Kedua istilah ini, wawancara dan interogasi sering digunakan sebagai sinonim. Hal ini umumnya
karena ketidaktahuan. Ada juga penyidik yang mengerti makna keduanya tetapi sengaja
menggunakan secara keliru. Misalnya, untuk memberi kesan kepada majelis hakim bahwa ia tidak
menggunakan kekerasan, makai a menggunakan istilah wawancara padahal istilah interogasi lebih
tepat menggambarkan tindak pemeriksaan atau investigasinya.
Bersifat netral
Dapat dilakukan pada awal investigasi
Dapat dilakukan dalam berbagai lingkungan atau suasana
Bersifat cair, tidak terstruktur, dan bisa melompat dari satu pokok ke pokok pembicaraan lain
Investigator harus membuat catatan mengenai wawancara formal yang dilakukannya
Bersifat menuduh
Dilakukan dengan persuasive aktif
Dapat dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol atau terkendali
Dilakukan hanya sesudah investigator mempunyai keyakinan memadai mengenai salahnya
seseorang
Investigator tidak boleh membuat catatan sampai tertuduh menceritakan kebenarannya
b) Paralinguistic Behavior
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar ucapan yang makna
sesungguhnya berbeda dari apa yang keluar dari mulut pembicara. Ciri-ciri
paralinguistic behavior ini harus diamati investigator. Kalau saluran verbal dapat
lebih dikendalikan, maka saluran paralinguistic agak lebih “lepas kendali”. Saluran ini
juga lebih sedikit terkontaminasi oleh faktor-faktor eksternal dibandingkan dengan
saluran verbal, karena itu paralinguistic behavior merupakan sumber terbaik untuk
mendeteksi kebohongan.
Berikut adalah ciri-ciri percakapan yang perlu diketahui investigator:
Response Latency (Masa atau Periode Keheningan)
Ciri ini menunjukkan rentang waktu antara kata terakhir dari pertanyaan
investigator dengan kata pertama dari jawaban subjek.
Early Responses (Jawaban Lebih Awal)
Umumnya jawaban lebih awal merupakan reaksi dari subjek yang jujur dan
terlanjur gugup diawal wawancara, subjek yang jujur akan mengulangi
jawaban lebih awal saat investigator menyelesaikan pertanyaanya.
Response Length (Panjangnya Jawaban)
Secara statistic, penelitian menunjukkan subjek yang jujur memberikan
jawaban yang lebih Panjang dari subjek yang berbohong. Subjek yang jujur
ingin memberikan jawaban yang selengkap mungkin dan sering kali
menewarkan informasi tambahan yang tidak diminta investigator dan selalu
tidak mengalihkan pembicaraan dari topik bahasan.
Response Delivery (Penyampaian Jawaban)
Penyampaian jawaban terlihat dari kecepatan (rute), tinggi-rendahnya nada
(pitch), dan kejelasan (clarity). Hal ini biasanya sejalan dengan apa yang
dilakukan tetapi bisa juga bertentangan. Ketika subjek mengungkapkan
emosinya secara jujur maka rute dan pitch umumnya meningkat. Subjek
yang jujur ingin investigator memahami jawabannya sehingga ia akan
berbicara dengan jelas dan dengan volume yang pas, saat subjek berbohong
maka cenderung menjawab dengan suara pelan, tidak jelas, dan
menggumam.
Continuity of the Responses (Kelanjkutan dari Jawaban)
Jawaban jujur mengelir dengan bebas merupakan tanggapan yang spontan
dan apa adanya, tidak meloncat-loncat dari satu alur ke alur yang lain.
Erasure Behavior (Perilaku Penghapusan)
Dalam percakapan sehari-hari seseorang mengatakan sesuatu ynag
kedengaran tidak menyenangkan kemudian mengelak dengan mengatakan
“Cuma bercanda kok” kemudian diiringi Gerakan alis dan senyum.
Terkadang kata dan Tindakan tersebut adalah bentuk menghapus konotasi
yang tersitrat.
c) Nonverbal Behavior
Makna ucapan kata biasanya diperkuat dan dimodifikasi oleh Bahasa tubuh oleh
nonverbal behavior atau isyarat-isyarat nonverbal. Banyak penilitian social
menunjukkan 70% dari pesan dikirimkan dalam komunikasi antarmanusia terjadi
pada tingkat nonverbal. Statistik ini tentunya tidak berarti bahwa interpretasi
nonverbal lebih akurat dari yang lainnya, karena statistic itu hanya mencerminkan
betapa besarnya pesan yang disampaikan melalui gerak tubuh.
Perilaku nonverbal yang dibahas disini adalah:
Postur
Gerak tangan
Gerak kaki
Mimic muka dan mata