Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KASUS FRAUD PENGADAAN BARANG DAN JASA

(KASUS KORUPSI JALAN NASIONAL LAMPUNG)

OLEH :

PUTU ARIANTI LESTARI

NIM. 206602032

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI
2023
1. KASUS JALAN NASIONAL LAMPUNG
Dirreskrimsus Polda Lampung, Kombes Arie Rachman Nafarin
mengatakan, kasus berawal pada tahun anggaran 2018-2019 Kementerian
PUPR Dirjen Bina Marga Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V Satker
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah Provinsi Lampung melaksanakan
pengadaan barang-jasa pada pekerjaan konstruksi jalan dengan nilai kontrak Rp
143,050 miliar oleh PT Usaha Remaja Mandiri. Proyek sepanjang 50,1 km itu
membentang dari Lampung Selatan ke Lampung Timur.

Dalam perjalanan perkara itu, polisi sudah memeriksa 60 saksi terdiri dari
27 orang Balai Jalan Wilayah I Lampung, 33 pihak swasta dan empat saksi ahli
baik kontruksi, hukum pidana, pengadaan barang jasa dan BPK. Polisi juga
menggeladah dan minyita sejumlah barang bukti, cek fisik jalan bersama ahli
konstruksi, permintaan penghitungan kerugian keuangan negara ke BPK RI,
koordinasi dengan JPU dan pelimpahan berkas perkara ke Kejaksaan Tinggi
Lampung. "Hasil penyidikan, kami sudah menetapkan empat tersangka. Modus
mereka ini mengurangi volume pekerjaan dan material aspal yang dipakai tidak
sesuai spesifikasi," tuturnya.
"Berdasarkan hasil perhitungan kerugian keuangan negara dari BPK RI
didapat kerugian negara sebesar Rp 29,216 miliar," beber Arie. Dalam kasus
ini, kata dia, polisi berhasil menyelamatkan kerugian negara sebesar rp 12,29
miliar. Uang itu ada yang disita dari para tersangka, ada juga yang langsung
disetor ke kas negara setelah temuan BPK.

Para tersangka dijerat dengan UU Antikorupsi. Mereka terancam hukuman


maksimal seumur hidup dan denda paling banyak Rp 1 miliar. Adapun
pelimpahan tahap dua berkas perkara ini akan dilaksanakan pada Januari 2023.
A. Analisis Penyebab Kasus
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan banyak
jalan rusak di Provinsi Lampung dan berbagai daerah lainnya karena APBD
banyak digunakan untuk belanja pegawai ketimbang untuk belanja modal,
termasuk untuk pemeliharaan jalan. "Sebetulnya, persoalan pembangunan
infrastruktur, kualitas infrastruktur, saya yakin tidak hanya di wilayah
Lampung, di banyak daerah itu juga pembangunan infrastruktur itu juga
sangat memprihatinkan, dari sisi kualitasnya, termasuk juga dari sisi
penganggarannya juga," ujar Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata
kepada wartawan di Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada
Kav 4, Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (17/5).
Alex mengatakan, banyak kepala daerah termasuk Gubernur
Lampung Arinal Djunaidi yang menyatakan bahwa anggaran untuk
pembangunan infrastruktur sedikit. "Ya kita lihat, sebetulnya APBD itu ya
sebagian besar itu terserap untuk belanja pegawai, jadi belanja modalnya itu
sangat sedikit, apalagi yang untuk membangun infrastruktur yang baru,
untuk pemeliharaannya saja sangat terbatas," kata Alex. Untuk itu kata
Alex, hal tersebut harus menjadi perhatian pemerintah dalam hal
penggunaan APBD, yang seharusnya diutamakan belanja-belanja
kebutuhan yang menyangkut kepentingan masyarakat.
“Kalau dilihat itu kan belanja pegawai seolah-olah hanya gaji dan
tunjangan saja, tetapi di luar itu ternyata banyak, honor-honor itu masih ada
di banyak daerah itu, jadi ini yang harus ditertibkan. Supaya apa? Supaya
anggaran untuk pembangunan, pemeliharaan infrastruktur itu juga ya harus
lebih besar. Karena itu yang sebetulnya yang dibutuhkan masyarakat. Selain
dari sisi kualitas, dan juga utamanya fee proyek, ada pungutan, dan lain
sebagainya," pungkas Alex.
Direktur Ditkrimsus Polda Lampung, Komisaris Besar Mestron
Siboro mengatakan, kasus dugaan korupsi itu melibatkan PT Usaha Remaja
Mandiri (PT URM). "Dugaan korupsi ini pada kegiatan pekerjaan
konstruksi preservasi Jalan Ir Sutami sampai ke Simpang Sribhawono tahun
2018 - 2019," kata Mestron di Mapolda Lampung, Senin (12/4/2021).
Mestron menambahkan, berdasarkan estimasi sementara dari hasil
penyidikan, diketahui kerugian negara mencapai Rp 65 miliar. "Ini baru
estimasi dari penyidik. Untuk jumlah yang real masih dalam penghitungan
BPK RI," kata Mestron. Menurut Mestron, korupsi dalam pekerjaan
konstruksi jalan negara itu diduga terjadi karena dilakukan tidak sesuai
kontrak kerja. "Penyelidikan kita mulai sejak tanggal 6 Oktober 2020.
Penyelidikan memakan waktu sekitar 4 bulan, kita temukan indikator kuat
pekerjaan tidak sesuai ketentuan. Selanjutnya, dilakukan penyidik dengan
diterbitkan 4 laporan polisi (LP) hingga Maret 2021," kata Mestron.

B. Analisis Pencegahan
1. Membangun Struktur Pengendalian Intern Yang Baik
Agar tujuan yang telah ditetapkan top manajemen dapat dicapai,
keamanan harta perusahaan terjamin dan kegiatan operasi bisa dijalankan
secara efektif dan efisien,manajemen perlu mengadakan struktur
pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah kecurangan.
2. Mengefektifkan Aktivitas Pengendalian
Dengan cara review kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik,
pemisahan tugas.
3. Meningkatkan Kultur Organisasi
Agar dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja
secara efisien,menghasikan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi parapemegang saham maupun masyarakat sekitar
secara keseluruhan meningkatkan kultur organisasi sangat diperlukan.
4. Mengefektifkan Fungsi Internal Audit
Dengan contoh menetapkan kebijakan perusahaan terhadap
pemberian-pemberiandari luar harus diinformasikan dan dijelaskan pada
orang-orang yang dianggap perluagar jelas mana yang hadiah dan mana
yang berupa sogokan dan mana yang resmi.
C. Analisis Rekomendasi atau Solusi
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bersama dengan
K/L/D/I mengadakan rapat bertemakan Koordinasi Pelakasaan Inpres No.7
Tahun 2015 tentang aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi. Rapat yang
diadaakan pada Jumat (10/07), di gedung Oryza Bulog, Jakarta, ini bertujuan
untuk mensosialisasikan Peraturan Kepala LKPP No. 14 tahun 2015 sebagai
payung hukum e-katalog dan e-purchasing.

Salusra Widya selaku Sestama LKPP dalam sambutannya menyampaikan


bahwa sistem pembayaran secara langsung atau e-purchasing merupakan
salah satu usaha pemerintah dalam pencegahan korupsi dan penyimpangan
dalam pengadaan barang/jasa. “Sistem pembayaran secara langsung atau e-
purchasing merupakan salah satu usaha pemerintah dalam pencegahan
korupsi dan penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa. E-purchasing
dengan memanfaatkan e-katalog LKPP juga dapat mempercepat proses
pengadaan dan tetap menghasilkan akuntabilitas yang baik sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.” Jelasnya.
Selain itu,
Selain itu, Solusi lainnya yakni menggunakan aplikasi SIMDA yang
berperan meminimalisir terjadinya fraud pada pengadaan barang dan jasa.
Pelatihan moral juga diperlukan untuk mengurangi Tingkat fraud.

Anda mungkin juga menyukai