Materi Kuliah
Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
Akuntansi Forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau pengungkapan motive
pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan hukum, maka istilah yang dipakai
adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan sampai dengan saat ini pun kadar akuntansi
masih kelihatan. Misalnya dalam perhitungan ganti rugi dalam pengertian sengketa maupun kerugian
akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi forensik menangani fraud khususnya dalam
pengertian corruption dan misappropriation of asset.
Akuntansi forensik dapat diartikan penggunaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum. Artinya,
akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauan judicial atau administratif .
Banyak orang memahami profesi dokter dalam peraturan diatas dikenal dengan sebutan dokter forensik,
namun “ahli lainnya” yang dalam hal ini termasuk juga akuntan belum banyak dikenal sebutannya sebagai
akuntan forensik. Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation),
namun juga berperr an dalam bidang hukum diluar pengadilan (non litigation) misalnya dalam membantu
merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan
upaya menghitung dampak pemutusan / pelanggaran kontrak.
Perbedaaan utama akuntansi forensik maupun audit konvensional lebih terletak pada mindset (kerangka
pikir. Metodologi kedua jenis akuntansi tersebut tidak jauh berbeda.
Akuntansi forensik lebih menekankan pada keanehan (exe ption, oddities, irregularities) dan pola tindakan
(product of conduct) daripada kesalahan (errors) dan keteledoran (ommisions) seperti pada audit umum.
Prosedur utama dalam akuntansi forensik menekankan pada analytical review dan teknik wawancara
mendalam (in depth interview) walaupun seringkali masih juga me nggunakan teknik audit umum seperti
pengecekan fisik, re konsiliasi, konfirmasi dan lain sebagainya. Akuntansi forensik biasanya memfokuskan
pada area-area tertentu (misalnya penjualan, atau pengeluaran tertentu) yang ditengarai telah terjasi
tindak kecurangan baik dari laporan pihak dalam atau orang ketiga (tip off) atau, petunjuk terjadinya
kecurangan (red flag), petunjuk lainnya. Data menunjukkan bahwa sebagian besar tindak kecurangan
terbongkas karena tip off ata ketidaksengajaan (accident).
BAB I
PENGANTAR AKUNTANSI FORENSIK
Akuntansi Forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau pengungkapan motive
pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan hukum, maka istilah yang dipakai
adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan sampai dengan saat ini pun kadar akuntansi
masih kelihatan. Misalnya dalam perhitungan ganti rugi dalam pengertian sengketa maupun kerugian
akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi forensik menangani fraud khususnya dalam
pengertian corruption dan misappropriation of asset.
Akuntansi forensik dapat diartikan penggunaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum. Artinya,
akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauan judicial atau administratif .
Banyak orang memahami profesi dokter dalam peraturan diatas dikenal dengan sebutan dokter forensik,
namun “ahli lainnya” yang dalam hal ini termasuk juga akuntan belum banyak dikenal sebutannya sebagai
akuntan forensik. Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation),
namun juga berperr an dalam bidang hukum diluar pengadilan (non litigation) misalnya dalam membantu
merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan
upaya menghitung dampak pemutusan / pelanggaran kontrak.
Perbedaaan utama akuntansi forensik maupun audit konvensional lebih terletak pada mindset (kerangka
pikir. Metodologi kedua jenis akuntansi tersebut tidak jauh berbeda.
Akuntansi forensik lebih menekankan pada keanehan (exe ption, oddities, irregularities) dan pola tindakan
(product of conduct) daripada kesalahan (errors) dan keteledoran (ommisions) seperti pada audit umum.
Prosedur utama dalam akuntansi forensik menekankan pada analytical review dan teknik wawancara
mendalam (in depth interview) walaupun seringkali masih juga me nggunakan teknik audit umum seperti
pengecekan fisik, re konsiliasi, konfirmasi dan lain sebagainya. Akuntansi forensik biasanya memfokuskan
pada area-area tertentu (misalnya penjualan, atau pengeluaran tertentu) yang ditengarai telah terjasi
tindak kecurangan baik dari laporan pihak dalam atau orang ketiga (tip off) atau, petunjuk terjadinya
kecurangan (red flag), petunjuk lainnya. Data menunjukkan bahwa sebagian besar tindak kecurangan
terbongkas karena tip off ata ketidaksengajaan (accident).
BAB 2
MENGAPA AKUNTANSI FORENSIK?
Fraud sangat merugikan berbagai pihak karena dapat menghancurkan pemerintahan maupun bisnis.
Fraud berupa
berupa korupsi lebih luas daya penghancurnya.
Pada dasarnya cakupan akuntansi forensik adalah fraud dalam arti yang luas. Association of Certified
Fraud Examiners mengelompokkkan fraud dalam tiga kelompok yaitu corruption (korupsi), asset
misappropriation (penjarahan aset), dan fraudulent financial statement (laporan
(laporan keuangan yang dengan
sengaja dibuat menyesatkan). Dalam hal ini, akuntan forensik menjadi spesialis yang lebih khusus lagi
daripada akutan pada umumnya yang berspesialisasi dalam auditing. Ia menjadi fraud auditor atau
atau fraud
examiner yang
yang memiliki spesialisasi dalam bidang fraud .
Sorotan utama mengenai fraud pada umumnya dan korupsi pada khususnya adalah pada kelemahan
corporate governance atau kelemahan di sektor korporasi, tetapi prinsip umumnya adalah kelemahan di
sektor governance, baik korporasi maupun pemerintahan. Di Indonesia hal ini sangat jelas terlihat dalam
perkara-perkara korupsi dari para penyelenggara negara dan dari kajian mengenai integritas yang dibuat
KPK.
Ada beberapa kajian global mengenai korupsi yang menilai Indonesia antara lain adalah Corruption
Perceptions Index (CPI), Global Corruption Barometer (GCB), Bribe Payers Index (BPI), Political and
Economic Risk Consultancy (PERC),
(PERC), dan Global Competitiveness Index (GCI).
(GCI).
2. Mengubah perspektif layanan dari orientasi lembaga penyedia layanan publik atau petugasnya (sisi
penawaran) ke perspektif pelanggan (sisi permintaaan).
3. Mendorong lembaga publik mempersiapkan upaya pencegahan korupsi yang efektif di wilayah dan
layanan yang rentan terjadinya korupsi.
BAB 3
LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK
Bologna dan Lindquist, perintis mengenai akuntansi forensik mengemukakan beberapa istilah dalam
perbendaharaan akuntansi, yakni: fraud auditing, forensic accounting
accounting, investigative accounting, litigation
support , dan valuation analysis . Namun, istilah tersebut tidak didefinisikan secara jelas. Mereka
menambahkan bahwa dalam penggunaan sehari-hari litigation support merupakan
merupakan istilah yang paling luas
serta mencakup keempat istilah lainnya.
Mereka juga menambahkan bahwa akuntan tradisional masih ingin membedakan pengertian fraud
auditing dan forensic accounting. Menurut kelompok akuntan ini, fraud auditing berurusan dengan
pendekatan dan metodologi yang bersifat proaktif untuk meneliti fraud. Sedangkan akuntan forensic baru
dipanggil ketika bukti-bukti terkumpul atau ketika kecurigaan ( suspicion) naik ke permukaan melalui
tuduhan (allegation), keluhan (complaint ),
), temuan (discovery ),
), atau tip-off dari whistleblower .
Disamping itu keadaan politik dan macam-macam kondisi lain akan memepengaruhi lingkup akuntansi
forensik yang diterapkan.termasuk pendekatan hukum dan non hukum.
Atribut
Howard R. Davia mengatakan bahwa dalam melaksanakan investigasi terhadap fraud , auditor pemula
sebaiknya:
Memiliki kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair, tidak memihak, sahih
dan akurat, serta pelaporan secara lengkap dan akurat.
Mempunyai kepribadian yang menarik dan mampu memot ivasi orang lain untuk membantunya.
Mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.
Memiliki kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan dan mampu untuk menarik
kesimpulan.
Kreatif;
Rasa ingin tahu;
Tak mudah menyerah;
Memiliki akal sehat
Business sense; dan
Percaya diri.
Kode Etik
Kode etik berisi nilai-nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi bisa eksis karena ada
integritas (sikap jujur walaupun tidak diketahui orang lain), rasa hormat dan kehormatan, dan nilai-nilai
luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya dari pengguna dan stakeholders lainnya.
Standar Audit Investigatif menurut K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett:
Dalam UUD 45 disebutkan tentang lembaga negara atau lembaga penyelenggara negara, baik di tingkat
pusat maupun di daerah. Pada tingkat pusat terdapat beberapa kelompok kelembagaan antara lain
kelompok lembaga yang mencerminkan perwakilan rakyat, presiden dan wakil presiden yang mewakili
kekuasaan pemerintahan negara, dan kelompok yang mewakili kekuasaan kehakiman oleh Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya. Ketiga kelompok tersebut adalah merupakan
perwujudan konsep trias politica dalam ketatanegaraan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak termasuk
dalam kekuasaan tersebut karena BPK lebih dikenal dalam sistem ketatanegaraan negara-negara
demokrasi.
Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tipikor kepada instansi yang terkait;
Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tipikor, dan instansi yang dalam
melaksanakan pelayanan publik..
Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tipikor yang sedang dilakukan oleh
KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atas kasus tipikor yang:
Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;
Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri;
Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan
diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait;
Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara
tersangka dari jabatannya;
Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi yang terkait;
Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya
atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh
tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan
tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa;
Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukan
merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindak pidana kor upsi;
melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak pidana kor upsi.
pemerintah;
memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pe merintah untuk melakukan perubahan jika
Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan
tersebut tidak diindahkan.
Kewajiban KPK
KPK berkewajiban:
memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan ataupun
memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi;
memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan bantuan untuk
memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak pidana korupsi yang
ditanganinya;
menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan;
menegakkan sumpah jabatan;
menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas di atas.