Anda di halaman 1dari 1

Penawaran spesial LIHAT ▲

Cari Berita  MEDIA TEMPO LAINNYA  Imron Cahyadi 

Laporan Utama | Proyek Menara BTS

Siapa Saja Penikmat Proyek Menara


BTS
Minggu, 28 Mei 2023

Kejaksaan Agung menyasar banyak orang yang diduga terlibat korupsi menara BTS.
Ada tokoh politik dan pemilik perusahaan besar.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Jhonny G Plate berada di mobil tahanan dengan mengenakan rompi tahanan saat
keluar dari Gedung Bundar Jampidsus Kejagung, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Menkominfo Jhonny G Plate ditetapkan
tersangka oleh Kejaksaan Agung atas kasus dugaan korupsi penyediaan menara base transceiver station (BTS) 4G dan
infrastuktur pendukung 1, 2, 3, 4 dan 5 Bakti Kementerian Kominfo tahun 2020-2022. Tempo/M Taufan Rengganis. tempo :
168756545948_9901967

T IGA jam sebelum Kejaksaan Agung mengumumkan Menteri Komunikasi dan


Informatika Johnny Gerard Plate sebagai tersangka korupsi menara base
transceiver station (BTS
BTS) 4G, anggota Badan Pemeriksa Keuangan, Achsanul Qosasi,
menerima tamu utusan Istana Negara. Dia adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno.

Keduanya berbincang banyak hal di ruang kerja Achsanul, lantai 8 gedung BPK,
Jakarta Selatan. Di antaranya sistem belanja anggaran di Kementerian Sekretariat
Negara. Di pengujung pertemuan, mereka membahas kasus korupsi proyek BTS BTS.
Pada 2022, tim Achsanul yang mengaudit proyek senilai Rp 10 triliun tersebut.

Podcast Tempo

Majalah Tempo 29 Mei 2023: Kenduri Proyek Pemancar Internet


0:00 -0:00

Dalam pertemuan empat mata itu, Pratikno menanyakan pihak lain yang ditengarai
menikmati bancakan proyek BTS. Salah seorang di antaranya Hapsoro Sukmonohadi
atau biasa disapa Happy Hapsoro, suami Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dan Ketua
Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Puan Maharani.

Achsanul membenarkan bahwa ia bertemu dengan Pratikno. Ia mengakui membahas


proyek BTS Kementerian Kominfo dengan Pratikno. “Saya yang memulai membahas
masalah itu,” kata Achsanul kepada Tempo, Rabu, 24 Mei lalu. Tapi ia membantah jika
keduanya disebut menyinggung nama Happy.

Pratikno juga mengaku menemui Achsanul. Pertemuan itu sudah lama diagendakan.
Namun ia mengklaim tak membicarakan kasus BTS, apalagi membahas peran pihak
lain di proyek itu. “Pertemuan itu tak ada kaitan atau perintah apa pun dari
Presiden,” ucapnya.

Sekitar pukul 13.00 pada Rabu, 17 Mei lalu, Kejaksaan Agung menggelar konferensi
pers. Menteri Johnny Plate dituduh terlibat korupsi BTS. Ia dituduh memperkaya
orang lain dalam proyek tersebut. Johnny langsung ditahan.

Baca
Baca:: Kisruh Proyek Internet Desa Kementerian Kominfo

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai NasDem itu “lolos” dalam pemeriksaan


pertama pada 14 Februari lalu dan pemeriksaan kedua pada 15 Maret lalu. Ia ditahan
pada pemeriksaan ketiga. “Terdapat cukup bukti yang bersangkutan terlibat korupsi,”
ujar Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan
Agung Kuntadi.

Johnny diduga menerima uang Rp 534 juta lewat adik kandungnya, Gregorius Plate.
Penyidik juga menuduh Johnny meminta jatah Rp 500 juta tiap bulan kepada Badan
Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) untuk sejumlah staf Kementerian
Komunikasi dan Informatika. Bakti adalah badan yang didirikan Kementerian
Kominfo untuk mengkoordinasi proyek BTS. Pengakuan itu tertuang dalam berkas
pemeriksaan Direktur Utama Bakti Kementerian Kominfo Anang Achmad Latif
tertanggal 6 Maret 2022.

Kuntadi menjelaskan, Gregorius Plate sudah mengembalikan uang Rp 534 juta kepada
Kejaksaan Agung. Penyidik yakin pemberian itu merupakan gratifikasi. Fulus tersebut
tak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan Menteri Johnny Plate. “Artinya, besar
kemungkinan uang itu ada kaitannya dengan jabatan dan peran Plate sebagai
menteri,” tuturnya.

Sebelum menetapkan Johnny sebagai tersangka, Kejaksaan Agung sudah menjerat


lima orang lain. Mereka adalah Anang Achmad Latif, Galumbang Menak Simanjuntak
selaku Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia, dan Yohan Suryanto yang
bekerja sebagai tenaga ahli Human Development Universitas Indonesia.

Galumbang Menak Simanjuntak. Dok. Moratelindo.co.id

Dua tersangka lain adalah Direktur PT Huawei Tech Investment Mukti Ali dan
komisaris PT Solitech Media Sinergy, Irwan Hermawan. Lima hari selepas penahanan
Johnny, Kejaksaan Agung menahan orang kepercayaan Irwan Hermawan, Windy
Purnama. Windy ditangkap pada Selasa, 23 Mei lalu, ketika mendarat di Bandar Udara
Internasional Kulon Progo, Yogyakarta, dari luar negeri. Totalnya ada tujuh tersangka
yang terseret perkara menara pemancar Internet ini.

Anang diduga berkomplot dengan Galumbang untuk memenangkan vendor tertentu


dan menggelembungkan harga barang. Proyek yang berlangsung pada 2021-2024 itu
rencananya akan mendirikan 7.094 menara di daerah terpencil di Pulau Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Pada tahap pertama, akan dibangun 4.200 menara. Berbeda dengan proyek
pemerintah pada umumnya, pemerintah lebih dulu menggelontorkan uang senilai Rp
10 triliun kepada perusahaan pemenang tender.

Anang dan Galumbang mengajak Yohan membuat kajian teknis dan persyaratan yang
mendukung rencana proyek. Sementara itu, Mukti Ali berperan menyusun skenario
tertentu saat pelaksanaan tender. Irwan dan Windy merupakan operator penyerahan
uang kepada sejumlah pihak.

Dua orang yang mengetahui penelusuran perkara itu mengatakan ada uang yang
mengalir ke berbagai pihak. Yang baru terungkap, nilainya mencapai Rp 120 miliar.
Sebagian di antaranya mengalir ke kantong pejabat Kementerian Kominfo, lembaga
audit, serta politikus. Mereka tak beroperasi sendirian. Ada orang lain yang
memerintahkan Irwan dan Windy.

Pengacara Johnny dan Anang, Muhammad Ali Nurdin dan Kresna Hutauruk, tak
merespons permintaan wawancara Tempo hingga Sabtu, 27 Mei lalu. Kuasa hukum
Yohan, Benny Daga, membantah tudingan yang dialamatkan kepada kliennya.
Menurut dia, kajian proyek tersebut memiliki dasar dan pertimbangan dari sisi
akademik. “Klien saya tidak pernah keluar dari pakem keilmuan,” katanya.

Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Yusuf Ateh menilai
proyek tersebut merugikan kas negara Rp 8,03 triliun. Hitungan kerugian berasal dari
biaya penyusunan kajian pendukung, penggelembungan harga barang, serta
pembayaran untuk menara pemancar yang belum terbangun. “Kami sudah
memeriksa lapangan dan melibatkan tim ahli setelah mendapat permintaan dari
Kejaksaan Agung pada 31 Oktober 2022,” ucapnya.

Pelaksana tugas Menteri Kominfo Muhammad Mahfud Md. menjelaskan, menara yang
berdiri baru 1.112 unit. Padahal negara sudah melunasi pembayaran untuk 4.200
menara. Harga untuk setiap menara juga kemahalan. “Seharusnya per unit cuma
sekitar Rp 1 miliar, tapi dialokasikan Rp 2,5 miliar,” ujarnya.

Plt Menkominfo Mahfud MD (tengah) didampingi Sekjen Kemenkominfo Mira Tayyiba (kiri) dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
SDM Hary Budiarto menyampaikan keterangan pers terkait perkembangan seleksi jabatan Dirut Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan
Informasi (BAKTI) Kominfo 2023-2028 di Jakarta, 26 Mei 2023. Antara/Sigid Kurniawan

Alih-alih digunakan untuk membangun menara, anggaran proyek BTS ditengarai


menjadi bancakan banyak pihak. Menteri Mahfud bahkan mendengar kabar uang
proyek turut mengalir ke sejumlah partai politik. “Hal ini sudah saya laporkan kepada
Presiden,” tuturnya.

Pengacara Galumbang dan Irwan Hermawan, Handika Honggowongso, justru


mempertanyakan metode penghitungan BPKP. Menurut dia, jumlah tower yang telah
dibangun lebih banyak dari data yang dihimpun BPKP. Apalagi medan yang ditempuh
sangat sulit. “Di Papua, proyek itu terpaksa dihentikan karena para pekerja jadi
sasaran teror kelompok bersenjata,” katanya.

Baca
Baca:: Peran Johnny Plate di Perkara Korupsi BTS

•••

Penikmat Proyek BTS


PEMERINTAH memandatkan proyek BTS 4G kepada Bakti. Lembaga ini merupakan
badan layanan umum di bawah pengawasan Kementerian Komunikasi dan
Informatika yang lahir pada 2006. Selain mendapat suntikan anggaran negara, badan
ini mengelola dana universal service obligation (USO) yang dihimpun dari semua
perusahaan operator telekomunikasi.

Pemerintah memasukkan proyek BTS ke proyek strategis nasional. Nilainya


membengkak dari Rp 5 triliun menjadi Rp 10 triliun pada tahun anggaran 2020-2021.
Anggaran ini disetujui Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat yang bermitra dengan
Kementerian Kominfo. Proyek menara Internet itu menyasar wilayah terpencil dan
tertinggal, khususnya di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua

Menurut Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah, tambahan dana proyek BTS
melalui Bakti menggunakan mekanisme pembahasan pemasukan negara bukan pajak
lantaran di dalamnya ada dana USO. Dalam praktiknya, dia menerangkan,
Kementerian Kominfo mengajukan usul pengelolaan anggaran itu kepada
Kementerian Keuangan. “Kalau disetujui, maka bisa jalan,” ujar politikus Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Setahun berjalan, kejanggalan langsung muncul. Laporan audit Badan Pemeriksa


Keuangan 2022 menyebutkan proyek BTS itu bermasalah sejak perencanaan hingga
penentuan pemenang tender. Penentuan lokasi pun tidak sesuai dengan kebutuhan di
lapangan.

Sebagian menara diketahui berdiri di wilayah sepi penduduk. Ada pula yang
berdekatan dengan menara operator lain. “Sehingga terjadi pemborosan,” ujar
anggota BPK, Achsanul Qosasi. Laporan audit BPK menuliskan pemborosan anggaran
proyek tersebut mencapai Rp 1,5 triliun.

Ada tujuh perusahaan yang ikut dalam proyek BTS. Mereka terbagi dalam tiga
konsorsium yang menggarap lima paket pekerjaan. Kinerja mereka dianggap
bermasalah. Huawei, misalnya, selaku anggota konsorsium, merahasiakan sejumlah
dokumen kontrak dan tidak mencantumkan nama serta kontak penghubung lima
kantor cabang mitra perusahaan.

Pembangunan BTS 4G Bakti Kominfo di Negeri Nalahia, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Januari 2023. Dok. Tempo

Country Public Relation and Editor-in-Chief Huawei Damar Harsanto tak bersedia
menjelaskan peran perusahaannya dalam proyek tersebut. Ia mengarahkan
permintaan wawancara Tempo kepada tim legal Huawei yang mengurusi perkara
Mukti Ali, yang juga menjadi tersangka korupsi BTS. Tapi permintaan wawancara itu
juga tak direspons.

Kontrak paket pertama yang ditandatangani pada 29 Januari 2021 dimenangi


konsorsium PT Fiberhome Technologies Indonesia, PT Infrastruktur Telekomunikasi
Indonesia atau Telkominfra, PT Multi Trans Data, dan Bakti Kementerian Kominfo
dengan nilai Rp 9,5 triliun. Adapun paket 3, 4, dan 5 dimenangi konsorsium
perusahaan PT Aplikanusa Lintasarta, Huawei, PT Surya Energi Indotama, PT
Infrastruktur Bisnis Sejahtera, dan ZTE Indonesia. Konsorsium ini menyetujui kontrak
pembangunan senilai Rp 18,8 triliun. Jumlah uang ini adalah nilai keseluruhan
kontrak tahap pertama dan kedua.

PT Infrastruktur Bisnis Sejahtera merupakan cicit perusahaan PT Mora Telematika


Indonesia (Moratelindo). Galumbang Simanjuntak, lewat PT Gema Lintas Benua,
memiliki saham di perusahaan Moratelindo bersama Smart Telecom dan PT
Candrakarya Multikreasi. Smart Telecom adalah anak usaha Sinar Mas Group dan
menjadi salah satu mitra bisnis ZTE di Indonesia. Teknologi pemancar ZTE ini
digunakan sebagai salah satu komponen pengadaan dalam proyek menara BTS.

Direktur PT Infrastruktur Bisnis Sejahtera Dido Pribadi tak menjawab permohonan


wawancara yang diajukan lewat panggilan telepon. Corporate Communication Sinar
Mas President Office Stephanie Halim menilai keterlibatan anak perusahaannya dalam
proyek ini tak terkait dengan kebijakan manajemen.

Ia mengatakan masalah proyek berada di anak usaha Moratelindo. “Tidak relevan jika
dikaitkan dengan Sinar Mas, sebab kami tidak ikut dalam tender tersebut,” tuturnya.

Setiap konsorsium menggandeng sejumlah perusahaan subkontraktor untuk


pengadaan barang, seperti menara, alat penangkap sinyal, dan sumber tenaga listrik.
Komponen biaya yang cukup besar tersedot untuk pengadaan baterai dan panel surya
yang memakan sekitar 40 persen dari total pembangunan menara.

Nama Hapsoro Sukmonohadi alias Happy Hapsoro memang tak muncul dalam
dokumen proyek BTS Kementerian Kominfo. Selama ini salah satu bisnis utama
Happy adalah teknologi baterai dan panel surya. Ia pemilik saham mayoritas PT Basis
Utama Prima. Akta perusahaan PT Basis Utama Prima mencantumkan Happy
memiliki 75.924 lembar saham atau hampir 99 persen.

Hapsoro Sukmonohadi alias Happy, suami Ketua DPR RI, Puan Maharani, yang fotonya tayang di berbagai media online. Tempo/ Gunawan
Wicaksono

Selanjutnya, PT Basis Utama Prima menguasai saham di PT Sumber Energi Negeri. PT


Sumber Energi kemudian memiliki saham di PT Energi Melayani Negeri. Di situs
perusahaan, PT Energi Melayani bermitra dengan Huawei. Sementara Huawei tercatat
sebagai salah satu anggota konsorsium proyek BTS.

Komisaris PT Energi Melayani Negeri adalah Muhammad Yusrizki. Ia sudah berulang


kali dimintai keterangan oleh penyidik kasus korupsi BTS. Yusrizki merupakan Ketua
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Energi Terbarukan yang memiliki
berbagai kongsi bisnis dengan Happy. Nama Yusrizki juga tercantum di akta
perusahaan PT Sumber Energi Negeri dan PT Basis Utama Prima, perusahaan milik
Happy.

Seseorang yang mengetahui penyidikan kasus korupsi BTS mengungkapkan ada


peran pihak lain yang mengklaim dekat dengan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan
Hasto Kristiyanto. Pria yang identitasnya belum terungkap itu bertugas melobi tim
konsultan untuk mengubah aturan spesifikasi barang proyek. Dengan aturan itu,
semua anggota konsorsium harus menggunakan baterai dan panel surya buatan
perusahaan yang menjadi kongsi bisnis Happy.

Hasto Kristiyanto membantah informasi tersebut. Ia menduga ada orang yang


mencatut namanya. “Saya tidak pernah ikut-ikutan dalam proyek ini,” katanya.

Yusrizki tak kunjung merespons permintaan wawancara. Tempo juga berupaya


menghubungi Happy lewat orang-orang terdekatnya, tapi tak berbalas. Kuasa hukum
PDIP, Yanuar Wisesa, menampik tudingan Happy terlibat dalam proyek BTS 4G.
“Tidak mungkin Mas Happy cawe-cawe,” ucapnya.

Riky Ferdianto

Erwan Hermawan, Egi Adyatama, Fajar Pebrianto, dan Ihsan Reliubun berkontribusi dalam
penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kenduri Proyek Pemancar Internet"

BTS Partai Nasdem BAKTI Kemenkominfo Korupsi BTS Johnny Plate

Korupsi Menara BTS

Newsletter

Dapatkan Ringkasan berita eksklusif dan mendalam Tempo di inbox email Anda setiap hari dengan
Ikuti Newsletter gratis.

Masukkan Email Anda Ikuti Newsletter

Sebelumnya Selanjutnya

Berita Lainnya

Siapa Saja Penikmat Proyek Menara BTS Salah Kaprah Hutan Adat

Majalah 
 Minggu, 28 Mei 2023 Majalah 
 Minggu, 28 Mei 2023

Tak Cukupkah Selamat Pagi? Kepala BSKDN Harap Pemda Laporkan


Inovasi yang Lebih Berkualitas dan
Berdampak bagi Masyarakat pada Gelaran
Majalah 
 Minggu, 28 Mei 2023 IGA 2023
Majalah  Minggu, 28 Mei 2023

Konten Eksklusif Lainnya

18 Juni 2023 11 Juni 2023 4 Juni 2023 28 Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai