Kejaksaan Agung menyasar banyak orang yang diduga terlibat korupsi menara BTS.
Ada tokoh politik dan pemilik perusahaan besar.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Jhonny G Plate berada di mobil tahanan dengan mengenakan rompi tahanan saat
keluar dari Gedung Bundar Jampidsus Kejagung, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2023. Menkominfo Jhonny G Plate ditetapkan
tersangka oleh Kejaksaan Agung atas kasus dugaan korupsi penyediaan menara base transceiver station (BTS) 4G dan
infrastuktur pendukung 1, 2, 3, 4 dan 5 Bakti Kementerian Kominfo tahun 2020-2022. Tempo/M Taufan Rengganis. tempo :
168756545948_9901967
Keduanya berbincang banyak hal di ruang kerja Achsanul, lantai 8 gedung BPK,
Jakarta Selatan. Di antaranya sistem belanja anggaran di Kementerian Sekretariat
Negara. Di pengujung pertemuan, mereka membahas kasus korupsi proyek BTS BTS.
Pada 2022, tim Achsanul yang mengaudit proyek senilai Rp 10 triliun tersebut.
Podcast Tempo
0:00 -0:00
Dalam pertemuan empat mata itu, Pratikno menanyakan pihak lain yang ditengarai
menikmati bancakan proyek BTS. Salah seorang di antaranya Hapsoro Sukmonohadi
atau biasa disapa Happy Hapsoro, suami Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dan Ketua
Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Puan Maharani.
Pratikno juga mengaku menemui Achsanul. Pertemuan itu sudah lama diagendakan.
Namun ia mengklaim tak membicarakan kasus BTS, apalagi membahas peran pihak
lain di proyek itu. “Pertemuan itu tak ada kaitan atau perintah apa pun dari
Presiden,” ucapnya.
Sekitar pukul 13.00 pada Rabu, 17 Mei lalu, Kejaksaan Agung menggelar konferensi
pers. Menteri Johnny Plate dituduh terlibat korupsi BTS. Ia dituduh memperkaya
orang lain dalam proyek tersebut. Johnny langsung ditahan.
Baca
Baca:: Kisruh Proyek Internet Desa Kementerian Kominfo
Johnny diduga menerima uang Rp 534 juta lewat adik kandungnya, Gregorius Plate.
Penyidik juga menuduh Johnny meminta jatah Rp 500 juta tiap bulan kepada Badan
Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) untuk sejumlah staf Kementerian
Komunikasi dan Informatika. Bakti adalah badan yang didirikan Kementerian
Kominfo untuk mengkoordinasi proyek BTS. Pengakuan itu tertuang dalam berkas
pemeriksaan Direktur Utama Bakti Kementerian Kominfo Anang Achmad Latif
tertanggal 6 Maret 2022.
Kuntadi menjelaskan, Gregorius Plate sudah mengembalikan uang Rp 534 juta kepada
Kejaksaan Agung. Penyidik yakin pemberian itu merupakan gratifikasi. Fulus tersebut
tak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan Menteri Johnny Plate. “Artinya, besar
kemungkinan uang itu ada kaitannya dengan jabatan dan peran Plate sebagai
menteri,” tuturnya.
Dua tersangka lain adalah Direktur PT Huawei Tech Investment Mukti Ali dan
komisaris PT Solitech Media Sinergy, Irwan Hermawan. Lima hari selepas penahanan
Johnny, Kejaksaan Agung menahan orang kepercayaan Irwan Hermawan, Windy
Purnama. Windy ditangkap pada Selasa, 23 Mei lalu, ketika mendarat di Bandar Udara
Internasional Kulon Progo, Yogyakarta, dari luar negeri. Totalnya ada tujuh tersangka
yang terseret perkara menara pemancar Internet ini.
Pada tahap pertama, akan dibangun 4.200 menara. Berbeda dengan proyek
pemerintah pada umumnya, pemerintah lebih dulu menggelontorkan uang senilai Rp
10 triliun kepada perusahaan pemenang tender.
Anang dan Galumbang mengajak Yohan membuat kajian teknis dan persyaratan yang
mendukung rencana proyek. Sementara itu, Mukti Ali berperan menyusun skenario
tertentu saat pelaksanaan tender. Irwan dan Windy merupakan operator penyerahan
uang kepada sejumlah pihak.
Dua orang yang mengetahui penelusuran perkara itu mengatakan ada uang yang
mengalir ke berbagai pihak. Yang baru terungkap, nilainya mencapai Rp 120 miliar.
Sebagian di antaranya mengalir ke kantong pejabat Kementerian Kominfo, lembaga
audit, serta politikus. Mereka tak beroperasi sendirian. Ada orang lain yang
memerintahkan Irwan dan Windy.
Pengacara Johnny dan Anang, Muhammad Ali Nurdin dan Kresna Hutauruk, tak
merespons permintaan wawancara Tempo hingga Sabtu, 27 Mei lalu. Kuasa hukum
Yohan, Benny Daga, membantah tudingan yang dialamatkan kepada kliennya.
Menurut dia, kajian proyek tersebut memiliki dasar dan pertimbangan dari sisi
akademik. “Klien saya tidak pernah keluar dari pakem keilmuan,” katanya.
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Yusuf Ateh menilai
proyek tersebut merugikan kas negara Rp 8,03 triliun. Hitungan kerugian berasal dari
biaya penyusunan kajian pendukung, penggelembungan harga barang, serta
pembayaran untuk menara pemancar yang belum terbangun. “Kami sudah
memeriksa lapangan dan melibatkan tim ahli setelah mendapat permintaan dari
Kejaksaan Agung pada 31 Oktober 2022,” ucapnya.
Pelaksana tugas Menteri Kominfo Muhammad Mahfud Md. menjelaskan, menara yang
berdiri baru 1.112 unit. Padahal negara sudah melunasi pembayaran untuk 4.200
menara. Harga untuk setiap menara juga kemahalan. “Seharusnya per unit cuma
sekitar Rp 1 miliar, tapi dialokasikan Rp 2,5 miliar,” ujarnya.
Plt Menkominfo Mahfud MD (tengah) didampingi Sekjen Kemenkominfo Mira Tayyiba (kiri) dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
SDM Hary Budiarto menyampaikan keterangan pers terkait perkembangan seleksi jabatan Dirut Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan
Informasi (BAKTI) Kominfo 2023-2028 di Jakarta, 26 Mei 2023. Antara/Sigid Kurniawan
Baca
Baca:: Peran Johnny Plate di Perkara Korupsi BTS
•••
Menurut Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah, tambahan dana proyek BTS
melalui Bakti menggunakan mekanisme pembahasan pemasukan negara bukan pajak
lantaran di dalamnya ada dana USO. Dalam praktiknya, dia menerangkan,
Kementerian Kominfo mengajukan usul pengelolaan anggaran itu kepada
Kementerian Keuangan. “Kalau disetujui, maka bisa jalan,” ujar politikus Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.
Sebagian menara diketahui berdiri di wilayah sepi penduduk. Ada pula yang
berdekatan dengan menara operator lain. “Sehingga terjadi pemborosan,” ujar
anggota BPK, Achsanul Qosasi. Laporan audit BPK menuliskan pemborosan anggaran
proyek tersebut mencapai Rp 1,5 triliun.
Ada tujuh perusahaan yang ikut dalam proyek BTS. Mereka terbagi dalam tiga
konsorsium yang menggarap lima paket pekerjaan. Kinerja mereka dianggap
bermasalah. Huawei, misalnya, selaku anggota konsorsium, merahasiakan sejumlah
dokumen kontrak dan tidak mencantumkan nama serta kontak penghubung lima
kantor cabang mitra perusahaan.
Pembangunan BTS 4G Bakti Kominfo di Negeri Nalahia, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Januari 2023. Dok. Tempo
Country Public Relation and Editor-in-Chief Huawei Damar Harsanto tak bersedia
menjelaskan peran perusahaannya dalam proyek tersebut. Ia mengarahkan
permintaan wawancara Tempo kepada tim legal Huawei yang mengurusi perkara
Mukti Ali, yang juga menjadi tersangka korupsi BTS. Tapi permintaan wawancara itu
juga tak direspons.
Ia mengatakan masalah proyek berada di anak usaha Moratelindo. “Tidak relevan jika
dikaitkan dengan Sinar Mas, sebab kami tidak ikut dalam tender tersebut,” tuturnya.
Nama Hapsoro Sukmonohadi alias Happy Hapsoro memang tak muncul dalam
dokumen proyek BTS Kementerian Kominfo. Selama ini salah satu bisnis utama
Happy adalah teknologi baterai dan panel surya. Ia pemilik saham mayoritas PT Basis
Utama Prima. Akta perusahaan PT Basis Utama Prima mencantumkan Happy
memiliki 75.924 lembar saham atau hampir 99 persen.
Hapsoro Sukmonohadi alias Happy, suami Ketua DPR RI, Puan Maharani, yang fotonya tayang di berbagai media online. Tempo/ Gunawan
Wicaksono
Riky Ferdianto
Erwan Hermawan, Egi Adyatama, Fajar Pebrianto, dan Ihsan Reliubun berkontribusi dalam
penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kenduri Proyek Pemancar Internet"
Newsletter
Dapatkan Ringkasan berita eksklusif dan mendalam Tempo di inbox email Anda setiap hari dengan
Ikuti Newsletter gratis.
Sebelumnya Selanjutnya
Berita Lainnya
Siapa Saja Penikmat Proyek Menara BTS Salah Kaprah Hutan Adat
Majalah
Minggu, 28 Mei 2023 Majalah
Minggu, 28 Mei 2023