PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelayanan Publik
3
pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa
penyelenggara pelayanan.
Ada lima karakteristik yang dapat dipakai untuk membedakan ketiga jenis
penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, yaitu :
4
adalah merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara
sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara.
Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik
dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat (warga negara)dari suatu
negara kesejahteraan (welfare state). Pelayanan umum oleh Lembaga
Administrasi Negara (1998) diartikan sebagai segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di
Daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam
bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka upaya kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturanperundang-undangan.
Arah pembangunan kualitas manusia tadi adalah memberdayakan
kapasitas manusia dalam arti menciptakan kondisi yang memungkinkan
setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan krativitasnya
untuk mengatur dan menentukan masa depannya sendiri.Pelayanan publik
yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya
akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut :
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan
dan sasaran;
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan
diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belitmudah
dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta
pelayanan
3. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya
kejelasan dan kepastian mengenai :
5
Desentralisasi (devolusi) dan dekonsentrasi merupakan keniscayaan dalam
oraganisasi negara bangsa yang hubungannya bersifat kontinum, artinya
dianutnya desentralisasi tidak perlu meninggalkan sentralisasi
6
B. Kebijakan Pelayanan Publik
7
kebijakan publik merupakan proses politik yang melibatkan berbagai
kepentingan dan sumber daya sehingga akhir dari proses politik tersebut
adalah produk subyektif yang diciptakan oleh pilihan-pilihan sadar dari
pelaku kebijakan.
Terdapat banyak proses atau tahap-tahap yang perlu dilalui untuk membuat
suatu kebijakan.
1)Tahap pertama, Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang
untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah public dan prioritas dalam
agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status
sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik,
maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih
daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu
publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Isu kebijakan
(policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy
problem). Isu kebijakan biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat
di antara para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh,
atau pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.
Menurut William Dunn, isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari
adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun
penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk
menjadi suatu agenda kebijakan.
Hanya ada beberapa kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik:
1. Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman
yang serius.
8
3. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak (umat
manusia) dan mendapat dukungan media massa.
5)Tahap yang terakhir ialah tahap penilaian kebijakan, kebijakan yang telah
dijalankan dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah
mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk
meraih dampak yang diiinginkan.
9
C. Paradigma Pelayanan Publik
10
pelayanan. Selain itu, adanya keharusan setiap instansi pemerintah untuk
menyusun rencana stratejiknya masing-masing, juga merupakan salah satu upaya
untuk mendorong terwujudnya akuntabilitas pelayanan, dan terjadinya revitalisasi
fungsi pelayanan aparatur pemerintah.
Kedua, Prosedur pelayanan publik terlalu kaku, berbelit-belit, biaya dan waktu
tidak jelas, tidak ada SOP/tidak dijalankan, dan ada persyaratan yang tidak
menyambung/rasional. Hal ini membosankan semua pihak yang berurusan. Yang
11
tidak menyambung/rasional, misalnya, mengaitkan pembuatan KTP atau Akte
Kelahiran dengan pelunasan BBB.
Kelima, Belum berubahnya pola pikir dan budaya kerja. Belum sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan.
Kesepuluh, Pengaruh tatap langsung antara yang berurusan dengan petugas. Tatap
muka langsung antara petugas dengan yang berurusan sedikit banyak akan
mempengaruhi integritas petugas. Apalagi bila yang berurusan itu memiliki
hubungan tertentu dengan petugas: hubungan keluarga, teman kerja, setempat
tinggal, se-daerah, se-agama dan sebagainya.
12
pelaksanaan tugas aparatur. Biasanya, semakin jauh seseorang dari agama maka
semakin jauh pula dia mengaitkan nila-nilai agama dengan tugas yang
dijalankannya.
13
Orang bijak mengatakan, “Hubungan pimpinan dengan bawahan/masyarakat
bagaimana tongkat dengan bayang-bayangnya; bagaimana bayang-bayang akan
lurus kalau tongkatnya sendiri yang bengkok.”
14
perundang-undangan yang dapat dijadikan payung hukum oleh kepala daerah.
Selama ini ketiadaan payung hukum tersebut ikut memandulkan terobosan/inovasi
bagi kepala daerah karena takut tersandung hukum di kemudian hari. Jangan
sampai niat baik memajukan daerah malah berakhir dengan masuk bui seperti
yang pernah terjadi pada beberapa kepala daerah.
6.Perbaikan pola pikir dan budaya kerja organisasi. Untuk pimpinan dan staf
dipandang perlu membaca buku-buku yang bersifat pencerahan, rajin memonitor
perkembangan terkini yang sedang berlangsung baik di Tanah Air maupun di luar
negeri, membaca berbagai peraturan perundang-undangan, mengikuti pengajian
agama. Ada juga baiknya kita hayati tips AA Gym dalam merubah pola pikir dan
budaya kerja yang dirumuskannya ke dalam D-3: Dimulai dari diri sendiri,
dimulai dari hal-hal yang kecil, dan dimulai sekarang juga (jangan ditunda-tunda
lagi).
15
manusia berbuat baik dan beramal ibadah semasa hidup di dunia ini, kelak di
kemudian hari akan ganjaran mendapat pahalanya. Untuk itu aparatur perlu
mempelajari, mendalami, memahami, melaksanakan dan mengaitkan ajaran
agama masing-masing dengan aktifitas kerjanya sehingga bernilai ibdaha di mata
Tuhan Yang Maha Kuasa.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peningkatan kualitas pelayanan publik oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini
dapat dilakukan dengan berbagai strategi, diantaranya : perluasan institusional dan
mekanisme pasar, penerapan manejemen publik modern, dan perluasan makna
demokrasi.
B. Saran
Ø Perangkat birokrasi yang ada baru dapat memberikan pelayanan publik yang
berkualitas apabila kinerjanya selalu didasarkan pada nilai-nilai etika pelayanan
publik.
Ø Kualitas pelayanan publik secara umum ditentukan oleh beberapa aspek, yaitu :
sistem, kelembagaan, sumber daya manusia, dan keuangan. Dalam hal ini
pemerintah harus benar-benar memenuhi keempat aspek tersebut, karena dengan
begitu, masyarakat akan ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik.
17
DAFTAR PUSTAKA
A. SUMBER BUKU
Dwiyanto, Agus. 2003. Reformasi Pelayanan Publik : Apa yang harus dilakukan?,
Policy
B. SUMBER INTERNET
Seemoreat: http://ilmu27.blogspot.com/2012/08/makalah-pelayanan-publik-
pemerintah.html#sthash.Hi6xg3EE.dpuf
RudiHartono;https://www.kompasiana.com/www.rudharjs.com/54f8ca57a33311a
f098b4a2f/kualitas-pelayanan-publik-instansi-pemerintah-buruk-muka-cermin-
dibelah
18