Anda di halaman 1dari 10

Rangkuman

Materi Kuliah
Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif

Toufan T.A. Nurzaman


NIM F1312112
BAB I
PENGANTAR AKUNTANSI FORENSIK

Akuntansi Forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau pengungkapan motive
pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan hukum, maka istilah yang dipakai
adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan sampai dengan saat ini pun kadar akuntansi
masih kelihatan. Misalnya dalam perhitungan ganti rugi dalam pengertian sengketa maupun kerugian
akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi forensik menangani fraud khususnya dalam
pengertian corruption dan misappropriation of asset.

Akuntansi forensik dapat diartikan penggunaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum. Artinya,
akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauan judicial atau administratif .

Banyak orang memahami profesi dokter dalam peraturan diatas dikenal dengan sebutan dokter forensik,
namun “ahli lainnya” yang dalam hal ini termasuk juga akuntan belum banyak dikenal sebutannya sebagai
akuntan forensik. Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation),
namun juga berperr an dalam bidang hukum diluar pengadilan (non litigation) misalnya dalam membantu
merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan
upaya menghitung dampak pemutusan / pelanggaran kontrak.

Untuk menjadi seorang akuntan forensik harus memperhatikan hal-hal berikut:

 Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit y ang kuat.


 Pengenalan perilaku manusia dan organisasi (human dan organization behaviour).
 Pengetahuan tentang asspek yang mendorong terjadinya kecurangan (incentive, pressure, attitudes,
rationalization, opportunities).
 Pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan bukti hukum).
 Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi (profiling).
 Pemahaman terhadap pengendalian internal.
 Kemampuan berpikir seperti pencuri (think as a theft).

Perbedaaan utama akuntansi forensik maupun audit konvensional lebih terletak pada mindset (kerangka
pikir. Metodologi kedua jenis akuntansi tersebut tidak jauh berbeda.

Akuntansi forensik lebih menekankan pada keanehan (exe ption, oddities, irregularities) dan pola tindakan
(product of conduct) daripada kesalahan (errors) dan keteledoran (ommisions) seperti pada audit umum.
Prosedur utama dalam akuntansi forensik menekankan pada analytical review dan teknik wawancara
mendalam (in depth interview) walaupun seringkali masih juga me nggunakan teknik audit umum seperti
pengecekan fisik, re konsiliasi, konfirmasi dan lain sebagainya. Akuntansi forensik biasanya memfokuskan
pada area-area tertentu (misalnya penjualan, atau pengeluaran tertentu) yang ditengarai telah terjasi
tindak kecurangan baik dari laporan pihak dalam atau orang ketiga (tip off) atau, petunjuk terjadinya
kecurangan (red flag), petunjuk lainnya. Data menunjukkan bahwa sebagian besar tindak kecurangan
terbongkas karena tip off ata ketidaksengajaan (accident).
BAB I
PENGANTAR AKUNTANSI FORENSIK

Akuntansi Forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau pengungkapan motive
pembunuhan. Bermula dari penerapan akuntansi dalam persoalan hukum, maka istilah yang dipakai
adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Perkembangan sampai dengan saat ini pun kadar akuntansi
masih kelihatan. Misalnya dalam perhitungan ganti rugi dalam pengertian sengketa maupun kerugian
akibat kasus korupsi atau secara sederhana akuntansi forensik menangani fraud khususnya dalam
pengertian corruption dan misappropriation of asset.

Akuntansi forensik dapat diartikan penggunaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum. Artinya,
akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauan judicial atau administratif .

Banyak orang memahami profesi dokter dalam peraturan diatas dikenal dengan sebutan dokter forensik,
namun “ahli lainnya” yang dalam hal ini termasuk juga akuntan belum banyak dikenal sebutannya sebagai
akuntan forensik. Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan (litigation),
namun juga berperr an dalam bidang hukum diluar pengadilan (non litigation) misalnya dalam membantu
merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan
upaya menghitung dampak pemutusan / pelanggaran kontrak.

Untuk menjadi seorang akuntan forensik harus memperhatikan hal-hal berikut:

 Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit y ang kuat.


 Pengenalan perilaku manusia dan organisasi (human dan organization behaviour).
 Pengetahuan tentang asspek yang mendorong terjadinya kecurangan (incentive, pressure, attitudes,
rationalization, opportunities).
 Pengetahuan tentang hukum dan peraturan (standar bukti keuangan dan bukti hukum).
 Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi (profiling).
 Pemahaman terhadap pengendalian internal.
 Kemampuan berpikir seperti pencuri (think as a theft).

Perbedaaan utama akuntansi forensik maupun audit konvensional lebih terletak pada mindset (kerangka
pikir. Metodologi kedua jenis akuntansi tersebut tidak jauh berbeda.

Akuntansi forensik lebih menekankan pada keanehan (exe ption, oddities, irregularities) dan pola tindakan
(product of conduct) daripada kesalahan (errors) dan keteledoran (ommisions) seperti pada audit umum.
Prosedur utama dalam akuntansi forensik menekankan pada analytical review dan teknik wawancara
mendalam (in depth interview) walaupun seringkali masih juga me nggunakan teknik audit umum seperti
pengecekan fisik, re konsiliasi, konfirmasi dan lain sebagainya. Akuntansi forensik biasanya memfokuskan
pada area-area tertentu (misalnya penjualan, atau pengeluaran tertentu) yang ditengarai telah terjasi
tindak kecurangan baik dari laporan pihak dalam atau orang ketiga (tip off) atau, petunjuk terjadinya
kecurangan (red flag), petunjuk lainnya. Data menunjukkan bahwa sebagian besar tindak kecurangan
terbongkas karena tip off ata ketidaksengajaan (accident).
BAB 2
MENGAPA AKUNTANSI FORENSIK?

Fraud   sangat merugikan berbagai pihak karena dapat menghancurkan pemerintahan maupun bisnis.
Fraud  berupa
 berupa korupsi lebih luas daya penghancurnya.

Pada dasarnya cakupan akuntansi forensik adalah  fraud   dalam arti yang luas. Association of Certified
Fraud Examiners mengelompokkkan  fraud   dalam tiga kelompok yaitu corruption  (korupsi), asset
misappropriation (penjarahan aset), dan  fraudulent financial statement  (laporan
 (laporan keuangan yang dengan
sengaja dibuat menyesatkan). Dalam hal ini, akuntan forensik menjadi spesialis yang lebih khusus lagi
daripada akutan pada umumnya yang berspesialisasi dalam auditing. Ia menjadi fraud auditor  atau
 atau fraud
examiner  yang
 yang memiliki spesialisasi dalam bidang  fraud .

Sorotan utama mengenai  fraud   pada umumnya dan korupsi pada khususnya adalah pada kelemahan
corporate governance atau kelemahan di sektor korporasi, tetapi prinsip umumnya adalah kelemahan di
sektor governance, baik korporasi maupun pemerintahan. Di Indonesia hal ini sangat jelas terlihat dalam
perkara-perkara korupsi dari para penyelenggara negara dan dari kajian mengenai integritas yang dibuat
KPK.

Salah satu dampak kelemahan governance adalah adanya  fraud  atau


  atau perkara korupsi yang melibatkan
para penyelenggara negara. Sedangkan dampak kelemahan governance  di korporasi lebih kepada
pengaruh di pasar modal yaitu harga saham perusahaan akan lebih rendah dimana seharusnya
mempunyai nilai yang lebih tinggi kalau mereka kalau mereka mempunyai good corporate governance
(tata kelola perusahaan yang baik).

Ada beberapa kajian global mengenai korupsi yang menilai Indonesia antara lain adalah Corruption
Perceptions Index   (CPI), Global Corruption Barometer   (GCB), Bribe Payers Index   (BPI), Political and
Economic Risk Consultancy  (PERC),
 (PERC), dan Global Competitiveness Index  (GCI).
 (GCI).

Survei Integritas oleh KPK


Setiap tahun KPK melakukan survei integritas. Survei ini merupakan wewenang KPK dalam pelaksanaan
tugas koordinasi dan supervisi. KPK berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan
terhadap instansi yang melaksanakan pelayanan publik. Berbeda dengan indeks tentang korupsi yang
dibahas sebelumnya, indeks integritas yang diterbitkan KPK tidaklah semata-mata didasarkan atas
persepsi.

Tujuan survei ini adalah sebagai berikut.

1. Menelusuri akar permasalahan korupsi di sektor pelayanan publik.

2. Mengubah perspektif layanan dari orientasi lembaga penyedia layanan publik atau petugasnya (sisi
penawaran) ke perspektif pelanggan (sisi permintaaan).

3. Mendorong lembaga publik mempersiapkan upaya pencegahan korupsi yang efektif di wilayah dan
layanan yang rentan terjadinya korupsi.
BAB 3
LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK

Bologna dan Lindquist, perintis mengenai akuntansi forensik mengemukakan beberapa istilah dalam
perbendaharaan akuntansi, yakni: fraud auditing, forensic accounting
accounting, investigative accounting, litigation
support , dan valuation analysis . Namun, istilah tersebut tidak didefinisikan secara jelas. Mereka
menambahkan bahwa dalam penggunaan sehari-hari litigation support  merupakan
 merupakan istilah yang paling luas
serta mencakup keempat istilah lainnya.

Mereka juga menambahkan bahwa akuntan tradisional masih ingin membedakan pengertian  fraud
auditing dan  forensic accounting. Menurut kelompok akuntan ini,  fraud auditing  berurusan dengan
pendekatan dan metodologi yang bersifat proaktif untuk meneliti fraud. Sedangkan akuntan forensic baru
dipanggil ketika bukti-bukti terkumpul atau ketika kecurigaan ( suspicion) naik ke permukaan melalui
tuduhan (allegation), keluhan (complaint ),
), temuan (discovery ),
), atau tip-off dari whistleblower .

Jasa-jasa di bidang forensik antara lain:

 Fraud & financial investigation


  Analityc & forensic technology
technology
 Fraud risk management
 FCPA reviews and investigation
  Anti money laundering service
 Whistleblower hotline
 Litigation support
 Intellectual property protection
 Client training

Fraud dan Akuntansi Forensik


Akuntansi forensik pada dasarnya menangani  fraud . Oleh karena itu para akuntan forensik di Amerika
Serikat menamakan asosiasi mereka Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). ACFE ini
mempublikasikan penelitiannya tentang  fraud  ,
 , seperti konsep Fraud Tree dan Report to the Nation.

Praktik di Sektor Pemerintahan


Pada sektor publik praktik akuntan
akuntan forensik serupa dengan apa yang digambarkan
digambarkan pada sektor swasta,
perbedaannya adalah tahap-tahap dalam seluruh rangkaian akuntansi forensik di antara berbagai
lembaga.

Disamping itu keadaan politik dan macam-macam kondisi lain akan memepengaruhi lingkup akuntansi
forensik yang diterapkan.termasuk pendekatan hukum dan non hukum.

Perbandingan antara akuntansi forensik di sektor publik dan swasta

Dimensi Sektor publik Sektor swasta

Landasan penugasan Amanat undang-undang Penugasan tertulis secara


spesifik

Imbalan Lazimnya tanpa imbalan Fee dan biaya


Hukum Pidana umum dan khusus, Perdata, arbitrase, administratif,
hukum administrasi negara aturan intern perusahaan

Ukuran keberhasilan Memenangkan perkara pidana Memulihkan kerugian


dan memulihkan kerugian

Pembuktian Dapat melibatkan instansi lain di Bukti intern, dengan bukti


luar lembaga yang bersangkutan ekstern yang terbatas

Teknik audit investigatif Sangat bervariasi karena Relatif lebih sedikit


kewenangan relatif besar dibandingkan di sektor publik,
kreativitas dalam pendekatan
lebih menentukan

Akuntansi Tekanan pada kerugian negara Penilaian bisnis


dan kerugian keuangan negara
BAB 4
ATRIBUT DAN KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK SERTA STANDAR AUDIT INVESTIGATIF

Atribut
Howard R. Davia mengatakan bahwa dalam melaksanakan investigasi terhadap  fraud , auditor pemula
sebaiknya:

 Menghindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur.


 Mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan.
 Kreatif dan berpikir seperti pelaku kejahatan, jangan mudah ditebak dalam hal arah pemeriksaan,
penyelidikan, atau investigasi yang dilakukan.
 Tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan.
 Dalam menyusun strategi, perlu mempertimbangkan apakah kecurangan dilakukan di dalam
pembukuan atau di luar pembukuan

Dari nasihat tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

 Dari awal upayakan menduga siapa pelaku fraud.


 Fokus pada pengambilan bukti dan barang bukti untuk pengadilan.
 Kreatif, jangan mudah ditebak.
 Investigator harus memiliki intuisi yang tajam untuk merumuskan teori mengenai persekongkolan.
 Kenali pola fraud .

Karakteristik Pemeriksa Fraud  Berdasarkan Association of Certified Fraud Examine:

 Memiliki kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair, tidak memihak, sahih
dan akurat, serta pelaporan secara lengkap dan akurat.
 Mempunyai kepribadian yang menarik dan mampu memot ivasi orang lain untuk membantunya.
 Mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.
 Memiliki kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan dan mampu untuk menarik
kesimpulan.

Kualitas Akuntan Forensik menurut Robert J. Lindquist

 Kreatif;
 Rasa ingin tahu;
 Tak mudah menyerah;
 Memiliki akal sehat
 Business sense; dan
 Percaya diri.

Kode Etik
Kode etik berisi nilai-nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi bisa eksis karena ada
integritas (sikap jujur walaupun tidak diketahui orang lain), rasa hormat dan kehormatan, dan nilai-nilai
luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya dari pengguna dan stakeholders lainnya.

Standar Audit Investigatif menurut K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett:

 Seluruh investigasi harus dilandasi praktik ter baik yang diakui


 Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga bukti tadi dapat diterima di pengadilan
 Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks, dan jejak audit
tersedia.
 Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa menghormatinya.
 Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan. dan pada penuntut
umum yang mendakwa pegawai tersebut baik dalam kasus hukum administratif maupun hukum
pidana
 Mencakup seluruh substansi investigasi
 Meliputi seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan bukti
dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan mengenai hal-hal yang
bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, kete rlibatan
polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.
BAB 5
TATANAN KELEMBAGAAN

Dalam UUD 45 disebutkan tentang lembaga negara atau lembaga penyelenggara negara, baik di tingkat
pusat maupun di daerah. Pada tingkat pusat terdapat beberapa kelompok kelembagaan antara lain
kelompok lembaga yang mencerminkan perwakilan rakyat, presiden dan wakil presiden yang mewakili
kekuasaan pemerintahan negara, dan kelompok yang mewakili kekuasaan kehakiman oleh Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya. Ketiga kelompok tersebut adalah merupakan
perwujudan konsep trias politica dalam ketatanegaraan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak termasuk
dalam kekuasaan tersebut karena BPK lebih dikenal dalam sistem ketatanegaraan negara-negara
demokrasi.

Lembaga Pemberantasan Korupsi


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berdiri pada tanggal 29 Desember tahun 2003 bukanlah
lembaga pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia. KPK didirikan karena kelemahan aparat
penegak hukum di bidang penyelidikan dalam menghadapi tuntutan konvensi pemberantasan korupsi
PBB. Selain KPK, dalam era pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), dibentuk juga Tim Pemburu
Koruptor dan Timtas Tipikor yang dikomandani oleh Pimpinan Kejaksaan Agung.

Tugas dan Wewenang KPK


1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang untuk:


 Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tipikor;

 Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tipikor;

 Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tipikor kepada instansi yang terkait;

 Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan

pemberantasan tipikor; dan


 Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tipikor..

2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor.

Dalam melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang untuk:


 Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan

wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tipikor, dan instansi yang dalam
melaksanakan pelayanan publik..
 Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tipikor yang sedang dilakukan oleh

kepolisian atau kejaksaan.


3. Penyelidikan, penyelidikan, dan penuntutan terhadap tipikor.

KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atas kasus tipikor yang:
 Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;

 Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri;

 Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan

tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;


 Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang

diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait;
Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara
tersangka dari jabatannya;
 Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi yang terkait;

 Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya

atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh
tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan
tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa;
 Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukan

pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri;


 Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan,
penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang sedang
ditangani.
4. Pencegahan tipikor.

Dalam melaksanakan tugas pencegahan, KPK berwenang untuk:


 melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara negara;

 menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi;

 menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap je njang pendidikan;

 merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindak pidana kor upsi;

 melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum;

 melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak pidana kor upsi.

5. Pemantauan penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas monitor, KPK berwenang untuk:


 melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan

pemerintah;
 memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pe merintah untuk melakukan perubahan jika

berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi te rsebut berpotensi korupsi;


 melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan R akyat Republik Indonesia, dan

Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan
tersebut tidak diindahkan.

Kewajiban KPK
KPK berkewajiban:

 memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan ataupun
memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi;
 memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan bantuan untuk
memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak pidana korupsi yang
ditanganinya;
 menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan;
 menegakkan sumpah jabatan;
 menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas di atas.

Anti Corruption Agencies


Lembaga semacam KPK yang secara generik dikenal sebagai Anti-Corruption Agencies (ACA), tidak hanya
ada di Indonesia. Di banyak negara Agency ini disebut Commission atau Komisi (seperti KPK). Namun ada

Anda mungkin juga menyukai