Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

DOSEN PENGAMPU :
ENDANG SUSANTI. S.T..M.T
NIDN.1017018202

KELOMPOK 3:

SAMUEL PARULIAN S
EMANUEL ESRAN PEBRI
VALENTINO HASIBUAN
PUJI SATRIA
UMAR SHUKRON HUTASUHUT

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
RIAU KEPULAUAN
KASUS PROYEK HAMBALANG

Proyek Hambalang dimulai sekitar tahun 2003. Secara kronologis, proyek ini bermula pada
Oktober Tahun 2009. Saat itu Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olah Raga) menila i perlu ada
Pusat Pendidikan Latihan dan Sekolah Olah Raga pada tingkat nasional. Oleh karenaitu, Kemenpora
memandang perlu melanjutkan dan menyempurnakan pembanugnan proyekpusat pendidikan
pelatihan dan sekolah olahraga nasional di Hambalang, Bogor. Selain itu jugauntuk
mengimplementasikan UU Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.Pada 30
Desember 2010, terbit Keputusan Bupati Bogor nomor 641/003.21.00910/BPT 2010 yang berisi Izin
Mendirikan Bangunan untuk Pusat Pembinaan dan Pengembanga n Prestasi Olahraga Nasional atas
nama Kemenpora di desa Hambalang, Kecamatan Citeureup - Bogor. Atas keberlanjutan tersebut,
maka Pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembanga n Prestasi Olahraga Nasional mulai
dilaksanakan tahun 2010 dan direncanakan selesai tahun 2012. Berdasarkan hasil perhitungan
konsultan perencana, untuk membangun semua fasilitas dan prasarana sesuai dengan master plan yang
telah disempurnakan, anggaran mencapai Rp 1,75 triliun yang sudah termasuk bangunan sport
science, asrama atlet senior, lapangan menembak, extreme sport, panggung terbuka, dan voli pasir.
Kasus Hambalang adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak
terlibat, diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum
komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud
Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya. Diketahui, tender proyek ini dipegang
oleh kontraktur dimana mereka merupakan BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang
diduga men-subtenderkan sebagian proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300M. KPK
menyatakan, dalam penyelid ikan Hambalang ada dua hal yang menjadi konsentrasi pihaknya. Yakni,
terkait dengan pengadaan pembangunan dan terkait dengan kepengurusan sertifikat tanah Hambalang.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menyatakan bahwa penyelidikan proyek
pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor mengalami peningkatan. peningkata n tersebut
terlihat dari banyaknya informasi mengenai kasus itu yang masuk ke KPK yang datang dari sejumlah
orang yang pernah dimintai keterangan oleh lembaga anti korupsi tersebut mengenai proses sertifikasi
tanah Hambalang.
Kasus Hambalang ini pertama kali diungkapkan oleh terdakwa suap proyek pembangunan
wisma atlet, M Nazaruddin. Menurut mantan Bendahara Umum Partai
Demokrat itu, Anas turut terlibat dalam proyek dengan melakukan serangkaian pertemuan yang
dihadiri Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto terkait sertifikasi tanah Hambalang.
Bukan hanya itu, Nazaruddin juga menuding bahwa Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng
turut terlibat dalam proyek ini.

Kasus proyek hambalang merupakan kejahatan korupsi “berjamaah” yang terorganisasi. Tahapan
korupsi dilakukan sejak dalam penganggaran, lelang, hingga pelaksanaan kegiatan pengadaan. Jamak
diketahui bahwa setiap proyek infrastruktur yang dibiayai negara tidak pernah luput dari prakti suap
menyuap. Munculnya istilah fee atau uang lelah dikalangan DPR memperkuat dugaan praktek ini
terjadi.
Korupsi proyek Hambalang adalah korupsi terstruktur. Semua pihak uang disebutkan didalam audit
menjalankan peranannya masing- masing.

PEMBAHASAN KASUS

Dimulai dari penyiapan lahan untuk pembangunan, termasuk perizinan, persetujuan teknis pengadaan
(lelang dan kontrak tahun jamak), pencairan anggaran, hingga penetapan pemenang lelang yang
dilakukan diluar prosedur baku.
Korupsi secara bersama-sama dalam Proyek Hambalang menunjukan tipe korupsi yang terorganisasi.
Kelompok penguasa berkolaborasi dengan kepentingan bisnis melakukan kejahatan. Modus kejahatan
korupsi semacam ini hanyalah modifikasi dan replikasi kejahatan korupsi Orde Baru. Dari data
diketahui tercatat total loss atau jumlah kerugian negara dalam kasus mega proyek di Bukit
Hambalang, Sentul, Bogor mencapai Rp 463,66 Miliar.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) menjatuhkan vonis hukuman 4 tahun penjara, dan denda
Rp 200 juta serta subsidar 2 bulan kurungan kepada mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora)
Andi Mallarangeng dalam kasus tindak pidana korupsi proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah
Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang, Bogor.
Menurut hakim ketua Haswandi terdakwa Andi Mallarangeng terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-samaDalam putusan tersebut, hakim ketua menilai
Andi dengan sengaja telah menyalahgunakan kewenangannya sebagai Menpora dalam pengurusan
proyek Hambalang.Dimana sebagai Menpora, Andi adalah pengguna anggaran sekaligus pemegang
otoritas kekuasaan pengelolaan keuangan negara di Kemenpora serta memiliki kewajiban untuk
melakukan pengawasan pelaksanaan anggara
Atas perbuatan tersebut Andi telah menguntungkan pihak lain,Proyek P3SON telah merugikan
keuangan negara Rp 464,391 miliar.Andi melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU No 20 Tahun 2001 jo Pasal 55
ayat (1) ke 1 jo Pasal 65 ayat (1) KUHPidana.
Selain itu, Majelis Hakim menilai, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng, telah
memberi keleluasaan terhadap adiknya Choel Mallarangeng untuk berhubungan dengan pejabat
Kemenpora.Sehingga Choel ikut terlibat dalam pengurusan proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan
Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON).
Dalam putusan juga disebutkan, bahwa Andi telah memberikan kemudahan akses kepada Choel
Mallarangeng di kantor Kemenpora.Kemudahan akses tersebut seperti adanya Keleluasaan bagi Choel
untuk menggunakan ruang kerj a Andi di lantai 10 gedung Kemenpora untuk melakukan pertemuan
dengan pejabat Kemenpora dan calon pemenang.Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
juga menyebutkan membengkaknya anggaran proyek pembangunan Hambalang, disebabkan oleh
keinginan Andi Mallarangeng untuk menguba h konsep bangunan Majelis hakim mengatakan Andi
Mallarangeng telah memerinta hkan Sesmenpora Wafid Muharam untuk melakukan pemaparan proyek
dengan desain master plan baru.
Kemudian dilakukan pertemuan membahas perombakan design baru seperti konsep bangunan, luas
tanah dan gedung, yang berlangsung di lantai 10 Gedung Kemenpora. Dalam pertemuan tersebut
dihadiri oleh Wafid, Deddy Kusdinar, Rio Wilarso, Lisa Lukitawati Isa, Muhammad Arifin, Asep
Wibowo dan Anggraeni Dewi Kusumastuti.Akibatnya, anggaran proyek Hambalang yang semula Rp
125 miliar terus bertambah. Hingga tahun 2010, anggaran tersebut meningkat mencapai Rp 275 miliar.
Namun, pada akhirnya anggaran tersebut membengkak drastis menjadi total Rp 2,5 triliun, sehingga
negara mendapat kerugian keuangan negara senilai Rp 464,391 miliar.
Tersangka dalam kasus Provek Hambalang :

3 Desember2012 □ KPK menjadikan tersangka Andi Alfian Mallarangeng dalam posisinya sebagai
Menpora dan pengguna anggaran.
Pada 2010-2011 mencairkan uang pembayaran kepada Kerja Sama Operasi (KSO) PT Adhi Karya-PT
Wijaya Karya senilai Rp 471 miliar.
Selain itu, KPK juga mencekal Zulkarnain Mallarangeng, adik Andi, dan M. Arif Taufikurrahman,
pejabat PT Adhi Karya
5 Juli 2012 □ KPK menjadikan tersangka Dedi Kusnidar, Kepala Biro Keuangan dan Rumahtangga
Kemenpora. Dedi disangkakan menyalahgunakan wewenang sebagai pejabat pembuat komitmen
proyek.
22 Februari 2013 □ Anas Urbaningrum dijadikan sebagai tersangka. Anas diduga menerima gratifikasi
berupa barang dan uang, terkait dengan perannya dalam proyek Hambalang.

- Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum (Rp 2,2 miliar)
- Direktur Utama Dutasari Mahfud Suroso (Rp 28,8 miliar).
- Lisa Lukitawati. Sebagai Direktur dari CV Rifa Medika
- Andi Zulkarnain Anwar alias Andi Zulkarnain Mallarengeng alias Choel. Sebagai Presiden Direktur
PR FOX Indonesia.
- Mantan Ketua Komisi Olahraga DPR Mahyudin (Rp 500 juta).
- Anggota Badan Anggaran DPR Olly Dondokambey (Rp 2,5 miliar).
- Mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto (Rp 3 miliar).
- Mantan Sekretaris Kementerian Olahraga Wafid Muharam (Rp 6,5 miliar).
- Muhammad Nazaruddin. Muhammad Nazaruddin dipilih sebagai anggota Banggar DPR periode
2009-2014 dari Fraksi Partai Demokrat dan pada tahun 2010 diangkat Bendahara Umum Partai
Demokrat.
- Mantan Direktur Operasi Adhi Karya, Teuku Bagus M. Noor (Rp 4,5 miliar).
- M Arief Taufiqurahman (sebagai Manajer Pemasaran sekaligus Fasilitator dari Teuku Bagus
Mokhamad Noor)
- Muhammad Tamzil (Fasilitator dari Teuku Bagus Mokhamad Noor dan M Arief Taufiqurahman)
- Indrajaja Manopol ( Sebagai Direktor Operasi)
- Beberapa pejabat Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 135 juta).
Saat Menpora dijabat Andi Alfian Mallarangeng, proyek Hambalang terealisasi. Tender pun dilakukan.
Pemenangnya adalah PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya. Anas Urbaningr um diduga mengatur
pemenangan itu bersama Muhammad Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan
teman dekat Anas, Mahfud Suroso. Masalah sertifikasi juga berhasil diselesaikan.

Pemenangan dua perusahaan BUMN itu ternyata tidak gratis. PT Dutasari Citralaras menjadi
subkontraktor proyek Hambalang dan mendapat jatah senilai Rp 63 miliar. Perusahaan yang dipimpin
Mahfud itu dikomisarisi oleh Athiyyah Laila, istri Anas. Selain itu, PT Adhi Karya juga
menggelontorkan dana terima kasih senilai Rp 100 miliar. Setengah dana itu dipakai untuk
pemenangan Anas sebagai Ketua Partai Demokrat dan sisanya dibagi-bagika n oleh Mahfud kepada
anggota DPR RI, termasuk kepada Menpora Andi Mallarangeng. Selain itu, Anas juga mendapatkan
gratifikasi berupa mobil Toyota Harrier dari Nazar.
Dari pihak subkontraktor :
1. PT Global Daya Manunggal
Mendapat kontrak pekerjaan struktur dan arsitektur asrama junior dan gedung serbaguna senilai Rp
142,4 miliar. Perusahaan ini telah menerima pembayaran Rp 60,2miliar. Dari Global dana mengalir
ke:
• Mantan Menteri Olahraga Andi Alifian Mallarangeng (Rp 4 miliar dan US$ 550 ribu).
• Adik Menpora, Andi Zulkarnain Mallarangeng (Rp 4 miliar).
• Mantan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Olahraga Deddy Kusdinar (Rp 250 juta).
2. PT Dutasari Citralaras
Mendapat kontrak pekerjaan mekanikal elektrikal dan penyambungan listrik PLN senilai Rp 328
miliar. Perusahaan ini telah mendapat pembayaran Rp 170,3 miliar. Tidak disebutkan aliran dana dari
perusahaan milik istri Anas Urbaningrum, AthiyyahLaila ini
Faktor Penyebab Internal

1. Sifat serakah/tamak/rakus manusia


Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang selalu tidak merasa cukup atas apa yang dimiliki,
selalu ingin lebih. Dengan sifat tamak, seseorang menjadi berlebihan mencintai harta. Padahal bisa jadi hartanya
sudah banyak atau jabatannya sudah tinggi. Dominannya sifat tamak membuat seseorang tidak lagi
memperhitungkan halal dan haram dalam mencari rezeki. Sifat ini menjadikan korupsi adalah kejahatan yang
dilakukan para profesional, berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan.

2. Gaya hidup konsumtif


Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor pendorong internal korupsi. Gaya hidup
konsumtif misalnya membeli barang-barang mewah dan mahal atau mengikuti tren kehidupan perkotaan yang
serba glamor. Korupsi bisa terjadi jika seseorang melakukan gaya hidup konsumtif namun tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai.

3. Moral yang lemah


Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Aspek lemah moral misalnya
lemahnya keimanan, kejujuran, atau rasa malu melakukan tindakan korupsi. Jika moral seseorang lemah, maka
godaan korupsi yang datang akan sulit ditepis. Godaan korupsi bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahan,
atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk melakukannya.

Faktor Penyebab Eksternal

1. Aspek Sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong terjadinya korupsi, terutama keluarga. Bukannya
mengingatkan atau memberi hukuman, keluarga malah justru mendukung seseorang korupsi untuk memenuhi
keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya adalah nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung korupsi.
Misalnya, masyarakat hanya menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya atau terbiasa memberikan
gratifikasi kepada pejabat.

Dalam means-ends scheme yang diperkenalkan Robert Merton, korupsi merupakan perilaku manusia yang
diakibatkan oleh tekanan sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma. Menurut teori Merton, kondisi
sosial di suatu tempat terlalu menekan sukses ekonomi tapi membatasi kesempatan-kesempatan untuk
mencapainya, menyebabkan tingkat korupsi yang tinggi.
Teori korupsi akibat faktor sosial lainnya disampaikan oleh Edward Banfeld. Melalui teori partikularisme, Banfeld
mengaitkan korupsi dengan tekanan keluarga. Sikap partikularisme merupakan perasaan kewajiban untuk
membantu dan membagi sumber pendapatan kepada pribadi yang dekat dengan seseorang, seperti keluarga,
sahabat, kerabat atau kelompoknya. Akhirnya terjadilah nepotisme yang bisa berujung pada korups

2. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar menjadi faktor eksternal penyebab korupsi.
Tujuan politik untuk memperkaya diri pada akhirnya menciptakan money politics. Dengan money politics,
seseorang bisa memenangkan kontestasi dengan membeli suara atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota
partai politiknya.

Pejabat yang berkuasa dengan politik uang hanya ingin mendapatkan harta, menggerus kewajiban utamanya yaitu
mengabdi kepada rakyat. Melalui perhitungan untung-rugi, pemimpin hasil money politics tidak akan peduli nasib
rakyat yang memilihnya, yang terpenting baginya adalah bagaimana ongkos politiknya bisa kembali dan berlipat
ganda.

Balas jasa politik seperti jual beli suara di DPR atau dukungan partai politik juga mendorong pejabat untuk
korupsi. Dukungan partai politik yang mengharuskan imbal jasa akhirnya memunculkan upeti politik. Secara rutin,
pejabat yang terpilih membayar upeti ke partai dalam jumlah besar, memaksa korupsi.
4. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di antaranya tingkat pendapatan atau gaji yang
tak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Fakta juga menunjukkan bahwa korupsi tidak dilakukan oleh mereka yang
gajinya pas-pasan. Korupsi dalam jumlah besar justru dilakukan oleh orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi.

Banyak kita lihat pemimpin daerah atau anggota DPR yang ditangkap karena korupsi. Mereka korupsi bukan
karena kekurangan harta, tapi karena sifat serakah dan moral yang buruk.
Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik, kekuasaan negara dirangkai sedemikian rupa agar menciptakan
kesempatan-kesempatan ekonomi bagi pegawai pemerintah untuk meningkatkan kepentingan mereka dan
sekutunya. Kebijakan ekonomi dikembangkan dengan cara yang tidak partisipatif, tidak transparan dan tidak
akuntabel.

5. Aspek Organisasi

Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi tempat koruptor berada. Biasanya, organisasi ini
memberi andil terjadinya korupsi, karena membuka peluang atau kesempatan. Misalnya tidak adanya teladan
integritas dari pemimpin, kultur yang benar, kurang memadainya sistem akuntabilitas, atau lemahnya sistem
pengendalian manajemen.

Mengutip buku Pendidikan Antikorupsi oleh Eko Handoyo, organisasi bisa mendapatkan keuntungan dari korupsi
para anggotanya yang menjadi birokrat dan bermain di antara celah-celah peraturan. Partai politik misalnya,
menggunakan cara ini untuk membiayai organisasi mereka. Pencalonan pejabat daerah juga menjadi sarana bagi
partai politik untuk mencari dana bagi kelancaran roda organisasi, pada akhirnya terjadi money politics dan
lingkaran korupsi kembali terjadi.
3. Kelemahan system hukum dan politik
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi perundang-undangan dan lemahnya
penegakan hukum. Koruptor akan mencari celah di perundang-undangan untuk bisa melakukan aksinya. Selain itu,
penegakan hukum yang tidak bisa menimbulkan efek jera akan membuat koruptor semakin berani dan korupsi
terus terjadi.

Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk hukum yang tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya
multitafsir, dan ada kecenderungan hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sanksi yang tidak
sebanding terhadap pelaku korupsi, terlalu ringan atau tidak tepat sasaran, juga membuat para pelaku korupsi tidak
segan-segan menilap uang negara.

Agar kasus tidak terjadi lagi

1. melibatkan para ahli di bidang masing-masing sehingga hasil komprehensif

2. menyusun jadwal dan tahapan audit teknis sehingga KPK dan BPKP dapat mendampingi dengan
seksama,Harapanya agar setiap kinerja terukur

3.memperhatikan kondisi dan kualitas pekerjaan, antara lain evaluasi soal Amdal, IMB, dan izin lain.

Anda mungkin juga menyukai