Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Administrasi pelayanan publik adalah proses dimana sumberdaya

dan personel publik diorganisir dan dikoordinasikan untuk

memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola keputusan-

keputusan dalam kebijakan publik1 (Keban, 2004:3). Lebih lanjut,

administrasi publik didefinisikan sebagai seni dan ilmu yang ditujukan untuk

mengatur public affairs dan melaksanakan berbagai tugas yang telah

ditetapkan. Jadi administrasi publik merupakan bagian dari proses dan

kegiatan implementasi kebijakan ataupun program terkait realisasi

pemenuhan kebutuhan publik atau penyelesaiian urusan-urusan publik.

Mewujudkan optimalisasi pelayanan publik yang dilakukan oleh

birokrasi pemerintahan bukanlah pekerjaan mudah, seperti halnya

membalikkan telapak tangan mengingat pembaharuan tersebut menyangkut

aspek yang telah membudaya dalam lingkaran birokrasi pemerintahan kita.

Salah satu aspek yang membuat buruknya pelayanan publik adalah kultur

birokrasi yang tidak kondusif yang telah lama mewarnai pola pikir birokrat

sejak era kolonial dahulu. Prosedur dan etika pelayanan yang berkembang

dalam birokrasi kita sangat jauh dari nilai-nilai dan praktik yang menghargai

warga bangsa sebagai warga negara yang berdaulat. Prosedur pelayanan

misalnya, tidak dibuat untuk mempermudah pelayanan tetapi lebih untuk

1
Yeremias T Keban. 2004. Enam Dimensi Strategis Admistrasi Publik, Konep, Teori, dan Isu.
Yogyakarta: Gava Media, hal.3

1
melakukan kontrol terhadap perilaku warga sehingga prosedurnya berbelit-

belit dan rumit 2 (Hakim, 2003).

Namun, pada prakteknya tata kelola birokrasi pemerintahan selama

ini belum sepenuhnya menjawab harapan-harapan publik. Salah satu

hambatan utama dalam perbaikan kualitas manajemen pemerintahan di

Indonesia. khususnya pada aras lokal ialah aspek tata kelola lembaga

pemerintahan dan sumber daya manusia. Penyelenggaraan pelayanan masih

amat dipengaruhi oleh hubungan perkoncoan, kesamaan fasilitas politik,

etnis, dan agama.

Untuk mewujudkan amanat konstitusi negara dan melihat esensi

dari pelayanan publik tersebut, pemerintah telah mengeluarkan landasan

kebijakan berupa undang-undang No 25 tahun 2009 tentang pelayanan

publik sesuai upaya peningkatan kualitas dan menjamin penyediaan

pelayanan publik. Sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik,

serta untuk memberikan perlindungan bagi setiap warga negara dari penyalah

gunaan wewenang dari itu pemerintah daerah haruslah dapat memberikan

pelayanan publik sebaik mungkin.

Menurut Joe Fernandes, Pemerintah daerah sebagai penyedia

layanan publik senantiasa dituntut kemampuanya meningkatkan kualitas

layanan, maupun menetapkan standar layanan yang berdimensi menjaga

kualitas hidup, melindungi keselamatan dan kesejahteraan rakyat 3. Kulaitas

layanan juga dimaksudkan agar semua masyarakat dapat menikmati layanan,

2
Hakim, Lukman, 2003, Filosofi Kewenangan Organ Lembaga Daerah Perspektif Teori
Otonomi & Desentralisasi Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Negara Hukum dan Kesatuan,
Malang : Setara Press
3
Joe Fernandes, dkk, 2002, Otonomi Daerah di Indonesia Masa Reformasi: Antara
Ilusi dan Fakta, Jakarta: IPOS dan Ford Fondation

2
sehingga menjaga kualitas layanan publik juga berarti menjamin hak-hak

asasi warga negara. Menurut Sedaryati (2004) Kosep layanan prima menjadi

model yang diterapkan guna meningkatkan kualitas layanan publik.

Pelayanan prima merupakan strategi mewujudkan budaya kualitas dalam

pelayanan publik. Orientasi dari pelayanan prima adalah kepuasan

masyarakat pengguna layanan. Membangun pelayanan prima harus dimulai

dari mewujudkan atau meningkatkan profesionalisme SDM untuk dapat

memberi pelayanan yang terbaik, mendekati atau melebihi standar pelayanan

yang ada4.

Untuk mewujudkan rerformasi birokrasi dan pelayanan publik yang

berkualitas khususnya di daerah, perlu sebuah perubahan-perubahan yang

mendasar perubahan aturan perundang-undangan, budaya birokrasi dan

manajemen sumber daya aparatur. Adanya perubahan mendasar atas

manajemen pemerintahan tersebut dapat dimanifestasikan melalui kerangka

reformasi birokrasi. Melalui proses yang sistematis dan komprehensif guna

merealisasikan tujuan tata kelola pemerintahan yang baik (Good

Governance), dimana mencakup perbaikan kualitas pelayanan publik.

Menurut Irsan Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian

layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara

yang telah ditetapkan. Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa

pemerintahan pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat.

4
Sedaryanti, 2004, Good Governance: Membangun Sistem Manajemen Kinerja Guna
Meningkatkan Produktivitas. Bandung: Mandar Maju

3
Karenanya Birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk

memberikan layanan yang baik dan profesional5.

Dalam rangka melaksanakan fungsi utamanya yaitu melakukan pelayanan

publik yang efektif dan efisien, diperlukan aparatur pemerintah sebagai

pelaksananya. Oleh karena itu aparatur Negara hendaknya perlu dibekali

kemampuan melayani. Pemberian pelayanan oleh aparatur pemerintah kepada

rakyat sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparatur tersebut sebagai

pelayan rakyat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat

secara professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas

Negara, pemerintah dan pembangunan. Rendahnya pengetahuan masyarakat

tentang pentingnya E-KTP membuat kewajiban kepemilikan KTP bagi setiap

warga Negara tidak efektif. Masyarakat cenderung mengacuhkan kepemilikan

KTP tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu pelayanan public yang

optimal terutama dalam sector pembuatan E-KTP oleh pemerintah daerah

yang ada.

Dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan serta

keberlangsungan penyediaan data kependudukan secara nasional, pemerintah

bertanggungjawab dalam menyediakan data kependudukan yang akurat dan

terkini. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 62

Tahun 2016 Tentang Kedudukan Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan

Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil, Bidang

Pelayanan Pendaftaran Penduduk, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(1) huruf c, mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan penyiapan

5
Hanif Nurcholis, 2007, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta. Grasindo

4
perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan

pendaftaran penduduk.6

Diharapkan aparat pemerintah di seluruh Indonesia melaksanakan

pelayanan publik dengan baik sesuai apa yang diharapkan oleh mayarakat.

Masih banyak yang harus di koreksi dari pelayanan publik di Indonesia ini

dan tidak menutup kemungkinan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

menjadi salah satu organisasi pemerintah yang menjadi pelaksana pembuatan

E-KTP. Tentunya pembuatan E-KTP ini berlaku bagi semua warga yang

terdata sebagai penduduk wilayah Kabupaten Lumajang.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam pelayanan pembuatan E-

KTP terdapat beberapa permasalahan. Pelaksanaan pembuatan e-KTP belum

sesuai dengan harapan masyarakat maupun Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Lumajang. Terdapat beberapa permasalahan dalam

pelayanan pembuatan e-KTP diantaranya pengurusan e-KTP memakan waktu

yang lama, prosedur yang berbelit-belit,

Permasalahan lain mengenai belum terselesaikannya target perekaman

KTP Elektronik sampai saat ini. Sejauh ini yang baru melakukan perekaman

sekitar 45 ribuan orang dalam waktu satu bulan. Untuk jumlah secara

keseluruhan masih ada sekitar 200 ribuan belum masuk yang punya KTP

ganda, meninggal dunia, dan pindah tempat tinggal tapi masih terdaftar.

Dengan jumlah penduduk Lumajang mencapai 1,2 juta jiwa lebih. Hal

tersebut menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum

melaksanakan perekaman KTP. Hal tersebut secara tidak langsung akan

6
Perda Kabupaten Lumajang No. 26 Tahun 2016, Pasal 3 Ayat (1)

5
mempengaruhi kualitas pelayanan yang dberikan Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Lumajang kepada masyarakat.

Kendala lain yaitu rendahnya sikap pegawai yang berbelit-belit

membuat semakin lama pembuatan e-KTP dengan berbagai macam alasan,

seperti bandwith atau kuota internet terbatas, blanko yang kurang dan

berbagai alasan lainnya, serta kurang memadainya tempat menunggu untuk

masyarakat yang akan melakukan pelayanan. Permasalahan tersebut

menjadikan perlu adanya suatu kajian agar pelayanan yang diberikan benar-

benar sesuai dengan harapan masyarakat sehingga kepuasan atas pelayanan

publik dapat secara maksimal dilakukan sesuai dengan wewenang yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas maka judul peneltiian ini yaitu:

Kualitas Pelayanan E-KTP di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Lumajang.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana usaha pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas

Pelayanan E-KTP pada Dispendukcapil Kabupaten Lumajang?

2. Faktor apakah yang menjadi penghambat usaha pemerintah daerah dalam

meningkatkan kualitas Pelayanan E-KTP pada Dispendukcapil Kabupaten

Lumajang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

6
1. Untuk mengetahui usaha pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas

Pelayanan E-KTP pada Dispendukcapil Kabupaten Lumajang.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat usaha pemerintah daerah dalam

meningkatkan kualitas Pelayanan E-KTP pada Dispendukcapil Kabupaten

Lumajang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan sumbangan pemikiran

dalam memecahkan masalah baik secara langsung maupun tidak langsung

bagi instansi yang terkait, bagi universitas dan bagi mahasiswa. Adapun

kegunaan penelitian ini secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

penelitian-penelitian selanjutnya terkait dengan kualitas pelayanan publik.

2. Manfaat Praktis

Bagi Dinas Dispendukcapil Kabupaten Lumajang, menjadi bahan masukan

yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam upaya untuk

melaksanakan program-program terkait dengan upaya peningkatan kualitas

pelayanan kepada masyarakat.

E. Definisi Konsep dan Operasional

1. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan unsur atau bagian dalam penelitian

dan merupakan definisi yang dipakai oleh peneliti untuk menggambarkan

7
secara abstrak suatu fenomena 7.Definisi konseptual ini dimaksudkan untuk

memberikan penegasan tentang makna arti dari kalimat yang ada dalam

permasalahan yang disajikan. Dengan adanya penegasan arti tersebut akan

mempermudah dalam memahami maksud kalimat yang tercantum dalam

penelitian8.

a. Pelayanan Publik

Dalam perspektif teoritik telah terjadi pergeseran paradigma

pelayanan publik. Denhard & Denhard mengungkapkan bahwa terdapat tiga

perspektif dalam administrasi publik. Perspektif tersebut adalah “old public

administration, new public management, dan new public service”. Pada old

public administration, perspektif ini menaruh perhatian pada fokus

pemerintah terhadap penyedia layanan secara langsung kepada masyarakat

melalui badan-badan publik9. (Wijoyo 2006; 68-70) Menurut Denhard &

Denhard karena pemilik kepentingan publik sebenarnya adalah masyarakat

maka administrator publik seharusnya memusatkan perhatian pada tanggung

jawab melayani dan memberdayakan warga negara melalui pengelolaan

organisasi publik dan implementasi kebijakan publik. Perubahan orientasi

tentang posisi warga negara, nilai yang dikedepankan, dan peran pemerintah

ini memunculkan perspektif baru administrasi publik yang disebut sebagai

new public sevice. Perspektif new public service mengawali pandangannya

dari pengakuan atas warga negara dan poosisinya yang sangat penting bagi

keemerintahan demokratis. Jati diri warga negara tidak hanya dipandang

7
Singarimbun, Masri 1982. Metode penelitian survey. Jakarta:LP3ES. Hal 17
8
Hamidi.2004. Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal Dan Laporan
Penelitian. Malang :Umm Pres.hal 19.
9
Wijoyo. Suparto. 2006. Pelayanan Publik dari Dominasi ke Partisipasi. Airlangga
UniversityPress : Surabaya, hal.68

8
sebagai persoalan kepentingan pribadi namun juga melibatkan nilai,

kepercayaan, dan kepedulian terhadap orang lain. Warga negara diposisikan

sebagai pemilik pemerintahan dan mampu bertindak secara bersama-sama

mencapai suatu yang lebih baik.

New Public Service adalah paradigma yang berdasar atas konsep-

konsep yang pada hakikatnya sesuai dengan nilai-nilai yang ada di

masyarakat.Peran dari pemerintah adalah mengolaborasikan antara nilai-nilai

yang ada sehingga kongruen dan sesuai kebutuhan masyarakat.Sistem nilai

dalam masyarakat adalah dinamis sehingga membutuhkan pelayanan yang

prima dari pemerintah.

Pelayanan Publik Baru (PPB) menegaskan bahwa pemerintah

seharusnya tidak dijalankan seperti layaknya sebuah perusahaan tetapi

melayani masyarakat secara demokratis, adil,merata, tidak diskriminatif,

jujur dan akuntabel . Karena bagi paradigma ini10;

1. Nilai-nilai demokrasi, kewarganegaraan dan kepentingan publik adalah

merupakan landasan utama dalam proses penyelenggaraan

pemerintahan;

2. Nilai-nilai tersebut memberi energi kepada pegawai pemerintah atau

pelayan publik dalam memberikan pelayanannya kepada publik secara

lebih adil, merata, jujur, dan bertanggungjawab.

Ada sepuluh dimensi untuk mengukur keberhasilan tersebut 11 :

a. Tangable; yang menekankan pada penyediaan fasilitas, fisik,

peralatan,personil, dan komunikasi.


10
Bryant dan White. 2003. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang, Cetakan
Pertama, Alih Bahasa Rusyanto L. Simatupang, LP3ES, Jakarta
11
Tjiptono, Fandy, 2014, Strategi Pemasaran, Edisi 3, ANDI: Yogyakarta

9
b. Reability; adalah kemampuan unit pelayanan untuk menciptakan yang

dijanjikan dengan tepat.

c. Responsiveness; kemauan untuk membantu para provider untuk

bertanggungjawab terhadap mutu layanan yang diberikan.

d. Competence; tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan

yang baik oleh aparatur dalam memberikan layanan.

e. Courtessy; sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap

keinginan pelanggan serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi.

f. Credibility; sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan

masyarakat.

g. Security; jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin dan bebas dari

bahaya dan resiko.

h. Acces; terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan.

i. Communication; kemaun pemberi layanan untuk mendengarkan suara,

keinginan, atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu

menyampaikan informasi baru kepada masyarakat

j. Understanding the customer; melakukan segala usaha untuk mengetahui

kebutuhan pelanggan.

b. Kualitas Pelayanan Publik

Untuk menciptakan suatu gaya manajemen dan lingkungan yang

kondusif bagi organisasi publik dalam memperbaiki kualitas, ada beberapa

prinsip yang perlu diperhatikan g,una membentuk dan mempertahankan

lingkungan yang tepat untuk melaksanakan penyempurnaan kualitas secara

berkesinambungan dengan didukung oleh aparat dan pelanggan.

10
Di Indonesia, penggunaan istilah pelayanan publik (public service)

dianggap memiliki kesamaan arti dengan istilah pelayanan umum atau

pelayanan masyarakat. Oleh karenanya ketiga istilah tersebut dipergunakan

secara dapat ditukarkan dan dianggap tidak memiliki perbedaan mendasar.

Pelayanan publik adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui

aktivitas orang lain secara langsung. Pelayanan yang diperlukan manusia

pada dasarnya ada 2 (dua) jenis, yaitu layanan fisik yang sifatnya pribadi

sebagai manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang lain

selaku anggota organisasi, baik itu organisasi massa atau negara 12.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN)

Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik

yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan

maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Wolkins (dalam Tjiptono) ada 6 (enam) prinsip pokok yang

perlu diperhatikan dalam memperbaiki kualitas layanan yaitu :

a. Kepemimpinan. Strategi perusahaan harus merupakan inisiatif dan

komitmen dan manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin

perusahaan untuk meningkatkan kinerja kualitasnya. Tanpa adanya

kepemimpinan dan manajemen puncak, maka usaha untuk

meningkatkan kualitas hanya berdampak kecil terhadap perusahaan.

12
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana
Indonesia

11
b. Pendidikan. Semua personil perusahaan dari manajer puncak sampai

karyawan operasional harus memperoleh pendidikan mengenai kualitas.

Aspek-aspek yang perlu mendapatkan penekanan dalam pendidikan

tersebut meliputi konsep kualitas sebagai strategi bisnis, alat dan teknik

implementasi strategi kualitas, dan peranan eksekutif dalam

implementasi strategi kualitas

c. Perencanaan. Proses perencanaan strategik hams mencakup pengukuran

dan tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan perusahaan

untuk mencapai visinya

d. Review. Proses review merupakan satu-satunya alat yang paling efektif

bagi manjemen untuk mengubah perilaku organisasional. Proses ini

merupakan suatu mekanisme yang menjamin atizmya perhatian yang

konstan dan terus menerus untuk mencapai tujuan kualitas

e. Komunikasi. Implementasi strategi kualitas dalam organisasi

dipengaruhi oleh proses Utara komunikasi dalam perusahaan.

Komunikasi hams dilakukan dengan karyawan, pelanggan, dan

stakeholder perusahaan lainnya, seperti pemasok, pemegang

saham,'pemerintah, masyarakat umumnya dan lain-lain

f. Penghargaan dan pengakuan (Total Human Reward). Penghargaan dan

pengakuan merupakan aspek yang penting dalam implementasi strategi

kualitas. Setiap karyawan yang berprestasi baik perlu diberi penghargaan

dan prestasinya tersebut diakui. Dengan demikian dapat meningkatkan

motivasi, moral kerja, rasa bangga, dan rasa kepemilikan setiap orang

dalam organisasi, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi

besar bagi perusahaan dan bagi pelanggan yang dilayani.

12
c. e-KTP

e-KTP yaitu kartu tanda penduduk dibuat melalui elektronik,

berdasarkan segi fisik ataupun penggunaannya yang berfungsi berdasarkan

komputerisasi. Adapun program dari e-KTP sendiri diluncurkan Kementrian

Dalam Negeri Republik Indonesia sejak bulan Februari tahun 2011.

Pelaksanaannya sendiri dibagi menjadi 2 tahap, diantaranya tahap pertama

sejak tahun 2011 berakhir di tanggal 30 April 2012 mencakup sebanyak 67

juta penduduk. Sementara tahap kedua sendiri mencakup sebanyak 105 juta

dari penduduk. Pengertian e-KTP sendiri berasal dari electronic-KTP, yakni

Kartu Tanda Penduduk Elektronik. Berdasarkan situs resmi dari e-KTP

sendiri dimana KTP elektronik sendiri merupakan dokumen kependudukan di

dalamnya memuat sistem pengendalian atau keamanan baik melalui sisi

teknologi informasi ataupun administrasi yang berbasis berdasarkan basis

data dari kependudukan nasional. e-KTP sendiri dilatarbelakangi berdasarkan

sistem pembuatan dari KTP nasional atau konvensional di Indonesia dimana

memungkinkan seseorang yang bisa mempunyai lebih dari 1 KTP.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pentunjuk tentang bagaimana suatu

variable diobservasi atau diukur. Menurut Wisadirman,(2005), metode

penelitian dan penulisan skripsi untuk ilmu sosial. Definisi operasional

variabel penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Usaha dinas untuk meningkatkan kualitas Pelayanan e-KTP, yaitu:

a. Perlaksanaan SOP (Standar Operating Prosedure) e-KTP

b. Pelaksanaan pelayanan sesuai dengan janji layanan yang

diberikan oleh dinas.

13
c. Jemput bola

d. Ada perekaman disetiap kecamatan

e. Indikator Kualitas Pelayanan E-KTP

2. Faktor yang menjadi penghambat dalam Usaha dinas untuk

meningkatkan kualitas Pelayanan e-KTP.

a. Kurangnya SDM untuk perekaman e-KTP

b. Kekurangan sarana dan prasarana

c. Kendala budaya panggilan nama

d. Double record

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan serangkaian prosedur tentang cara

yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Sehingga

harapan kedepannya dapat menjadi suatu kesatuan yang utuh dan konsisten

antara metode yang akan digunakan dengan teknik-teknik dalam

pengumpulan data.

a. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif.

Yaitu suatu bentuk penelitian yang diajukan untuk mendeskripsikan fenomena-

fenomena yang ada, baik fenomena yang terjadi secara alamiah maupun fenomena

buatan manusia sendiri. Fenomena itu bias berupa bentuk aktivitas, karakteristik,

perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan

yang lainnya13.

b. Sumber Data

13
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

14
Dalam penelitian ini sumber data berasal dari dua aspek, sebagai

berikut:

1. Data primer.

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh oleh peneliti

langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) 14 yaitu dengan turun

langsung ke lapangan mencari informasi kepada pemerintah daerah serta

instansi-instansi terkait lainnya di Kabupaten Lumajang.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara melakukan

studi kepustakaan, serta melakukan pengumpulan beberapa keterangan

yang berhubungan dengan objek penelitian, seperti melalui referensi

buku-buku, perundang-undangan, hasil penelitian, jurnal-jurnal lokal,

artikel dan lai-lain15.

c. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data digunakan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

1. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

pengamatan indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba

dan pengecap.16 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan ke

Dispendukcapil Kabupaten Lumajang

14
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
15
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: alfabeta
16
Malhotra, N. K. 2004, Marketing Research : An Applied Orientation. 2 nd. Edition. New
Jersey: Prentice Hall Inc

15
2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang

sudah dan telah diolah oleh orang lain sebelumnya. Peneliti hanya

tinggal memanfaatkan data yang sudah tersaji tersebut 17. Dalam

penelitian ini dokumentasi juga dapat dilakukand dengan cara

melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen dari lembaga

serta instansi terkait yang ada di Dispendukcapil Kabupaten Lumajang

3. Wawancara / interview

Wawancara atau interview yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan tanya jawab langsung kepada responden, dalam hal ini

secara otomatis adalah kepala lembaga serta instansi yang terkait.

Tujuan wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

lebih terbuka dengan meminta pihak yang diwawancara menjawab

sesuai pendapat serta ide-idenya18.

d. Subjek penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitian menjadi hal yang sangat penting

di dalam penelitian deskriptif, yang dimaksud dengan subjek penelitian dalam

hal ini adalah orang-orang (informan) yang sekiranya dianggap dapat

memberikan informasi tentang kebudayaan, pariwisata, serta peran pemerintah

setempat dalam dua sektor tersebut. Subyek penelitian adalah Kepala Dinas

Dispendukcapil, 3 orang pegawai Dispendukcapil dan 5 orang masyarakat

yang membuat e-KTP.

17
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 2006, Metode Penelitian Survei,Jakarta: LP3ES
18
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

16
e. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat dilakukannya penelitian ini di Dispendukcapil

Kabupaten Lumajang

f. Analisa data

Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini,

maka langkah selanjutnya mengolah data yang terkumpul dengan

menganalisis data, mendeskripsikan data, serta mengambil kesimpulann

susunan kata dan kalimat. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan

dengan menggunakan teknis analisis data kualitatif, karena data yang

diperoleh merupakan keterangan-keterangan.

Menurut Nawawi dan Hadari (1983:25) “dalam penelitian kualitatif,

analisa data dilakukan secara terus menerus sejak awal dan selama proses

penelitian berlangsung dan data atau informasi yang diperoleh harus

dianalisa, berupa usaha menafsirkan untuk mengetahui maknanya serta

dihubungkan dengan masalah penelitian.” Analisa kualitatif digunakan

untuk menjelaskan, menggambarkan dan memaparkan hasil penelitian

dengan jawaban yang tepat19.

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data. Analisis data kualitatif terdapat tiga alur kegiatan yang

terjadi secara bersamaan. Aktivitas dalam analisis data yaitu: Data

Condensation, Data Display, dan Conclusion Drawing/Verifications.20

19
Nawawi, H. Hadari. 1983. Metode Penelitian Deskriptif. Yogyakarta, Gajah Mada University
Press.
20
Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods
Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Tjetjep Rohindi Rohidi, UI-Press.

17
Gambar 1. Analisis Model Interaktif

Pengumpulan
Data
Penyajian
Data

Condensation
Data Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi

Aktivitas dalam data kualitatif, yaitu:

1. Kondensasi Data (Data Condensation)

Kondensasi data merujuk pada proses memilih,

menyederhanakan, mengabstrakkan, dan atau mentransformasikan data

yang mendekati keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan secara

tertulis, transkip wawancara, dokumen-dokumen, dan materi-materi

empiris lainnya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian, penyatuan dari

infomasi yang memungkinkan penyimpulan dan aksi. Penyajian data

membantu dalam memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan

sesuatu, termasuk analisis yang lebih mendalam atau mengambil aksi

berdasarkan pemahaman.

18
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusions Drawing)

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan

dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis

kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan

penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat,

dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak muncul

sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya

kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan,

dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan

tuntutan-tuntutan pemberi dana.

19

Anda mungkin juga menyukai