BUDIANTO
Abstrak
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 13 Nomor 2 tahun 2002 salah satu tugas
pokok Kepolisian yaitu memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat. salah satunya yaitu pelayanan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kualitas Pelayanan Pembuatan Surat Keterangan
Catatan Kepolisian Dilihat Dari Aspek Tangible Pada Kantor Kepolisian Polsek Murung
Pudak Kabupaten Tabalong. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu petugas kepolisian yang menangani
layanan SKCK serta masyarakat pegguna jasa layanan SKCK. Teknik pengumpulan data
penelitian menggunakan teknik pemberian angket, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis
data menggunakan tahapan pemeriksaan akan kelengkapan jawaban, tally dan penghitungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan SKCK sudah berjalan dengan cukup baik
serta dapat dengan mudah diterima masyarakat. Dengan demikian, dengan menggunakan
teori Parasuraman, Berry dan Zeithaml (Satibi, 2012:80) yaitu kualitas layanan dilihat dari
aspek Tangible yang meliputi 7 indikatoryaitu penampilan petugas/aparatur dalam melayani
pelanggan, kenyamanan tempat melakukan pelayanan, kemudahan dalam proses pelayanan,
kedisiplinan petugas/aparatur dalam melakukan pelayanan, kemudahan akses pelanggan
dalam permohonan pelayanan, penggunaan alat bantu dalam pelayanan dan fasilitas pelayanan
yang disediakan sudah memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu berjalan dengan cukup baik
dengan persentase sebesar 47.09%.
Kata kunci: Kualitas, Pelayanan, SKCK, Aspek Tangible.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan publik merupakan salah satu fungsi dari organisasi pemerintah
sebagai bentuk dalam memberikan kebutuhan masyarakat. Organisasi
pemerintah selalu dituntut untuk memberikan pelayanan yang maksimal
terhadap masyarakat maupun organisasi itu sendiri. Pelayanan yang maksimal
bisa menjadikan organisasi tersebut dapat melaksanakan tujuan yang telah
ditetapkan, dan jika hasilnya baik bisa dikatakan organisasi tersebut telah efektif.
Seiring berkembangnya ilmu dan teknologi, organisasi pemerintah harus bisa
menyesuaikan perkembangan yang sedang terjadi dan terus melakukan evaluasi
guna dapat memberikan kinerja dan pelayanan yang baik.
Menurut UU No.25 Tahun 2009, pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Salah satu organisasi pemerintah yang
memberikan pelayanan publik adalah Kepolisian Republik Indonesia (POLRI).
Sesuai dengan fungsi polisi yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang No 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyebutkan
bahwa fungsi polisi adalah melayani, sebagai penegak hukum, dan mengayomi
masyarakat.
Pelayanan publik pada hakekatnya adalah pemberian pelayanan prima
kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah
sebagai abdi masyarakat namun kondisi di masyarakat menunjukan bahwa
pelayanan publik dalam bentuk pelayanan administrasi kepolisian khususnya
dalam hal pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) belum
sepenuhnya berjalan dengan baik dan masih ditemui hambatan. Pada era
globalisasi ini yang penuh tantangan dan peluang, dimana aparatur negara
sebagai pelayan masyarakat yang memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Pelayanan yang di berikan masyarakat selalu menuntut pelayanan yang
berkwalitas dari aparatur negara yang di lakukan secara transparan dan
akuntabilitas. Pelayanan publik di bidang administrasi kepolisian merupakan
salah satu pelayanan publik yang di laksanakan oleh kepolisian dalam rangka
melayani masyarakat yang meliputi tugas dan fungsi, mendaftarkan dan
menerbitkan SKCK, SIM (surat ijin mengemudi), STNK (surat tanda nomor
kendaraan) dan lain sebagainya. Kewenangan dan tugas pelayanan kepolisian di
atur dalam undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan wewenanganya pejabat
polri harus senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan
norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan mengutamakan tindakan pencegahan.
Salah satu fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan oleh
aparatur pemerintah adalah pelayanan publik. Fungsi pelayanan publik ini sangat
penting bahkan peranannya sangat besar karena menyangkut kepentingan
umum, bahkan kepentingan rakyat secara keseluruhan. Menurut UU Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan Kecamatan dibentuk di
wilayah kabupaten / kota dengan peraturan daerah yang berpedoman pada
Peraturan Pemerintah. Kecamatan dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan
tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota
untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Kondisi umum
penyelenggaraan pelayanan publik di Propinsi Jawa Timur, masih dihadapkan
pada sistem pelayanan dari aparatur pemerintah yang belum maksimal dalam
pelayanan publik yang efektif dan efisien. Hal ini terlihat dari masih banyaknya
keluhan dan pengaduan dari masyarakat, baik secara langsung maupun melalui
media massa tentang rendahnya kualitas pelayanan publik yang diterima
masyarakat, prosedur yang berbelit – belit, tidak ada kepastian jangka waktu
tentang penyelesaian, besarnya biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang
tidak transparan, sikap petugas yang tidak responsif, dan lain – lain adalah
indikator rendahnya kualitas penyelenggaraan pelayanan publik saat ini. Salah
satu kerja struktur birokrasi dilihat di Polres Kudus dalam hal ini aparatur
pemerintah Polsek tersebut melaksanakan tugasnya dalam memberikan
pelayanan pengurusan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). Surat
Keterangan Catatan Kepolisian sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam hal ini
Surat Keterangan Catatan Kepolisian wajib dimiliki setiap orang.
Pada dasarnya sistem administrasi kepolisian merupakan sub sistem dari
sistem administrasi Negara, yang mempunyai peranan penting dalam pemerintah
dan pembangunan penyelenggarakan administrasi kepolisian, peningkatan
kesadaran penduduk dan kewajibanya untuk berperan serta dalam pelaksanaan
administrasi kepolisian sistem administrasi kepolisian guna meningkatkan
pemberian pelayanan publik tanpa diskriminasi. Pelayanan masyarakat dapat di
kategorikan efektif apabila masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan
dengan prosedur yang singkat, cepat, tepat dan memuaskan. Keberhasilan
meningkatkan efektifitas pelayanan umum ditentukan oleh faktor kemampuan
kepolisian dalam meningkatkan displin kerja aparat pelayanan. Khususnya
POlres Kudus untuk mewujudkan displin kerja perangkat kepolisian dalam
upaya peningkatan efektivitas pelayanan. Masalah nyata proses pelayanan
umum, terutama pengurusan serta pengantar pembuatan Surat Keterangan
Catatan Kepolisisan (SKCK), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Surat
Keterangan Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK), dirasakan masih berbelit dan tak
terkendali secara efektif. Eksistensi efektifitas pelayanan kepolisian ini di
asumsikan karena pengaruh tingkat disiplin kerja aparat kepolisian, sedangkan
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui terhadap efektifitasnya dalam
pelayanan pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) khususnya
di Polres Kudus.
Kemajuan teknologi yang sangat cepat mengharuskan instansi mengikuti
perkembangan teknologi, untuk suatu instansi membutuhkan suatu system
informasi yang mendukung kebutuhan instansi pemerintah dalam menciptakan
efisiensi dan efektifitas kerja maupun dalam meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Perkembangan teknologi informasi maupun komunikasi
menghasilkan manfaat positif bagi kehidupan manusia dan memberikan banyak
kemudahan bertransaksi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
juga dapat membantu manusia dalam menjalankan aktivitasnya, karena segala
kegiatan dapat dilakukan dengan cepat, murah dan tepat sehingga produktivitas
kerja akan meningkat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
memperlihatkan bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada
teknologi ini, seperti dalam dunia pemerintahan (e-goverment).
Untuk pembuatan SKCK baru, diharuskan mengisi formulir,
menyerahkan surat pengantar dari Kelurahan, dan lain-lain, sehingga akan
menyita waktu lama. Permasalahan tesebut terjadi karena belum ada
penyimpanan data pemohon SKCK yang terkomputerisasi dengan baik. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dibuat Aplikasi Pembuatan SKCK
online yang mudah dioperasikan. Pemohon maupun petugas pembuat SKCK
akan merasakan manfaat aplikasi ini. Dengan Aplikasi ini, maka proses
pembuatan SKCK menjadi lebih praktis dan lebih efisien. Sistem ini dapat
membantu dan memudahkan pekerjaan petugas sehingga prosesnya menjadi
lebih cepat selesai. Petugas memperoleh informasi langsung dari data
kriminalitas, sehingga tidak ada waktu tunggu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan hak asasi manusia dalam efektivitas pelayanan prima
pada pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres
Kudus ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam efektivitas pelayanan prima pada
pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres Kudus?
3. Bagaimana upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam efektivitas
pelayanan prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK) di Polres Kudus?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dan mengetahui tinjauan hak asasi manusia dalam efektivitas
pelayanan prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK) di Polres Kudus.
2. Menganalisis dan mengetahui kendala yang dihadapi dalam efektivitas
pelayanan prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK) di Polres Kudus.
3. Menganalisis dan mengetahui upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam
efektivitas pelayanan prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) di Polres Kudus.
D. Manfaat Penelitian
Menambah dan memperkaya koleksi karya - karya ilmiah yang dapat dijadikan
sebagai literatur atau acuan bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian
mengenai tinjauan hak asasi manusia dalam efektivitas pelayanan prima pada
pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres Kudus.
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis empiris atau dapat disebut dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji
ketentuan hukum yang berlaku dengan apa yang terjadi dalam kenyataannya di
masyarakat/di lapangan1. Memberikan gambaran mengenai efektivitas pelayanan
prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres
Kudus ditinjau dari aspek Hak Asasi Manusia.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana
peneliti merupakan instrumen kunci.
C. Sumber Data
1. Data Primer
1
Bambang Waluyo. 2002. Penelitian Hukum dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, halaman 15.
Keterangan yang secara langsung diperoleh dari di Wilayah Hukum Polres
Kudus.
2. Data Sekunder
Keterangan-keterangan yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan, dalam
hal ini mengacu pada literature, perundang-undangan, yang kemudian
dibedakan menjadi2:
a. Bahan hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang diperoleh dari
perundang-undangan.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan bahan hukum primer dan sekunder. Seperti, kamus hukum
dan ensikopledia.
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara yaitu suatu acara memperoleh informasi langsung dari Polres
Kudus tentang pelayanan prima pada pembuatan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) di Polres Kudus ditinjau dari aspek Hak Asasi Manusia.
b. Studi pustaka, yaitu dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan arsip-arsip yang ada yang sesuai dengan materi
yang peneliti bahas.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dengan menggunakan
metode analisis deskriptif yang memaparkan secara jelas dengan kalimat-kalimat
untuk menjawab perihal birokrasi Polri dalam melakukan pelayanan prima pada
2
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia - Press, Jakarta.2008.
Hal 72
pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polres Kudus
ditinjau dari aspek Hak Asasi Manusia.3
3
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Grafindo Persada,
Jakarta,1996 Hal 42
dengan peraturan perundang-undangan. Istilah kepolisian dalam Undang -
Undang ini mengandung dua pengertian, yakni fungsi polisi dan lembaga
polisi. Dalam Pasal 2 Undang - Undang NO. 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian sebagai salah satu
fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayan kepada
masyarakat. Sedangkan lembaga kepolisian adalah organ pemerintah yang
ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan
fungsinya berdasarkan peraturan perundang – undangan selanjutnya Pasal 5
Undang - Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia menyebutkan bahwa:
1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertibanmasyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.
2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang
merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)4
Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 13
Undang - Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah :
a. Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat ( Pasal 13 Undang – Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia)
4
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi juga memiliki tugas -
tugas tertentu sebagaiman a tercant um dalam Pasal 14 ayat (1) Undang –
Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
2) Menyelenggaran segala kegiatan dalam menjamin keamanan ketertiban
dan kelancaran lalu lintas di jalan;
3) Membina masyarakat untuk meningkatkan parsipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undangan;
4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentukbentuk
pengamanan swakarsa;
7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;
8) Menyelenggarakan indentifiksi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingn tugas
kepolisian;
9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia;
10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan
dalam lingkungan tugas kepolisian; serta
12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
yang dalam pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah 5
Dari tugas - tugas polisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
tugas polisi ada dua yaitu tugas untuk memelihara keamanan, ketertiban,
menjamin dan memelihara keselamatan negara, orang, benda dan masyarakat
serta mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap
peraturan negara. Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif dan tugas
yang kedua adalah tugas represif. Tugas ini untuk menindak segala hal yang
dapat mengacaukan keamanan masyarakat, bangsa, dan negara.
Peranan kepolisian di masyarakat adalah mitra yang saling
membutuhkan, Polisi di negeri ini mempunyai fungsi dalam struktur
kehidupan masyarakat sebagai pengayom masyarakat, penegak hukum,
yaitu “mempunyai tanggung jawab khusus untuk memelihara ketertiban
masyarakat dan menangani kejahatan, baik dalam bentuk tindakan
terhadap pelaku kejahatan maupun dalam bentuk upaya pencegahan
kejahatan agar para anggota masyarakat dapat hidup dan bekerja dalam
keadaan aman dan tenteram.” Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan polisi
adalah berkenaan dengan masalah-masalah sosial, yaitu berkenaan dengan
sesuatu gejala yang ada dalam kehidupan sosial dan sesuatu masyarakat
yang dirasakan sebagai beban atau gangguan yang merugikan para anggota
masyarakat tersebut.
9
Keputusan Kapolri No.Pol. : Kep/816/IX/2003 tahun 2003
10
Keputusan Kapolri No.Pol. : Kep/816/IX/2003 tahun 2003
1. SKCK pada tingkat POLSEK
2. Dasar Hukum
Dasar Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) :
Biaya pembuatan SKCK adalah Rp. 30.000 (tiga puluh ribu rupiah) dan
Biaya tersebut disetorkan kepada petugas Polri ditempat.
3. Persyaratan
Jika pihak desa tidak merekomendasikan untuk dikeluarkannya
SKCK, pihak kepolisian juga tidak akan mengeluarkan SKCK. Sesuai
dengan SOP pada SKCK, Untuk melengkapi persyaratan yang diajukan,
pembuat SKCK harus melengkapi dokumen-dokumen berikut ini :
4. Lingkup
Ruang lingkup dalam kegiatan observasi ini mencakup Dokumen, dan
Pelayanan Masyarakat di dalam kepengurusan SKCK.
1. Membuat SKCK Baru
1) Membawa Surat Pengantar dari Kantor Kelurahan tempat domisili
pemohon.
2) Membawa fotocopy KTP/SIM sesuai dengan domisili yang tertera
di surat pengantar dari Kantor Kelurahan.
3) Membawa fotocopy Kartu Keluarga.
4) Membawa fotocopy Akta Kelahiran/Kenal Lahir.
5) Membawa Pas Foto terbaru dan berwarna ukuran 4×6 sebanyak 6
lembar.
6) Mengisi Formulir Daftar Riwayat Hidup yang telah disediakan di
kantor Polisi dengan jelas dan benar.
7) Pengambilan Sidik Jari oleh petugas.
2. Memperpanjang masa berlaku SKCK
1) Membawa lembar SKCK lama yang asli/legalisir (maksimal telah
habis masanya selama 1 tahun)
2) Membawa fotocopy KTP/SIM
3) Membawa fotocopy Kartu Keluarga.
4) Membawa fotocopy Akta Kelahiran/Kenal Lahir.
5) Membawa Pas Foto terbaru yang berwarna ukuran 4×6 sebanyak 3
lembar. Mengisi formulir perpanjangan SKCK yang disediakan di
kantor Polisi.
3. Polsek tidak menerbitkan SKCK untuk keperluan :
DAFTAR PUSTAKA
A. Parasuraman, Valarie A. Zeithaml dan Leonard L. Berry. (1985). A Multiple-Item
Scale for Measuring Costumer Perceptions of Service Quality, Journal ofRetaling, vol.
64 No, 1, pp. 12-40. Adi Damayanti. Kualitas Pelayanan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) Di Kantor Satuan Intelkam Kepolisian Wilayah Kota Besar
Surabaya. Skripsi Jurusan Administrasi Publik Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Tahun 2007 Dwiyanto,
Agus. (2008). Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Efrendi. Kualitas Pelayanan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) Di Polisi Sektor Cibeunying Kidul Kota Bandung. Skripsi Jurusan
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan.
Tahun 2018. Evi Wahyuni. Kualitas Pelayanan Surat Ijin Mengemudi (SIM) di
Kesatuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Sidoarjo. Skripsi Jurusan Administrasi Negara
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Tahun 2007. Firsada, Siti
Rochmah, Stefanus Pani Rengu. Penerapan Sistem Administrasi MAnunggal, Satu Atap
(SAMSAT) Drive-Thru Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik. Jurnal Administrasi
Publik (JAP), Vol. 1, No. 4 Hal. 48-57. Gronroos, C. (1990). Service Management and
Marketing: Managing the Moment of Truth in Service Competition. Massachusetts:
Lexington. Hardiyansyah. (2011). Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media.
Ni Kadek Sri Astuti. Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Dalam Pelayanan
Pembuatan Surat Keterangan Kehilangan Pada Kepolisian Sektor DI Kota Makassar.
Skripsi Program Studi Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin Makassar. Tahun 2017. Pasolong, Harbani. (2010). Teori Administrasi
Publik. Bandung: Alfabeta. _______________. (2012). Teori Administrasi Publik.
Bandung: Alfabeta. Siagian, Sondang P. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Bumi Aksara. Sinambela. (2005). Reformasi Pelayanan Publik (Teori,
Kebijakan dan Implementasi). Jakarta: Bumi Aksara.