Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA BAGI PENYELENGGARA

ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Oleh : Ika Pusparini Anindita Jayasinga

NPM. 2332011005

Mahasiswa Program Study Doktor Ilmu Hukum Universitas Lampung

Abstract. Layanan administrasi kependudukan bukan pelayanan dasar namun menjadi dasar
dalam pelayanan. Dalam Undang-Undang administrasi kependukan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2013,layanan administrasi kependudukan tidak dipungut biaya (gratis) Dokumen
kependudukan merupakan hak dari warga negara/masyarakat di Indonesia sehingga semua
layanan administrasi kependudukan gratis, dengan kata lain pengeluaran dokumen
kependudukan itu merupakan kewajiban negara yang diamanahkan untuk mengurus segala
bentuk administrasi kependudukan.Namun kenyataannya masih terdapat pengurusan
dokumen administrasi kependudukan yang lama, pegawai yang tidak ramah,pembedaan
perlakuan pelayanan oleh penhyelenggara kepada penerima layanan, pungli bahkan di
beberapa masih terjadi operasi tangkap tangan yakni di karawang, jember, manado dan
terbaru di Lampung Utara. Sanksi yang berat terhadap penyelenggara pungli ini sampai
dengan pencopotan jabatan. Pungli terjadi karena gaji pegawai yang tidak mencukupi, SOP
yang berbelit-belit, budaya masyarakat yang ingin cepat dan terbiasa memberikan ucapan
terimakasih, pengawasan yang masih kurang dari atasan dan belum berlandaskan nilai-nilai
Pancasila. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan mengimplementasikan nilai-
nilai Pancasila dan meningkatkan integritas pegawai, memangkas SOP,menggunakan
teknologi dan informasi (digitalisasi layanan), membuat Pakta Integritas, mencantumkan
dalam pengumuman bahwa semua layanan administrasi kependudukan gratis, mengedukasi
masyarakat, pemberian reward dan punishment, kontrol dari atasan secara rutin, pembinaan
dari APIP ataupun Satgas Saber Pungli secara berkala.

Keywords: implementasi, nilai-nilai Pancasila , penyelenggara, administrasi kependudukan

A. Pendahuluan
Kemajuan teknologi dan era digital yang melanda dunia sekarang ini telah
membawa berbagai perubahan bagi masyarakat, kemudahan untuk mengakses
berbagai informasi tanpa batas dapat dilakukan dengan mudah, kejadian apapun
di belahan bumi manapun dapat diakses dan diketahui dalam sekejap tanpa ada
yang membatasi. Kemajuan teknologi adalah sesuatu hal yang tak bisa dihindari

1
dan dibendung, karena teknologi berkembang seiring dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan.

Kecanggihan teknologi dapat membantu setiap aktivitas manusia, namun


pesatnya perkembangan teknologi memerlukan filter untuk dapat menyaring hal-
hal yang baik bermanfaat dan hal-hal yang sia-sia atau bahkan informasi yang
memberi pengaruh buruk, ketidak hati-hatian dan kebebasan dalam menyikapi
teknologi memungkinkan terjadi penyimpangan dan kerugian, kemerosotan nilai-
nilai moral dan mengancam eksistensi nilai-nilai luhur bangsa.

Pancasila yang digali dari akar budaya dan nilai-nilai luhur bangsa mencakup
kebutuhan dasar dan hak-hak azasi manusia secara universal, sehingga dapat
dijadikan landasan dan falsafah hidup serta menjadi tuntunan perilaku seluruh
warga negara dalam mewujudkan tujuan nasional. Kesepakatan seluruh bangsa
tersebut menjadi penting dan bermakna karena masyarakat, suku, kelompok
maupun individu yang memiliki perbedaan ideologi, budaya, agama, bahasa,
karakter serta sentimen primordial sepakat mengutamakan kepentingan umum di
atas kepentingan individu. Bertumpu pada nilai-nilai luhur dan ikatan sendi
kehidupan tersebut, bangsa Indonesia selayaknya mampu menghayati,
mengamalkan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar kehidupan
berbangsa dan bernegara guna mewujudkan tujuan nasional.1

Perkembangan pemerintahan di Indonesia telah menerapkan praktik


pemerintahan berbasis elektronik yang sering disebut dengan e-government.
Perkembangan e-government di Indonesia sudah dilaksanakan di berbagai daerah
sebagai turunan inovasi pemerintah yang selalu berupaya untuk melayani publik.2
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.3

Salah satu jenis pelayanan publik yang dituntut untuk ditingkatkan oleh
masyarakat adalah layanan administrasi kependudukan. Setiap warga tentunya
mendambakan pelayanan dari pemerintah yang baik, efisien dan memuaskan,
namun pada kenyataanya tidak selalu sesuai harapan. Selain itu, banyak isu yang
terus berkembang bahwa pelayanan di instansi pemerintahan cenderung kurang
menyenangkan bagi pemohon layanan yaitu masyarakat bahkan dapat dikatakan
cenderung mengecewakan.4

1
Dipoyudo, Kirdi, 1990, Membangun Atas Dasar Pancasila, Jakarta : CSIS.
2
Oktamia, D. S., & Fauziah, N. M. (2018). Implementasi Kebijakan Pembuatan Kartu Tanda
Penduduk Elektornik (KTP-el) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Temanggung. Jurnal Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN), 02(01), 1–19.
3
Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 1 angka 1
4
. Liun. 2014. Evaluasi Kebijakan Pelayanan Bidang Kependudukan Di Dinas Kependudukan Dan
Catatan Sipil Kabupaten Malinau. Jurnal Administrative Reform, Vol.2 No.4: 445-457

2
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban
dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan melalui Pendaftaran
Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan
serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor
lain.5 Pengertian tersebut di atas berarti bahwa setiap penduduk harus didata dan
ditata melalui penertiban dokumen yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil setempat agar pemerintah dapat dengan mudah memenuhi
segala urusan kependudukan bila dokumen setiap penduduk dapat dikelola dengan
baik dan tertib dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
profesional, tertib dan cepat untuk menuju pelayanan prima (excellent service)
dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

Pancasila yang merupakan dasar Negara yang mengandung Nilai-nilai luhur yang
harus melekat dan menjadi ciri bangsa Indonesia, harus mampu tercermin dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Pancasila merupakan pondasi, azas dan
pandangan serta pedoman hidup bangsa Indonesia. Pancasila memuat nilai-nilai
luhur yang yang mengatur tatanan kehidupan dan menjadi ciri bangsa yang
dimiliki oleh rakyat Indonesia.

Urusan administrasi kependudukan bukan pelayanan dasar namun menjadi dasar


dalam semua pelayanan. Dalam UUD 1945 Pasal 28 ayat (1) amandemen kedua
dan Pasal 34 ayat (3) amandemen keempat telah mengamanatkan negara wajib
melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
dalam rangka pelayanan umum dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur
negara dalam berbagai sektor pelayanan terutama yang menyangkut pemenuhan
hak-hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat, wajib dilaksanakan sesuai dengan
amanat UUD 1945.6 dan Pancasila sebagai nilai utama bangsa Indonesia harusnya
masuk menjadi mindset serta budaya anak bangsa dalam melakukan pelayanan,
menjadi penjaga roda pemerintahan, mengikat kuat tak hanya pada moral tapi
sebagai sumber hukum positif yang ujungnya menciptakan keadilan,
kesejahteraan, kemajuan dan ketertiban. Tujuan Penyelenggaraan layanan
administrasi kependudukan:

1. Memberikan keabsahan identitas;


2. Memberikan perlindungan status hak-hak sipil penduduk;
3. Menyediakan data dan informasi kependudukan nasional;
4. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara nasional dan terpadu;
5. Menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor terkait
lainnya.

Data kependudukan yang digunakan untuk semua keperluan adalah Data


Kependudukan dari Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan
5
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
6
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 dan 34

3
pemerintahan dalam negeri (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 pasal 58)
yakni Kementrian Dalam Negeri Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
tujuan data kependudukan antara lain untuk pemanfaatan:

1. Pelayanan publik antara lain untuk penerbitan surat izin mengemudi, izin
usaha, pelayanan wajib pajak, pelayanan perbankan, pelayanan penerbitan
sertifikat tanah, asuransi, jaminan kesehatan masyarakat, dan jaminan sosial
tenaga kerja.
2. Perencanaan pembangunan yakni untuk perencanaan pembangunan nasional,
perencanaan pendidikan, perencanaan kesehatan, perencanaan tenaga kerja,
dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan.
3. Alokasi anggaran meliputi penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) dan
perhitungan potensi perpajakan.
4. Pembangunan demokrasi yaitu penyiapan Data Agregat Kependudukan per
kecamatan (DAK2) dan penyiapan data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu
(DP4).
5. Penegakan hukum dan pencegahan kriminal antara lain untuk memudahkan
pelacakan pelaku kriminal, mencegah perdagangan orang dan mencegah
pengiriman tenaga kerja illegal.

Dalam rangka mempermudah pelayanan publik, efesiensi anggaran dan untuk


memangkas waktu pelayanan administrasi kependudukan, dan menghilangkan
pungutan liar maka layanan administrasi kependudukan yang semula manual
bertransformasi menjadi digital. Dimulai dengan penerbitan Permendagri Nomor
19 Tahun 2018 tentang Peningkatan Kualitas Layanan Adminduk, Kertas Putih
untuk mencetak Kartu Keluarga sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 109 Tahun 2019 tentang Formulir dan Buku yang Digunakan Dalam
Administrasi Kependudukan, Penggunaan Tanda Tangan Elektronik sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2019, Anjungan Dukcapil
Mandiri yang meniru model ATM seperti bank konvensional sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pelayanan
Administrasi Kependudukan Secara Daring dan untuk meningkatkan kualitas
layanan administrasi kependudukan maka diterbitkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 95 Tahun 2019 tentang Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan dan Pada awal tahun 2022 mulai diperkenalkan Identitas
Kependudukan Digital sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
72 Tahun 2022 tentang Standar dan Sfesifikasi Perangkat Keras, Perangkat Lunak
dan Blangko Kartu Tanda Penduduk Elektronik Serta Penyelenggaraan Identitas
Kependudukan Digital. Pelayanan dinas kepada masyarakat, di masa pandemi
covid 19, menghadapi berbagai permasalahan, meskipun demikian harus tetap
berjalan sebagaimana mestinya, melalui perubahan dan penyempurnaan, agar
masyarakat tetap mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya. Agar pelayanan
dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya, maka Dinas kependudukan dan pencatan
sipil melakukan perubahan atau Transformasi di bidang pelayanan. meskipun

4
pelaksanaannya terbatas karena memiliki hambatan yaitu Sarana yang belum
memadai yang berupa jaringan internet dan Adanya keterbatasan SDM dalam
proses transformasi secara kualitas maupun kuantitas7.

Penyelenggara pelayanan publik mulai mengalami kemerosotan moral,


terkikisnya nilai-nilai empati terhadap sesama, pungli dan terjadi Operasi
Tangkap Tangan layanan administrasi kependudukan di sejumlah kantor dinas
kependudukan dan pencatatan sipil di Indonesia antara lain Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Mangarai, NTT, Manado dan Lampung Utara disebabkan nilai-
nilai Pancasila mulai ditinggalkan.

B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah,
1. Bagaimanakah implementasi dari nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa bagi penyelenggara pelayanan administrasi kependudukan
secara digital?
2. Bagaimanakah kendala dan hambatan dalam pengimplementasian nilai-nilai
Pancasila bagi penyelenggara pelayanan administrasi kependudukan secara
digital?
C. Manfaat Penelitian dan Tujuan Penelitian
Penelitian makalah ini diharapkan dapat memberi maanfaat berupa sumbangan
pemikiran guna perkembangan ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan
Hukum Pancasila dan Globalisasi khususnya menanamkan nilai-nilai Pancasila
bagi penyelenggara pelayanan administrasi kependudukan dalam rangka
mempermudah pelayanan publik. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk:
1. Untuk mengimplementasikan nilai nilai Pancasila bagi penyelenggara layanan
administrasi kependudukan secara digital .
2. Untuk menemukan solusi terkait hambatan dan kendala dalam
pengimplementasian nilai-nilai Pancasila.

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini yaitu yuridis normatif .
Studi literatur adalah proses mengkaji dan menganalisis lebih dalam mengenai
fakta-fakta yang ada. Sumber data pendukung literatur berupa, ebook, artikel, dan
jurnal terkait. Penulis mencari sumber teori dan konsep, kemudian menganalisis
teori tersebut dan teknik pengumpulan data yang diperoleh, dengan mencari

7
Bonifasius, H. (2020). Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Semarang Tahun 2019
[Universitas Negeri Semarang]. http://lib.unnes.ac.id/38902/1/3312414061.pdf

5
variable dari berbagai sumber dimana akhirnya akan ditafsirkan dan dibuat dari
berbagai referensi yang sudah disebutkan sebelumnya.
E. Pembahasan
Pancasila terdiri dari dua kata yaitu ‘panca’ dan ‘sila’. Panca memiliki arti lima
sedangkan sila memiliki arti asas atau prinsip. Maka, arti pancasila yaitu lima
dasar yang digunakan sebagai prinsip atau aturan dalam berbangsa dan bernegara.
Pancasila juga menjadi landasan dalam memutuskan berbagai hal yang berkaitan
dengan bangsa Indonesia serta mengatur pemerintahan, maksudnya yaitu segala
sesuatu yang akan diputuskan atau disahkan harus sesuai dengan nilai-nilai yang
ada pada Pancasila. Lima rumusan yang terdapat pada Pancasila yaitu yang
pertama ketuhanan yang maha esa, yang kedua kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang ketiga persatuan Indonesia, yang keempat kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan, dan
yang kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima rumusan
ini merupakan nilai-nilai dasar yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, oleh penyelenggara pelayanan publik selaku perekat dan pemersatu bangsa
dalam melakukan pelayanan harus berdasar pada nilai-nilai Pancasila.
Peranan Pancasila dalam ketatanegaraan bukan hanya sekedar dasar serta tujuan
formalitas dari negara. Pancasila sebagai dasar bagi bangsa Indonesia, falsafah
negara, ideologi serta citacita negara dan hukum bangsa Indonesia dan sebagai
pemersatu masyarakat Indonesia8. Pada kehidupan sehari-hari sudah banyak
aparatur yang memahami arti penting dari Pancasila, tetapi tidak sedikit juga
aparatur yang masih kurang paham tentang Pancasila, sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila belum sepenuhnya tersampaikan secara tepat kepada
aparatur.
Berikut ini akan dikaji secara lebih mendalam internalisasi nilai-nilai pancasila
dalam mewujudkan pelayanan publik
Sila Ketuhanan YME
Pengakuan terhadap Tuhan YME, nilai religius merupakan nilai yang erat
kaitannya dengan sesuatu kekuatan suci, agung, sakral, dan mulia. Bekerja
didasari dengan niat yang ikhlas semata untuk ibadah, sudah merasa cukup
dengan gaji yang diterima sehingga dalam melakukan pelayanan kepada
masyarakat diniatkan sebagai ibadah. Sila pertama dalam pancasila ini dapat
dijadikan pedoman bagi segenap Aparatur Sipil Negara (ASN) ataupun pegawai
pemerintah lainnya, bahwa dalam memberikan pelayanan publik perlu
menghindari adanya diskriminasi terhadap agama atau kepercayaan tertentu. Hak
beragama merupakan hak paling asasi dari setiap warga negara. Begitu pula
8
Darmadi, H. (2020). Apa Mengapa Bagaimana Pembelajaran Pendidikan Moral Pancasila dan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. An1mage. https://books.google.co.id/books?
id=5CD_DwAAQBAJ&pg=PA1&hl= id&source=gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q&f=false

6
dengan hak untuk mendapatkan pelayanan publik. Takut untuk melakukan pungli
maupun perbuatan tidak terpuji lainnya karena menyakini apapun yang kita
lakukan dan kita kerjakan diawasi langsung oleh Tuhan YME. Hal tersebut dapat
dikaitkan dengan sila pertama dalam pancasila, bahwa pelayanan publik perlu
mengikuti peraturan perundang-undangan, dimana dalam regulasi telah
disebutkan bahwa setiap warga negara berhak untuk memilih dan menjalankan
ibadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini telah diatur
dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 29 ayat (2). Ini berarti bahwa
setiap aparatur pelayanan publik tidak diperbolehkan memperlakukan
diskriminasi atas dasar agama atau keyakinan yang berbeda9.
Lebih lanjut, Mulyadi (2015 : 225), menuliskan bahwa menyadari bahwa
akuntabilitas tidak mudah, maka pertanggung jawaban merupakan proses yang
sulit dan terukur, sehingga harus dilakukan dengan metode yang tepat. Menurut
Bakry (1997 : 102), setiap umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa menggali kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama dan
kepercayaannya. Negara wajib memelihara budi pekerti yang luhur dari setiap
negara pada umumnya dan dari setiap penyelenggara negara pada khususnya.
Internalisasi sila pertama pancasila dalam pelayanan publik ini dapat pula
dicerminkan dari penyediaan tempat ibadah bagi agama tertentu di setiap tempat
yang melakukan pelayanan kepentingan publik. Semisal, penyediaan mushola di
setiap kantor pelayanan publik.10
Sila Kemanusiaan yang Adil dan beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab, berarti bahwa aparatur pelayanan publik
perlu menghormati nilai kemanusiaan masyarakat sebagai pengguna pelayanan
publik tersebut. Hakikat kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga, sifat individu
dan sosial, pribadi mandiri, dan mahluk Tuhan. Hakikat kodrat manusia
monopruralis ini pola kesatuannya beserta pemenuhan kebutuhannya akan
menjiwai pola pelaksanaan kenegaraan sebagai akibat langsung atau
penjelmaannya, sehingga moral negara yang menjiwai fundamen politik negara.
Kesatuan yang seimbang dan harmonis dalam hakikat kodrat manusia menjelma
dalam kesatuan yang seimbang dan harmonis dalam sifat-sifat dan keadaan
negara11. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila kedua dari pancasila ini perlu
dihayati oleh setiap aparatur pelayanan publik. Kemanusiaan yang adil dan
beradab, berarti bahwa setiap aparatur harus menempatkan masyarakat pengguna
layanan publik selayaknya manusia yang layak dimanusiakan. Hal ini berarti
bahwa masyarakat diberlakukan selayaknya warga negara yang perlu dipenuhi
haknya dalam mendapatkan pelayanan publik yang memadai. Setiap Aparatur
9
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 29 ayat (2)
10
Bakry, Noor Ms. 1997. Orientasi Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Liberty.
11
Ibid, hal 84

7
Sipil Negara (ASN) perlu menghormati dan melayani pengguna layanan publik
secara ramah dengan prinsip-prinsip customer services yang baik. Pemberian
program layanan khusus untuk penyandang disabilitas, orang dengan gangguan
kejiwaan merupakan salah satu cerminan dari internalisasi nilai-nilai sila kedua
pancasila ini dalam pelayanan publik.
Sila Persatuan Indonesia
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang mutlak tidak dapat terbagi, dalam
arti tidak ada negara di dalam negara, atau negara serikat. Negara Indonesia juga
terpisah dari negara lain, dalam arti negara Indonesia bukan negara merdeka yang
berada dalam kesatuan negara-negara merdeka. Jadi, negara Indonesia harus
mutlak tidak dapat terbagi dan terpisah dari yang lain, yaitu negara kesatuan yang
merdeka di atas kekuatan sendiri.
Negara merupakan persekutuan hidup bersama di antara elemen-elemen yang
membentuk negara, yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun
kelompok agama. Oleh karena itu, perbedaan adalah bawaan kodrat manusia dan
juga merupakan ciri khas elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya,
negara adalah beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan
yang dilukiskan dalam seloka Bhineka Tunggal Ika.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Pelayanan publik berdasarkan pemahaman sila pada kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/pewakilan ini dapat
ditunjukkan dalam pembuatan Citizen Charter. Citizen Charter yang merupakan
kontrak pelayanan ini dirumuskan bersama dengan perwakilan masyarakat
sebagai pengguna pelayanan publik dalam Forum Konsultasi Publik. Hal ini perlu
dilakukan karena berkaitan dengan permasalahan, harapan, keluhan, ataupun
kebutuhan masyarakat. Perumusan Citizen Charter dalam pelayanan publik itu
sendiri merupakan cerminan dari sila pada kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila keadilan sosial ini perlu diinternalisasikan ke setiap sendi aparatur pelayanan
publik. Hal ini berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan publik yang idealnya
perlu menerapkan prinsip keadilan sosial. Hal ini berarti bahwa dengan
mengedepankan prinsip sila kelima pancasila ini ke dalam pelayanan publik, maka
masyarakat sebagai pengguna layanan publik diharapkan akan mendapatkan
keadilan dalam kaitannya pelayanan yang mereka terima. Sebagai contohnya,
petugas loket memberikan pelayanan sesuai nomor urut antrian. Prinsip keadilan
diberlakukan dalam penyelengaraan pelayanan publik ini tanpa melihat status,
jabatan, atau SARA dalam pelayanannya.

8
F. Kesimpulan
Penyelenggara Pelayanan Administrasi Kependudukan haru smenggunakan dan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,
Ideologi Negara dan Jiwa Bangsa. Hal ini diperlukan untuk menghindari adanya
diskriminasi atau ketidakadilan dalam pelayanan publik yang diterima masyarakat
sebagai pengguna layanan publik Masyarakat bukan lagi sebagai objek
pembangunan namun sebagai subjek pembangunan. Nilai-nilai Pancasila adalah
instrumen utama dalam mewujudkan pelayanan publik berperadaban. Pasalnya
pelayanan yang berkualitas/prima ditandai dengan terlaksananya seluruh sila-sila
yang ada di Pancasila, mulai dari nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan hingga nilai keadilan. Semua nilai tersebut, menjadi
bagian tak terpisahkan dalam konsep membangun pelayanan publik yang
menyenangkan dan membahagiakan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai