Anda di halaman 1dari 82

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI DINAS

KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DI KOTA


SAMARINDA

Oleh:
AULIA PEBRIANA ( 191110013509129 )
M. DENIS DWI PRADHANA ( 181110013509209 )
ADHITYA DWI ( 191110013509097 )

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

SAMARINDA

2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pelayanan publik ialah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu

organisasi atau instansi sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Pelayanan ini dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan

aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan oleh tiap-tiap organisasi atau

instansi.

Salah satu dari penyelenggaraan layanan publik ialah instansi

pemerintahan.Bentuk layanan dari instansi pemerintah ini, diantaranya yaitu pada

bidang administrasi kependudukan. Dalam Pasal 1 UU No. 24 Tahun 2013,

administrasi kependudukan diartikan sebagai rangkaian penataan dan penertiban

dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

pengelolaan administrasi kependudukan, serta pendayagunaan hasilnya untuk

pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Sejak dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

dengan UU No. 32 Tahun 2004, Pemerintahan Daerah secara terus menerus

berupaya meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dalam meningkatkan

pelayanan publik pemerintah daerah diberikan keleluasaan untuk merancang dan

menentukan sendiri jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.Dengan

kebijakan ini, pemerintah daerah diharapkan mampu memberikan kualitas

2
pelayanan prima kepada masyarakat setempat untuk mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan .

Kualitas pelayanan prima yang dimaksud yaitu pelayanan yang

mendekatkan pemerintah kepada masyarakat. Hal ini diwujudkan dengan cara

mengetahui dan menganalisis berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat,

untuk kemudian menciptakan strategi pelayanan yang efisien.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Samarinda

merupakan salah satu pelaksana pelayanan administrasi publik di wilayah

Kalimantan Timur.Pelayanan kependudukan ini meliputi pendaftaran penduduk

dan pencatatan sipil yaitu pembuatan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda

Penduduk Elektronik (e-KTP), surat pindah, dan Kartu Identitas Anak (KIA),

pembuatan kutipan akta kelahiran, kutipan akta kematian, kutipan akta perceraian,

pencatatan pengakuan anak dan pengesahan anak, pencatatan perubahan nama,

dan pencatatan perubahan kewarganegaraan.

Disdukcapil Kota Samarinda juga dituntut untuk memberikan pelayanan

yang berkualitas sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat kota

Samarinda.

Berikut beberapa contoh jenis layanan yang ada di Disdukcapil Kota

Samarinda, jenis layanannya adalah :

1. Pembetulan Akta

2. Akta Perceraian

3. Permohonan Kartu Keluarga

4. Pembetulan KK

3
5. Akta perkawinan

6. Perpanjang KTP sementara

Kualitas pelayanan publik selalu mengedepankan kepentingan masyarakat,

namun selama ini masyarakat mengkonotasikan pelayanan yang diberikan

aparatur pemerintah kepada masyarakat cenderung kurang baik dan tidak

berkualitas.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengaduan yang diajukan kepada

oknum pemerintah yang memberikan layanan kepada masyarakat.Salah satu

keluhan yang sering terdengar dari masyarakat adalah selain berbelit-belit akibat

birokrasi yang kaku, juga prilaku oknum aparatur yang kurang bersahabat.

Menurut hasil observasi sementara yang telah penulis lakukan di

Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda masih ditemui

beberapa masalah yang mengakibatkan kurangnya Kualitas Pelayanan

masyarakat terhadap palayanan yang diberikan pegawai, yaitu antara lain :

1. Sarana dan prasarana yang belum memadai baik sarana operasional,

fasilitas fisik serta prasarana pendukung lainnyadi Disdukcapil Kota

Samarinda.

2. Sosialisasi dari Disdukcapil Kota Samarinda kepada masyarakat

tentang pentingnya dokumen kependudukan dan pencatatan sipil

masih belum optimal.

3. Masih banyak masyarakat yang belum paham dengan persyaratan apa

saja yang harus dibawa, dan kesadaran masyarakat dengan pentingnya

dokumen kependudukan dan pencatatan sipil masih rendah.

4
Kurang lengkapnya persyaratan tersebut dikarenakan kurangnya

informasi dari pihak pegawai pelayanan mengenai persyaratkan yang

dibutuhkan. Secara tidak langsung masalah tersebut akan menghambat

proses pembuatan produk layanan tersebut.

Hal ini sering menjadi alasan utama masyarakat terhadap kegunaan

mereka untuk menggunakan jasa pelayanan publik.Terlepas dari hal tersebut saat

ini instansi-intansi pemerintah mulai menata dan berlomba-lomba memberikan

pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.

Argumen dasar dari penelitian ini adalah bahwa untuk bisa menilai

kualitas pelayanan publik, diperlukan suatu pemahaman yang bisa membantu

memahami sebagaimana seharusnya lembaga pelayanan publik ini bekerja

sehingga bisa menghasilkan output yang berkualitas. Output yang berkualitas

mencakup output yang bagus dan sesuai dengan kualitas pelayanan. Untuk

mengetahui apakah output tersebut sudah sesuai atau tidak dengan kualitas

pelayanan, peneliti mengambil data berdasarkan data pelayanan yang dilakukan di

Disdukcapil selama satu tahun penuh di tahun 2019.

Berikut ini adalahkualifikasi pegawai pelaksana pelayanan di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda:

Kualifikasi Pelaksana :

1. Memahami tentang proses penerbitan produk layanan

2. Memiliki kemampuan dalam penanganan pembuatan produk layanan

3. Mampu melaksanakan koordinasi internal dan eksternal terkait

penanganan pembuatan produk layanan

5
4. Minimal SLTA

Disdukcapil menjadi salah satu organisasi pemerintahan yang menjadi

pelaksana pembuatan e-KTP dan KK serta yang lainnya.Tentunya pembuatan e-

KTP ini berlaku bagi semua warga yang terdata sebagai penduduk wilayah Kota

Samarinda. Pada Disdukcapil terdapat sebuah permasalahan yang berupa

keterlambatan e-KTP, banyak warga kota Samarinda yang telah mengurus

pembuatan e-KTP dikecamatan masing-masing tetapi dalam kenyataan di

lapangan masih banyak warga Samarinda yang masih belum mendapatkan bentuk

asli dari e-KTP tersebut, permasalahan tersebut disebabkan oleh kendala dari

pemerintah pusat.

Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa Dinas Kependudukan Dan

Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Samarinda belum memberikan layanan yang

sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat.Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk meneliti tentang “Analisis Kualitas Pelayanan Publik Dalam Pelayanan

di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda.”

1.2 Rumusan Masalah

Untuk lebih mempermudah penelitian ini nantinya maka peneliti akan

fokus pada permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang yang

dikemukakan sebelumnya diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

Bagaimanaa kualitas pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Samarinda?

6
1.3 Tujuan Penelitian

Setiap aktivitas yang kita lakukan pasti selalu mempunyai tujuan yang ingin

dicapai begitu pula dengan penelitian ini.Sebelum merumuskan tujuan penelitian

penulis terlebih dahulu mengemukakan pendapat mengenai tujuan penelitian.

Menurut Emzir (2010) penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis

untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode

ilmiah.Apabila suatu penelitian telah didefinisikan maka penelitian tersebut telah

mempunyai ruang lingkup dan arah yang jelas, karenanya perhatian dapat

diarahkan pada tindakan selanjutnya.

Berdasarkan pendapat yang ada di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kualitas pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil (Disdukcapil) Kota Samarinda.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan di atas, maka diharapkan

penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi DISDUKCAPIL Kota Samarinda, dapat membantu memberikan

informasi kepada instansi pemerintahan mengenai tanggapan

masyarakat terhadap kualitas pelayanan terhadap kepuasan

masyarakat, agar membantu instansi dalam menjalankan kebijakan

dan menentukan strategi dalam pelayanan masyarakat.

7
2. Bagi Akademik, hasil laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat

berguna bagi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda sebagai bahan

informasi referensi, dan kerangka acuan dalam memahami

permasalahan yang sama.

3. Bagi penulis, untuk memenuhi syarat Tugas Akhir Strata Satu (S-1)

dan untuk membandingkan ilmu yang diperoleh selama belajar di

Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda dengan realita yang ada.

Serta menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pembaca di dalam

bidang ilmu administrasi negara yaitu kualitas pelayanan publik.

8
BAB II

KERANGKA DASAR TEORI

2.1 Landasan Teori dan Konsep

Landasan teori atau konsep merupakan hal yang penting dalam berkaitan

dengan penelitian karena landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam

sebuah penelitian yang akan dilakukan, pembuatan landasan teori yang baik dan

benar dalam sebuah penelitian menjadi hal yang perlu diperhatikan karena

landasan teori ini menjadi sebuah pondasi serta landasan dalam penelitian

tersebut.

Teori adalah suatu penjelasan yang sistematis untuk mengobservasi fakta-

fakta dalam hukum-hukum yang berkait dengan aspek tertentu dari kehidupan

(Earl Babbie, 2006:37).

Teori adalah seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala

yang terjadi (Suyanto, 2005:34).Untuk memudahkan penelitian diperlukan

pedoman berfikir yaitu kerangka teori.Sebelum melakukan penelitian yang lebih

lanjut seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berfikir

untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih.

Jadi teori inilah yang akan menjadi panduan untuk memahami sesuatu.

Dimana nantinya dalam penelitian ini akan menemukan banyak teori yang akan

menerangkan masalah dasar yang akan diteliti. Begitu juga dengan konsep,

dimana dalam pelaksanaan pemerintah yang ada pada lokasi penelitian di Kantor

9
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Samarinda

tentunya akan banyak konsep-konsep yang ada tentang tata cara pelaksanaan

mekanisme kerja yang ada pada kantor tersebut, serta konsep-konsep baru yang

akan ditemukan.

Berikut ini ada beberapa teori yang dapat membantu penulis guna

dijadikan teori-teori sebagai landasan berpijak bagi pembahasan selanjutnya.

Tanpa teori yang baik, maka penulisan karya ilmiah akan menjadi lemah dan

kabur.

2.1.1 Analisis

Analisis adalah aktivitas yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti,

mengurai,membedakan, memilah sesuatu untuk dikelompokkan kembali menurut

kriteria tertentu dan kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya.

Pengertian Analisis dapat juga diartikan sebagai usaha dalam mengamati sesuatu

secara mendetail dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya

atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.Analisis adalah

memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit

terkecil(Harahap, 2004:189).

2.1.2 Kualitas

Kualitas adalah totalitas fasilitas dan karakteristik dari produk atau jasa

yang memenuhi kebutuhan, tersurat maupun tersirat (Iso, 2001:35).Kualitas

merupakan suatu proses didalam penilaian suatu produk atau jasa yang akan

dirasakan langsung dari si penerima pelayanan itu sendiri. Kualitas juga dapat

diartikan sebagai standar yang harus dicapai oleh seseorang, kelompok, atau

10
lembaga organisasi mengenai kualitas SDM, kualitas cara kerja, serta barang dan

jasa yang dihasilkan. Kualitas pula mempunyai arti yaitu memuaskan kepada yang

dilayani baik secara internal maupun eksternal yaitu dengan memenuhi kebutuhan

dan tuntutan masyarakat.

2.1.3 Pengertian Pelayanan

Pelayanan merupakan salah satu ujung tombak dari upaya pemuasan

pelanggan dan sudah merupakan keharusan yang wajib dioptimalkan baik oleh

individu maupun organisasi.karena dari bentuk pelayanan yang diberikan

tercermin kualitas individu atau organisasi yang memberikan pelayanan.

Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses

pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh

kehidupan organisasi dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan dilakukan

sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima dan pemberi

pelayanan.

Hardiyansyah (2011:11) mendefinisikan pelayanan sebagai aktivitas yang

diberikan untuk membantu, menyiapkan, dan mengurus baik itu berupa barang

atau jasa dari satu pihak ke pihak lain. Sementara, Kotler dalam Sinambela

(2011:4) mendeskripsikannya tiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu

kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak

terikat pada suatu produk secara fisik. Dari pendapat tersebut dapat diketahui

bahwa kepuasan pelayanan tidak hanya dilihat melalui hasil atau produk layanan,

tetapi juga dipengaruhi oleh sikap pemberi layanan.

11
Pendapat lain mengenai pelayanan disampaikan oleh Gronross dalam

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2006: 2): “Pelayanan adalah suatu aktivitas

atau serangkain aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang

terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau

hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang

dimaksudkan untuk pemberi pelayanan yang dimaksudkan utuk memecahkan

permasalahan konsumen/ pelanggan.”

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalahyang

dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan pemberi pelayanan

yang menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga perusahaan.

2.1.4 Penilaian Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan biasa dikatakan berkualitas ataupun tidak berkualitas

sebenarnya didasarkan pada penilaian dari pelayanan yang diberikan. Penilaian

kualitas pelayanan, menurut Parasuraman dalam Hardiyansyah (2011:92)

mendefenisikan sebagai berikut: Penilaian kualitas pelayanan sebagai suatu

pertimbangan global atau sikap yang berhubungan dengan keunggulan

(superiority) dari suatu pelayanan.

Dalam rangka menilai sejauh mana kualitas pelayanan publik yang

diberikan oleh aparatur pemerintah, perlu ada kriteria yang menunjukan apakah

suatu pelayanan publik yang diberikan dapat dikatakan baik atau buruk.

2.1.5 Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan publik tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang

menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan publik. Sebelum menjelaskan lebih

12
lanjut mengenai pelayanan publik, maka peneliti akan menguraikan terlebih

dahulu pengertian pelayanan publik. Pengertian pelayanan publik telah

didefinisikan oleh banyak pakar.

Salah satunya yang dikemukan oleh Dwiyanto Agus (2006:136)

mendefisinikan pelayanan publik adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan

olesh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Pengguna

yang dimaksudkan disini adalah warga negara yang membutuhkan pelayanan

publik, seperti pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), akta kelahiran, akta

nikah, akta kematian, sertifikat tanah, izin usaha, Izin Mendirikan Bangunan

(IMB), izin gangguan (HO), izin mengambil air tanah, berlangganan air minum,

listrik dan sebagainya.

Dari pendapat Dwiyanto Agus menyebutkan bahwa pelayanan publik

merupakan pelayanan yang diberikan oleh birokrasi publik atau pemerintah

kepada masyarakat terkait kewajiban seorang warga negara. Kewajiban yang

dimaksud berhubungan dengan individu pemohon jasa sendiri (misal kelengkapan

kependudukan: e-KTP, akta kelahiran, KK) dan dapat juga terkait dengan

kelompok atau organisasi (misalnya izin gangguan).

H.A.S. Moenir (2002:7) menyatakan Pelayanan umum adalah suatu

usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan

bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Litjan Poltak Sinambela, dkk (2011:5) pelayanan publik diartikan

pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang

13
mempunyai kepentingan pada organisasi tertentu sesuai dengan aturan pokok dan

tata cara yang telah ditetepkan.

Menurut Saefullah (2008) dalam Hardiyansyah (2018:18), untuk

memberikan pelayanan publik yang lebih baik perlu ada upaya untuk memahami

sikap dan perubahan kepentingan sendiri.

Pendapat lain dari Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2006:4)Pelayanan

publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa

pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupunjasa publik yang pada

prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di

Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Usaha Milik

Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam

rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di

bidang jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non

komersial. Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial melaksanakan kegiatan

dengan berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan

yang bersifat non-komersial kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan

kepada masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari

keuntungan akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian

Sedangkan di dalam Undang-undang No.25 tahun 2009 tentang pelayanan

publik, mendefinisikan bahwa pelayanan publik ada kegiatan atau serangkaian

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan

14
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Adapun menurut pasal 4 Undang-undang No. 25 tahun 2009, penyelenggaraan

pelayanan publik berasaskan:

1. Kepentingan umum

Yaitu pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan kepentingan

pribadi dan atau golongan.

2. Kepastian hukum

Yaitu jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan

pelayanan.

3. Kesamaan hak

Yaitu pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama,

golongan, gender, dan status ekonomi.

4. Keseimbangan hak dan kewajiban

Yaitu pemenuhan hak harus sebanding dengan kewajiban yang harus

dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan.

5. Keprofesionalan

Yaitu pelaksana pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan

bidang tugas.

6. Partisipatif

Yaitu peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan

masyarakat.

7. Persamaan perlakuan/ tidak deskriminatif

15
Yaitu setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan yang adil.

8. Keterbukaan

Yaitu setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan

memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.

9. Akuntabilitas

Yaitu proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

10. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan

Yaitu pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta

keadilan dalam pelayanan.

11. Ketepatan waktu

Yaitu penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai

dengan standar pelayanan.

12. Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan

Yaitu setiap jenis pelayanan dilakukan secara cepat, mudah dan

terjangkau.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa

pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada

prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di

pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha

Milik Daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

16
Kualitas pelayanan publik merupakan komponen penting yang harus

diperhatikan dalam pelayanan publik.Istilah kualitas pelayanan publik tentunya

tidak dapat dipisahkan dari persepsi tentang kualitas. Beberapa contoh pengertian

kualitas menurut Tjiptonoyang dikutip dalam Hardiansyah (2018:54) adalah:

1) Kesesuaian dengan persyaratan;

2) Kecocokan pemakaian;

3) Perbaikan berkelanjutan;

4) Bebas dari kerusakan/cacat;

5) Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat;

6) Melakukan segala sesuatu secara benar;

7) Sesuatu yang bias membahagiakan pelanggan;

Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang dibakukan dalam memberikan

layanan sebagai pembakuan pelayanan yang baik.Menurut Ibrahim (2008) dalam

Hardiansyah (2018:55), kualitas peyanan publik merupakan suatu kondisi dinamis

yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana

penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadi pemberian pelayanan publik

tersebut.

Menurut Goetsch dan Davis dalam Hardiansyah (2011:49), menyatakan

bahwa kualitas pelayanan adalah suatu yang berhubungan dengan terpenuhinya

harapan/kebutuhan pelanggan, dimana pelayanan dikatakan berkualitas apabila

dapat menyediakan produk dan jasa (pelayanan) sesuai dengan kebutuhan dan

harapan pelanggan. Dalam hal ini, kualitas pada dasarnya terkait dengan

17
pelayanan yang baik, yaitu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan

atau masyarakat secara memuaskan.

Sebagaimana dikemukakan oleh Trigono dalam Hardiansyah (2011:36).

Menyatakan bahwa melayani setiap saat, secara tepat dan memuaskan, berlaku

sopan ramah dan menolong serta professional, bahwa kualitas ialah standar yang

harus dicapai oleh sekelompok/lembaga/organisasi mengenai kualitas sumber saya

manusia, kualitas cara kerja atau produk yang berupa barang dan jasa. Berkualitas

mempunyai arti memuaskan pada yang dilayani, baik internal maupun eksternal

dalam arti optimal atas pemenuhan atas tuntutan/persyaratan pelanggan

masyarakat.

Menurut Sampara dalam Hardiyansyah (2018:49) mengatakan bahwa

kualitas pelayanan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan

standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai pedoman dalam memberikan

pelayanan.

Dari definisi kualitas di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan

publik merupakan suatu kondisi dimana pelayanan mempertemukan atau

memenuhi atau bahkan melebihi dari apa yang menjadi harapan konsumen dengan

sistem kinerja actual dari penyedia jasa.

Organisasi publik mempunyai ciri public accountability, yaitu setiap

warga negara mempunyai hak untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang

mereka terima.Sangat sulit untuk menilai kualitas suatu pelayanan tanpa

mempertimbangkan peran masyarakat sebagai penerima pelayanan.Evaluasi yang

berasal dari pengguna pelayanan merupakan elemen pertama dalam analisis

18
kualitas pelayanan publik.Elemen kedua dalam analisis adalah kemudahan

suatupelayanan untuk dikenali baik sebelum, dalam proses, atau setelah pelayanan

itu diberikan.

2.1.6 Bentuk Pelayanan Publik

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah menyadari bahwa suatu

lingkungan kerja terdapat beberapa bentuk pelayanan, baik itu pelayanan yang

dilakukan dengan perbuatan maupun lisan.

Menurut Moenir (2007:190) menyebutkan bahwa terdapat 3 bentuk

pelayanan publik yaitu:

1. Layanan dengan lisan

Dilakukan oleh petugas dibidang Humas, bidang layanan informasi dan

bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau

keterangan-keterangan kepada siapapun yang memberikan dengan syarat

yang harus dipenuhi oleh pelaku pelaksanaan pelayanan, yaitu :

a. Masalah yang termasuk dalam bidang tugas

b. Mampu memberikan penjelasan tentang apapun yang perlu dengan

jelas, sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh

kejelasan mengenai sesuatu.

2. Layanan dengan tulisan

Pada dasarnya pelayanan melalui tulisan sangat efisiensi terutama dari segi

jumlah maupun dari segi peranannya dan juga sangat baik bagi layanan

jarak jauh karena faktor biaya dan faktor kecepatan baik dalam

19
pengelolaan masalah maupun dalam proses penyelesaiannya. Layanan

tulisan terdiri dari dua golongan, yaitu:

a. Layanan berupa petunjuk, informasi dan sejenisnya yang

ditunjukan pada orang-orang yang berkepentigan.

b. Layanan berupa reaksi tertulis atau permohonan, laporan

pemberitahuan dan lain sebagainya.

3. Layanan melalui perbuatan

Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan, dilakukan oleh petugas-

petugas yang mempunyai keahlian dalam keterampilan karena sanagat

menentukan terhadap hasil perbuatan dan pekerjaan. Adapun berikut ini

adalah faktor-faktor yang mendukung dari layanan perbuatan, yaitu :

a. Adanya kesungguhan dalam melakukan pekerjaan dengan motif

mulia.

b. Adanya keterampilan khusus untuk menangani pekerjaan tersebut.

c. Disiplin dalam hal waktu, prosedur, metode yang telah ditentukan.

3 Bentuk Pelayanan Umun

Menurut Moenir (2007:190)

Layanan melalui
Layanan
Layanan dengan perbuatan
dengan lisan
tulisan

Bagan 2.1 Bentuk Pelayanan Publik

20
Dalam ketiga bentuk pelayanan publik seperti itulah yang menjadi

dambaan dan harapan oleh setiap orang yang sedang ingin berurusan dengan

badan/ instansi yang betugas di masyarakat. Kemudian apabila hal-hal tersebut

dapat dipenuhi dan dapat diterapkan oleh para petugas yang bekerja maupun yang

menjabat pada sebuah posisi, maka masyarakat akan merasa puas dan dampak

kepuasan itu terlihat pada masyarakat sangat menghargai kepada pegawai yang

bertugas.

2.1.7Faktor-Faktor Pendukung Pelayanan

Pelayan umum kepeda masyarakat akan dapat berjalan sebagaimana yang

diharapkan, apabila faktor-faktor pendukungnya cukup memadai serta dapat

difungsikan secara berhasil guna dan berdaya guna. Pada proses pelayanan

terdapat faktor penting dan setiap faktor mempunyai peranan yang berbeda-beda

tetapi saling berpengaruh dan secara bersamasama akan mewujudkan pelaksanaan

pelayanan yang baik.H.A.S Moenir (2002:88) berpendapat ada enam faktor

pendukung pelayanan, antara lain:

a. Faktor Kesadaran

Faktor kesadaran ini mengarah pada keadaan jiwa seseorang yang

merupakan titik temu dari beberapa pertimbangan sehingga diperoleh

suatu keyakinan, ketenangan, ketetapan hati dan keseimbangan jiwa.

Dengan adanya kesadaran akan membawa seseorang kepada kesungguhan

dalam melaksanakan pekerjaan

b. Faktor Aturan

21
Aturan sebagai perangkat penting dalam segala tindakan pekerjaan

seseorang. Oleh karena itu, setiap aturan secara langsung atau tidak

langsung akan berpengaruh. Dengan adanya aturan ini seseorang

akanmempunyai pertimbangan dalam menentukan langkahnya.

Pertimbangan pertama manusia sebagai subjek aturan ditunjukan oleh hal-

hal penting :

1) Kewenangan

2) Pengetahuan dan pengalaman

3) Kemampuan bahasa

4) Pemahaman pelaksanaan

5) Disiplin dalam melaksanakan diantaranya disiplin waktu dan


disiplin kerja.

c. Faktor organisasi
Faktor organisasi tidak hanya terdiri dari susunan organisasi tetapi

lebih banyak pada pengaturan mekanisme kerja.Sehingga dalam organisasi

perlu adanya sarana pendukung yaitu sistem, prosedur, dan metode untuk

memperlancar mekanisme kerja.

d. Faktor pendapatan

Faktor pendapatan yang diterima oleh seseorang merupakan

imbalan atas tenaga dan pikiran yang telah dicurahkan orang lain.

Pendapatan dalam bentuk uang, iuran atau fasilitas dalam jaka waktu

tertentu

e. Faktor kemampuan

22
Faktor kemampuan merupakan titik ukur untuk mengetahui sejauh

mana pegawai dapat melakukan suatu pekerjaan sehingga menghasilkan

barang atau jasa sesuai dengan apa yang diharapkan.

f. Faktor sarana pelayanan

Faktor sarana yang dimaksud yaitu segala jenis peralatan,

perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat pendukung

utama dalam mempercepat pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. Adapun

fungsi sarana pelayanan, antara lain :

1. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat

menghemat waktu

2. Meningkatkan produktivitas baik barang atau jasa

3. Ketetapan susunan yang baik dan terjamin

4. Menimbulkan rasa nayaman bagi orang yang berkepentingan.

5. Menimbulkan perasaan puas pada orang-orang yang

berkepentingan sehingga dapat mengurangi sifat emosional.

Keenam faktor tersebut mempunyai peranan yang berbeda tetapi saling

mempengaruhi dan secara bersama-sama akan mewujudkan pelaksanaan

pelayanan secara optimal, baik berupa pelayanan verbal, pelayanan tulisan atau

pelayanan dalam bentuk gerakan/ tindakan dengan atau tanpa tulisan.

Wolkins dalam Fandy Tjiptono (2005:75) mengemukakan enam faktor

dalam melaksanakan penyempurnaan kualitas secara berkesimambungan. Keenam

23
faktor tersebut meliputi: “kepemimpinan, pendidikan, perencanaan, review,

komunikasi serta penghargaan dan pengakuan”.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan pelayanan publik

harus memperhatikan aspek pendukung agar pelayanan dapat berjalan dengan

baik. Faktor yang harus diperhatikan meliputi : faktor kesadaran baik dari petugas

pelayanan maupun dari masyarakat; faktor aturan yang telah di tentukan oleh

instansi pemberi layanan; faktor organisasi yang baik; faktor imabalan atau gaji;

faktor kemampuan dalam bekerja; faktor sarana dan prasarana; komunikasi dan

pendidikan.

2.1.8 Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Kegiatan pelayanan publik diselenggarakan oleh instansi

pemerintah.Instansi pemerintah merupakan sebutan kolektif meliputi satuan kerja

atau satuan orang kementrian, departemen, lembaga, pemerintahan

nondepartemen, kesekertariatan lembaga tertinggi dan tinggi negara, dan instansi

pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah termasuk Badan Usaha Milik

Daerah.Sebagai penerimapelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi

pemerintah dan badan hukum.

Kegiatan pelayanan publik atau disebut juga dengan pelayanan umum,

yang biasanya menempel di tubuh lembaga pemerintahan dinilai kurang dapat

memenuhi tugasnya sesuai dengan harapan masyarakat, sebgai konsumen mereka.

Salah satu yang dianggap sebagai biang keladinya adalah bentuk orang birokrasi,

sehingga birokrasi adalah tipe dari orang yang dimaksudkan untuk mencapai

24
tugas-tugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis

(teratur) pekerjaan dari banyak orang.

Konsep birokrasi bukan merupakan konsep yang buruk.Organisasi

birokrasi mempunyai keteraturan dalam hal pelaksanaan pekerjaan karena

mempunyai pembagian kerja dan struktur jabatan yang jelas sehingga komponen

birokrasi mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan

kewajibannya.Pelaksanaan pekerjaan dalam orang birokrasi diatur dalam

mekanisme dan prosedur agar tidak mengalami penyimpangan dalam mencapai

tujuan orang.Dalam organisasi birokrasi segala bentuk hubungan bersifat resmi

dan berjenjang berdasarkan struktur orang yang berlaku sehingga menuntut

ditaatinya prosedur yang berlaku pada orang tersebut.

Adapun yang menjadi ciri ideal birokrasi menurut Max Weber antara lain
adalah:

a) pembagian kerja yang kurang jelas

b) Adanya hierarki jabatan

c) Adanya pengaturan sitem yang konsisten

d) Prinsip formalistic impersonality

e) Penempatan berdasarkan karier

f) Prinsip rasionalitas

Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan memberikan dampak nyata

yang luas terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat.Dengan demikian

pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah memungkinkan terjadinya

penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan

25
membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam

pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan.

Dalam pasal 14 UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


menyatakan penyelenggara memiliki hak:

a. Memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan

tugasnya;

b. Melakukan kerjasama;

c. Mempunyai anggaran pembiayaan penyelenggaraan pelayanan

publik;

d. Melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang tidak

sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan publik

e. Menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan.

Dalam pasal 15 UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


penyelenggara berkewajiban:

a. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan;

b. Menyusun, menetapkan, dan mempublikasikan maklumat

pelayanan;

c. Menempatkan pelaksana yang kompeten

d. Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik

yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai;

e. Memberikan pelatanan yang berkualitas sesuai dengan asas-asas

penyelenggaraan pelayanan publik

26
2.1.9 Jenis-jenis Pelayanan Publik

Membicarakan tentang pelayanan tidak dapat dilepaskan dengan manusia,

karena pelayanan mempunyai kaitan erat dengan kebutuhan hidup manusia,

baik itu sebagai nidividu maupun sebagai makluk sosial. Keanekaragaman dan

perbedaan kebutuhan hidup manusia menyebabkan adanya bermacam-macam

jenis pelayanan pula, dalam upaya untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia

tersebut. Timbulnya pelayanan umum atau publik dikarenakan adanya

kepentingan, dan kepentingan tersebut bermacam- macam bentuknya sehingga

pelayanan publik yang dilakukan juga ada beberapa macam.

Berdasarkan keputusan MENPAN No.63/KEP/ MENPAN/ 7/2003 dalam

Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2006:20) kegiatan pelayanan umum atau

publik antara lain:

a) Pelayanan administratif

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen

resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalny status

kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau

penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya.

Dokumendokumen ini antara lain Kartu Tanda Pendudukan (KTP),

akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda

Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB),

Paspor, Sertifikat kepemilikan atau penguasaan Tanah dan

sebagainya

27
b) Pelayanan barang

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis

barang yang digunakan oleh publik.

c) Pelayanan jasa

Yaitu pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa yang

dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan

kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.

Dilihat dari bidang kegiatan ekonomi, Fitzsmmons yang dikutip

oleh Saefullah (1999:7), membedakan lima jenis pelayanan umum, yaitu

sebagai berikut:

a. Business service, menyangkut pelayanan dalam kegiatan-kegiatan

konsultasi, keuangan, dan perbankan;

b. Trade sevice, kegiatan-kegiatan pelayanan dalam penjualan,

perlengkapan, dan perbaikan;

c. Infrastruktur service, meliputi kegiatan-kegiatan pelayanan dalam

komunikasi dan transportasi;

d. Sosial and personal service, pelayanan yang diberikan antara lain

dalam kegiatan rumah makan dan pemeliharaan kesehatan; dan

e. Public administration, yang dimaksudkan disini adalah pelayanan

dari pemerintah yang membantu kestabilan dan pertumbuhan

ekonomi.

28
Selain itu, bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada

masyarakat menurut Lembaga Administrasi Negara (1998) dapat

dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan yaitu :

a. Pelayanan Pemerintahan, yaitu merupakan pelayanan

masyarakat yang erat dalam tugas-tugas umum pemerintahan

seperti pelayanan Kartu Keluarga/KTP, IMB, Pajak Daerah,

Retribusi Daerah dan Imigrasi.

b. Pelayanan Pembangunan, merupakan pelayanan masyarakat

yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk

memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam aktifitasnya

sebagai warga masyarakat, seperti penyediaan jalan, jembatan,

pelabuhan dan lainnya.

c. Pelayanan Utilitas merupakan penyediaan utilitas seperti listrik,

air, telepon, dan transportasi.

d. Pelayanan Kebutuhan Pokok, merupakan pelayanan yang

menyediaan bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat dan

kebutuhan perumahan seperti penyediaan beras, gula, minyak,

gas, tekstil dan perumahan murah.

e. Pelayanan Kemasyarakatan, merupakan pelayanan yang

berhubungan dengan sifat dan kepentingan yang lebih

ditekankan kepada kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan

seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan,

29
penjara, rumah yatim piatu dan lainnya. Secara umum fungsi

sarana pelayanan antara lain :

1) Mempercepat prtoses pelaksanaan kerja (hemat waktu);

2) Meningkatkan produktifitas barang dan jasa;

3) Ketepatan ukuran/kualitas produk terjamin peneyerahan

gerak pelaku pelayanan dengan fasilitas ruangan yang

cukup;

4) Menimbulkan rasa kenyamanan;

5) Menimbulkan perasaan puas dan mengurangi sifat

emosional penyelenggara.

Dari berbagai pendapat tentang pembagian jenis-jenis pelayanan umum

yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terlihat bahwa pelayanan

umum mencakup lingkup kegiatan dan jenis-jenis yang sangat luas. Dengan kata

lain, persoalan pelayanan umum dalam satu pemerintahan merupakan

permasalahan yang sangat kompleks dan karenaitu membutuhkan perhatian semua

kalangan, baik dari pemerintah sebagai pihak pemberi layanan maupun dari

masyarakat sebagai pihak yang menerima pelayanan.

Pemberian pelayanan yang baik merupakan salah satu upaya perusahaan

untuk menciptakan kepuasan bagi konsumennya.Jika konsumen merasa telah

mendapatkan pelayanan yang baik berarti perusahaan mampu memberikan

pelayanan yang baik pula.Demekian pula sebaliknya, pelayanan tidak dapat

diuraikan secara obyektif seperti sebuah produk, melainkan merupakan interaksi

social dengan subyektivitas, lebih tergantung pada nilai, parasaan dan perilaku.

30
pelayanan yang berkualitas itu tidak hanya ditentukan oleh pihak yang

melayani, tetapi juga pihak yang ingin dipuaskan. Dan yang menjadi prinsip-

prinsip layanan yang berkualitas menurut H.A.S. Moenir (2002:205) antara

lain:

a. Proses dan prosedur harus ditetapkan lebih awal.

b. Proses dan prosedur itu harus diketahui oleh semua pihak yang terlibat.

c. Disiplin bagi pelaksanaan untuk mentaati proses dan prosedur

d. Perlu peninjauan proses dan prosedur oleh pimpinan, sewaktu- waktu

dapat dirubah apabila perlu.

e. Perlu menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembang budaya

organisasi untuk menciptakan kualitas layanan.

f. Kualitas berarti memenuhi keinginan, kebutuhan, selera konsumen.

g. Setiap orang dalam organisasi merupakan partner dengan orang

lainnya.

h. Sekarang ini kegiatan pemasaran tidak terlepas dari kualitas

pelayanan terhadap konsumen. Kualitas pelayanan yang baik dan

dalam pembelian suatu produk, sehingga dibutuhkan strategi

kualitas pelayan yang baik.

Menurut Parasuraman dkk yang dikutip oleh Fandy Tjiptono,

(2000:70) ada beberapa kriteria yang menjadi dasar penilaian

konsumen terhadap pelayanan yaitu:

31
1. Tangible, atau bukti fisik yaitu kemampuan dalam

menunjukkan eksitensinya kepada pihak eksternal. Yang

dimaksudkan bahwa penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik dan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan

bukti nyata dan pelayanan yang diberikan.

2. Reliability, atau kehandalan yaitu kemampuan dalam

memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat

dan terpercaya.

3. Responsiveness, atau tanggapan yaitu suatu kemauan untuk

membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat

kepada masyarakat dengan menyampaikan informasi yang

jelas.

4. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan,

kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai untuk

menumbuhkan rasa percaya terhadap pelanggan.Terdiri dari

beberapa komponen di antaranya adalah komunikasi,

kredibilitas, keamanan, kompetensi dan sopan santun.

5. Empathy,yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada pelanggan

dengan berupaya memahami keinginan pelanggan.

2.2. Kerangka Pemikiran

Pelayanan adalah keutamaan dari sebuah organisasi. Berhasil atau

tidaknya sebuah organisasi dapat dinilai dari kualitas layanan yang diberikan oleh

32
organisasi tersebut karena pelayanan yang berkualitas akan meningkatkan

kepuasan pada masyarakat. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Samarinda merupakan salah satu penyedia layanan publik kepada

masyarakat.Guna mengetahui sejauh mana kualitas pelayanan yang berikan oleh

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda, perlu dilakukan

analisis secara mendalam menggunakan indikator pengukur kualitas pelayanan.

Berikut merupakan skema kerangka pikir penelitian yang telah dipaparkan

sebelumnya :
ANALISIS KUALITAS PELAYANANPUBLIK

Undang-Undang Republik Pelayanan


Indonesia Nomor 25 Tahun Publik
2009 Tentang Pelayanan
Publik
Mengukur kualitas
pelayanan publik :
Pasal 1 Ayat 7 UU No. 25 Tahun 2009, Standar
Pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan 1. Bukti Langsung
(tangibles)
sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan
2. Kehandalan
acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban
(Reliability)
dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam 3. Daya Tanggap
rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, (responsiveness)
terjangkau, dan terukur. 4. Jaminan
(assurance)
5. Empati

Mengukur dan mengetahui Kualitas Pelayanan di Dinas


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda,
melalui pegawai yang bertugas dalam pelayanan.

Kualitas Pelayanan yang


dirasakan dan diharapkan
masyarakat

33
Gambar 2.2 Kerangka pemikiran tentang Analisis Kualitas Pelayanan

Publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda

34
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan fakta serta

keterangan-keterangan yang ada di lapangan, sedangkan deskriptif ialah sifat data

penelitian kualitatif yang wujud datanya berupa deskripsi objek penelitian yaitu

kata-kata, gambar, dan angka-angka yang tidak dihasilkan melalui pengolahan

statistika.Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai kualitas pelayanan publik di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Samarinda.

3.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan sumber data yang dimintai informasinya

sesuai masalah penelitian.Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian

adalah subyek dari mana data diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2002:107).Untuk

mendapat data yang tepat maka perlu ditentukan informan yang memiliki

kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data (purposive).Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan di DISDUKCAPIL Kota

Samarinda. Oleh karena itu, diperlukan subyek yang memenuhi parameter yang

dapat hal di atas sehingga memungkinkan data dapat diperoleh.

Parameter tersebut yaitu sebagai key informan Bapak H. Arief Rachman,

SH selaku Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil sebagai pegawai yang

35
dianggap paling mengetahui dan memahami penyelenggaraan kegiatan pelayanan

di Disdukcapil kota Samarinda. Sementara Informan pendukung yaitu empat

orang pegawai bidang pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil

dibagaian Front Office loket pelayanan yaituMauliyan Septiandy Inalutfi,

Muhammad Richi Rachmanie, Ni Made Suryawardani, dan Novita Sari, serta

delapan orang masyarakat yaitu Rekkha, Dika, Josua, Rini, Albin, Rosmini,

Mustafa, dan Ade sebagai penggunan layanan yang dianggap mampu memberikan

informasi terkait dengan kualitas pelayanan publik di Disdukcapil Kota

Samarinda. Total informan adalah sebanyak 13 orang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dan lengkap, penelitian


inimenggunakan beberapa teknik pengumpuan data. Berikut merupakan
teknikteknik pengumpulan data yang dimaksud:

1. Observasi

Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan

mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.

Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk

memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Teknik penelitian observasi dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara melihat secara langsung pelayanan yang

dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (DISDUKCAPIL) Kota

Samarinda dan mengamati sarana prasarana serta fasilitas pendukung pelayanan

publik di instansi tersebut.

36
2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan

oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, di

mana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi

terstruktur, dimana peneliti memiliki kebebasan dalam bertanya dan mengatur alur

serta setting wawancara. Tidak ada pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya,

peneliti hanya mengandalkan guidline interview atau pedoman wawancara

sebagai pedoman penggalian data.

Wawancara dilakukan dengan mendatangi langsung informan penelitian

dan menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan pokok permasalahan

sesuaidengan pedoman wawancara yang telah dibuat. Dalam melakukan

wawancara, peneliti mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

dikemukakan oleh informan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik penelitian yang digunakan untuk

memperkuat hasil penelitian, sehingga diperoleh data yang asli, lengkap, dan

bukan berdasarkan perkiraan, atau dengan mengambil data yang sudah tersedia

dalam catatan dokumen yang sudah ada. Dokumentasi ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data-data seperti struktur organisasi, visi dan misi instansi, serta

bukti berupa foto pelayanan yang dilakukan oleh pegawai instansi terkait.

37
3.4 Fokus Penelitian

Dalam membahas rumusan masalah penelitian ini, penulis fokus pada

Kualitas Pelayanan Publik dalam pelayanan pada Dinas Kependudukan Dan

Pencatatan Sipil kota Samarinda.

Fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data untuk

menyamakan pemahaman dan cara pandang terhadap penelitian ini. Mengukur

kualitas pelayanan publik dilakukan dengan beberapa indikator yang sekaligus

dijadikan sebagai fokus penelitian, sebagai berikut:

• Bukti Langsung (tangibles)

• Kehandalan (Reliability)

• Daya Tanggap (responsiveness)

• Jaminan (assurance)

• Empati (Emphaty).

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dalam penelitian adalah tahap yang paling penting dan

menentukan.Pada tahap ini dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai

berhasil menyimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan

yang diteliti.

sugiyono (2013:83) menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian

kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang bermacam-macam. Dan dilakukan secara terus menerus

38
sampai datanya mengakibatkan variasi data yang tinggi.Data yang diperoleh

umumnya data kualitatif. Bogdan (dalam Sugiyono, 2013:88) analisis data

kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat

mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.Proses

pelaksanaan analisis data dilaksanakan melalui beberapa tahap. Tahap-tahap

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Pengumpulan Penyajian
Data data

Kondensasi Kesimpulan/Verifikasi
data

Sumber : Miles, Huberman (2014)

1. Pengumpulan data
Data pertama atau mentah dikumpulkan dalam suatu penelitian

2. Kondensasi data

Kondensasi data adalah merujuk pada proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan dengan membuat abstraksi, mengubah data mentah

yang dikumpulkan dari penelitian ke dalam catatan yang telah disortir atau

39
diperiksa. Tahap ini merupakan tahap analisa data yang dipertajam atau

memusatkan, membuat dan sekaligus dapat dibuktikan.

3. Penyajian Data

Penyajian data adalah menyusun informasi dengan cara tertentu sehingga

diperlukan memungkinkan penarikan kesimpulan atau pengambil tindakan

lebih lanjut berdasarkan pemahaman.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan langkah keempat meliputi makna yang

telah disederhanakan, disajikan dalam pengujian data dengan cara

mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan secara logis metodologis,

konfigurasi yang memungkinkan diprediksi hubungan sebab akibat

melalui hukum-hukum empiris.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi

dariDinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Samarinda dan

yang bersumber dari berbagai literatur yang berhubungan, kemudian di analisis

dan di jelaskan secara rinci hasil analisis penelitian tersebut.

3.6 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2019 hingga beberapa

bulan kedepan, terhitung dari pengajuan judul sampai selesai.Berikut adalah

jadwal penelitian ini.

1. Bulan September 2019 mengajukan judul skripsi pada Jurusan Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas 17

40
Agustus 1945 Samarinda, sekaligus memohon kesediaan dosen

pembimbing.

2. Bulan September-Oktober 2019 menyusun rencana penelitian dan mencari

literature untuk menhimpun data yang diperlukan untuk penelitian serta

untuk penulisan Bab, I, Bab II, dan Bab III.

3. Bulan Oktober-November 2019, tahap penulisan Bab I, Bab II, Bab III

serta konsultasi dengan dosen pembimbing dan melakukan beberapa

perbaikan penulisan pada Bab I, Bab II, dan Bab III.

4. Bulan Desember-Januari 2019-2020 penulis melakukan penelitian dengan

cara observasi lapangan serta wawancara langsung dengan pegawai

Disudukcapil terkait.

5. Bulan Januari 2020 penulis akan melakukan Seminar Proposal untuk

mempertanggungjawabkan hasil Observasi penelitian dihadapan dosen

pembimbing.

6. Bulan Februari 2020, melakukan pembuatan daftar wawancara pada

informan, dikonsultasikan Pembimbing, kemudian melakukan pencarian

data melalui proses penelitian di lapangan.

7. Bulan Maret 2020, mengolah data hasil penelitian dilapangan, selanjutnya

menyusun laporan hasil penelitian.

8. Bulan April 2020, konsultasi kepada Pembimbing hasil penelitian dan

hasil penyusunan laporan.

9. Bulan Mei 2020, minggu ke dua seminar hasil penelitian dan ujian skripsi.

41
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda merupakan

instansi yang berhubungan dengan pengurusan administrasi kependudukan.

MenurutInstansi ini berdiri pada tahun 1984 beralamatkan di Jl. Milono No.1.

Samarinda. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun

2013 , tentang perubahan atas UU No. 23 Tahun 2006, tentang administrasi

kependudukan yaitu antara lain untuk mewujudkan tertib

administrasi kependudukan dalam skala Nasional dan menjamin kepastian hukum

hak sipil, maka pembangunan dan penduduk adalah dua hal yang memiliki

hubungan keterkaitan integratif sehingga tidak dapat dipisahkan.

4.1.1. Kondisi Geografis

Kota Samarinda adalah Ibu kota Provinsi Kalimantan Timur yang wilayah

daratannya terdiri dari dua wilayah yaitu wilayah kota dan wilayah sebrang.

Secara geografi wilayah daratan kota Samarinda terletak didaerah khatulistiwa

dan dibelah oleh Sungai Mahakam. Secara astronomis dan geografis Kota

Samarinda terletak diantara:

Letak geografis wilayah Kota Samarinda berbatasan sebagai berikut:

a. Sebelah Barat : dengan Kutai Kartanegara

b. Sebelah Utara : dengan Kutai Kartanegara

c. Sebelah Timur : dengan Kutai Kartanegara

42
d. Sebelah Selatan : dengan Kutai Kartanegara

Luas wilayah kota samarinda adalah 718,00 km2 dan terletak antara

117003’00” bujur timur dan 1170018”14” bujur timur serta diantara 00019’02”

lintang selatan dan 00042’34” lintang selatan 1 sejak akhir tahun 2010 kota

samarinda dibagi menjadi 10 kecamatan yaitu kecamatan palaran, samarinda ilir,

samarinda kota, sambutan, samarinda seberang, loa janan ilir, sungai kunjang,

samarinda ulu, samarinda utara, dan sungai pinang. Sedangkan jumlah desa di

kota samarinda sebanyak 53 desa.

Pembagian dan Luas Wilayah Administrasi Kota Samarinda

Table 4.1

NO Kecamatan Luas Jumlah Jumlah


(KM2) Kelurahan RT
1 Kec. Palaran 221 5 170

2 Kec. Samarinda Seberang 12.49 6 117

3 Kec. Samarinda Ulu 22.12. 8 142

4 Kec. Samarinda Ilir 17.18 5 324

5 Kec. Samarinda Utara 229.52 8 147

6 Kec. Sungai Kunjang 43.04 7 189

7 Kec. Sambutan 100.95 5 111

8 Kec. Sungai Pinang 34.16 5 249

9 Kec. Samarinda Kota 11.12 5 237

10 Kec. Loa Janan Ilir 26.13 5 307

Jumlah 718 59 1993

Sumber Data: Bagian Pemerintahan 2019

43
Penduduk kota samarinda dari tahun ke tahun mencatat kenaikan yang

cukup berarti. Pada tahun 2019, jumlah penduduk kota samarinda sebanyak

781.184 jiwa, sebagian besar berada di kecamatan samarinda ulu sebanyak

125,553 jiwa atau 16,1% dari total penduduk kota samarinda. Tingkat kepadatan

penduduk di kota samarinda pada tahun 2019 adalah 1.088 jiwa/km2. Kepadatan

penduduk pada setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran dan luas

wilayahnya, terlihat belum merata, sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan

penduduk yang mencolok antar kecamatan. Berikut ini diuraikan distribusi

penduduk menurut wilayah domisili pada masing-masing kecamatan di kota

samarinda pada tahun 2019.

4.1.2. Kondisi Demografi

Berdasarkan data pelayanan SIAK pada bulan Desember tahun 2018 pada

data pelayanan Dinas Kependuduk dan Pencatatan Sipil kota samarinda penduduk

samarinda berjumlah 950.994 jiwa terdiri dari 492.867 jiwa Laki-laki dan 458.127

jiwa perempuan yang tersebar di 10 kecamatan dengan tingkat kepadatan rata-rata

32.881 jiwa/km2. Adapun persebaran penduduk di Kota Samarinda tida merata di

masing-masing kecamatan. Kecamanata Samarinda Ulu merupakan wilayah

terpadat yaitu dengan luas wilayah 22.12 km2 mempunyai jumlah penduduk

cukup besar mencapai 157.949 jiwa dengan kepadatan penduduk 7.247 jiwa/km2.

Sedangkan kecamatan dengan tingkat terendah adalah kecamatan Samarinda Kota

dengan luas wilayah 11.12 km2 mempunyai jumlah penduduk cukup besar

mencapai 40.180 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.613 jiwa/km2.

44
4.1.3. Visi

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda dalam

membangun dan melaksanakan manajemen kinerja dengan menjalankan

mandatnya, telah menetapkan Visi dan Misi dalam Renstra SKPD sebagai tindak

lanjut RPJMP Kota Samarinda Tahun 2016-2021 sebagai berikut:

Visi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda adalah:

“Terwujudnya tertib Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Secara

Efektif Efisien”. dalam mencapai visi tersebut maka dirumuskan misi sebagai

upaya arah dan langkah pencapaiannya sebagai berikut:

a. Tertip penyelenggaraan pelayanan pendaftaran penduduk;

b. Tertib penyelengagaran pelayanan pencatatan sipil;

c. Tertib penyimpanan data kependudukan dan pencatatan sipil;

d. Pelayanan cepat dan pasti;

e. Maksimalisasi sosialisasi

4.1.4. Misi

Dinas Kpendudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda dalam membangun

dan melaksanakan untuk mewujudkan visi maka perlu melaksanakan Misi sebagai

berikut:

a. Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional dibidang

kependudukan dan pencatatan sipil dengan pendayagunaan data dan

teknologi informasi

45
b. Meningkatkan sarana dan prasarana layanan administrasi kependudukan

dan pencatatan sipil pengolahan data dan teknologi informasi

c. Meningkatkan penataan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

dengan menggunakan teknologi informasi yang berkelanjutan

d. Mendorong tumbuhnya aktivitas masyarakat untuk melaporkan peristiwa

penting dan kependududkan

e. Memanfaatkan produk kependudukan dan pencatatan sipil untuk

pembangunan segala bidang.

4.4.5. Moto Pelayanan

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda menyatukan

langka kinerja aparatur yang bersinergi dengan masyarakat melalui sarana

pembangunan budaya kerja dengan penguatan semangat nilai budaya kerja dan

etos kerja serta pelaksanaan SPIP (Sistem Pengendalian Internal Pemerintah)

untuk mendukung sistem kerja agar dapat berjalan dengan baik melalui

peneteapan motto yang disingkat dan ditetapkan adalah (5S + 1I)Salam, Sapa,

Senyum, Sopan, Santun, dan Ikhlas.

4.4.6. SDM Disdukcapil

Daftar urutan kepangkatan pegawai negeri sipil Disdukcapil kota Samarinda

Table 4.2
No Nama Jenis Kelamin Jabatan
1 H. Abdullah,SH,M,Psi L Kepala Dinas
2 H.M.Subhan, S.Sos L Sekretaris
3 Drs. Hairil Anwar , M.Si L Kabid pend. Penduduk

46
4 Drs. Juwito, M.Si L Kabid PDIP
5 H. Aaricf Rachman, SH L Kabid pencatatan sipil
6 Sri Hardani, SE P Kasi Identitas
7 Nurdin Yusuf, S,Sos, MSi L Kasi Monitoring
8 Didik Purwanto. SSTP, MSi L Kabid PIAK
9 Sunoto.S.Kom.MM L Kasi pemanfaatan data
10 Dra. Hj. Asniar P Kasi perkawinan & cerai
11 Dra. Hj. Norhayati P Kasi verifikai
12 Dra. Rusmi Eryani P Kasubag Umum
13 Kartiningsih, SH P Kasi Informasi
14 Hj. Rita Hartati, A,Ma.Pd P Kasi penyerasian
15 Saipul Bahri, SE L Kasi Pindah Datang pend
16 Daisylita, S.Sos P Kasubag Perencanaan
17 Leliana, SE P Kasubag Keuangan
18 Muhammad Faried, SE L Kasi Pengolahan Data
19 Muhammad Rofiq, S.Kom L Kasi Pengembangan
20 Hj. Juma’ah, SE P Staff
21 Christiana, SE P Staff
22 H. Lalilul Rachman, SE L Kasi Kelahiran
23 Supriyanto, Amd, SKM,MSi L Kasi Pengolah Data

1.4.8. Struktur Organisasi Disdukcapil Kota Samarinda

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun

2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat Daerah Kota Samarinda, maka

perlu menetapkan susunan organisasi, tata kerja, tugas, fungsi, dan rincian tugas

dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda. Adapun sususan

jabatan organisasi Disdukcapil adalah sebagai berikut:

47
1. Kepala Dinas

2. Sekretaris Membawahi ;

a. Sub Bagian Program Dan Informasi

b. Sub Bagian Keuangan dan,

c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

3. Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk, membawahi;

a. Seksi Identitas Penduduk

b. Seksi Pindah Datang dan,

c. Seksi Pendatang Penduduk

4. Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil, membawahi;

a. Seksi Kelahiran

b. Seksi Perkawinan dan Perceraian dan,

c. Seksi perubahan status anak, pewarganegaraan dan kematian.

5. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan, membawahi;

a. Seksi Informasi Administrasi Kependudukan

b. Seksi Pengolahan dan penyajian data dan;

c. Seksi tata Kelola Teknologi Informasi

6. Bidang Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan membawahi;

a. Seksi Kerjasama

b. Seksi Pemanfaatan data da dokumen kependudukan dan;

c. Seksi Inovasi Pelayanan

7. Kelompok Jabatan Fungsional

8. Unit Pelaksanaan teknis

48
4.4.8. Pelayanan Umum di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1. Jam Kerja Pelayanan :

Senin s.d. Kamis : 08.30 – 12.00 (istirahat 12.00-13.00)

13.00 – 15.00

Jumat : 08.00 – 11.00

2. Jenis Pelayanan
Table 4.3
No Jenis Layanan Layanan
1 Pendaftaran Penduduk dan Pembuatan KK
E-KTP
Pencatatan Sipil Sipil
Kutipan Akta Kelahiran
Kutipan Akta Kematian
Kutipan Akta Perkawinan
Kutipan Akta Perceraian
Pencatatan Perubahan Identitas
Pencatatan Pengesahan Anak
Surat Keterangan Belum Pernah
Menikah Non Muslim
Surat Mutasi Pencatatan
Perkawainan
Pembetulan Akta

3. Standar Pelayanan Operasional (SOP) Dinas Kependudukan Dan


Pencatatan Sipil Kota Samarinda
Prosedur adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu

aktivitas dan atau metode langkah demi langkah secara pasti dalam

memecahkan suatu masalah. Masalah yang dimaksud ialah proses

penyelesaian layanan yang diberikan oleh Disdukcapil Kota Samarinda.

Berikut diberikan rincian syarat pembuatan layanan yang dimaksud:

1. Akta Kelahiran

49
a. Pemohon mengambil nomor antrian , mengisi blanko/formulir

ditanda tangani oleh pelapor dan 2 orang saksi

b. Membawa surat kelahiran dari Dokter/penolong

c. Fotocopy KK dan KTP orang tua

d. Fotocopy surat nikah

e. Fotocopy KTP saksi sebanyak 2 orang

2. Akte Kematian

a. Mengisi blanko/Formulir

b. Surat kematian dari Dokter/petugas kesehatan

c. Surat keterangan kematian kelurahan setempat yang asli

d. Fotocopy KK dan KTP yang bersangkutan

e. Surat pernyataan yang meninggal lebih dari 1 tahun dari keluarga

f. Surat kuasa bermaterai 6000 dan fotocopy KTP yang diberi kuasa

3. Akta perkawinan

a. Mengisi blanko/formulir

b. Fotocopy KTP calon suami & istri

c. Fotocopy kartu keluarga

d. Fotocopy akte kelahiran suami dan istri

e. Surat keterangan telah terjadinya perkawinan dari pemuka agama

atau surat perkawinan penghayat kepercayaan yang asli

f. Pas foto suami dan istri 4x6 sebanyak 5 lembar

g. Fotocopy kutipan akta perceraian bagi perkawinan yang kedua

kalinya atau lebih

50
h. Fotocopy KTP saksi 2 orang

i. Fotocopy tinggal izin terbatas atau tetap

4. Akta perceraian

a. Mengisi blanko/formulir

b. Salinan putusan pengadilan aslinya yang memperoleh kekuatan

hukum tetap dan fotocopy yang di legalisir

c. Kutipan Akta perkawinan yang asli

5. Pencatatan perubahan identitas

a. Fotocopy penetapan pengadilan yang mempunyai kekuatan 21

hukum (legalisir)

b. Fotocopy KK dan KTP

c. Kutipan akta asli dan copy 3 lembar

d. Fotocopy buku nikah

6. Pengangkatan Anak (Adopsi)

a. Mengisi blanko/formulir

b. Penetapan pengadilan ditempat tinggal pemohon yang

mempunyaku kekuatan 22okum tetap (legalisir)

c. Fotocopy KK dan KTP pemohon menunjukan aslinya

d. Kutipan Akta kelahiran anak 3 lembar

e. Photocopy surat nikah yang mengadopsi

7. Pencatatan pengesahan anak

a. Mengisi blanko/formulir

b. Kutipan akta kelahiran yang asli dan copynya 3 lembar

51
c. Kutioan akta perkawinan/buku nikah asli dan copy

d. Keputusan pengadilan agama bagi muslim

e. Fotocopy KK dan KTP pemohon

8. Surat keterangan belum pernah menikah non muslim

a. Fotocopy akta kelahiran

b. Fotocopy KTP dan KK

c. Pengantar darikelurahan

9. Surat keterangan mutasi pencatatan perkawinan

a. Keterangan dari gereja/kepercayaan

b. Fotocpy akta kelahiran

c. Fotocopy KTP dan KK

10. Pembetulan akta

a. Mengisi blanko

b. Fotocopy KK dan KTP

c. Fotocopy buku nikah

4.2. Hasil Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan menyajikan hasil wawancara yang diperoleh

dari hasil penelitianyang berdasarkan dengan fokus penelitian yaitu mengenai

kualitas pelayanan publik di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota

Samarinda. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada key informan dan informan

terkait dengan pengetahuan narasumber mengenai kualitas pelayanan di

Disducapil Kota Samarinda.

52
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda mempunyai

peran penting dalam penyelenggarakan pelayanan publik. Guna mengetahui

kualitas pelayanan publik di DISDUKCAPIL Kota Samarinda peneliti

menggunakan dimensi kualitas pelayanan publik yang dikemukakan oleh

Zeithaml, Berry dan Parasuraman (Fandy Tjiptono, 2005:70). Dimensi yang

dimaksud meliputi bukti fisik (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap

(responsiviness), jaminan (assurance) serta empati (emphaty).

Dari ke 5 indikator di atas, peneliti pun sudah memiliki pertanyaan

wawancara di tiap indikatornya, untuk pertanyaan wawancara terkait indikator

bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, dan jaminan penelitipun membuat 2

pertanyaan dan 3 pertanyaan di indikator empati. Alasan mengapa ada beberapa

jawaban hasil wawancara yang tidak sesuai dengan jumlah pertanyaan, seperti

peneliti memberikan pertanyaan kepada si A berjumlah 3 pertanyaan, sedangkan

si B hanya mendapatkan 2 pertanyaan adalah:

1. Peneliti sudah memberikan pertanyaan kepada informan sesuai jumlah

pertanyaan, tetapi ada beberapa pertanyaan yang tidak terjawab oleh

informan karena ketidaktahuan untuk menjawab pertanyaan tersebut,

sehingga penelitipun tidak mendapatkan jawaban dan tidak dapat

menuliskan hasil wawancara terkait pertanyaan tersebut.

2. Ada beberapa masyarakat yang sedang menerima pelayanan via

WhatsApp dan hadir di Disdukcapil untuk mengambil berkas,

penelitipun tidak menanyakan pertanyaan wawancara terkait sarana

dan prasarana kerja di Disdukcapil, karena masyarakat tidak

53
diperbolehkan masuk ke ruangan karena adanya covid 19, hanya

mengantri di depan pintu kantor, sehingga masyarakatpun tidak

mengetahui bagaimana keadaan didalam kantor terkait sarana dan

prasana di Disdukcapil.

3. Untuk pertanyaan di indikator empathy, peneliti hanya menanyakan

rasa kepedulian dan hambatan, sedangkan untuk saran dan kritik

pertanyaan tersebut hanya untuk tambahan pertimbangan untuk

dimasukan di kesimpulan dan saran.

Peneliti mewawancarai masyarakat yang melakukan pelayanan dari

beberapa jenis layanan di Disdukcapil yaitu:

1. Pembetulan Akta

2. Perpanjang KTP sementara

3. Pembetulan KK

Wawancara kepada narasumber pemberi layanan dan pengguna layanan

diDisdukcapil dilakukan selama 7 hari terhitung pada hari rabu, 22 April

2020Sampai dengan senin, 27 April 2020.

4.2.1 Bukti Fisik (Tangible)

Tangible merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kriteria

penilaian kualitas layanan, yang termasuk dalam aspek ini ialah sarana prasarana

penunjang pelayanan (loket pelayanan, komputer, telepon, kursi tunggu, meja

pelayanan, dan tempat sampah).

54
Selain itu, faktor kenyamanan dan kebersihan ruangan pelayanan dan

ruangan penunjang layanan (mushola, kamar mandi), ketersediaan wadah aspirasi

masyarakat (kotak saran), serta kerapian penampilan pegawai juga mendukung

primanya layanan yang diberikan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu sarana pendukung

layanan ialah faktor kebersihan dan kenyamanan ruang pelayanan serta kerapian

penampilan pegawai.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak H. Arief Rachman selaku

Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan sipil pada Disdukcapil kota Samarinda

terkait bukti fisik (tangible) berdasarkan sarana dan prasarana serta kerapian

penampilan pegawai mengatakan bahwa :

“Untuk peralatan penunjang pegawai kalau itu cukup baik saja, namun

dari segi kendala kita yaitu ruangan, ruangannya kurang memadai, misalnya

kepala bidang dan kasi dari berbagai bidang bergabung menjadi satu ruangan,

dan itu akan menghambat proses kerja ataupun pencetakan. Seharusnya ada

ruangan tersendiri khusus untuk berbagai bidang, tidak boleh bercampur. Tapi

dengan adanya ruangan itu kami sebisa mungkin memaksimalkan proses

pelayanan, dan penampilan pegawaipun sudah seragam”

(Hasil wawancara 27 April 2020)

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Mauliyan Septiandy

Inalutfi selaku petugas pelayananpada Disdukcapil kota Samarinda terkait bukti

55
fisik (tangible) berdasarkan sarana dan prasarana serta kerapian penampilan

pegawai mengatakan bahwa :

“Menurut saya Sarana dan Prasarana Kerja dalam Pelayanan di

Disdukcapil kalau dibilang mendukung sih sudah mendukung, dan kenyamanan

ruangan untuk menunggu juga nyaman sudah ada Ac, dan juga bersih, cuma agak

sempit aja sih. Disdukcapil juga menyediakan kamar mandi dan juga

mushola.Untuk kerapian pegawai sudah rapi, pegawai Disdukcapil pun memiliki

seragam dan sudah ada jadwalnya masing-masing sesuai SK yang sudah disusun,

untuk kotak saran dulu sempat ada, tapi sudah 6 bulan terkahir sudah tidak ada.”

(Hasil wawancara 22 April 2020)

Dan berikut tambahan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Richi

Rachmanie selaku petugas pelayanan pengaduan beliau mengatakan:

“Menurut saya seragam pegawai Disdukcapil sudah Rapi, misalkan senin

selasa itu pakai seragam putih biru, terus kalau rabu kotak kotak cokelat, hari

kamisnya pakai baju hitam degradasi ada sarung Samarindanya, dan kalau jumat

bebas mau baju olahraga atau batik. Kalau sarana dan prasarananya menurut

saya juga sudah mendukung apalagi sekarang Disdukcapil dalam tahap

renovasi”

(Hail wawancara 22 April 2020)

Adapun hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rekha selaku masyarakat

yang menerima pelayanan di DISDUKCAPIL mengatakan:

56
“Menurut saya untuk seragam pegawainya sudah rapi, dan untuk

ruangannya sudah bersih dan rapi, cuma terlalu sempit ruangannya, dan kondisi

fasilitas dalam hal menunggu pelayanan menurut saya kurang, karena panas

walaupun di sediakan Ac tetapi tidak terasa”

(Hasil wawancara 22 April 2020)

Adapun hasil wawancara yang dirasakan Ibu Rini Astuti selaku

masyarakat di DISDUKCAPIL mengatakan:

“Petugas Disdukcapil rapi memakai baju yang sama, kursi yang ada

diruangan cukup banyak sehingga tidak ada masyarakat yang tidak kebagian

tempat duduk, tapi ruangan terlalu sempit, sedangkan yang berurusan banyak.”

(Hasil wawancara 22 April 2020)

Dan berikut tambahan hasil wawancara dengan Bapak Dika selaku

masyarakat di DISDUKCAPIL samarinda mengatakan sebagai berikut:

“Untuk pakaian saya kira sudah rapi mba, semua petugas menggunakan

seragam yang sama semua. Ruangan cukup bersih, untuk sarana dan prasarana

sudah cukup baik, tapi menurut saya ruangan nya kurang luas dan masih banyak

masyarakat yang menulis di lantai atau dinding karena tidak adanya meja khusus

untuk kami”

(Hasil wawancara 22 April 2020)

57
4.2.2. Kehandalan (Reliability)

Suatu pelayanan yang baik dan berkualitas perlu memiliki kehandalan dan

profesionalisme dalam memberikan suatu jasa dengan segera, akurat dan

memuaskan. Hal ini sangat diperlukan agar tercipta kepuasan dalam diri

masyarakat. Kehandalan (reliability) merupakan kemampuan memberikan

pelayanan dengan cepat dan memuaskan.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak H. Arief Rachman,SH

selaku Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil pada Disdukcapil kota

Samarinda terkaitKehandalan (reliability) berdasarkan ketepatan waktu,

kecepatan, kecermatan dalam menyelesaikan produk layanan sertakehandalan,

kedisiplinan atau kemampuan pegawai di Disdukcapil mengatakan bahwa :

“Saya kira teman-teman sudah cukup handal dan disiplin dalam

melakukan pelayanan terhadap masyarakat, dengan adanya struktur organisasi

teman-teman sudah tau tugas dab SOP dibidangnyaa masing-masing dan petugas

pastinya melayani masyarakat apa yang masyarakat perlukan, petugas juga

memiliki kemampuan untuk menggunakan alat bantu, dan sekarang itu sistem nya

tanda tangan barkot atau online yaitu seperti Kadis itu dikasih akun dari pusat

dan tinggal ceklis menyetujui menggunakan barkot atau online, tidak perlu harus

menemui Kadis nya untuk mendapatkan tangan pengesahan seperti dulu yang

masih berupa stempel”

(Hasil Wawancara 27 April 2020)

58
Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Ni Made Suryawardani Irna

selaku petugas pelayanan pada Disdukcapil kota Samarinda terkaitKehandalan

(reliability) berdasarkan ketepatan waktu, kecepatan, kecermatan dalam

menyelesaikan produk layanan sertakehandalan, kedisiplinan atau kemampuan

pegawai di Disdukcapil mengatakan bahwa :

“Pelayanan di Disdukcapil menurut saya sudah sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur yang berlaku mba, karena kita ngeliat prosedur itu dari

berkas yang dibawa dan kelengkapan yang dibawa oleh orang tersebut, dan untuk

pegawai juga sudah memilki kemampuan/keahlian dalam menggunakan alat

bantu misalnya seperti aplikasi dan sebagainya”

(Hasil Wawancara 22 April)

Adapun hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rekkha selaku masyarakat

Disdukcapil kota Samarinda terkaitKehandalan (reliability)pegawai di

Disdukcapil mengatakan bahwa :

“Sepertinya sudah sesuai sih mba, pegawainya juga menggunakan

komputer, pegawai juga bagus mengerjakan akte kelahiran saya”

(Hasil Wawancara 22 April)

Hal yang sama juga dirasakan oleh Bapak Mustafa selaku masyarakat

Disdukcapil Kota Samarinda terkait Kehandalan (reliability) pegawai di

Disdukcapil mengatakan bahwa :

“Menurut saya sudah mba, saya puas dengan hasilnya”

59
(Hasil wawancara 23 April)

Begitu juga hasil wawancara peneliti dengan Ibu Ade selaku masyarakat

Disdukcapil Kota Samarinda terkait kehandalan (reliability) pegawai Disdukcapil

mengatakan bahwa :

“Menurut saya sih sebagai masyarakat biasa, yang kadang tidak tau

prosedurnya seperti apa, jadi waktu itu saya tanya dan dijelasin, sepertinya sih

sudah sesuai prosedur, dan juga pegawai disana sepertinya sudah mempunyai

kemampuan dibidang IT contohnya penggunaan komputer, soalnya pas

pendataan mereka menggunakan komputer”

(hasil wawancara 23 April 2020)

Berikutnya hasil wawancara peneliti dengan Bapak Josua selaku

masyarakat Disdukcapil Kota Samarinda terkait kehandalan (reliability) pegawai

Disdukcapil mengatakan bahwa :

“Sepertinya sudah mba, karena informasi yang diberikan juga sudah jelas

kepada saya, untuk kemampuan dibidang IT saya tidak tau, karena saya juga

kurang memperhatikan, yah mungkin menguasai”

(Hasil wawancara 23 April 2020)

4.2.3. Daya Tanggap (responsivenes)

Ketanggapan atau responsiviness pegawai di Kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda berhubungandengan

60
kesigapan pegawai dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Daya tanggap

pegawai dalam memberikan pelayanan menjadi salah satu aspek yang

mempengaruhi penilaian masyarakat atas pelayanan yang diselenggarakan.

Untuk mengetahui respon petugas dalam menanggapi keluhan dari

masyarakat dan saat masyarakat menghadapi kesulitan/kebingungan dalam

mengurus layanan, peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan sejumlah

pegawai di Disdukcapil Kota Samarinda dan Masyarakat yang menerima

pelayanan.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak H. Arief Rachman, SH

selaku Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil di Disdukcapil kota Samarinda

terkait Daya Tanggap (responsivenes)berdasarkan kemampuan memberikan

informasi, merespon, cermat, keluhan pengguna layanan direspon, pegawai

memberikan pelayanan dengan tepat dan cepat di Disdukcapil mengatakan

bahwa:

“Pastinya kita merespon keluhan dari masyarakat, misalnya ada keluhan

dari masyarakat bahwa ada petugas yang kurang dalam pelayanan ataupun

kurang disiplin, biasanya para staff itu akan ditegur langsung oleh kasi di bagian

bidang mana yang melakukan kesalahan dan akan di evaluasi untuk lebih baik

kedepannya, dan saya tugasnya hanya mengawasi kasi”

(Hasil wawancara 27 April 2020)

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Novita Sari selaku petugas

pelayanan pada Disdukcapil kota Samarinda terkait Daya Tanggap

61
(responsivenes)berdasarkankemampuan memberikan informasi, merespon,

cermat, keluhan pengguna layanan direspon, pegawai memberikan pelayanan

dengan tepat dan cepat di Disdukcapil mengatakan bahwa :

“untuk menyikapi kritik dan saran dari masyarakat adalah kita

menyikapinya dengan harus sadar diri, itu kemarin siapa yang melakukan

kesalahan, karena dari 1 orang pegawai yang melakukan kesalahan imbasnya ke

13 orang yang bertugas, dan akan dievaluasi untuk kedepannya dan segera

mendapatkan tindak lanjut ”

Adapun hasil wawancara peneliti dengn Ibu Rekkha selaku masyarakat di

Disdukcapil kota Samarinda terkait Daya Tanggap (responsivines) pegawai di

Disdukcapil mengatakan bahwa:

“untuk papan informasi sudah saya liat ada didepan, dan sikap petugas

saat saya membutuhkan infomasi sangat sigap dan baik”

(Hasil wawancara 22 April 2020)

Selain itu berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Ade selaku

masyarakat di Disdukcapil Kota Samarinda terkait Daya Tanggap (responsivines)

pegawai di Disdukcapil mengatakan bahwa:

“Di depan pintu masuk sudah disediakan papan informasi, dan papan nya

besar banget. Petugasnya ramah dan kasih tau apa saja yang kurang”

(Hasil wawancara 23 April 2020)

62
Adapun hasil wawancara peneliti dengan Bapak Josua selaku masyarakat

di Disdukcapil kota Samarinda terkait Daya Tanggap (responsivines) pegawai di

Disdukcapil mengatakan bahwa:

“Seperti yang saya bilang tadi pegawainya ramah, dan informasi

diberikan juga jelas, papan informasi juga tersedia”

Lain halnya hasil wawancara peneliti dengan Bapak Albin selaku

masyarakat yang menerima pelayanan pada saat covid 19 di Disdukcapil Kota

Samarinda terkait Daya Tanggap (responsiviness) pegawai di Disdukcapil

mengatakan bahwa:

“Sebelum adanya himbauan covid ini pelayanan nya cepet, tapi semenjak

covid ini kami merasa kesulitan, karena kita tidak bisa berinteraksi langsung kan,

yang menyulitkan itu kita harus kirim data melalui WhatsApp, sementara yang

mengirim data banyak, kata pegawainya bisa ratusan bahkan ribuan, dan

menunggu respon dari Disdukcapil itu lama sekali, padahal sebelum online

prosesnya cepet, apalagi urusan kita banyak, bukan cuma ini aja yang diurus,

jadi saya berharap prosesnya bisa lebih cepat, papan informasi sudah jelas ada

didepan saya”

(Hasil wawancara 27 April 2020)

4.2.4. Jaminan (assurance)

Jaminan diperlukan untuk masyarakat merasa puas karena telah

mendapatkan pelayanan yang baik dan berkualitas. Jaminan yang dimaksud dapat

63
terwujud apabila pegawai di kantor dinas pemerintahan dapat menumbuhkan

kepercayaan di hati masyarakat pemohon layanan. Agar masyarakat percaya

dengan pelayanan yang diberikan, hendaknya pegawai dapat menjaga

komunikasi/interaksi, baik antar pegawai maupun antara pegawai dengan

masyarakat.

Di samping itu, Disdukcapil hendaknya memberikan jaminan kepada

masyarakat pemohon layanan. Jaminan ini berupa kemudahan akses pelayanan

dan jaminan keamanan di Disdukcapil.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak H. Arief Rachman,SH

selaku Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil Disdukcapil kota Samarinda

terkait Jaminan (assurance) berdasarkankemudahan layanan dan jaminan

keamanan untuk masyarakat di Disdukcapil mengatakan bahwa :

“Kalau proses pelayanan di Disdukcapil Samarinda ini termasuk cepat,

cukup satu hari saja prosesnya selesai, dari MENPAN pun Disdukcapil

Samarinda mendapatkan kategori baik yaitu A-, cuma kita disini ingin

meningkatkan lagi kalau bisa jadi A+, kalau dulu proses pelayanan bisa sampai 2

atau 3 hari, sekarang sudah ada peningkatan menjadi 1 hari, malahan Bapak

Kepala Dinas ingin pelayanan hitungan menit, tapi untuk saat ini sepertinya

belum sanggup untuk hitungan menit, kecuali surat keterangan belum menikah

atau mutasi nikah keluar kota itu bisa hitungan menit atau disebut SIPAHIT

sistem cepat hitunga menit, dan untuk kemudahan pelayanan Disdukcapil baru

saja mengeluarkan sistem layanan Go-Digital via WhatsApp agar warga

64
menghindari kontak langsung dari kerumunan massa agar tidak memperluas

penyebaran virus corona”.

(Hasil wawancara 27 April 2020)

Dan berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Mauliyan Septiandy

selaku petugas pelayanan pada Disdukcapil kota Samarinda terkait Jaminan

(assurance) berdasarkankemudahan layanan dan jaminan keamanan untuk

masyarakat di Disdukcapil mengatakan bahwa :

“Untuk tingkat ketepatan waktu dalam proses pelayanan nya sudah

sesuai, dan juga diberikan jaminan kapan prosesnya selesai. Jadi kalau hari ini

mengurus, besoknya sudah selesai. Tapi tergantung lagi dengan berkasnya,

kadang berkasnya masuk di loket, setelah itu masuk ke dalam dan di cek lagi dan

di verifikasi lagi. Misalkan di loket lolos, tapi belum tentu saat verifikasi lolos.

Karena kadang khilaf misalkan kurang satu huruf atau selisih satu spasi, berarti

ada kesalahan dan berkas ini belum bisa diambil besok, jadi pada saat besoknya

orang itu pengambilan berkas, kami jelaskan lagi ternyata berkasnya ada yang

salah, otomatis harus dirubah lagi, kecuali E-Ktp karena blanko sering habis, dan

harus dijemput ke pusat blankonya, jadi sulit untuk memberikan jaminan kapan

prosesnya selesai memang rumit untuk masalah KTP, untuk keamanan sih di area

parkiran kurang, karena sering kehilangan helm, dan karena kita pun tidak tau

siapa siapa saja yang datang dan orang darimana karena banyak yang mengurus,

jangankan masyarakat, petugas pun sering kehilangan”

(Hasil wawancara 22 April 2020)

65
Adapun hasil wawancara peneliti dengan Ibu Ade selaku masyarakat di

Disdukcapil kota Samarinda terkait Jaminan (assurance) di Disdukcapil

mengatakan bahwa :

“Tingkat ketepatan waktu proses pelayanan nya sangat cepat dan ringkas

sih, untuk pembuatan kartu keluarga cukup 2 hari, menurut saya sangat cepat

karena tinggal antar berkasnya dan diberitahu bahwa selesainya besok. Untuk

keamanan pada saat pintu masuk ada satpam yang membantu dan mengarahkan”

(Hasil wawamcara 23 April 2020)

Hal yang sama juga dirasakanIbu Rekhha selaku masyarakat di

Disdukcapil kota Samarinda terkait Jaminan (assurance) di Disdukcapil

mengatakan bahwa :

“Menurut saya sangat cepat sih, petugasnya suruh ambil besok jam

sekian, dan besoknya saya ambil berkas nya sudah selesai, untuk tingkat

keamanan saya pikir aman”

(Hasil wawancara 22 April 2020)

Dan hasil wawancara peneliti dengan ibu Rini Astuti selaku masyarakat di

Disdukcapil kota Samarinda terkait Jaminan (assurance) di Disdukcapil

mengatakan bahwa :

“Kalau berkaitan dengan waktu sih saya pikir mungkin agak terlambat,

karena banyaknya orang yang berurusan di capil ya jadi maklum aja, waktu itu

saya mengurus KTP adik saya, dan disuruh bolak balik kelurahan, waktu saya

66
tanya ke petugas, petugasnya suruh tanya ke orang kelurahan soalnya bukan

wewenang mereka, mereka hanya bisa perpanjang KTP sementara, dan ujung-

ujungnya saya bikin KTP pas ada pembutan KTP massal di kantor gubernur,

untuk keamanan ya cukup aman ada satpamnya yang berjaga didepan pintu”

(Hasil wawancara 22 April 2020)

Adapun hasil wawancara peneliti dengan Bapak Dika selaku masyarakat di

Disdukcapil kota Samarinda terkait Jaminan (assurance) di Disdukcapil

mengatakan bahwa :

“Cepat sekali mba cuma 2 hari selesai akte saya selesai, untuk keamanan

di area parkir kurang, apalagi saya harus parkir diluar daripada kantor untuk

yang roda 4 dan tidak ada yang membantu mengarahkan parkiran”

(Hasil wawancara 23 April 2020)

4.2.5. Empati (Empathy)

Empati ialah perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi

yang diberikan kepada masyarakat penerima layanan dengan berupaya memahami

keinginan mereka. Dimensi empati ini memegang peranan yang penting dalam

mengukur kualitas pelayanan, sebab sikap yang baik dari pegawai pelayanan akan

menumbuhkan rasa nyaman kepada dinas/instansi terkait.

67
Untuk mengetahui sikap pegawai dalam memberikan layanan kepada

masyarakat, peneliti mewawancara sejumlah pegawai agar mengetahui prinsip

mereka (pegawai) dalam melakukan pelayanan beserta masyarakat selaku

penerimana layanan.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak H. Arief Rachman, SH

selaku Kepala Bidang Pelayanan Pencatatan Sipil di Disdukcapil kota Samarinda

terkait Empati (Empathy) berdasarkan kepedulian pegawai kepada masyarakat di

Disdukcapil mengatakan bahwa :

“Selama ini kami sudah berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik

serta kepedulian yang baik pula kepada masyarakat, kami juga sudah melakukan

pelayanan sesuai SOP, Jika melihat ada masyarakat yang kesulitan atau bingung

pastinya kita menanyakan kesulitan apa itu, dan kita akan memberikan informasi

yang sejelas mungkin agar masyarakat itu paham”

(Hasil wawancara 27 April 2020)

Adapun hasil wawancara peneliti dengan Bapak Richie Rachmanie selaku

petugas pelayanan pada Disdukcapil kota Samarinda terkait Empati

(Empathy)berdasarkan kepedulian pegawai kepada masyarakat di Disdukcapil

mengatakan bahwa :

“Untuk kepedulian pegawai kepada masyarakat yang membutuhkan

informasi itu kita punya loket informasi, jadi untuk masyarakat yang kebingungan

atau merasa kesulitan bisa langsung tanyakan ke loket informasi, disitu akan

dijelaskan sama petugasnya”

68
(Hasil wawancara 22 April 2020)

Adapun hasil wawancara peneliti dengan Bapak Dika selaku masyarakat di

Disdukcapil kota Samarinda terkait terkait Empati (Empathy) di Disdukcapil

mengatakan bahwa :

“Menurut saya pegawai Disdukcapil sudah menunjukan kepedulian yang

baik, petugas juga menjelaskan secara rinci apa saja yang saya tanya, dan waktu

itu saya tidak membawa pulpen, dan disdukcapil juga sudah menyediakan pulpen

untuk masyarakat”

(Hasil wawancara 23 April 2020)

Selain itu berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rini selaku

masyarakat di Disdukcapil kota Samarinda terkait terkait Empati (Empathy) di

Disdukcapil mengatakan bahwa :

“menurut saya pegawainya ramah dan membantu pada saat kesulitan”

Adapun hasil wawancara peneliti dengan Bapak Josua selaku masyarakat

di Disdukcapil kota Samarinda terkait terkait Empati (Empathy) di Disdukcapil

mengatakan bahwa :

“untuk kepedulianbiasa saja mba, soalnya saya tidak menemui hambatan

dan mengikuti arahan dari petugas saja”

(Hasil Wawancara 23 April 2020)

69
Selain itu berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rosmini selaku

masyarakat dan ketua RT yang sedang menerima pelayanan di Disdukcapil kota

Samarinda terkait terkait Empati (Empathy) di Disdukcapil mengatakan bahwa:

“Pegawai nya ramah-ramah mba, baik sekali, asalkan berkas lengkap

prosesnya sangat cepat, ini hanya karena covid aja lamban, padahal biasanya

Disdukcapil ini rame sekali yang datang, bahkan pernah sampai keluar ruangan

saking banyaknya, dan saya liat Kepala Dinas ikut turun tangan untuk

menghandle saking banyaknya orang mba”

(Hasil wawancara 27 April 2020)

4.3. Analisa Hasil Penelitian dan Pembahasan

Analisa merupakan kegiatan yang berisi tentang memilah, mengurangi,

membedakan objek untuk diklasifikasikan sesuai dengan kriteria atau syarat

tertentu kemudian dicari keterkaitan dan maknanya.

selama penelitian dilakukan agar dapat mengetahui Kualitas dalam

pelayanan publik diDinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda,

maka penulis menggunakan menggunakan dimensi kualitas pelayanan publik.

Dimensi yang dimaksud meliputi bukti fisik (tangible), kehandalan (reliability),

daya tanggap (responsiviness), jaminan (assurance) serta empati (emphaty).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka diperoleh analisa hasil

penelitian kualitatif terhadap masing-masing cerminan Kualitas pelayanan

pegawai dalam pelayanan publik dapat diuraikan sebagai berikut :

70
4.3.1. Bukti fisik (tangible)

Dalam mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas perlu dilakukan

perubahan dan perbaikan yang mengarah pada kepuasan masyarakat. Salah satu

aspek yang harus diperbaiki dalam meningkatkan kualitas pelayanan yaitu

masalah fasilitas layanan. Peranan sarana pelayanan sangat penting dan salah satu

yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik karena

dengan adanya sarana pelayanan yang memadai dapat membuat pelayanan pada

masyarakat dapat lebih memberikan kenyamanan dan kepuasan selama berada di

ruangan pelayanan.

Pada penelitian ini, dimensi tangibles ditentukan oleh indikator-indikator

yaitu: penampilan aparatur saat melaksanakan tugas pelayanan, kenyamanan

tempat pelayanan, alat bantu pelayanan, fasilitas fisik pelayanan. Pelayanan

publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda sudah

menerapkan dimensi Tangibles beserta indikatornya. Penilaian kualitas pelayanan

publik yang sudah berjalan sesuai dengan harapan masyarakat dalam dimensi ini

antara lain penampilan aparatur saat melaksanakan tugas pelayanan, kebersihan

tempat pelayanan, kenyamanan tempat pelayanan, alat bantu pelayanan, dan

keamanan tempat pelayanan

. Namun pada pelaksanaannya masih terdapat indikator yang belum

berjalan sesuai dengan harapan masyarakat yaitu fasilitas fisik. Fasilitas yang

belum memadai seperti hanya memiliki satu layar TV monitor untuk melihat

nomor antrian, tidak ada nya meja khusus untuk masyarakat menulis sehingga

71
banyak masyarakat yang menulis di lantai dan dinding kantor, Selain itu juga

ruangan terlalu sempit atau tidak luas, sedangkan yang berurusan banyak, ruangan

staff pun tergabung bercampuran dari berbagai bidang, dan itu mempengaruhi

lambatnya proses pelayanan. Masih ada masyarakat yang merasa kepanasan

karena Ac di ruang tunggu tidak terasa sehingga pada siang hari masyarakat

merasa kurang nyaman saat menunggu atau mengantri.

Kenyamanan tempat pelayanan sangat mempengaruhi proses pelayanan.

Penyedia layanan harus lebih memperhatikan kenyamanan untuk pengguna

layanan karena jika pengguna pelayanan sudah merasa nyaman dengan apa yang

disediakan maka akan berpengaruh baik untuk penyedia layanan. Sebaliknya jika

pengguna layanan belum merasa nyaman maka akan berpengaruh buruk bagi

penyedia pelayanan.

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa

narasumber, diketahui bahwa masih perlu adanya peningkatan fasilitas fisik serta

kelengkapan sarana prasarana yang memadai demi meningkatnya kualitas

pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda. Hal

tersebut sesuai dengan salah satu prinsip pelayanan yang tercantum dalam

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63/KEP/M.PAN/7/2003

yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang

memadai termasuk penyedia sarana teknologi telekomunikasi dan informatika dan

UU No. 25 Tahun 2009 dijelaskan bahwa penyediaan fasilitas dan sarana

prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

72
4.3.2. Kehandalan (Reliability)

Salah satu wujud pelayanan pubik yang baik ialah terciptanya

pelayanan yang cepat dan tepat. Oleh karena itu, Aparatur Sipil Negara (ASN)

dituntut untuk cekatan dalam bekerja. Reliability atau kehandalan merupakan

kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan

memuaskan. Hal-hal yang terlibat dalam aspek ini yaitu, seperti ketepatan waktu,

kecepatan, serta kecermatan dalam menyelesaikan produk layanan. Hal tersebut

sangat diperlukan agar tercipta kepuasan dalam diri masyarakat.

Kualitas pelayanan publik tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan apabila

tidak diimbangi dengan kehandalan, kedisiplinan atau kemampuan pegawai yang

baik dalam melayani masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dengan

masyarakat penerima layanan, diketahui bahwa Disdukcapil Kota Samarinda telah

melakukan pelayanan dengan cepat dan tepat waktu. Hal ini dapat terlaksana

karena pegawai melakukan pemrosesan pengajuan layanan sesuai dengan

ketentuan aturan yang berlaku atau biasa disebut Standar Operasional Pelayanan

(SOP). Namun untuk pemrosesan layanan KTP masih banyak masyarakat yang

tidak mengetahui bahwa pembuatan KTP langsung dilakukan di Kelurahan dan

Kecamatan, tidak perlu ke Disdukcapil. Selain masalah ketepatan waktu,

ketepatan dan kepastian biaya yang dibebankan pada masyarakat juga sudah jelas

tidak dipungut biaya atau gratis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya syarat, alur

pemrosesan, dan rincian biaya yang telah ditempel di papan informasi.

73
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda sebagai

penyelenggara pelayanan harus mampu memberikan pelayanan yang dijanjikan

dengan segera, akurat dan memuaskan kepada masyarakat sebagai pengguna

layanan. Kehandalan pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Samarinda dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat menjadi hal yang

paling utama dan perlu diperhatikan, karena dengan kehandalan yang dimiliki

oleh pegawai tersebut maka masyarakat sebagai pengguna layanan akan

mendapatkan pelayanan yang diharapkan, cepat, dan mudah.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada beberapa narasumber

diketahui bahwa masyarakat yang sedang menerima pelayanan merasa puas

dengan pelayanan yang di berikan Disdukcapil dalam aspek reliability

(kehandalan) mengenai kehandalan pegawai dalam menangani setiap keluhan

masyarakat, handal dalam segi waktu dan ketepatan proses pelayanan sesuai SOP,

dan pegawai pun sudah memiliki keahlian/kemampuan dalam proses pelayanan

seperti menggunakan alat bantu IT dan lain-lain.

Disdukcapil telah berupaya maksimal untuk melaksanakan tugas dengan

baik selama proses pelayanan berlangsung. Apabila ada keluhan dari masyarakat

maka Disdukcapil akan segera menindak lanjuti. Hal tersebut sesuai dalam

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63/KEP/M.PAN/7/2003

dan UU No. 25 tentang Standar Pelayanan yang salah satunya Kompetensi

petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan

pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.

74
4.3.3. Daya Tanggap (responsivenes)

Daya tanggap adalah respon atau kesigapan pegawai di suatu instansi

dalam membantu masyarakat yang membutuhkan layanan. Responsivitas ini

menjadi bukti serta tindakan nyata yang dilakukan organisasi dalam menjawab

serta mengenali kebutuhan dan aspirasi dari masyarakat. Dimensi ini merupakan

kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat

kepada pengguna layanan, dengan menyampaikan informasi yang berkaitan

dengan keperluan pelayanan yang jelas. Pelayanan yang responsif atau tanggap

juga sangat dipengaruhi oleh sikap pegawai. Salah satunya adalah kesigapan dan

ketulusan dalam menjawab pertanyaan atau permintaan masyarakat sebagai

pengguna layanan.

Pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Samarinda sudah menerapkan dimensi Responsiviness beserta indikatornya.

Penilaian kualitas pelayanan Pada dimensi Responsiviness sesuai dengan harapan

masyarakat antara lain pengetahuan pegawai dalam melakukan pelayanan,

kemampuan pegawai dalam memberikan informasi kepada masyarakat, merespon

setiap pengguna layanan yang ingin mendapatkan pelayanan, pegawai

memberikan pelayanan dengan cermat, keluhan pengguna layanan direspon oleh

pegawai, pegawai memberikan pelayanan dengan tepat dan cepat.

Daya tanggap yang baik dalam pelaksanaan pelayanan juga sangat

mempengaruhi kinerja pegawai. Pegawai sudah mempunyai daya tanggap dengan

memberikan berbagai penjelasan mengenai pelayanan dengan bijaksana,

75
mendetail, dan mengarahkan. Apabila hal tersebut dapat terus dipertahankan oleh

pegawai-pegawai yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Samarinda dengan baik, maka akan tercipta pelayanan prima serta kinerja pegawai

yang berkualitas.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terkaitDaya Tanggap

(responsiviness) pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Samarinda berhubungandengan kesigapan pegawai dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat disimpulkan bahwapegawai di Disdukcapil Kota

Samarinda tanggap dan sigap melayani masyarakat dengan baik, apabila ada yang

memberikan saran ataupun kritik. Pegawai merespon hal-hal yang ditanyakan

masyarakat dan memberi pengarahan terkait dengan pertanyaan tersebut.

Namun untuk pertanyaan yang melalui laman instagram, facebook, WA,

maupun web Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil Kota Samarinda yang

ditelusuri penulis masih kurang cepat di respon atau dijawab oleh petugas, untuk

saat ini Disdukcapil melakukan layanan hanya via GO-DIGITAL WA

(WhatsApp) untuk menghindari penyebaran Covid 19, tetapi masih banyak warga

yang mengeluhkan layanan WA sudah berhari-hari tidak direspon dan nomor

yang diberikan tidak dapat dihubungi. Selain itu, pegawai di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan sipil Kota Samarinda juga menanggapi dan menindaklanjuti kritik

dan saran yang diberikan oleh masyarakat dan selalu ada evaluasi setiap 6 bulan

sekali.

76
Hal diatas sudah sesuai dengan kriteria dasar penilaian terhadap pelayanan

menurut Pararasuraman dkk yang dikutip oleh fandy tjiptono yaitu responsiviness

atau tanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu dan meberikan pelayanan

yang cepat dan tepat kepada masyarakat dengan menyampaikan informasi yang

jelas.

4.3.4 Jaminan (assurance)

Dimensi ini merupakan jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan,

kesopanan, dan kemampuan para pegawai pelayanan untuk menumbuhkan rasa

percaya pengguna layanan kepada penyedia layanan. Setiap bentuk pelayanan

memerlukan adanya jaminan atas pelayanan yang diberikan. Jaminan atas

pelayanan sangat ditentukan oleh kinerja pegawai pelayanan,oleh karena itu

profesionalisme serta kompetensi pegawai sangat diperlukan guna meningkatkan

pelayanan yang baik dan berkualitas. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Samarinda kantor yang berwenang menangani masalah kependudukan,

khususnya bagi warga Samarinda, sudah seharusnya memberikan kenyamanan

selama pelayanan yaitu dengan cara memberikan kemudahan bagi masyarakat

yang mengajukan permohonan layanan.

Jaminan diperlukan agar masyarakat merasa puas karena telah

mendapatkan pelayanan yang baik dan berkualitas. Jaminan yang dimaksud dalam

penelitian ini ialah jaminan berupa kemudahan layanan dan jaminan keamanan

bagi masyarakat yang memohon layanan kependudukan di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda.

77
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada beberapa narasumber

terkait jaminan (Assurance)yaitu jaminan proses penyelesaian dan keamanan di

Disdukcapil diketahui bahwamasyarakat merasa jika pengurusan atau pemrosesan

layanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda mudah,

karna semua persyaratan yang harus di penuhi telah dijelaskan oleh petugas. Di

samping itu, pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Samarinda juga memberikan jaminan kemudahan layanan. Untuk saat ini

pelayanan Disdukcapil tidak melakukan pelayanan secara langsung seperti

bertatap muka dikarenakan adanya penyebaran covid 19, maka dari itu

Disdukcapilpun mengeluarkan kemudahan layanan bagi masyarakat yaitu berupa

pendaftaran pembuatan produk layanan secara online untuk beberapa bentuk

layanan Via WhatsApp selama Covid 19 untuk menghindari penyebaran virus

corona yang semakin luas. Tetapi di lain hal,Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Samarinda tidak menjamin keamanan masyarakat di lingkungan kantor,

terlebih dibagian area parkir, karena tidak adanya petugas yang mengatur dan

berjaga disekitar parkir kendaraan.

Jaminan yang diberikan oleh penyedia layanan berkaitan dengan

kemampuan penyedia layanan dalam memberikan rasa kepercayaan yang tinggi

kepada pengguna layanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para pegawai.

Jika pengguna layanan sudah diberikan jaminan terkait dengan pelayanan, maka

akan menumbuhkan kepercayaan serta kepuasan pada diri pengguna layanan

terhadap jasa yang diberikan. Seperti yang sudah tertera di pasal 4 Undang-

undang No. 25 tahun 2009 yang penyelenggaraan pelayanan publiknya berasaskan

78
kepastian hukum yaitu jaminan terwujudnya hak dan kewajiban dalam

penyelenggaraan pelayanan serta asas ketepatan waktu yaitu penyelesaian setiap

jenis pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan.

4.3.5. Empati (Empathy)

Sikap empati hendaknya dimiliki oleh individu pelayan di instansi

pemerintahan seperti di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Samarinda, Sikap empati ini dapat diwujudkan misalnya dengan cara memberikan

pelayanan dengan ramah. Pengguna layanan akan merasa puas jika pegawai

pelayanan tidak diskriminatif dan menunjukkan sikap ramah kepada pengguna

layanan.

Salah satu faktor utama kesuksesan dalam pelayanan adalah keramahan

kepada pengguna layanan, salah satu contohnya yaitu dengan tersenyum dan

menyapa. Jika pengguna layanan sudah bersikap ramah, menyapa, tersenyum

maka akan timbul rasa nyaman pada pengguna layanan. Keramahan memang

bukan aset, tetapi keramahan adalah kunci sukses bagi penyedia layanan untuk

menjalin hubungan yang baik dengan pengguna layanan

Dari hasil wawancara dan observasi peneliti kepada beberapa masyarakat

terkait Empati (empathy) yaitu kepedulian petugas layanan Disdukcapil diketahui

bahwa masyarakat pun menyatakan pegawai di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Samarinda baik dan ramah dalam melayani. Keramahan

petugas juga dilakukan apabila ada masyarakat yang kurang mengetahui

informasi. Sehingga, dapat diketahui bahwa aparatur negara di kantor tersebut

79
telah menerapkan prinsip pelayanan dengan baik, khususnya dalam menerapkan

aspek empati.Hal ini telah dimiliki oleh pegawai di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Samarinda, terbukti dengan adanya motto pelayanan yaitu

salam, sapa, senyum, sopan, santun, dan ikhlas yang diterapkan oleh pegawai

Disdukucapil. Pegawai juga sopan dalam melayani masyarakat. Selain dari

pernyataan pegawai, pernyataan masyarakat juga diperlukan sebagai bukti bila

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda telah menerapkan

sikap empati.

Hal diatas sudah sesuai dengan kriteria dasar penilaian terhadap

pelayanan menurut Pararasuraman dkk yang dikutip oleh fandy tjiptono yaitu

empathyatau empati yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada penerima layanan dengan berupaya

memehamin keinginan mereka.

80
Daftar Pustaka

BUKU
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian, Rineka citta, Jakarta.

Disdukcapil, 2014. Profil Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota


Samarinda, Disdukcapil, Samarinda.

Disdukcapil, 2018. Standar Operasional Prosedure (SOP) Di Lingkungan Dinas


Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda, Disdukcapil,
Samarinda.

Disdukcapil, 2019. Laporan Data Kependudukan Kota Samarinda Tahun 2019,


Disdukcapil, Samarinda.

Disdukcapil, 2019. Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan,


Disdukcapil, Samarinda.

Dwiyanto, Agus, 2006. Mewujudkan Good Governace Melayani Publik, UGM


Press, Yogyakarta.

Fandy, Tjiptono, 2000. Manajemen Pemasaran, Andi Offset, Yogyakarta.

Hardiyansyah, 2011. Kualitas Pelayanan Publik Konsep, Dimensi, Indikator, dan


Implementasinya, Gava Media, Yogyakarta.

Hardiyansyah, 2018. Kualitas Pelayanan Publik Konsep, Dimensi, Indikator, dan


Implementasinya (Edisi Revisi), Gava Media, Yogyakarta.

H.A.S Moenir, 2000. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi


Aksara, Jakarta.

Kamus besar bahasa Indonesia, 2005. Pusat bahasa departemen pendidikan


nasional, Balai pustaka, Jakarta.

Ratminto dan Atik Septi Winarsih, 2006. Manajemen Pelayanan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

81
Sinambela, Litjan Poltak. 2011. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan,
Implementasi, Bumi Aksara, Jakarta .

Zaenal, Mukaroman, dan Muhibun Wijaya Laksana. 2015. Manajemen Pelayanan


Publik, Pustaka Setia, Bandung.

PERATURAN & DOKUMEN

Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013 tentang


Organisasi Administrasi Kependudukan.

Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang


Pelayanan Publik.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Perubahan


Kedua Atas UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

SUMBER INTERNET

https://disdukcapil.samarindakota.go.id/. (diakses 27 november 2019)


Pukul 20.00.

http:/id.m.wikipedia.org/wiki/.Kartu_Tanda_Penduduk. (diakses 16 januari 2020).

Pukul 19.00

82

Anda mungkin juga menyukai