Anda di halaman 1dari 21

TINJAUAN HAK ASASI MANUSIA PADA EFEKTIFITAS

PELAYANAN PRIMA PADA PEMBUATAN SURAT


KETERANGAN CATATAN KEPOLISIAN (SKCK) DI
POLRES KUDUS

BUDIANTO

Abstrak
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 13 Nomor 2 tahun 2002 salah satu tugas
pokok Kepolisian yaitu memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat. salah satunya yaitu pelayanan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kualitas Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan
Catatan Kepolisian Dilihat Dari Aspek Tangible Pada Kantor Kepolisian Polsek Murung
Pudak Kabupaten Tabalong. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu petugas kepolisian yang menangani
layanan SKCK serta masyarakat pegguna jasa layanan SKCK. Teknik pengumpulan data
penelitian menggunakan teknik pemberian angket, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis
data menggunakan tahapan pemeriksaan akan kelengkapan jawaban, tally dan penghitungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan SKCK sudah berjalan dengan cukup baik
serta dapat dengan mudah diterima masyarakat. Dengan demikian, dengan menggunakan
teori Parasuraman, Berry dan Zeithaml (Satibi, 2012:80) yaitu kualitas layanan dilihat dari
aspek Tangible yang meliputi 7 indikatoryaitu penampilan petugas/aparatur dalam melayani
pelanggan, kenyamanan tempat melakukan pelayanan, kemudahan dalam proses pelayanan,
kedisiplinan petugas/aparatur dalam melakukan pelayanan, kemudahan akses pelanggan
dalam permohonan pelayanan, penggunaan alat bantu dalam pelayanan dan fasilitas pelayanan
yang disediakan sudah memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu berjalan dengan cukup baik
dengan persentase sebesar 47.09%.
Kata kunci: Kualitas, Pelayanan, SKCK, Aspek Tangible.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan publik merupakan salah satu fungsi dari organisasi pemerintah
sebagai bentuk dalam memberikan kebutuhan masyarakat. Organisasi
pemerintah selalu dituntut untuk memberikan pelayanan yang maksimal
terhadap masyarakat maupun organisasi itu sendiri. Pelayanan yang maksimal
bisa menjadikan organisasi tersebut dapat melaksanakan tujuan yang telah
ditetapkan, dan jika hasilnya baik bisa dikatakan organisasi tersebut telah efektif.
Seiring berkembangnya ilmu dan teknologi, organisasi pemerintah harus bisa
menyesuaikan perkembangan yang sedang terjadi dan terus melakukan evaluasi
guna dapat memberikan kinerja dan pelayanan yang baik.
Menurut UU No.25 Tahun 2009, pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Salah satu organisasi pemerintah yang
memberikan pelayanan publik adalah Kepolisian Republik Indonesia (POLRI).
Sesuai dengan fungsi polisi yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang No 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyebutkan
bahwa fungsi polisi adalah melayani, sebagai penegak hukum, dan mengayomi
masyarakat.
Pelayanan publik pada hakekatnya adalah pemberian pelayanan prima
kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah
sebagai abdi masyarakat namun kondisi di masyarakat menunjukan bahwa
pelayanan publik dalam bentuk pelayanan administrasi kepolisian khususnya
dalam hal pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) belum
sepenuhnya berjalan dengan baik dan masih ditemui hambatan. Pada era
globalisasi ini yang penuh tantangan dan peluang, dimana aparatur negara
sebagai pelayan masyarakat yang memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Pelayanan yang di berikan masyarakat selalu menuntut pelayanan yang
berkwalitas dari aparatur negara yang di lakukan secara transparan dan
akuntabilitas. Pelayanan publik di bidang administrasi kepolisian merupakan
salah satu pelayanan publik yang di laksanakan oleh kepolisian dalam rangka
melayani masyarakat yang meliputi tugas dan fungsi, mendaftarkan dan
menerbitkan SKCK, SIM (surat ijin mengemudi), STNK (surat tanda nomor
kendaraan) dan lain sebagainya. Kewenangan dan tugas pelayanan kepolisian di
atur dalam undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan wewenanganya pejabat
polri harus senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan
norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan mengutamakan tindakan pencegahan.
Salah satu fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh
aparatur pemerintah adalah pelayanan publik. Fungsi pelayanan publik ini sangat
penting bahkan peranannya sangat besar karena menyangkut kepentingan
umum, bahkan kepentingan rakyat secara keseluruhan. Menurut UU Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan Kecamatan dibentuk di
wilayah kabupaten / kota dengan peraturan daerah yang berpedoman pada
Peraturan Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan
tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota
untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Kondisi umum
penyelenggaraan pelayanan publik di Propinsi Jawa Timur, masih dihadapkan
pada sistem pelayanan dari aparatur pemerintah yang belum maksimal dalam
pelayanan publik yang efektif dan efisien. Hal ini terlihat dari masih banyaknya
keluhan dan pengaduan dari masyarakat, baik secara langsung maupun melalui
media massa tentang rendahnya kualitas pelayanan publik yang diterima
masyarakat, prosedur yang berbelit – belit, tidak ada kepastian jangka waktu
tentang penyelesaian, besarnya biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang
tidak transparan, sikap petugas yang tidak responsif, dan lain – lain adalah
indikator rendahnya kualitas penyelenggaraan pelayanan publik saat ini. Salah
satu kerja struktur birokrasi dilihat di Polres Kudus dalam hal ini aparatur
pemerintah Polsek tersebut melaksanakan tugasnya dalam memberikan
pelayanan pengurusan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Surat
Keterangan Catatan Kepolisian sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam hal ini
Surat Keterangan Catatan Kepolisian wajib dimiliki setiap orang.
Pada dasarnya sistem administrasi kepolisian merupakan sub sistem dari
sistem administrasi Negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintah
dan pembangunan penyelenggarakan administrasi kepolisian, peningkatan
kesadaran penduduk dan kewajibanya untuk berperan serta dalam pelaksanaan
administrasi kepolisian sistem administrasi kepolisian guna meningkatkan
pemberian pelayanan publik tanpa diskriminasi. Pelayanan masyarakat dapat di
kategorikan efektif apabila masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan
dengan prosedur yang singkat, cepat, tepat dan memuaskan. Keberhasilan
meningkatkan efektifitas pelayanan umum ditentukan oleh faktor kemampuan
kepolisian dalam meningkatkan displin kerja aparat pelayanan. Khususnya
POlres Kudus untuk mewujudkan displin kerja perangkat kepolisian dalam
upaya peningkatan efektivitas pelayanan. Masalah nyata proses pelayanan
umum, terutama pengurusan serta pengantar pembuatan Surat Keterangan
Catatan Kepolisisan (SKCK), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Surat
Keterangan Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK), dirasakan masih berbelit dan tak
terkendali secara efektif. Eksistensi efektifitas pelayanan kepolisian ini di
asumsikan karena pengaruh tingkat disiplin kerja aparat kepolisian, sedangkan
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui terhadap efektifitasnya dalam
pelayanan pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) khususnya
di Polres Kudus.
Kemajuan teknologi yang sangat cepat mengharuskan instansi mengikuti
perkembangan teknologi, untuk suatu instansi membutuhkan suatu system
informasi yang mendukung kebutuhan instansi pemerintah dalam menciptakan
efisiensi dan efektifitas kerja maupun dalam meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Perkembangan teknologi informasi maupun komunikasi
menghasilkan manfaat positif bagi kehidupan manusia dan memberikan banyak
kemudahan bertransaksi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
juga dapat membantu manusia dalam menjalankan aktivitasnya, karena segala
kegiatan dapat dilakukan dengan cepat, murah dan tepat sehingga produktivitas
kerja akan meningkat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
memperlihatkan bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada
teknologi ini, seperti dalam dunia pemerintahan (e-goverment).
Untuk pembuatan SKCK baru, diharuskan mengisi formulir,
menyerahkan surat pengantar dari Kelurahan, dan lain-lain, sehingga akan
menyita waktu lama. Permasalahan tesebut terjadi karena belum ada
penyimpanan data pemohon SKCK yang terkomputerisasi dengan baik. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dibuat Aplikasi Pembuatan SKCK
online yang mudah dioperasikan. Pemohon maupun petugas pembuat SKCK
akan merasakan manfaat aplikasi ini. Dengan Aplikasi ini, maka proses
pembuatan SKCK menjadi lebih praktis dan lebih efisien. Sistem ini dapat
membantu dan memudahkan pekerjaan petugas sehingga prosesnya menjadi
lebih cepat selesai. Petugas memperoleh informasi langsung dari data
kriminalitas, sehingga tidak ada waktu tunggu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan hak asasi manusia dalam efektivitas pelayanan prima
pada pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres
Kudus ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam efektivitas pelayanan prima pada
pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres Kudus?
3. Bagaimana upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam efektivitas
pelayanan prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK) di Polres Kudus?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dan mengetahui tinjauan hak asasi manusia dalam efektivitas
pelayanan prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK) di Polres Kudus.
2. Menganalisis dan mengetahui kendala yang dihadapi dalam efektivitas
pelayanan prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK) di Polres Kudus.
3. Menganalisis dan mengetahui upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam
efektivitas pelayanan prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) di Polres Kudus.
D. Manfaat Penelitian
Menambah dan memperkaya koleksi karya - karya ilmiah yang dapat dijadikan
sebagai literatur atau acuan bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian
mengenai tinjauan hak asasi manusia dalam efektivitas pelayanan prima pada
pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres Kudus.

METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis empiris atau dapat disebut dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji
ketentuan hukum yang berlaku dengan apa yang terjadi dalam kenyataannya di
masyarakat/di lapangan1. Memberikan gambaran mengenai efektivitas pelayanan
prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres
Kudus ditinjau dari aspek Hak Asasi Manusia.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana
peneliti merupakan instrumen kunci.
C. Sumber Data
1. Data Primer
1
Bambang Waluyo. 2002. Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, halaman 15.
Keterangan yang secara langsung diperoleh dari di Wilayah Hukum Polres
Kudus.
2. Data Sekunder
Keterangan-keterangan yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan, dalam
hal ini mengacu pada literature, perundang-undangan, yang kemudian
dibedakan menjadi2:
a. Bahan hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang diperoleh dari
perundang-undangan.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan bahan hukum primer dan sekunder. Seperti, kamus hukum
dan ensikopledia.
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara yaitu suatu acara memperoleh informasi langsung dari Polres
Kudus tentang pelayanan prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) di Polres Kudus ditinjau dari aspek Hak Asasi Manusia.
b. Studi pustaka, yaitu dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan arsip-arsip yang ada yang sesuai dengan materi
yang peneliti bahas.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dengan menggunakan
metode analisis deskriptif yang memaparkan secara jelas dengan kalimat-kalimat
untuk menjawab perihal birokrasi Polri dalam melakukan pelayanan prima pada

2
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia - Press, Jakarta.2008.
Hal 72
pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres Kudus
ditinjau dari aspek Hak Asasi Manusia.3

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Polri


Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan
Polri dalam kaitannya dengan Pemerintahan adalah salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat, yang bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
tertib dan tegaknya hukum, terselenggranya perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia.
Dalam kaitannya dengan kehidupan bernegara  Polri merupakan alat
negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri. Agar dalam melaksanakan fungsi
dan perannya  diseluruh wilayah negera Republik Indonesia atau yang
dianggap sebagai wilayah negara republik Indonesia tersebut dapat berjalan
dengan efektif dan effisien, maka wilayah negara Republik Indonesia dibagi
dalam daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa Kepolisian
adalah segala hal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisisesuai

3
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Grafindo Persada,
Jakarta,1996 Hal 42
dengan peraturan perundang-undangan. Istilah kepolisian dalam Undang -
Undang ini mengandung dua pengertian, yakni fungsi polisi dan lembaga
polisi. Dalam Pasal 2 Undang - Undang NO. 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian sebagai salah satu
fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayan kepada
masyarakat. Sedangkan lembaga kepolisian adalah organ pemerintah yang
ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan
fungsinya berdasarkan peraturan perundang – undangan selanjutnya Pasal 5
Undang - Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia menyebutkan bahwa:
1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertibanmasyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.
2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang
merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)4
Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 13
Undang - Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah :
a. Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat ( Pasal 13 Undang – Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia)

4
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi juga memiliki tugas -
tugas tertentu sebagaiman a tercant um dalam Pasal 14 ayat (1) Undang –
Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
2) Menyelenggaran segala kegiatan dalam menjamin keamanan ketertiban
dan kelancaran lalu lintas di jalan;
3) Membina masyarakat untuk meningkatkan parsipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan;
4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentukbentuk
pengamanan swakarsa;
7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;
8) Menyelenggarakan indentifiksi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingn tugas
kepolisian;
9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia;
10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan
dalam lingkungan tugas kepolisian; serta
12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
yang dalam pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah 5
Dari tugas - tugas polisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
tugas polisi ada dua yaitu tugas untuk memelihara keamanan, ketertiban,
menjamin dan memelihara keselamatan negara, orang, benda dan masyarakat
serta mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap
peraturan negara. Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif dan tugas
yang kedua adalah tugas represif. Tugas ini untuk menindak segala hal yang
dapat mengacaukan keamanan masyarakat, bangsa, dan negara.
Peranan kepolisian di masyarakat adalah mitra yang saling
membutuhkan, Polisi di negeri ini mempunyai fungsi dalam struktur
kehidupan masyarakat sebagai pengayom masyarakat, penegak hukum,
yaitu “mempunyai tanggung jawab khusus untuk memelihara ketertiban
masyarakat dan menangani kejahatan, baik dalam bentuk tindakan
terhadap pelaku kejahatan maupun dalam bentuk upaya pencegahan
kejahatan agar para anggota masyarakat dapat hidup dan bekerja dalam
keadaan aman dan tenteram.” Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan polisi
adalah berkenaan dengan masalah-masalah sosial, yaitu berkenaan dengan
sesuatu gejala yang ada dalam kehidupan sosial dan sesuatu masyarakat
yang dirasakan sebagai beban atau gangguan yang merugikan para anggota
masyarakat tersebut.

Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat setempat yaitu tempat


dimana gejala - gejala sosial tersebut terwujud, maupun masyarakat luas
dimana masyarakat tersebut menjadi bagiannya, baik masyarakat lokal
maupun masyarakat nasional.6 Pengertian masyarakat juga mencakup
pengertian administrasi pemerintahannya atau tokoh-tokoh masyarakatnya
yang dianggap mewakili kepentingan kesejahteraan masyarakat yang
5
Pasal 14 ayat (1) Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
6
https://www.academia.edu/12442266/peranan_kepolisian_di_masyarakat diakses pada 1 Juni 2022
bersangkutan. Ringkasnya, peranan polisi dalam menegakkan hukum dan
melindungi masyarakat dari berbagai gangguan rasa tidak aman dan
kejahatan adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Baik melindungi
warga masyarakat maupun melindungi berbagai lembaga dan pranata
sosial, kebudayaan dan ekonomi yang produktif. Pada dasarnya hubungan
Polri dengan warga masyarakat terbagi dalam tiga kategori :

a. Posisi seimbang atau setara, dimana polisi dan masyarakat menjadi


mitra yang saling bekerja sama dalam rangka menyelesaikan
berbagai masalah sosial yang terjadi di masyarakat;
b. Posisi polisi yang dianggap masyarakat sebagai mitranya, sehingga
beberapa kebutuhan rasa aman harus dipahami dan dipenuhi
c. Posisi polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat,
sekaligus sebagai aparat penegak hukum yang dapat dipercaya

Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia memuat tugas pokok Polri yaitu
memelihara keamanan dan ketertiban, menegakkan hukum, serta
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat, untuk itu Polri dituntut harus senantiasa tampil simpatik dan
menyenangkan hati masyarakat, sedangkan dalam tugas penegakan
hukum Polri harus tegas terukur.7Kepada polisi diberikan peran tertentu
yang tidak diberikan kepada orang lain. Kepadanya diberikan kekuatan
dan hak yang tidak diberikan kepada orang biasa. Oleh karena
keistimewaan tersebut, kepada polisi dihadapkan tuntutan-tuntutan yang
tidak diminta dari warga negara biasa. Polisi harus berani menghadapi
bahaya dan kekerasan, sedang rakyat dibenarkan menghindari bahaya
tersebut. Sebagai manusia biasa, polisi akan menghadapinya dengan
perasaan takut, marah, kecurigaan, dibanding dengan orang lain pada
pekerjaan yang berbeda. Polisi dituntut untuk memberikan respon
7
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri
terhadap emosi-emosi tersebut secara memadai, seperti menunjukkan
keberanian, keuletan dan kehati-hatian.
Upaya yang bersifat memaksa tersebut tidak jarang melahirkan
tindakan-tindakan kekerasan,yang didialam masyarakat modern sering
diteropong tajam. Disinilah dilema pelaksanaan tugas Polri itu sering
menajam; karena disatu pihak tindakan kekerasan itu harus dilakukan,
sedang dipihak lain masyarakat memandang tindak kekerasan itu
seharusnya tidak dilakukan. Pada hakekatnya polisi memang harus
berwajah ganda. Dalam pengertian penulis berwajah ganda hampir sama
dengan pengertian dua sisi dalam satu mata uang logam, dimana satu sisi
sebagai penegak hukum yang harus senantiasa loyal terhadap hukum dan
menegakkannya dan disatu sisi sebagai pengayom masyarakat yang
dengan budaya bangsa kita yang ramah dan penuh gotong royong.
Sehingga melahirkan konsep pelayanan yang dikenal dengan senyum,
sapa dan salam. Disinilah diperlukan kemampuan anggota Polri untuk
melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan memenuhi atau
mematuhi peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan, agar
didalam pelaksanaan tugasnya bertentangan dengan harapan dan
keinginan masyarakat, yang selanjutnya dikatakan sebagai kesalahan
prosedur.
B. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
1. Definisi Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
Surat Keterangan Catatan Kepolisian (disingkat SKCK), sebelumnya
dikenal sebagai Surat Keterangan Kelakuan Baik (disingkat SKKB) adalah
surat keterangan yang diterbitkan oleh Polri yang berisikan catatan kejahatan
seseorang. Dahulu, sewaktu bernama SKKB, surat ini hanya dapat diberikan
yang tidak/belum pernah tercatat melakukan tindakan kejahatan hingga
tanggal dikeluarkannya SKKB tersebut.
Surat Keterangan Catatan Kepolisian atau SKCK adalah surat keterangan
resmi yang diterbitkan oleh POLRI melalui fungsi Intelkam kepada
seseorang pemohon/warga masyarakat untuk memenuhi permohonan dari
yang bersangkutan atau suatu keperluan karena adanya ketentuan yang
mempersyaratkan, berdasarkan hasil penelitian biodata dan catatan
Kepolisian yang ada tentang orang tersebut.8
SKCK memiliki masa berlaku sampai dengan 6 (enam) bulan sejak
tanggal diterbitkan. Jika telah melewati masa berlaku dan bila dirasa perlu,
SKCK dapat diperpanjang oleh yang bersangkutan. SKCK adalah singkatan
dari Surat Keterangan Catatan Kepolisian. Dulu lebih dikenal dengan nama
surat keterangan kelakuan baik (SKKB). SKCK ini biasanya diperlukan
ketika warga hendak mengurus berbagai keperluan. Misalnya untuk
mengurus surat pindah, untuk melamar pekerjaan, dan untuk menjadi kader
suatu partai politik. Surat keterangan kelakuan baik yang dikeluarkan oleh
kepolisian biasanya mengacu kepada catatan kepolisian tentang penduduk
yang bersangkutan.
Jika penduduk yang akan meminta SKCK pernah melakukan tindak
pidana yang melanggar peraturan perundang-undangan, KUHP, atau KUH
Perdata biasanya pihak kepolisian tidak akan mengeluarkan SKCK. SKCK
bisa diperoleh di polsek (kepolisian sektor setingkat kecamatan) atau polres
(kepolisian resor setingkat kabupaten/kota) di tempat domisili penduduk
yang akan mendapatkan SKCK. Surat Keterangan Catatan Kepolisian atau
yang kita sering disebut sebagai SKKC, sebelumnya adalah Surat
Keterangan Kelakuan Baik/SKKB adalah Surat Keterangan yang diterbitkan
oleh Polri yang berisikan catatan kejahatan seseorang. Jika dulu bernama
SKKB, surat ini hanya diberikan yang tidak/belum pernah tercatat
melakukan tindakan kejahatan hingga tanggal dikeluarkannya SKKB
tersebut. kejahatan SKKB berlaku selama 6 bulan. Saat ini, SKK dibutuhkan
oleh masyarakat ketika mendapat CPNS.
Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Perkap) Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat
8
Peraturan Kapolri Nomor 18 Tahun 2014
Keterangan Catatan Kepolisian. SKCK, Surat Keteragan Catatan Kepolisian
yang selanjutnya disingkat SKCK adalah Surat Keterangan Resmi yang
diberikan oleh Polri kepada seseorang warga masyarakat untuk memenuhi
permohonan dari yang bersangkutan atau suatu keprluan karena adanya
ketentuan yang mempersyaratkan, berdasarkan hasil penelitian biodata
anteseden orang tersebut. Adapun yang dimaksud dengan anteseden adalah
data tentang perilaku seseorang dalam kaitannya dengan tindak pidana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya serta pelanggaran norma-
norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat, termasuk keterkaitannya
dengan organisasi terlarang.9
Catatan Kepolisian tersebut merupakan catatan tertulis yang
diselenggarakan oleh Polri terhadap seseorang yang pernah melakukan
perbuatan melawan hukum atau melanggar hukum atau sedang dalam proses
peradilan atas perbuatan yang dia lakukan. Pengurusan SKCK ini dapat
dilakukan di tingkat Kepolisian Sektor (Polsek), Kepolisian Resor (Polres),
Kepolisian Daerah (Polda) atau Markas Besar (Mabes) Polri tergantung dari
keperluan pengguna sesuai kewenangan masing-masing tingkat kepolisian
sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Perkap) Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan
Surat Keterangan Catatan Kepolisian. SKCK memiliki masa berlaku sampai
dengan 6 (enam) bulan sejak tanggal diterbitkan. Jika telah melewati masa
berlaku dan bila dirasa perlu, SKCK dapat diperpanjang oleh yang
bersangkutan.
Dalam pembuatan SKCK anda dapat membuat di kantor pelayanan
Kepolisian seperti Polsek, Polres dan Polda. Namun semuanya memiliki
alasan dan kegunaan yang berbeda, dan berikut ini adalah alasan mengenai
diterbitkannya SKCK di masing-masing Kantor Pelayanan Kepolisian.10

9
Keputusan Kapolri No.Pol. : Kep/816/IX/2003 tahun 2003
10
Keputusan Kapolri No.Pol. : Kep/816/IX/2003 tahun 2003
1. SKCK pada tingkat POLSEK

POLSEK (Kepolisian Sektor) Adalah Struktur organsasi


Kepolisian yang berada pada tingkat kecamatan dan sekarang ini sudah
hampir diseluruh wilayah indonesia sudah terdapat Kantor Polsek. Dalam
lingkup Polsek SKCK dapat digunakan sebagai alat kelengkapan untuk
melamar pekerjaan seperti non-PNS dan non-BUMN dan Perusahaan
swasta, Melanjutkan Kuliah dan Pindah Tempat / Domisili. Namun
disebagian wilayah mungkin juga ada perusahaan swasta yang tidak
mencamtumkan persyaratan pembuatan SKCK.

2. SKCK pada tingkat POLRES

POLRES (Kepolisian Resort) Adalah Struktur Organisasi Kepolisian


yang berada pada tingkat Kabupaten, Kota, Kotamadya. Selain Polres di
beberapa kota besar tingkatan struktur organisasi pada Polri ini biasa juga
disebut POLRESTA atau POLRESTABES, tergantung pada type
kerawanan yang ada di kota tersebut. Polres merupakan satuan
kewilayahan yang tingkatannya berada di atas Polsek, dalam artian suatu
Polres membawahi beberapa Polsek. Pada tingkatan ini umumnya
penerbitan SKCK dapat digunakan sebagai antara lain :

1) Calon Pegawai Negri Sipil (PNS).


2) Calon Pegawai di salah satu Insatansi milik pemerintah.
3) Calon Kepala Desa.
4) Melamar pekerjaan pada BUMN.
5) Calon Angota DPRD.
6) Calon Kepala Daerah dalam lingkup Kabupaten atau Kota.
7) Persyaratan Menikah dengan salah satu anggota TNI atau POLRI.
8) Penerbitan Surat Rekomendasi bagi masyarakat yang ingin menjadi
Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
3. SKCK pada tingkat POLDA

POLDA (Kepolsisian Daerah) Adalah Struktur Organisasi Kepolisian


yang berada pada tingkat Provinsi. Polda merupakan satuan kepolisian
kewilayahan yang tingkatannya berada di atas Polres, dalam artian suatu
Polda membawahi beberapa Polres yang terdapat di Provinsi tersebut.
Pada tingkatan ini umumnya penerbitan SKCK dapat digunakan antara
lain :

1) Calon Wali Kota (Pada tingakat Kota Madya)


2) Calon anggota DPRD tingkat provinsi
3) Persyatan untuk bepergian ke Luar Negri atau anda berniat menjadi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
4) Pembuatan visa (Dapat melalui Polda atau Mabes Polri)

2. Dasar Hukum
Dasar Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif


atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
b. Peraturan Kapolri Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penerbitan
Surat Keterangan Catatan Kepolisian.
c. Peraturan Kapolri Nomor 03 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kapolri Nomor 01 Tahun 2015 Tentang Pengelolaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Polri
d. UU RI No.20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Bukan Pajak (PNBP)
e. UU RI No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
f. PP RI No.50 Tahun 2010 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Bukan
Pajak yang berlaku pada instansi Polri
g. Surat Telegram Kapolri Nomor : ST/1928/VI/2010 tanggal 23 Juni 2010
tentang Pemberlakuan PP RI No.50 Tahun 2010

Biaya pembuatan SKCK adalah Rp. 30.000 (tiga puluh ribu rupiah) dan
Biaya tersebut disetorkan kepada petugas Polri ditempat.

3. Persyaratan
Jika pihak desa tidak merekomendasikan untuk dikeluarkannya
SKCK, pihak kepolisian juga tidak akan mengeluarkan SKCK. Sesuai
dengan SOP pada SKCK, Untuk melengkapi persyaratan yang diajukan,
pembuat SKCK harus melengkapi dokumen-dokumen berikut ini :

a. Foto kopi KTP


b. Fotocopy Kartu keluarga (KK), Fotocopy Akta kelahiran.
c. Foto ukuran 4 x 6 cm dengan background merah.
d. PNPB sebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh ribu rupiah)

Setelah memenuhi syarat-syarat di atas,harus membeli formulir di


primkopol/koperasi untuk kita isi dan melakukan pengambilan sidik
jari/identifikasi (serse) oleh SAT IPP. Setelah itu, kita menyerahkannya
kepada petugas untuk diproses. SKCK dapat kita ambil di polsek atau
polres setempat. Untuk jam operasional pelayanan SKCK,buka pada
hari Senin-Jumat pukul 08.00-15.00.

4. Lingkup
Ruang lingkup dalam kegiatan observasi ini mencakup Dokumen, dan
Pelayanan Masyarakat di dalam kepengurusan SKCK.
1. Membuat SKCK Baru
1) Membawa Surat Pengantar dari Kantor Kelurahan tempat domisili
pemohon.
2) Membawa fotocopy KTP/SIM sesuai dengan domisili yang tertera
di surat pengantar dari Kantor Kelurahan.
3) Membawa fotocopy Kartu Keluarga.
4) Membawa fotocopy Akta Kelahiran/Kenal Lahir.
5) Membawa Pas Foto terbaru dan berwarna ukuran 4×6 sebanyak 6
lembar.
6) Mengisi Formulir Daftar Riwayat Hidup yang telah disediakan di
kantor Polisi dengan jelas dan benar.
7) Pengambilan Sidik Jari oleh petugas.
2. Memperpanjang masa berlaku SKCK
1) Membawa lembar SKCK lama yang asli/legalisir (maksimal telah
habis masanya selama 1 tahun)
2) Membawa fotocopy KTP/SIM
3) Membawa fotocopy Kartu Keluarga.
4) Membawa fotocopy Akta Kelahiran/Kenal Lahir.
5) Membawa Pas Foto terbaru yang berwarna ukuran 4×6 sebanyak 3
lembar. Mengisi formulir perpanjangan SKCK yang disediakan di
kantor Polisi.
3. Polsek tidak menerbitkan SKCK untuk keperluan :

1) Melamar / melengkapi administrasi PNS / CPNS.


2) Pembuatan visa / keperluan lain yang bersifat antar-negara.

4. Polsek/Polres penerbit SKCK harus sesuai dengan alamat KTP/SIM


pemohon.
5. SKCK On-line
Dalam rangka pelayanan yang lebih baik, Polri telah menyediakan
fasilitas pendaftaran permohonan SKCK secara online,dengan cara
mengunggah (upload) dokumen yang dipersyaratkan serta mengisi form
yang tersedia sesuai dengan urutan. Informasi lebih lanjut silahkan klik
di : http://www.polri.go.id/skck.polri.go.id
PENUTUP
Kesimpulan
Proses pembuatan SKCK merupakan salah satu proses pelayanan prima dari
Polres Kudus. Kualitas pelayanan dalam pembuatan SKCPolres Kudus Pudak
Kabupaten Tabalong tampak pada setiap indikator-indikator kepuasan pelanggan dalam
hal ini adalah pemohon SKCK. Banyak instrumen yang dijadikan pengumpul data guna
mengunggkap kepuasan dan kualitas pelayanan yaitu : penampilan petugas,
kenyamanan tempat, kemudahan akses, kedisplinan petugas, kemudahan akses
pelanggan, penggunaan alat bantu dan fasilitas pelayanan. Melalui aspek tangible dapat
dibuktikan bahwa pelayanan pembuatan SKCK di Polres Kudus pudak Kabupaten
Tabalong mendapatkan respon positif dan kualitas pelayan baik dengan indeks 47,09 %.
Saran
Melihat hasil paparan data perlu peningkatan pada disiplin petugas, dengan
memberikan stimulusstimulus atau penguatan mental melalui pembinaan secara berkala
dan tersupervisi dengan baik oleh Kepala Polres Kudus Pudah Kabupaten Tabalong.
Penguatan disiplin petugas akan menjadi lebih prima dengan direvitalisasi fasilitas
pelayanan yang ada, sehingga tidak hanya pada sumber daya manusia yang menjadi best
profesionality juga fasilitas yang kondusif. Revitalisasi fasilitas pelayanan tidak harus
semua dengan pengadaan fasilitas yang baru, dapat dilakukan dengan mendekor secara
kreatif tempat pembuatan SKCK dan memanfaatkan secara maksimal fasilitas yang ada,
sehingga baik pemohon SKCK maupun petugas tidak merasa jenuh dan bosan.

DAFTAR PUSTAKA
A. Parasuraman, Valarie A. Zeithaml dan Leonard L. Berry. (1985). A Multiple-Item
Scale for Measuring Costumer Perceptions of Service Quality, Journal ofRetaling, vol.
64 No, 1, pp. 12-40. Adi Damayanti. Kualitas Pelayanan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) Di Kantor Satuan Intelkam Kepolisian Wilayah Kota Besar
Surabaya. Skripsi Jurusan Administrasi Publik Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Tahun 2007 Dwiyanto,
Agus. (2008). Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Efrendi. Kualitas Pelayanan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) Di Polisi Sektor Cibeunying Kidul Kota Bandung. Skripsi Jurusan
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan.
Tahun 2018. Evi Wahyuni. Kualitas Pelayanan Surat Ijin Mengemudi (SIM) di
Kesatuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Sidoarjo. Skripsi Jurusan Administrasi Negara
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Tahun 2007. Firsada, Siti
Rochmah, Stefanus Pani Rengu. Penerapan Sistem Administrasi MAnunggal, Satu Atap
(SAMSAT) Drive-Thru Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik. Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol. 1, No. 4 Hal. 48-57. Gronroos, C. (1990). Service Management and
Marketing: Managing the Moment of Truth in Service Competition. Massachusetts:
Lexington. Hardiyansyah. (2011). Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media.
Ni Kadek Sri Astuti. Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Dalam Pelayanan
Pembuatan Surat Keterangan Kehilangan Pada Kepolisian Sektor DI Kota Makassar.
Skripsi Program Studi Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin Makassar. Tahun 2017. Pasolong, Harbani. (2010). Teori Administrasi
Publik. Bandung: Alfabeta. _______________. (2012). Teori Administrasi Publik.
Bandung: Alfabeta. Siagian, Sondang P. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Bumi Aksara. Sinambela. (2005). Reformasi Pelayanan Publik (Teori,
Kebijakan dan Implementasi). Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai