Anda di halaman 1dari 4

Teknik Wawancara Dan Introgasi Buku 1, Bab 19

 Perbedaan Wawancara dan Introgasi Manfaat


 Manfaat Melakukan Wawancara Sebelum Introgasi
 Behavior Symptom Analysis (BSA) dan Saluran Komonikasi
 Verbal Behavior, Non Verbal Behavior, Paralinguistic Behavior
 Catatan Akhir Introgasi

1. Perbedaan Wawancara dan Introgasi

Kedua istilah ini, wawancara dan interogasi sering digunakan sebagai sinonim. Hal ini umumnya
karena ketidaktahuan. Ada juga penyidik yang mengerti makna keduanya tetapi sengaja
menggunakan secara keliru. Misalnya, untuk memberi kesan kepada majelis hakim bahwa ia tidak
menggunakan kekerasan, makai a menggunakan istilah wawancara padahal istilah interogasi lebih
tepat menggambarkan tindak pemeriksaan atau investigasinya.

Ciri-ciri Suatu Wawancara:

 Bersifat netral
 Dapat dilakukan pada awal investigasi
 Dapat dilakukan dalam berbagai lingkungan atau suasana
 Bersifat cair, tidak terstruktur, dan bisa melompat dari satu pokok ke pokok pembicaraan lain
 Investigator harus membuat catatan mengenai wawancara formal yang dilakukannya

Ciri-ciri Suatu Interogasi:

 Bersifat menuduh
 Dilakukan dengan persuasive aktif
 Dapat dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol atau terkendali
 Dilakukan hanya sesudah investigator mempunyai keyakinan memadai mengenai salahnya
seseorang
 Investigator tidak boleh membuat catatan sampai tertuduh menceritakan kebenarannya

2. Manfaat Melakukan Wawancara Sebelum Introgasi


Investigator sering kali melakukan interogasi meskipun tidak punya bukti atau petunjuk
untuk menuduh seseorang. Hal tersebut hanya didorong oleh keinginan untuk mencari bukti
dan hanya didasarkan pada persepsi bahwa orang itu mempunyai perilaku aneh. Padahal, untuk
menentukan seseorang berperilaku aneh, wawancara yang bersifat tidak menuduh merupakan
sarana yang lebih baik dari interogasi.

Selain behavioral information dari wawancara, investigative information juga sangat


diperlukan Ketika wawancara akan ditingkatkan menjadi interogasi. Namun, investigator sering
tergoda untuk mengambil jalan pintas, mengabaikan wawancara dan langsung melakukan
interogasi. Pendekatan ini sangat tidak disarankan karena:
 Sifat tidak menuduh dalam wawancara memungkinkan investigator membangun
hubungan saling memercayai dan menghormati
 Selama wawancara, investigator sering kali mengorek keterangan penting mengenai
tertuduh yang sangat berharga sewaktu melaksanakan interogasi
 Tidak ada jaminan tertuduh akan mengaku bersalah dalam proses interogasi sehingga
dilakukan wawancara lebih dulu untuk meyamakan perkataan sebelumnya dengan saat
interogasi (mendeteksi kebohongan)
 Ada keuntungan psikologis bagi investigator Ketika ia melaksanakan wawancara
sebelum investigasi.

3. Behavior Symptom Analysis (BSA) dan Saluran Komonikasi


Secara harfiah, behavior symptom analysis dapat diterjemahkan sebagai analisis gejala
perilaku. Para dokter, psikolog, dan psikiater mengakui pentingnya mengevaluasi perilaku pasien
atau klien mereka untuk membantu mendiagnosis penyakit. Ada beberapa tingkat atau saluran
komunikasi, makna sebenarnya dari ucapan-ucapan seseorang diperkuat atau diubah oleh
berbagai saluran tadi, seperti kegagapan (speech hesistancy), sikap tubuh (body posture), gerak
tangan (hand gestures), mimic wajah (facial expression), atau nada suara (tone of voice).

Pengetahuan membaca atau menganalisis gejala-gejala perilaku ini dimanfaatkan oleh


John Reid yang merupakan pionir dalam BSA. Sejak tahun 1942, Reid merekam secara sistematis
gejala perilaku dari semua tersangka yang diperiksa dengan alat untuk mendeteksi kebohongan
(lie detector atau polygraph) di laboratorium ilmiah untuk mendeteksi kejahatan dari kepolisian
Chicago (Chicago Polica Scientific Crime Detection Laboratory).
Penelitian menunjukkan ada 3 tingkatan atau saluran yang digunakan untuk
berkomunikasi, yaitu:
 Verbal channel, yaitu ucapan yang keluar dari mulut seseorang, pilihan kata dan
susunan kata-kata yang digunakannya untuk mengirimkan pesan.
 Paralinguistic channel, yaitu ciri-ciri percakapan (characteristic of speech) di luar
ucapan.
 Nonverbal channel, yaitu sikap tubuh (body posture), gerak tangan (hand
gestures), dan mimic wajah (facial expression).

4. Verbal Behavior, Nonverbal Behavior, Paralinguistic Behavior


a) Verbal Behavior
Subjek yang jiwanya sehat dan berinteraksi social secara normal akan mengalami
kecemasan (anxiety) Ketika berbohong. Kecemasan bisa timbul dari dalam karena ia
takut perkataannya tidak benar. Ketika harus menjawab pertanyaan dalam suatu
wawancara subjek mempunyai empat piliha yaitu berbohong (deciption), mengelak
atau menghindar (evasion) mengaku secara tersamar (omission) atau menceritakan
apa adanya (truth), Keempat pilihan contoh penerapannya:
 Saat mengakui yang sebenarnya terjadi (truth) maka biasanya mengatakan “Ya,
saya menggelapkan uang perusahan”.
 Saat mengaku tatapi dibarengi dengan ketidaksengajaan atau kekhilafan maka
biasanya dibarengi dengan nonverbal behavior seperti menggelengkan kepala
atau dengan paralinguistic behavior dengan ucapan berbisik yang nyaris tidak
terdengar
 Saat makin jauh akan kebenaran namun belum samar dari kebenaran maka
biasanya tersirat ungkapan tidak bersalah, tanpa menyataka secara tegas dan
tingkat kecemasan mulai lebih tinggi.
 Saat melakukan sepenuhnya kebohongan maka saat inilah tingkat kecemasan
paling tinggi dan biasanya mengatakan “Tidak, aku tidak menggelapkan uang
perusahaan”

b) Paralinguistic Behavior
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar ucapan yang makna
sesungguhnya berbeda dari apa yang keluar dari mulut pembicara. Ciri-ciri
paralinguistic behavior ini harus diamati investigator. Kalau saluran verbal dapat
lebih dikendalikan, maka saluran paralinguistic agak lebih “lepas kendali”. Saluran ini
juga lebih sedikit terkontaminasi oleh faktor-faktor eksternal dibandingkan dengan
saluran verbal, karena itu paralinguistic behavior merupakan sumber terbaik untuk
mendeteksi kebohongan.
Berikut adalah ciri-ciri percakapan yang perlu diketahui investigator:
 Response Latency (Masa atau Periode Keheningan)
Ciri ini menunjukkan rentang waktu antara kata terakhir dari pertanyaan
investigator dengan kata pertama dari jawaban subjek.
 Early Responses (Jawaban Lebih Awal)
Umumnya jawaban lebih awal merupakan reaksi dari subjek yang jujur dan
terlanjur gugup diawal wawancara, subjek yang jujur akan mengulangi
jawaban lebih awal saat investigator menyelesaikan pertanyaanya.
 Response Length (Panjangnya Jawaban)
Secara statistic, penelitian menunjukkan subjek yang jujur memberikan
jawaban yang lebih Panjang dari subjek yang berbohong. Subjek yang jujur
ingin memberikan jawaban yang selengkap mungkin dan sering kali
menewarkan informasi tambahan yang tidak diminta investigator dan selalu
tidak mengalihkan pembicaraan dari topik bahasan.
 Response Delivery (Penyampaian Jawaban)
Penyampaian jawaban terlihat dari kecepatan (rute), tinggi-rendahnya nada
(pitch), dan kejelasan (clarity). Hal ini biasanya sejalan dengan apa yang
dilakukan tetapi bisa juga bertentangan. Ketika subjek mengungkapkan
emosinya secara jujur maka rute dan pitch umumnya meningkat. Subjek
yang jujur ingin investigator memahami jawabannya sehingga ia akan
berbicara dengan jelas dan dengan volume yang pas, saat subjek berbohong
maka cenderung menjawab dengan suara pelan, tidak jelas, dan
menggumam.
 Continuity of the Responses (Kelanjkutan dari Jawaban)
Jawaban jujur mengelir dengan bebas merupakan tanggapan yang spontan
dan apa adanya, tidak meloncat-loncat dari satu alur ke alur yang lain.
 Erasure Behavior (Perilaku Penghapusan)
Dalam percakapan sehari-hari seseorang mengatakan sesuatu ynag
kedengaran tidak menyenangkan kemudian mengelak dengan mengatakan
“Cuma bercanda kok” kemudian diiringi Gerakan alis dan senyum.
Terkadang kata dan Tindakan tersebut adalah bentuk menghapus konotasi
yang tersitrat.
c) Nonverbal Behavior
Makna ucapan kata biasanya diperkuat dan dimodifikasi oleh Bahasa tubuh oleh
nonverbal behavior atau isyarat-isyarat nonverbal. Banyak penilitian social
menunjukkan 70% dari pesan dikirimkan dalam komunikasi antarmanusia terjadi
pada tingkat nonverbal. Statistik ini tentunya tidak berarti bahwa interpretasi
nonverbal lebih akurat dari yang lainnya, karena statistic itu hanya mencerminkan
betapa besarnya pesan yang disampaikan melalui gerak tubuh.
Perilaku nonverbal yang dibahas disini adalah:
 Postur
 Gerak tangan
 Gerak kaki
 Mimic muka dan mata

5. Catatan Akhir Introgasi


Sangatlah penting dan bahkan sangat menentukan sekali bagi investigator yang mengevaluasi
BSA berpedoman pada hal-hal berikut.
 Perhatikan penyimpangan dari BSA si subjek dalam keadaan normal. Ini dapat diketahui
dari evaliasi perilaku subjek sewaktu wawancara yang tidak bersifat menuduh atau dari
informasi latar belakang lainnya.
 Semua indikasi perilaku perlu diamati kapan terjadinya dan seberapa sering terjadi dari
perilaku yang memberi indikasi penting
 Untuk menjadi indicator yang andal, perubahan perilaku harus terjadi Ketika subjek
mendengar pertanyaan atau akan memberikan jawaban, dan perilaku ini berulang
Ketika pertanyaan serupa diajukan. Karena itu kesimpulan megenai BSA harus
menyeluruh, bahkan untuk satu atau dua pertanyaan dalam wawancara.

Anda mungkin juga menyukai