harun. Indikasi kerugian negara senilai Rp 8,6
milyar tahun 2004. Sofyan Harun melaporkan Muchtar Lufthi ke Polres Sabang. Polisi
mengeluarkan surat penangkapan.
9. Heli Werror melaporkan dugaan korupsi oleh Bupati Nabire pada tahun 2003. Bupati
melaporakan Heli Werror ke polisi.
Kategorisasi Whistleblower
1. Whistleblower di Sektor Swasta
Dilihat dari tempat seseorang bekerja, pada umumnya, seorang whistleblower dapat
berasal dari perusahaan swasta atau instansi Pemerintah. Oleh karena itu, seorang
whistleblower dapat muncul dari perusahaan-perusahaan swasta maupun dari lembaga10 | P a g e

lembaga publik dan pemerintahan. Di Amerika Serikat, misalnya, salah satu tokoh
whistleblower yang terkenal di lingkup perusahaan swasta adalah Jerey Wigand.
Wigand merupakan direksi di Bagian Riset dan Pengembangan perusahaan rokok
Brown and Williamson Tobacoo Corporation. Dia memberi laporan mengungkap
kesaksian adanya praktik manipulasi kadar nikotin rokok di perusahaan tempatnya
bekerja. Di Indonesia, banyak sekali orang yang bisa dikategorisasikan sebagai
whistleblower dari sektor swasta atau perusahaan. Sebut saja Vincentius Amin Sutanto,
mantan pegawai PT. Asian Agri yang mengungkap skandal manipulasi pajak trilyunan
rupiah perusahaan perkebunan raksasa milik konglomerat Sukanto Tanoto.
Selain Vincent, ada pula Yohanes Waworuntu, direktur bayangan PT. Sarana
Rekatama Dinamika, perusahaan yang bera liasi dengan Kelompok Usaha Bhakti
Investama milik Harry Tanoesoedibjo, yang meraup ratusan milyar saat menjadi operator
layanan sistem administrasi badan hukum (sisminbakum) Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.
Banyaknya whistleblower di sektor swasta menunjukkan bahwa tindak pidana yang
berlangsung di perusahaan merupakan bagian dari kejahatan terhadap publik. Tidak lagi
sebagai sebuah skandal yang privat, internal perusahaan. Hal ini dilatari kenyataan
bahwa lingkup operasi perusahaan juga bersinggungan dengan kepentingan publik,
seperti kewajiban pajak perusahaan, dampak produk yang dihasilkan, hingga penggunaan
dana publik oleh perusahaan. Dengan makin dominannya sektor swasta dalam
menggerakkan perekonomian negara, maka peran whistleblower di sektor swasta pada
masa-masa mendatang semakin diperlukan. Perusahaan akan lebih dituntut untuk
melakukan transparansi dan akuntabilitas dalam kerjanya.
Meski beroperasi dengan modal sendiri, namun perusahaan-perusahaan tersebut
seringkali melakukan hubungan kerja dengan institusi-institusi Pemerintah, seperti di
bidang perpajakan, kepabeanan, departemen-departemen teknis, atau pun perbankan.
Dalam hubungan kerja tersebut tak jarang perusahaan swasta turut menggunakan
sumberdaya atau dana-dana milik publik. Misalnya saja terkait dengan pengadaan barang
Pemerintah. Sektor swasta memegang peranan penting sebagai pihak yang turut
menyediakan jasa atau pengerjaan proyeknya. Oleh karena itu, untuk menghindari
praktik menyimpang atau praktik koruptif, sistem pelaporan dan perlindungan
whistleblower di sektor swasta menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga
akuntabilitas dan transparansi. Dengan besarnya peran swasta dalam kehidupan publik,
setiap perusahaan tampaknya perlu membangun sistem pelaporan dan perlindungan
11 | P a g e

whistleblower yang dapat saja diintegrasikan dengan perlindungannya oleh institusi


publik yang spesik didirikan untuk melindungi saksi, seperti LPSK. Sehingga
masyarakat mudah menyampaikan laporan dan berperan sebagai whistleblower.
2. Whistleblower di Sektor Pemerintahan
Selain di sektor perusahaan atau swasta, whistleblower dapat mencakup orang yang
memberi kesaksian mengenai suatu dugaan pelanggaran atau kejahatan di institusi
pemerintah atau publik. Misalnya, di institusi kepolisian, perpajakan, atau institusi lain.
Tak banyak whistleblower dari sektor Pemerintahan yang mengungkap kejahatan di
lingkup organisasinya. Satu dari sedikit orang yang berani mengungkap skandal
kecurangan di tempatnya bekerja tak lain adalah Komjen Pol. Susno Duadji yang telah
disebut sebelumnya. Bila dipilah berdasarkan kasus, Gayus Tambunan sebenarnya dapat
dimasukkan sebagai whistleblower dari sektor Pemerintah saat dirinya memberikan
testimoni adanya pegawai atasannya yang terlibat dalam penyuapan oleh perusahaan
pengemplang pajak. Dampak dari testimoni Gayus tersebut beberapa atasannya semasa
bekerja sebagai pegawai Ditjen Pajak diseret ke pengadilan dan divonis bersalah oleh
hakim. Budaya kerja di sektor Pemerintah amat berbeda dengan perusahaan dimana
faktor performa organisasi lebih penting ketimbang birokrasi. Dengan kata lain, bahwa
kolegialisme dalam birokrasi telah menjadi acuan utama dalam setiap kerja pegawai di
instansi-instansi Pemerintah. Sehingga bila terjadi kesalahan atau manipulasi dalam
birokrasi jarang yang terekspose oleh media massa, kecuali yang telah tertangkap tangan
terlibat kejahatan atau karena eksposure yang intensif oleh media massa.
FORENSIC ACCOUNTING IN ACTION
SUMBER/LATAR BELAKANG AUDIT FORENSIK
1. Apa itu fraud?
2. Siapa yang melakukan kejahatan?
3. Segitiga fraud
4. Penilaian risiko fraud untuk perusahaan dan karyawan
5. Gejala Fraud
6. Investigasi Fraud
7. Tipe spesifik dari fraud
PERTANYAAN YANG HARUS DIJAWAB DALAM INVESTIGASI FRAUD
Siapa yang memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan penipuan?
Berapa banyak uang yang hilang?
Apakah aktivitas disengaja, tidak disengaja, atau hasil dari kesalahan atau
kesalahpahaman?
12 | P a g e

GEJALA KECURANGAN
Terdapat perbedaan angka laporan yang mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya
Perbedaan antara buku besar dengan buku tambahan
Perbedaan yang terungkap dari hasil konfirmasi
Transaksi yang tidak didukung dengan bukti yang memadai
Transaksi yang tidak dicacat sesuai dengan otorisasi manajemen
Albrecht (2004) mengkategorikan gejala yang menimbulkan fraud terdiri dari anomali
akuntansi, lemahnya internal control, anomali dalam analisis, gaya hidup mewah, kebiasaan
yang luar biasa serta tips dan complain.
FAKTOR-FAKTOR PEMICU FRAUD
Faktor Tekanan (Pressure)
Masalah Keuangan:
Tamak, hidup melebihi kemampuan,banyak hutang
Penyakit Mental:
Penjudi, peminum, pecandu narkoba
Work Related Pressure:
Kurang mendapat perhatian, kondisi kerja yang buruk,
Faktor Kesempatan (Opp0rtunity)
Sistem Pengendalian Intern yang lemah
Karena tidak mampu menilai kualitas kerja
Kurang adanya akses terhadap innformasi
Tindakan disiplin lemah thd pelaku fraud
Kewenangan & tanggungjawab tidak jelas
Faktor Rationalization
Mencontoh atasan atau teman sekerja
Merasa sdh berbuat banyak kped perusahaan
Menganggap yang diambil tdk seberapa
Dianggap meminjam, nanti dikembalikan
Umum dilakukan
MENCEGAH KECURANGAN
Menjaga moral / mental pegawai agar bersikap jujur, disiplin, berdedikasi
Membangun sistem pengendalian intern yg efisien dan efektif
Penerimaan pegawai yang jujur
Menciptakan suasana kerja yang positif
Penerapan Aturan Perilaku dan Kode Etik
Pemberian Program bantuan bagi pegawai yang membutuhkan
KELEMAHAN INTERNAL CONTROL

Kurangnya pemisahan tugas

Kurangnya pengamanan fisik

Kurangnya pemeriksaan independen


13 | P a g e

Kurangnya otorisasi yang tepat

Kurangnya dokumen yang benar dan catatan

Sistem akuntansi yang tidak memadai

KELEMAHAN YANG MELEKAT PADA SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Sistem yang baik tidak dapat berfungsi dengan baik bila terjadi kerjasama yang
tidaksehat

Kesalahan / kelalaian pegawai yang menjalankan sistem

KASUS TRUGLOSS SHANGHAI JV


Transaksi Penjualan dengan sistem tunai langsung dilokasi gudang persediaan.
Berapa banyak uang yang hilang?
Uang persediaan dari gudang Shanghai sebanyak $ 6.000.000 USD dan Kas terkait
dengan penjualan kepada pelanggan sebanyak $ 6.000.000 USD
Siapa yang memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan penipuan?
Manajer penjualan di Shanghai yang bertanggung jawab untuk penjualan, manajer
logistik untuk gudang, dan manajer akuntansi yang membuat entri akuntansi.
Apakah aktivitas disengaja, tidak disengaja, atau hasil dari kesalahan atau
kesalahpahaman?
Pada dasarnya penyimpangan/perbuatan melanggar hukum, dilakukan dengan
sengaja, untuk tujuan tertentu untuk keuntungan pribadi atau kelompoknya secara
tidak fair, yang lansung / tidak langsung merugikan pihak lain. Perbuatan curang yang
dilakukan dengan berbagai cara secara licik, bersifat menipu.
RED FLAGS KASUS TRUGLOSS SHANGHAI JV

Situasi Pribadi yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tidak diharapkan


Tekanan keuangan pada setiap individu: manajer penjualan, manajer logistik untuk
gudang maupun manajer akuntansi yang

Keadaan Perusahaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tidak semestinya


Tekanan untuk mencapai target pertumbuhan pasar baru dan adanya tekanan
kompetitif atas penjualan atau logistik.

Resiko pengendalian yang spesifik


Sistem Pengendalian Intern yang tidak memadai

14 | P a g e

PENGENDALIAN INTERNAL DALAM MENCEGAH ATAU MENDETEKSI FRAUD


KASUS TRUGLOSS SHANGHAI JV

Diperlukan perhitungan fisik persediaan dan rekonsiliasi wajib.

Analisis periodik gross margin berdasarkan jumlah yang tercatat.

Penyelesaian mekanisme monitoring yang diperlukan (yaitu, audit internal) seperti


yang disyaratkan oleh kebijakan.

Pengawasan yang tepat oleh General Manager dan Finance Manager.

Membentuk lingkungan kerja yang yang menghargai kejujuran.

Menciptakan sistem pengendalian intern yang memadai

STUDI KASUS PADA TALLAHASSEE BEANCOUNTERS

Tallahase BeanCounters adalah sebuah tim baseball liga kecil di daerah Tallahase, Kota

Florida.
Sesuai dengan laporan yang diperoleh manajemen, diketahui bahwa seseorang di dalam

perusahaan telah melakukan tindakan penipuan (fraud).


Adapun pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus dijawab untuk memahami kasus
lebih mendalam:
1) Lakukan analisis terhadap account yang kelihatan berbeda, kalau ada apakah
perubahannya signifikan dan tidak biasa?
2) Apakah ada karyawan yang tampaknya menghadapi tekanan keuangan dan memiliki
kesempatan untuk berbuat fraud?
3) Apakah ada kelemahan pengendalian internal di dalam proses kegiatan perusahaan?
4) Apakah ada karyawan tertentu yang berpotensi untuk menggunakan kelemahan

tersebut?
5) Apakah ada aset perusahaan yang hilang?
Setelah dilakukan penyelidikan lebih mendalam, telah terjadi praktik kecurangan di
dalam perusahaan dengan skema fraud sbb:
1) Kecurangan karyawan fiktif (Ghost employee fraud)
2) Kecurangan penjualan tiket (Ticket fraud)
3) Kecurangan pembelian peralatan (Equipment purchase fraud)

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai