PENDAHULUAN
Pelayanan publik adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara
tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta kepuasan dan
keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk, baik berupa barang dan jasa (Depdagri,
2004). (Mahsyar, 2011)
Pelayanan publik diibaratkan sebagai sebuah proses, dimana ada orang yang dilayani,
melayani, dan jenis dari pelayanan yang diberikan. Sehingga kiranya pelayanan publik
memuat hal-hal yang subtansial yang berbeda dengan pelayanan yang diberikan oleh
swasta. Pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah dalam rangka
memenuhi segala kebutuhan masyarakat, sehingga dapat dibedakan dengan pelayanan yang
dilakukan oleh swasta (Ratminto, 2006).
Di Indonesia, upaya memperbaiki pelayanan sebenarnya juga telah sejak lama
dilaksanakan oleh pemerintah, antara lain melalui Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman
Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha. Upaya ini dilanjutkan dengan
Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 81/1993 tentang
Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. (Sari, 2018)
Sebagai contoh adalah pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang diberikan oleh
pihak kepolisian dan dimonopoli oleh satu pihak. SIM tidak boleh dikeluarkan oleh lembaga
lain termasuk swasta. Sehingga pelayanan yang seperti itu dengan ciri dimonopoli oleh
pemerintah disebut pelayanan publik.
Namun, dalam perjalanannya ternyata pelayanan publik menemui berbagai macam
rintangan yang menghadang. Salah satunya adalah paradigma birokrasi yang cenderung
untuk minta dilayani ketimbang melayani. Hal tersebut mengakibatkan berbagai persoalan
(Singgih Wiranto,2006) seperti berbelit-belit, tidak efektif dan efisien, sulit dipahami, sulit
dilaksanakan, tidak akurat, tidak transparan, tidak adil, birokratis, tidak profesional, tidak
akuntabel, keterbatasan teknologi, keterbatasan informasi, kurangnya kepastian hukum,
KKN, biaya tinggi, polarisasi politis, sentralistik, tidak adanya standar baku dan lemahnya
kontrol masyarakat. Sedangkan telah terjadi pergeseran paradigma pelayanan publik dimana
rakyat atau warga Negara adalah focus dari pelayanan.
Pelayanan publik sendiri terdiri dari berbagai bentuk pelayanan yang diberikan oleh
Negara. Pelayanan publik dapat berupa pelayanan di bidang barang dan jasa (Ratminto,2006).
Pelayanan dibidang jasa seperti penyediaan bahan baker minyak yang dilakukan oleh
Pertamina, dan beras yang diurus oleh Badan Usaha Logistik (BULOG). Sedangkan dalam
porsi jasa dapat berupa jasa perizinan dan investasi yang sekarang ini sedang marak untuk
dikaji dan diperbincangkan oleh berbagai kalangan, baik itu akademisi maupun praktisi.
Kenapa investasi bisa semakin marak? Mengingat Indonesia adalah Negara kaya
namun kurang mendapatkan tempat dihati para investor. Hal tersebut terbukti dengan
peringkat Indonesia yang masih diatas seratus dalam kategori pro investasi karena proses
yang panjang. (Risna, 2014)
Dengan diberlakukannya pelayanan satu tempat atau One Stop Service (OSS) apakah
telah dapat memperbaiki kualitas pelayanan terhadap perizinan. Seperti yang kita ketahui
bahwa dengan adanya sistem OSS tersebut tidak serta merta masalah pelayanan perizinan
yang berbelit-belit dan panjang akan terhapus. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan.
1. Terkadang isntitusi-institusi yang digabungkan dalam dalam satu kantor bukan
berarti pemangkasan birokrasi. Publik harus tetap melalui meja-meja yang “sama”
dengan sbelumnya. Bedanya jika dulu “meja-meja” lokasinya berbeda sekarang
“jadi satu kantor “.
2. Orang-orang yang berada dikantor pelayanan satu atap yang “mewakili” institusinya
tidak memiliki kewenangan yang cukup untuk menetapkan keputusan yang
mendesak dalam hal pelayanan. Sehingga lagi-lagi si “publik” harus menunggu
atasan “pelayan” dikantor tersebut, dalam memeberikan keputusan. Sehingga kantor
inipun gagal mencapai tujuan awal yaitu efisiensi (Indiahono,2006).
Dalam konteks pelayanan publik menurut Moenir Kurniawan (2005:7) adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dan usaha memenuhi kepentingan orang lain
sesuai dengan haknya. Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada
masyarakat sebenarnya merupakan implikasidari fungsi aparat negara sebagai pelayanan
masyarakat.
Menurut L.P. Sinambela (2006:6) dalam buku “ Reformasi Pelayanan Publik” Teori,
Kebijakan dan implementasi”, secara teoritis tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah
memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima
yang tercermin dari:
1. Transparan
Pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas
Pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
3. Kondisional
Pelayanan yang sesuai dengan kondisidan kemampuan pemberi dan penerima
pelayanan dengan tetap berpegang kepada prinsip evisiensi dan efektivitas.
4. Partisipatif
Pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat.
5. Kesamaan Hak
Pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya
suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain.
Munculnya pelayanan umum atau publik dikarenakan adanya kepentingan, dan
kepentingan tersebut bermacam- macam bentuknya sehingga pelayanan publik yang
dilakukan ada beberapa macam. Menurut Hardiyansyah (2011:23) jenis pelayanan
umum atau publik yang diberikan pemerintah terbagi dalam tiga kelompok, yaitu : (Akbar,
2020)
a. Pelayanan administratif
Pelayanan administratif adalah pelayanan berupa penyediaan berbagai bentuk
dokumen yang diperlukan oleh publik, misalnya : Pembuatan Kartu Tanda
Penduduk (KTP), Sertifikat Tanah, Akta Kelahiran, Akta Kematian, Buku
Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Tanda Nomor Kendaraan
(STNK), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, dan sebagainya.
b. Pelayanan Barang
Pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang
yang menjadi kebutuhan publik, misalnya : jaringan telepon, penyediaan tenaga
listrik, penyediaan air bersih.
c. Pelayanan Jasa
Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan publik, misalnya : Pendidikan tinggi dan menengah, pemeliharaan
kesehatan, penyelenggaraan transportasi, jasa pos, sanitasi lingkungan,
persampahan, penggulangan bencana, pelayanan sosial.
Menurut Atep Adya Barata (2003:37), Kualitas pelayanan terbagi menjadi dua bagian
yaitu kualitas pelayanan internal dan eksternal. Masingmasing bagian tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang cukup penting, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan internal (interaksi pegawai
organisasi), yaitu pola manajemen umum organisasi dan penyediaan fasilitas
pendukung.
b. Faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan eksternal (pelanggan eksternal), yaitu
pola layanan dan tata cara penyediaan layanan dan pola layanan dalam penyampaian
jasa.
BAB III
PEMBAHASAN
B. Saran
Akbar, N. (2020). Analisis kualitas pelayanan publik di kanto kelurahan ratu sima dumai
selatan. Skripsi, 1–50.
Khutimah,Husna.Asilah , Lestari ,Indah.Dwi, M. L. (2018). Kualitas pelayanan publik di
kantor kelurahan cempaka baru. 1–25.
Mahsyar, A. (2011). Masalah Pelayanan Publik Di Indonesia Dalam Perspektif Administrasi
Publik. I(2), 81–90.
Risna. (2014). Pelaksanaan pelayanan publik (studi kasu administratif di kantor desa
kotabaru seberida kecamatan ketitang kabupaten indragir hilir). 1–10.
Sari, R. D. (2018). Implementasi Pelayanan Publik Berbasis Aplikasi Smart Netizen Pada
Kabupaten Lampung Tengah (Studi Kasus buyut udik kecamatan gunung sugih).
Skripsi, 1–97.
Utama, ahli. Widyaiswara, S. T. (2009). Konsep pelayanan publik. 1–6.