ANALISIS KORUPSI
BTS KOMINFO
Dosen Pengampu:
Hastanti Agustin Rahayu, SE, M.Acc, Ak, CA, BKP
DISUSUN OLEH:
Naufal Fawwaz
Abdurahman Halim M. Nur Nama Arep Kurnianto
Mochammad
Dhina Sawitri
Farhan Ferdiansyah
Proyek pengadaan BTS 4G yang dilaksanakan Kementerian Komunikasi dan
BELAKANG wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). BTS sendiri adalah suatu
infrastruktur telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi nirkabel antara
FRAUD perangkatkomunikasi dan jaringan operator. Proyek BTS 4G dianggap
bermasalah karena diduga terjadi penyalahgunaan dan penyelewengan dana,
sehingga banyak pembangunan menara BTS yang mangkrak.Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menghitung kerugian negara dalam
kasuskorupsi proyek ini dengan total kerugian negara mencapai Rp 8 triliun.
Pada 2021, Bakti menargetkan pembangunan 4.200 tower. Lalu tahun
berikutnya sekitar 3.700 tower, Penyediaan BTS tersebutdilakukan dengan kerja
sama Bakti bersama sejumlah perusahaan. Awalnya, kontrak payung
ditandatangani bersama Fiberhome, Telkom Infra, dan Multitrans Data yang
sepakat membangun BTS4G di paket 1 dan 2 dengan total nilai RP 9,5 triliun
selama 2021-2022. Namun, hingga April 2022, baru 86% yang dibangun pada
seluruh komitmen tersebut. Bahkan, menurut catatan. Kementerian
Kominfo,hanya 1.900 lokasi yang on air dari target 4.200 desa selama fase 1.
Proyek berlanjut ke tiga paket berikutnya (3, 4, dan 5) dengan total kontrak Rp
18,8 triliun. proyek pengadaan BTS mendapatkan anggaran Rp 10 triliun, namun
yang dilaporkan hanya Rp 2 triliun saja
POHON FRAUD
Memalsukan dokumen
Oknum pegawai dan laporan pengadaan
Negara mengalami
Kominfo,Bekerja sama BTS untuk Mengajukan
kerugian
dengan pihak ketiga anggaran pengadaan BTS
yang lebih besar
Oknum pegawai Kominfo bekerja Oknum pegawai Kominfo Akibat dari pemalsuan dokumen
sama dengan pihak ketiga untuk memalsukan dokumen dan dan laporan pengadaan BTS,
melakukan pemalsuan dokumen laporan pengadaan BTS untuk negara mengalami kerugian
dan laporan pengadaan BTS. Pihak mendapatkan anggaran sebesar Rp 8 Triliun. Kerugian
ketiga tersebut membantu oknum pengadaan BTS yang lebih besar. tersebut merupakan selisih antara
pegawai Kominfo untuk Dokumen dan laporan palsu anggaran pengadaan BTS yang
mendapatkan dokumen dan tersebut berisi informasi yang sebenarnya dengan anggaran
laporan palsu yang diperlukan tidak benar, seperti harga, pengadaan BTS yang diajukan oleh
untuk mengajukan anggaran spesifikasi, dan jumlah unit BTS. oknum pegawai Kominfo.
pengadaan BTS yang lebih besar.
Kasus fraud BTS Kominfo berhasil dideteksi karena adanya laporan dari salah satu vendor
DETEKSI pengadaan BTS yang merasa dirugikan. Vendor tersebut melaporkan bahwa dokumen dan
FRAUD laporan pengadaan BTS yang telah mereka ajukan ternyata dipalsukan oleh oknum
pegawai Kominfo.
Selain itu, kasus ini juga berhasil dideteksi karena adanya investigasi dari pihak Kominfo.
Dalam investigasinya, pihak Kominfo menemukan beberapa kejanggalan dalam dokumen
dan laporan pengadaan BTS. Kejanggalan tersebut antara lain:
Adanya perbedaan harga antara dokumen asli dan dokumen palsu
Berdasarkan laporan dari vendor, pihak Kominfo melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen dan laporan pengadaan BTS. Dalam pemeriksaan tersebut, ditemukan bahwa
terdapat perbedaan harga antara dokumen asli dan dokumen palsu.
Adanya perbedaan spesifikasi antara dokumen asli dan dokumen palsu
Selain perbedaan harga, pihak Kominfo juga menemukan adanya perbedaan spesifikasi
antara dokumen asli dan dokumen palsu. Perbedaan spesifikasi tersebut antara lain adalah
perbedaan jenis BTS, perbedaan kapasitas BTS, dan perbedaan lokasi BTS.
Adanya perbedaan tanggal dan tanda tangan antara dokumen asli dan dokumen palsu
Terakhir, pihak Kominfo juga menemukan adanya perbedaan tanggal dan tanda tangan
antara dokumen asli dan dokumen palsu. Perbedaan tanggal dan tanda tangan tersebut
menunjukkan bahwa dokumen dan laporan pengadaan BTS tersebut telah dipalsukan.
Berdasarkan kejanggalan-kejanggalan tersebut, pihak Kominfo melakukan penyelidikan
lebih lanjut dan akhirnya menemukan bahwa kasus ini melibatkan oknum pegawai
Kominfo dan pihak ketiga.
1. Anang Achmad Latif
Posisi: Direktur Utama Bakti Kementerian Komunikasi dan Informatika
PROFILING (Kominfo)
Motivasi: Keuntungan pribadi
Modus operandi: Bekerja sama dengan pihak ketiga untuk
KESIMPULAN
melawan hukum, menggunakan kewenangan secara tidak
sah, dan berkolusi. Perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan
oleh para tersangka untuk mendapatkan keuntungan yang
tidak sah.
Kasus ini telah menimbulkan kerugian negara yang cukup
besar, yaitu sebesar Rp 8 triliun. Kerugian ini tentu saja
akan berdampak pada pembangunan dan pemerataan akses
internet di Indonesia.
Selain kerugian materiil, kasus ini juga telah menimbulkan
kerugian non-materiil, yaitu menurunnya kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah. Masyarakat menjadi
pesimis terhadap upaya pemerintah untuk memberantas
korupsi.
TERIMA
KASIH
Ada Pertanyaan?