Anda di halaman 1dari 23

UPAYA PEMBERANTASAN PUNGUTAN LIAR

DALAM PEMBUATAN E-KTP

(Studi Kasus Kabupaten Cirebon)

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Patologi Birokrasi


(Dosen : Maria Rosarie Harni Triastuti, S.IP., M.Si.)

Disusun Oleh:
Vanessa Oktaginta - 6071801022

Kelas: A

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
BANDUNG
2021
Abstrak
Penelitian ini berjudul “Upaya Pemberantasan Pungutan Liar Dalam Pembuatan E-KTP
(Studi Kasus Kabupaten Cirebon)”. Pelayanan publik merupakan hal yang sudah menjadi
kewajiban untuk diberikan oleh aparatur sipil negara (ASN) dan menjadi hak untuk
masyarakat, salah satunya memberikan pelayanan untuk menerbitkan E-KTP untuk
kepentingan administrasi masyarakat, namun tak jarang ditemukan permasalahan dalam
pelaksanaanya salah satunya ialah pungutan liar untuk penerbitan E-KTP yang dilakukan
oleh oknum tidak bertanggung jawab. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk
mencari tahu faktor apa saja yang menjadi penyebab pungutan liar, dan upaya apa saja
yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas pungutan liar. Jenis penelitian
yang digunakan ialah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi dokumen.
Hasil dari penelitian ini bahwa ada dua faktor penyebab terjadi nya pungutan liar di
Kabupaten Cirebon, dikarenakan masyarakat enggan menunggu proses pembuatan
E=KTP yang lamban dan kurang ada efek jera dari hukuman yang diberikan. Satuan
tugas sapu bersih pungutan liar menjadi salah satu upaya pemerintah dalam memberantas
pungutan liar yang terjadi di kabupaten Cirebon.

Kata Kunci : Pungutan Liar, E-KTP, Saber Pungli, Pemberantasan

A. Latar Belakang
Indonesia adalah tipe negara kesejahteraan (welfare states) yang tersurat dan tersirat
dalam pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 “...Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaks anakan ketertiban dunia ..dan seterusnya". Untaian kalimat diatas
mengandung makna bahwa negara berkewajiban untuk mensejahterakan
warganya, melindungi warganya untuk hidup tentram dan aman terbebas dari tekanan,
paksaan dari pihak maupun termasuk aparatur negara. (Nyoman Trisna Sari Indra
Pratiwi dan Ni Nengah Adiyaryani, 2019).
Adanya fenomena pungutan liar ini menunjukkan bahwa ada permasalahan yang
sering muncul dalam pelayanan dari pemerintah kepada masyarakat, yang mana
mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan publik pemerintah.
Pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan, baik berupa barang publik maupun

1
pelayanan publik, yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh
instansi pemerintah atau daerah, dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Gambaran buruk tersebut semakin
diperparah dengan permasalahan yang sering terkemuka ialah sehubungan dengan pejabat
publik, yaitu keuntungan illegal dalam berbagai bentuk,
Menurut Sunarto (dalam Winanda Anggi Susanti) dalam konteks tata pemerintahan di
Indonesia, sejak memasuki era reformasi sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan
pemerintahan yang baik telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme.1 Pelayanan publik yang bersifat transparan merupakan salah satu ciri dari
tercapainya sistem birokrasi yang jujur dan bebas dari pungutan liar. Namun pada
kenyataannya masyarakat sulit mendapatkan pelayanan publik yang transparan.
Masyarakat seringkali dihadapkan pada sistem pelayanan publik yang berbelit-belit dan
menuntut banyak syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh suatu pelayanan. Tidak
hanya itu, masyarakat yang bekerja di beberapa lembaga pelayanan publik berusaha
memanfaatkan posisinya untuk mendapatkan penghasilan tambahan dalam pelayanan
publik yang diberikan. Memaksa masyarakat untuk membayar tambahan dengan dalih
mempercepat dan mempercepat segala urusan pelayanan publik. Modus operandi oknum-
oknum oknum tersebut mengharuskan masyarakat membayar "biaya fasilitasi" untuk
"melumasi" segala bentuk administrasi. Akibatnya, kinerja birokrasi semakin terpuruk.
Pungutan liar sebenarnya merupakan sebuah gejala sosial yang sudah lama telah ada
di Indonesia, yaitu sejak Indonesia masih dalam masa penjajahan dan bahkan jauh
sebelum itu. Atau dengan penamaan lain sebagai perbuatan pungli, namun secara
nasional istilah tersebut baru diperkenalkan pada bulan September tahun 1977, yaitu saat
Kaskopkamtib yang bertindak selaku Kepala Operasi Tertib bersama Menpan dengan
gencar melancarkan Operasi Tertib (OPSTIB), dimana sasaran utamanya adalah pungli.2
Pungutan liar (pungli) atau yang mempunyai banyak istilah lain seperti memberi uang
sogok, uang pelicin, uang jasa, dan lain-lain, ialah kegiatan pemungutan oleh oknum
penjual jasa kepada pengguna jasa biasanya dalam bentuk uang yang melibatkan dua
pihak atau lebih, dan suatu hal baik dalam bentuk uang, barang, dan lain-lain, dilakukan

1
Susanti, W, A. (2019). “PERAN SATUAN TUGAS SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR (SATGAS SABER PUNGLI)
DALAM MELAKSANAKAN PENANGGULANGAN PUNGUTAN LIAR PADA PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN
BANJARNEGARA”.
2
Arleta, G. (2019). “UPAYA PENINDAKAN PEMBERANTASAN PUNGLI OLEH SATGAS SABER PUNGLI”.Jurnal
Litigasi, Vol. 20.(1).

2
oleh oknum yang memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan atau
kepentingan pribadi para oknum yang tidak bertanggung jawab, pungutan liar juga
merupakan tindakan dari penyalahgunaan wewenang dan tentu saja pungutan liar ini
melanggar aturan yang ada. Tujuan lain dari pungutan liar ialah mempermudah segala
urusan yang berkaitan dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan pihak yang membayar
pungutan kepada oknum.
Pungutan liar juga termasuk pada salah satu patologi birokrasi dan memiliki beberapa
faktor penyebab, yang secara umum dapat disebabkan dari aspek individu seperti sifat
tamak, kebutuhan hidup yang mendesak, dan moral yang kurang kuat, selanjutnya aspek
organisasi seperti kurang adanya sikap keteladanan dari para pemimpin, kultur organisasi
yang tidak benar, dan tidak ada sistem akuntabilitas dan transparansi yang benar pada
instansi pemerintah, kemudian ada beberapa patologi birokrasi yang muncul dari kasus
pungutan liar dalam penerbitan E-KTP di Kabupaten Cirebon. yaitu, patologi yang timbul
karena persepsi dan gaya manajerial para pejabat dilingkungan birokrasi, karena pada
kasus ini terdapat penyalahgunaan wewenang, patologi yang timbul karena tindakan para
anggota birokrasi yang melanggar norma-norma hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, seperti: penggemukan biaya; menerima sogok; ketidakjujuran;
korupsi; tindakan kriminal; penipuan; kleptokrasi; kontrak fiktif; sabotase; tata buku tidak
benar; dan pencurian. Karena dalam kasus ini terjadi pelanggaran norma-norma hokum
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu, menerima sogok.
Terkait dengan penyalahgunaan wewenang yang dimaksud ialah aparatur yang
memiliki wewenang dianggap mempunyai peluang yang besar atau memiliki dorongan
untuk melakukan hal-hal yang menguntungkan diri sendiri dan kelompoknya, lalu
lambatnya pelayanan oleh para aparatur sipil negara (ASN) yang biasanya disertai dengan
prosedur yang berlebihan dan mengakibatkan pelayanan malah terkesan berbelit-belit,
adanya tindakan disfungsional yang dilakukan oleh aparatur sipil negara (ASN), yang
mengakibatkan kinerja mereka menjadi lambat, pungutan liar atau uang sogokan ini
sudah membudaya di Indonesia, yang ditujukan untuk mempercepat proses segala urusan
yang berkaitan dengan dokumen administrasi, aparatur sipil negara (ASN) akan bekerja
dengan cekatan bila diberi uang pelicin, masyarakat yang malas menunggu lama rela
untuk mengeluarkan biaya lebih demi untuk memudahkan dan mempercepat waktu
penerbitan E-KTP. Maka, pungutan liat ini secara tidak langsung membuat oknum
aparatur sipili negara (ASN) memberikan pelayanan yang tidak adil dan pilih kasih yang
menimbulkan diskriminasi pelayanan antara pemohon pembuatan E-KTP yang jujur dan

3
yang rela untuk membayar uang jasa kepada oknum aparatur sipil negara (ASN), serta
menjadi salah satu pelanggaran kebijakan oleh oknum aparatur sipil negara (ASN).
Ketika pungutan liar menjadi salah satu yang termasuk pada patologi birokrasi, maka
pungutan liar menjadi kendala dalam mewujudkan pelayanan publik yang jujur karena
termasuk sebagai patologi birokrasi. Singkatnya, pungutan liar dapat dianggap sebagai
bentuk penerimaan yang tidak memiliki dasar hukum yang jelas dan bersifat
mementingkan diri sendiri. Walaupun pungutan liar ini ilegal dan termasuk dalam tindak
korupsi
Korupsi adalah perbuatan yang merugikan negara dan dapat merugikan pemerintah.
Beberapa informasi menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku korupsi adalah pejabat
tinggi suatu lembaga dan wakil rakyat. Situasi seperti ini tentu akan menggerogoti
kepercayaan publik, karena bagaimana tidak, para pemimpin yang selama ini dipercaya
sebagai wakil rakyat justru menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki untuk
memperkaya diri sendiri. Mengutip amanat Pengendali/Penanggung Jawab Satuan Tugas
Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli), Mahfud MD (dalam artikel Saber Pungli),
Unggul menyatakan ada tujuh jenis pungutan liar yang tergolong pada tindak korupsi.
“Pertama, merugikan keuangan negara. Kedua, suap-menyuap, ada yang memberi dan
menerima. Ketiga, penggelapan dalam jabatan, semisal menghilangkan barang bukti.
Keempat, memeras. Kelima, berbuat curang. Keenam, konflik kepentingan. Ketujuh,
menerima gratifikasi
Pungutan liar masih sering terjadi sampai saat ini pada seluruh lapisan sektor publik
disebabkan oleh lemahnya pengawasan dan supervisi dikalangan instansi pemerintahan,
meskipun sejumlah lembaga pengawasan internal dan eksternal telah di bentuk. Pada
umumnya, pungutan liar dilakukan petugas pelayanan publik kategori kelas rendah.
Motifnya adalah untuk menambah penghasilan akibat gaji resmi para birokrat rata-rata
masih tergolong rendah.3 Meskipun secara umum pungutan liar dilakukan oleh petugas
pelayanan publik kategori kelas rendah, namun tidak dapat dipungkiri pungutan liar dapat
dilakukan oleh semua orang, baik dari pihak pemerintah kategori kelas tinggi. sampai
rendah maupun oleh pihak swasta tanpa terkecuali.
Dengan masih adanya pungutan liar yang terjadi di Indonesia, maka dapat dikatakan
bahwa pelayanan publik di Indonesia masih buruk, meskipun sudah terdapat berbagai

3
Edwira, M, R. (2018). “UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PUNGUTAN LIAR OLEH
SATUAN TUGAS SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR (SABER PUNGLI) (Studi Kasus di Wilayah Hukum
Bandar Lampung)”. http://digilib.unila.ac.id/30330/

4
peraturan yang dirancang untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, namun aturan
yang sudah ada tersebut seperti tidak membawa dampak apa-apa untuk masyarakat.
Pungutan liar yang ilegal dan termasuk pada tindak korupsi ini tentu saja termasuk
pada salah satu tindak pidana juga, dan merupakan tindak pidana yang sangat sering
terjadi. Walaupun transaksi dilakukan secara rahasia atau sembunyi-sembunyi, namun
masyarakat sudah mengetahui bahwa pungutan liar ini masih sering terjadi sampai saat
ini, karena saking seringnya terjadi masyarakat sudah menganggap pungutan liar sebagai
budaya dalam birokrasi.
Pelayanan publik merupakan hak warga, menurut Kettl (dalam Ulber Silalahi) tentang
the citizen-as-customer dikemukakan empat perspektif berbeda, namun haya peneliti
ambil dua perspektif saja. Yaitu, warga negara sebagai penerima layanan: warga tentu
menginginkan (terkadang bahkan terbatas) layanan berkualitas tinggi dengan biaya
terendah (bahkan tidak) dan warga negara adalah mitra dalam penyediaan layanan: Lebih
banyak program pemerintah mewajibkan warga negara untuk menjadi peserta aktif dalam
prosesnya. Pelayanan dan kelancaran pelayanan publik telah diatur oleh negara
sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat mendapatkan hak-haknya melalui pelayanan
publik. Namun pada realitanya justru sebaliknya. Layanan yang berbelit-belit dan lamban
membuat masyarakat menginginkan proses pelayanan publik yang cepat dan segera,
sehingga masyarakat bersedia untuk menggunakan perantara atau membayar untuk jasa
calo agar mendapatkan pelayanan yang cepat. Hal ini menjadi lebih mengkhawatirkan
karena tidak didukung oleh pengawasan dari pemerintah dan mungkin juga karena
permainan yang tidak bermoral oleh oknum.
Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil (Disdukcapil) sebagai instansi yang
memberikan pelayanan dalam mengurus hal-hal yang terkait dengan urusan administrasi
untuk masyarakat tanpa memungut biaya sepeserpun kepada masyarakat. Namun yang
terjadi di lapangan ialah selalu ada saja oknum yang memungut biaya kepada masyarakat,
dengan alasan agar mempercepat proses penerbitan dokumen.
Sudah seharusnya pemerintah berupaya memberantas pungutan liar dengan serius
karena sudah banyak aduan dari masyarakat, salah satu upaya dari pemerintah guna
memberantas pungutan liar di seluruh lapisan sektor publik, ialah membentuk Satuan
Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli).
KTP elektronik atau yang sering disingkat sebagai E-KTP, merupakan salah satu
pelayanan publik yang termasuk pada jenis dokumen terkait identitas jati diri yang berisi
sistem kendali atau pengamanan baik dari sisi administrasi maupun berbasis teknologi

5
informasi pada database populasi nasional. diharapkan dengan adanya E-KTP dapat
berfungsi dan bermanfaat membantu pemerintah dan masyarakat yang terlibat dalam
penyediaan dan penggunaan layanan publik. Adapun aparatur yang berwenang dalam
proses dan syarat pembuatan e-KTP sebagai berikut:
Ada beberapa aparatur yang berwenang dalam proses pembuatan dan penerbitan e-KTP
1) Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
(Disdukcapil).
Dinas Kependudukan dan Pencacatan Sipil telah membagi menjadi tiga bagian
dari struktur kerja yang terkait langsung dengan layanan E-KTP agar dapat
melaksanakan layanan lebih terfokus dan dengan sebaik-baiknya. Pembagian yang
dimaksud adalah bagian administrasi, bagian perekaman dan bagian pencetakan.
2) Pegawai di Kecamatan setempat
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil melakukan koordinasi dengan
pihak pada tingkat kecamatan sebagai langkah kooperatif dalam perekaman data
penduduk, serta sebagai upaya dalam meningkatkan jumlah pembuatan e-KTP
bagi masyarakat yang sudah cukup umur, mengingat pentingnya setiap
masyarakat yang sudah cukup umur untuk memiliki e-KTP.

Berikut syarat dan proses dalam pembuatan E-KTP

a) Syarat
Syarat utama dalam membuat E-KTP sendiri dilakukan dengan datang
langsung ke kantor kelurahan setempat. Maka dari itu, persiapkan terlebih
dahulu persyaratan yang dibutuhkan.
 Sudah cukup umur atau berusia diatas 17 tahun
 Membawa surat pengantar dari pihak Rukun Tetangga (RT) dan Rukun
Warga (RW)
 Membawa Fotokopi Kartu Keluarga (KK)

Jika masyarakat ada yang ingin membuat E-KTP, namun bukan warga asli
kota domisili yang sekarang ditinggali, maka disarankan untuk membawa Surat
Keterangan Pindah dari kota domisili asal. Bila pindah dari luar negeri maka harus
memiliki Surat Keterangan Pindah yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana bagi
WNI.

6
Sementara itu untuk urusan pengambilan KTP yang telah diterbitkan dapat
dilakukan setelah 14 hari dari hari saat perekaman data. Pengambilan KTP ini wajib
dilakukan oleh diri sendiri dan tidak boleh diwakilkan oeh siapapun, karena E-KTP
merupakan identitas diri yang sangat penting dan sangat rawan untuk disalahgunakan
oleh oknum tidak bertanggung jawab. E-KTP juga merupakan dokumen administrasi
yang wajib dimiliki oleh setiap penduduk yang sudah berumur 17 tahun atau cukup
umur, dan jika kita tidak memiliki E-KTP maka kita tidak bisa mengurus beberapa
surat administrasi lainnya seperti SIM, Pasport dan lainnya.

Terkait dengan kota tanpa pungutan liar, menurut Makbul terdapat tiga
indikator keberhasilannya. Pertama, tersedia sistem teknologi yang mendukung
kebijakan model kota tanpa pungutan liar. Kedua, terwujudnya kebijakan nasional
tentang implementasi model kota tanpa pungutan liar. Ketiga, terbangunnya mindset
atau pola pikir aparatur negara dan masyarakat dengan prinsip zero pungutan liar
dengan tetap mengutamakan pelayanan prima.

B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka berikut masalah yang akan dibahas:
1. Apakah yang menjadi faktor-faktor penyebab dilakukannya pungutan liar oleh
oknum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kabupaten Cirebon?
2. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam memberantas pungutan liar untuk
penerbitan E-KTP?
C. Metode Penelitian
Sebagai karya ilmiah, maka tidak bisa dilepaskan dari penggunaan metode. Secara
umum metode penelitian atau metode ilmiah adalah sebuah prosedur atau langkah-
langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.4 Berangkat dari pengertian
tersebut maka untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah, jenis metode penelitian
yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis metode penelitian yang akan digunakan ialah metode kualitatif. Menurut
Bodgan dan Taylor sebagaimana (dalam Lexy J. Moleong) mengatakan bahwa
metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

4
Suryana. (2010). Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan kualitatif. Bandung,
Universitas Pendidikan Indonesia

7
berupa data-data dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendektan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistik.5
Alasan peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif ini adalah
karena penelitian ini berusaha mengungkap fenomena yang berkaitan dengan perilaku
oknum pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kabupaten Cirebon. Alasan
lain, karena metode kualitatif dapat memberikan rincian fenomena yang kompleks
yang sulit dideteksi oleh metode kuantitatif.
2. Sumber Data
Data menurut Lia Kuswayatno adalah sebuah kejadian yang benar-benar
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sumber data yang akan digunakan pada
penelitian ini ialah berupa data-data dari buku-buku, jurnal, paper ilmiah, artikel dan
berita dari internet. Mengingat adanya pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan
peneliti untuk ke lapangan langsung.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu fase dalam penelitian yang paling
penting. Teknik pengumpulan data yang tepat akan menghasilkan data yang memiliki
kredibilitas tinggi. Oleh karena itu, pada tahap ini diusahakan jangan sampai ada
kesalahan dan harus dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian kualitatif. Hal ini
dikarenakan kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam pengumpulan data akan
berakibat fatal, yaitu berupa data yang tidak dapat diandalkan atau tidak valid,
sehingga hasil penelitian tidak dapat dianggap valid. Pada metode kualitatif ada
beberapa teknik pengumpulan data, seperti wawancara, observasi, studi dokumen, dan
focus group discussion. Dari beberapa teknik tersebut Teknik pengumpulan data yang
akan digunakan adalah studi dokumen
Penggunaan teknik studi dokumen dirasa sangat cocok untuk penelitian yang
dilakukan di tengah pandemi Covid-19, yang mana tidak memungkinkan untuk
mengumpulkan data dari lapangan.Menurut Sugiyono (dalam Brian Budiman)
dokumentasi merupakan catatan peristiwa pada waktu yang lalu, dan dapat berbentuk
tulisan, gambar, maupun karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang digunakan peneliti adalah artikel, cuitan masyarakat di
platform media sosial Facebook, dan berita.

D. Hasil Penelitian
5
Moleong, L, J. (2006). Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm.4.

8
Seiring dengan perkembangan ekonomi dan naiknya harga untuk kebutuhan
pokok seperti sembilan bahan pokok (Sembako), maka membuat pengeluaran untuk
biaya hidup sehari-hari juga besar namun terkadang tidak sesuai atau diimbangi
dengan pemasukan, ditambah jika individu tersebut memiliki sifat konsumtif dan
hedonis dapat menjadi dorongan yang kuat untuk melakukan pungutan liar, kemudian
jika dilihat dari konteks sejarah yaitu pada masa pemerintahan kerajaan, yang mana
terdapat masalah pemerasan atau pungutan liar, dan kebiasaan atau budaya pungutan
liar tersebut masih terbawa pada semua lapisan pada sektor publik.

Pemerintah memberikan estimasi waktu penerbitan E-KTP selama dua minggu


setelah hari dilakukannya perekaman data, namun realitanya penerbitan E-KTP ini
dianggap lambat, karena penerbitannya melenceng jauh dari estimasi waktu yang
diberikan oleh pemerintah, estimasi yang diberikan dua minggu, malah bisa berbulan-
bulan bahkan sampai bertahun-tahun. Maka dari itu, kelambanan penerbitan E-KTP
dijadikan kesempatan oleh beberapa oknum aparat yang menawarkan untuk bayar saja
jika ingin mempercepat penerbitan E-KTP dan tak jarang juga warga yang lagsung
menawarkan sogokan kepada aparat agar mempercepat penerbitan E-KTP, padahal
seharusnya E-KTP dapat diterbitkan secara gratis atau tidak dipungut biaya apapun.

Kelambanan dalam penerbitan E-KTP ini juga terjadi di Kabupaten Cirebon,


kemudian kelambanan tersebut menjadi kesempatan bagi para oknum aparat untuk
melakukan pungutan liar dalam proses pembuatan KTP elektronik, pungutan liar
tersebut. Pada tahun 2020 terdapat tiga oknum aparatur sipil negara (ASN) yang
terdiri dari dua orang aparatur sipil negara (ASN) dan satu oknum pegawai honorer
yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) oleh satuan tugas sapu bersih pungutan
liar (Saber Pungli), karena ketiga orang tersebut melakukan pungutan liar kepada
pemohon yang ingin mengurus E-KTP, uang jasa atau uang pelicin yang dipatok oleh
oknum aparatur sipil negara (ASN) bervariasi mulai dari tujuh puluh lima ribu sampai
seratus ribu.

Pada tahun 2020 sudah ada oknum aparatur sipil negara (ASN) yang terkena
operasi tangkap tangan (OTT) oleh satuan tugas sapu bersih pungutan liar (Saber
Pungli), namun pada tahun 2021 pungutan liar ini masih dilakukan oleh para oknum
aparatur sipil negara (ASN), meskipun pungutan liar ini dilakukan dengan rahasia,
namun kegiatan pungutan liar ini diketahui melalui celoteh para masyarakat yang

9
menjadi pemohon untuk penerbitan E-KTP pada grup “Wong Cirebon” di jejaring
sosial Facebook, berikut beberapa komentar dari para Facebookers terkait persoalan
pungutan liar untuk penerbitan E-KTP di Kabupaten Cirebon.

Akun Waniah pada tanggal 31 Maret 2021 menulis komentar, “Yaa Allah
bikin ktp suamin dan akte bayi dari bayi saya umur 6 bln sampe bayi saya umur 13bln
blm jadi aja wilayah winong tolong dong kerjanya di giatin gemes kayaknya kok di
crbn bikin surat2 lama banget.”

Selain itu ada komentar lain terkait tarif yang dipatok untuk pembuatan E-
KTP dari akun Waniah pada tanggal 31 Maret 2021, “iya ga tau waktu itu aja saya
bayar Kk 80rb byr ktp malah 150rb.”

Akun Bubun Celline pada tanggal 31 Maret 2021, menulis komentar. “Sya aja
byar kk 25rb ktp el 100 akte baby 200 cpet lancar klo ad duit itungan hari doang...
Kec akte baby 1minggu an klo gk slah. Toh klo yg grts kesel kek km gini d splein d
lma2in mrka sog km ksh duit pelicin.”

Akun Yusih Jay pada tanggal 01 April 2021, menulis komentar “Lagi kita sih
gawe ktp kuh bli ngongkon wong desa mba, tapi ngongkon wong sumber, kebetulan
krn laki wong sumber jadi gawe ktp ngongkon wong desa sumbere. Enak dong gelis
marek esuk naknang persyaratan trus sore.w wis dadi ktp cetak🤣 . Gawe ktp 2 dake
isun kro laki 100rb.”

Dari celotehan beberapa akun diatas dapat kita ketahui bahwa pemberian uang
pelicin kepada pegawai untuk mempercepat proses pembuatan E-KTP itu masih
terjadi, bahkan karena sudah sangat sering terjadi hal tersebut sudah menjadi budaya,
sehingga masyarakat sudah menganggap pungutan liar ini adalah hal yang sudah
lumrah.

Pelaku Pungutan liar dalam penerbitan E-KTP di Kabupaten Cirebon adalah


Aparatur Sipil Negara (ASN), honorer di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Cirebon, dan pegawai di sebagian Kecamatan di Kabupaten Cirebon.
Kemudian, pungutan liar ini masih terjadi sampai hari ini. Dari artikel yang sudah
peneliti baca, berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab pungutan liar dalam
penerbitan E-KTP di Kabupaten Cirebon

10
1) Masyarakat tidak mau menunggu lama dan ingin secara instant untuk memiliki
E=KTP. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa penerbitan E-KTP ini
seringkali melenceng jauh dari estimasi yang dijanjikan, namun dengan adanya
keinginan tersebut, maka terkadang ada saja oknum aparatur sipil negara (ASN)
yang memanfaatkan keinginan masyarakat tersebut agar mendapatkan keuntungan
untuk diri sendiri dengan menawarkan masyarakat untuk membayar uang pelicin
guna pembuatan dan penerbitan E=KTP agar cepat selesai. Padahal pembuatan E-
KTP seharusnya tidak dipungut biaya apapun alias gratis seperti yang tertera pada
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan,
Mengacu pada Pasal 79A Pengurusan dan penerbitan Dokumen Kependudukan
tidak dipungut biaya. Namun oknum malah memungut biaya utuk pembuatan E-
KTP.
2) Sanksi yang diberikan oleh pihak terkait kurang memberikan efek jera bagi para
oknum. Tim Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) Kabupaten
Cirebon resmi dikukuhkan pada bulan Januari 2017, Satuan Tugas Sapu Bersih
Pungutan Liar (Saber Pungli) sendiri memiliki prinsip yang dominan untuk
mencegah ketimbang menindak, kalaupun harus diberikan tindakan akan
diberikan tindakan tidak secara pidana namun dengan sanksi administratif, sanksi
administratif sendiri adalah sanksi yang akan dikenakan terhadap oknum yang
melakukan pelanggaran administrasi atau melanggar ketentuan dalam peraturan
yang bersifat administrative, tindakan yang dimaksud ialah tindakan yang dapat
berupa pencabutan izin, pembubaran, pengawasan, pemberhentian sementara,
denda administratif, dan daya paksa polisional. namun sanksi administratif yang
diberikan tersebut, nampaknya tidak cukup untuk membuat para oknum pegawai
yang melakukan pungutan liar merasakan efek jera dan tidak akan melakukan
pungutan liar kembali, diketahuinya bahwa sanksi administratif yang diberikan
tidak memberikan efek jera karena, walau pada tahun 2020 sudah terdapat oknum
pegawai yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) oleh Satuan Tugas Sapu
Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli). Namun, pada tahun 2021 masih terjadi kasus
pungutan liar dalam pembuatan dan penerbitan E-KTP di Kabupaten Cirebon,
yang diketahui via laman grup media sosial Facebook.

Pungutan liar di Indonesia sudah telalu lama dibiarkan, sehingga menjadi budaya
dalam birokrasi di Indonesia dan dipandang sebagai hal yang wajar terjadi di

11
Indonesia, karena rata-rata orang Indonesia menginginkan pelayanan yang cepat,
namun pelayanan yang diberikan sangat lamban, karena proses yang panjang, rumit
dan berbelit ini adalah awal dari segala kejahatan pungutan liar. Maka pemerintah
sangat serius dalam berupaya memberantas pungutan Liar. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas pungutan liar di berbagai lapisan
sektor publik, namun pungutan liar ini masih kerap terjadi dan menyebabkan citra
birokrasi Indonesia menjadi buruk dan kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
Sebagai salah satu upaya meningkatkan efektivitas pemberantasan pungli, pada
tanggal 20 Oktober 2016, Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 87
Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas Saber Pungli)
dengan menunjuk Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
(Menkopolhukam) untuk mengendalikan dan bertanggung jawab terhadap kegiatan
Satgas Sapu Bersih Pungutan Liar.

Satuan tugas sapu bersih pungutan liar (Saber Pungli) merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam memberantas pungutan liar (pungli) yang kerap terjadi pada setiap
lapisan sektor publik. Pungutan liar tidak secara langsung merugikan negara, tetapi
dalam jangka panjang merusak integritas dan moral pegawai instansi pemerintah yang
memberikan pelayanan publik. Memang tidak mudah untuk menghadapi masalah
pungutan liar yang marak terjadi di masyarakat. Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan
Liar atau yang disingkat sebagai Satgas Saber Pungli ini dibentuk atas perintah
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Saat itu, pemerintah sedang
menyiapkan Peraturan Presiden sebagai payung hukum dengan tujuan agar Satgas
Saber Pungli memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan hukum sehingga dapat
dimintai pertanggungjawaban. Ruang lingkup dari fungsi satuan tugas sapu bersih
pungutan liar (Saber Pungli) yang sangat luas, dimulai dari membangun sistem
pencegahan, koordinasi pengumpulan data, menggelar operasi tangkap tangan, hingga
memberikan rekomendasi mengenai sanksi yang diberikan.

Peran Satuan tugas sapu bersih pungutan liar (Saber Pungli) dalam pencegahan
pungutan liar dari pelayanan publik di Kabupaten Cirebon terbagi menjadi empat
fungsi, yaitu intelijen, pencegahan, penuntutan, dan peradilan. Fungsi preventif yang
dimaksud diwujudkan dengan kegiatan penyadaran terhadap pungutan liar dan
pemberantasan pungutan liar yang dilakukan setiap bulan sesuai jadwal yang telah
ditentukan dan ditujukan kepada seluruh masyarakat, Fungsi intelijen dilakukan

12
melalui kegiatan pengawasan melalui pemeriksaan dan penyidikan mendadak untuk
memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan kerawanan pungutan liar jika
ada pengaduan dari masyarakat. Fungsi pengejaran dilakukan dengan operasi
penangkapan terhadap oknum pungutan liar.

Berdasarkan laporan triwulan yang peneliti baca, satuan tugas sapu bersih
pungutan liar (Saber Pungli) memiliki visi dan misi, tujuan, dan sasaran sebagai
berikut:

 Visi
Terwujudnya pelayanan publik pada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah
Daerah yang terbebas dari pungutan liar.
 Misi
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui lima misi, yaitu:
a) Membangun sistem pencegahan dan pemberantasan pungutan liar.
b) Membangun sistem pengumpulan, pengelolaan, penyajian data dan informasi
dari Kementerian/Lembaga dan pihak lain yang terkait dengan menggunakan
teknologi informasi.
c) Membangun dan menginternalisasi budaya anti pungli pada tata pemerintahan
dan masyarakat.
d) Mengkoordinasikan, merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pemberantasan pungutan liar.
e) Meningkatkan kualitas pelayanan kepada pihak melalui transparansi dan
standarisasi pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan dan
menghapuskan pungutan liar.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan tugas sapu bersih pungutan liar (Saber
Pungli) memiliki tiga tujuan:

1) Tertangguhnya praktek pungli yang dilakukan oleh aparatur negara dalam


memberikan pelayanan kepada masyarakat,
2) Terbangunnya perubahan mindset aparatur negara dalam pelayanan
masyarakat dengan prinsip zero pungli namun tetap mengutamakan pelayanan
prima, dan
3) Terbangun dan terciptanya sikap tegas dan kesadaran masyarakat menolak
segala bentuk pungli dan mematuhi aturan yang berlaku.

13
Sasaran dari satuan tugas sapu bersih pungutan liar (Saber Pungli), yaitu pada sektor:

1. Pelayanan Publik
2. Ekspor Dan Impor
3. Penegakan Hukum
4. Perizinan
5. Kepegawaian
6. Pendidikan
7. Pengadaan Barang dan Jasa
8. Kegiatan Pungli lainnya yang meresahkan masyarakat.

Tata cara pelaporan adanya tindak pungutan liar pada Saber Pungli sangatlah
mudah dan masyarakat tidak perlu khawatir terkait identitas dirinya, karena
kerahasiaan pelapor dijamin. Laporan atau pengaduan juga dapat disampaikan
langsung ke Posko Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar . Selain itu, laporan
adanya praktik pungli dapat pula disampaikan melalui aplikasi atau dengan
mengakses situs web saberpungli.id. Pelapor akan diminta menyertakan identitas
diri , nomor telefon atau email. Selain itu laporan dapat disampaikan melalui kantor
polisi setempat, semisal Kepolisian Daerah atau Polda untuk wilayah setingkat
provinsi.

Pelapor akan diminta menyertakan identitas diri (nomor induk kependudukan),


nomor telefon atau email. Pelapor selanjutnya akan mendapatkan pemberitahuan.
Selain itu laporan dapat disampaikan melalui kantor polisi setempat. Menurut
operator Posko Satgas Saber Pungli, pelapor dapat menyampaikan aduan secara
ringkas, padat, singkat, dan jelas tentang apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan
bagaimana pungutan liar tersebut terjadi. Laporan atau aduan ini selanjutnya akan
diverifikasi oleh petugas untuk ditindaklanjuti. Tindak lanjut laporan atau pengaduan
akan dilakukan sesuai dengan kebutuhannya, atau disesuaikan dengan tugas dan
lingkup Satgas Saber Pungli. Bila dalam pungli tersebut bukti-bukti pelanggarannya
yang ditemukan berupa tindak pidana, maka pelakunya akan diproses secara pidana.
Prosesnya melalui kepolisian, kejaksaan, dan berujung ke pengadilan. Hal ini sesuai
dengan tatacara dan aturan dalam hukum pidana. Namun, bila bukti-bukti yang
didapat dalam satu kasus pungli berupa pelanggaran administrasi, maka perkaranya
akan diproses melalui Inspektorat kementerian, lembaga, pemerintahan (provinsi,

14
kabupaten, kota, desa, kelurahan), dan instansi bersangkutan. Hukuman yang
diterapkan bukan pidana namun tindakan administratif semisal penurunan pangkat,
mutasi jabatan, atau pencabutan tunjangan tertentu.

Pada tanggal 24 Juni 2020 Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber
Pungli) terus melakukan koordinasi dengan Unit Pemberantasan Pungutan Liar (UPP)
Kabupaten Cirebon untuk menuntaskan kasus pungutan liar pembuatan KTP
elektronik di Kabupaten Cirebon. Pada kasus pungutan liar di Kabupaten Cirebon
terdapat dua pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil)
setempat yang dijadikan tersangka. Sementara itu Polresta Cirebon terus
mengumpulkan bukti dan meminta keterangan dari para saksi-saksi untuk menjerat
tersangka lain. Kejadian inilah yang menjadi permulaan operasi tangkap tangan
(OTT) oleh satuan tugas sapu bersih pungutan liar (Saber Pungli) di Kabupaten
Cirebon, yang mana pada sidak kali ini tim satuan tugas sapu bersih pungutan liar
(Saber Pungli) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) di Kantor Disdukcapil
Kabupaten Cirebon dengan menangkap lima orang pegawai, namun hanya dua yang
ditetapkan sebagai tersangka. Kedua orang tersebut bernama PH, seorang pegawai
berstatus aparatur sipil negeri (ASN) dan AS yang merupakan pegawai Disdukcapil
Kabupaten Cirebon berstatus honorer. Saat proses penangkapan, lima orang yang
tertangkap tersebut terbukti telah melakukan pungutan liar terkait pembuatan E-KTP
sebesar Rp 75.000 per kepingnya. Sasarannya, merupakan pemohon yang tidak
melakukan registrasi secara online. Sementara untuk tiga orang lainnya, yakni MSE
(kabid dafduk), MS, dan BS yang juga tertangkap operasi tangkap tangan (OTT),
namun tidak ditetapkan sebagai tersangka karena tidak ditemukannya alat bukti yang
cukup. Operasi dilakukan UPP Pemprov Jawa Barat, UPP Kabupaten Cirebon, dengan
dukungan Polresta Cirebon. Operasi ini dikoordinasikan dengan satuan tugas sapu
bersih pungutan liar (Saber Pungli) Pusat.

Berikut peran dari satuan tugas sapu bersih pungutan liar di Kabupaten Cirebon
adalah Pada tanggal 25 Juni 2020, Kepolisian Resor Kota (Polresta) Cirebon kembali
menetapkan sebanyak dua orang pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(Disdukcapil) Kabupaten Cirebon menjadi tersangka dalam kasus pemungutan liar
penerbitan KTP elektronik. Dari hasil penyelidikan, saat OTT, tersangka berinisial PJ
terbukti menyimpan uang sebesar Rp250.000 yang merupakan uang dari pemohon
pembuatan KTP dan tiga keping e-KTP. Sedangkan, untuk tersangka berinisial AS,

15
tim satuan tugas sapu bersih pungutan liar (Saber Pungli) mengumpulkan barang
bukti, yakni uang sebesar Rp11.850.000 (uang kas hasil penjualan blangko KTP),
Rp750.000 (uang penjualan blangko KTP pada 24 Juni 2020), dan Rp500.000 (uang
pemohon KTP). Modus dari para tersangka tersebut yakni meminta sejumlah uang
kepada warga Kabupaten Cirebon yang hendak dibuatkan dokumen kependudukan.
warga yang mengurus E-KTP, dan rata-rata bukan hanya pemohon baru saja, namun
ada juga yang bertujuan untuk memperpanjang atau mengurus E-KTP baru, dan
mereka memilih untuk mengambil jalur di luar mekanisme yang sudah ditentukan,
sehingga dipungut biaya yang seharusnya tidak ada biaya apapun. Operasi
dilaksanakan Unit Pemberantasan Pungutan Liar (UPP) Jawa Barat, Kejaksaan,
dengan dukungan UPP Kabupaten Cirebon, dan Polresta Cirebon. Kedua orang yang
dijadikan tersangka tersebut terbukti melanggar undang-undang No 24 tahun 2013
tentang administrasi kependudukan. Diancam dengan hukuman enam tahun penjara
dan denda sebesar Rp 75 juta.

Berdasarkan artikel yang diunggah pada laman websiten Saber Pungli pada
tanggal 05 Agustus 2020, tindak lanjut dari penangkapan kedua tersangka pada
tanggal 24 Juni 2020, Polisi masih melengkapi data administrasi untuk segera
mengajukan ke Kejaksaan berkas perkara pungutan liar pembuatan KTP elektronik
(KTP-El) dengan tersangka dua pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
(Dukcapil) Kabupaten Cirebon. Selain itu Polresta Cirebon juga masih terus berupaya
mendapatkan alat bukti baru yang mengarah pada tersangka baru. Polisi terus
menganalisis lebih jauh keterangan para saksi dan barang bukti untuk mengungkap
hubungan yang jelas dan tegas tentang siapa berbuat apa dan siapa yang
memerintahkannya.

Dalam memberantas kasus pungutan liar yang menjamur ini Polresta Cirebon juga
terus berkoordinasi dengan pihak Kepolisian dari Daerah Jawa Barat baik via surat
maupun telepon. Koordinasi ini lebih ditekankan pada upaya melacak jejak digital isi
komunikasi para tersangka dengan saksi-saksi.

Walaupun pada tahun 2020 sudah ada beberapa oknum yang terkena operasi
tangkap tangan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa pungutan liar dapat terjadi lagi
kedepannya, sehingga satuan tugas sapu bersih pungutan liar harus rutin menanggapi
laporan yang masuk baik melalui call center maupun via kontak lainnya. Hambatan

16
yang dihadapi oleh Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) dalam
melaksanakan penanganan pungutan liar di Kabupaten Cirebon berupa faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang
atau suatu organisasi dan dapat dikendalikan. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar seseorang atau suatu organisasi dan tidak dapat
dikendalikan. Selanjutnya, sebagai upaya bersama untuk mencegah terjadinya
pungutan liar kedepannya berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan yang ertama,
adanya sistem birokrasi yang baik didukung aparatur yang andal, transparan, dan
profesional. Selanjutnya, kepala daerah atau Lembaga memiliki komitmen yang teguh
untuk melayani masyarakat dengan baik, lalu membangun Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah yang efektif dalam menciptakan efek jera bagi para oknum, kemudian
menegakan hukum yang efektif dalam menciptakan efek jera bagi para oknum, dan
yang terakhir ialah adanya peran masyarakat yang ikut serta mengambil andil dalam
mengawasi pelayanan public yang diberikan oleh pemerintah

E. Diskusi Hasil penelitian


Dari hasil penelitian di atas dapat kita ketahui bahwa warga rela membayar uang jasa
atau uang pelicin kepada para oknum aparat karena terdapat permasalahan dalam
pelayanan pulik yaitu pelayan yang diberikan lambat, serta masyarakat tidak ingin
membuang waktu untuk menunggu pembuatan atau penerbitan E-KTP dalam jangka
waktu yang lama, yaitu lebih dari 14 hari. Juga dengan adanya satuan tugas sapu bersih
pungutan liar (Saber Pungli), setidaknya dapat memberantas pungitan liar secara
perlahan. Selanjutnya dibutuhkan konsistensi dari pihak satuan tugas sapu bersih
pungutan liar (Saber Pungli) dalam memeriksa setiap sektor publik secara rutin guna
pencegahan adanya pungutan liar, merespon laporan dari masyarakat terkait laporan
pungutan liar (Pungli) dan secara tanggap menindak lanjut secara serius laporan yang
diterima dari masyarakat.
F. Kesimpulan
Pungutan liar sudah terlalu lama dibiarkan di Indonesia sehingga sudah menjadi
budaya dalam birokrasi terutama pada bidang pelayanan publik, pungutan liar sendiri
dapat terjadi disebabkan karena adanya peluang yang besar bagi para oknum aparat untuk
melakukan pungutan liar dalam pembuatan E-KTP, yang dimaksud kesempatan disini
ialah dapat berasal dari pihak internal yaitu dari pihak aparatur sipil negara sendiri yang
seenaknya mematok tarif untuk pembuatan E-KTP, padahal seharusnya tidak dipungut

17
biaya apapun, dan pihak eksternal. yaitu dari pihak masyarakat yang sudah merasa lumrah
dengan adanya pungutan liar guna mempercepat proses pembuatan E-KTP,
penyalahgunaan wewenang, lemahnya pengawasan dari satuan tugas sapu bersih
pungutan liar, perilaku pegawai tidak menunjukan etika birokrat hukum yang diberikan
pada oknum pelaku pungutan liar tidak memberikan efek jera, sehingga patologi birokrasi
ini masih saja menjamur dan pegawai tidak ada rasa takut untuk melanggar kebijakan
yang berlaku.
Diharapkan dengan dibentuk nya Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber
Pungli) yang bekerja sama dengan instantsi pemerintah lainnya untuk memberantas
pungutan liar yang terjadi di Kabupaten Cirebon dapat mengembalikan lagi kepercayaan
masyarakat, bahwa dalam menguru semua hal yang dibutuhkan dari instansi publik tidak
harus memberikan uang jasa kepada oknum aparat guna mempercepat layanan yang
masyarakat butuhkan, dan dengan layanan untuk melapor kepada Satuan Tugas Sapu
Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) yang dapat dilakukan di laman website Saber Pungli
atau melalui call center yang tertera juga pada laman website Saber Pungli masyarakat
dapat merasa aman atau tidak takut, karena kerahasiaan identitas diri masyarakat
terjamin.
G. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka dapat disampaikan saran
sebagai berikut.
1. Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon diharapkan dapat selalu berpartisipasi
aktif dalam membantu tim Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar di Kabupaten
Cirebon, dan membantu dalam hal menyediakan sarana dan prasarana yang
mendukung untuk melaksanakan penanggulangan pungutan liar pada pelayanan
public khususnya pada bidang urusan dokumen administratif di Kabupaten
Cirebon.
2. Satuan tugas sapu bersih pungutan liar (Saber Pungli) Kabupaten Cirebon
diharapkan dapat terus menjalin kerjasama dan koordinasi yang baik antar tim
satuan tugas yang lain meskipun peran Kepolisian dalam Satgas Saber Pungli
Kabupaten Cirebon lebih dominan dalam menindaklanjuti kasus yang terjadi di
lapangan.
3. Diharapkan adanya ketersediaan dan rasa tidak takut serta ragu dari masyarakat
jika menemukan adanya pungutan liar pada sector publik untuk melaporkan
kepada tim satuan tugas sapu bersih pungli Kabupaten Cirebon apabila terjadi

18
praktik pungutan liar. Hal tersebut karena satuan tugas sapu bersih pungutan liar
(Saber Pungli) Kabupaten Cirebon telah menetapkan aturan mengenai jaminan
kerahasiaan identitas bagi pelapor sehingga pelaku tidak mengetahui siapa yang
melaporkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Edi, S. (2016). Celoteh Warga: Agar Cepat Selesai, Segini Duit Dihabiskan untuk Nyogok
saat Urus e-KTP. Diakses dari https://makassar.tribunnews.com/2016/08/31/celoteh-
warga-agar-cepat-selesai-segini-duit-dihabiskan-untuk-nyogok-saat-urus-e-ktp?
page=all. (diakses pada tanggal 3 April 2021).
Yandi, M. (2018). Wajar tak wajar uang mengurus KTP hingga KUA. Diakses dari
https://beritagar.id/artikel/berita/wajar-tak-wajar-uang-buat-mengurus-ktp-hingga-kua
. (diakses pada tanggal 3 April 2021).
Dony, I. R. (2020). “Pungli e-KTP, ASN-Honorer Cirebon Dibekuk Saber Pungli Jabar”.
Diakses dari https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5068010/pungli-e-ktp-asn-
honorer-cirebon-dibekuk-saber-pungli-jabar. (diakses pada tanggal 22 April 2021)
Hamirul, H. (2017). Patologi Birokrasi Yang Dimanifestasikan Dalam Perilaku Birokrat
Yang Bersifat Disfungsional. Otoritas : Jurnal Ilmu Pemerintahan, 7 (1), 14-18.
Diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/318978499_Patologi_Birokrasi_Yang_Dim
anifestasikan_Dalam_Perilaku_Birokrat_Yang_Bersifat_Disfungsional (diakses pada
1 Juli 2021).
Arleta, G. (2019). “Upaya Penindakan Pemberantasan Pungli Oleh Satgas Saber
Pungli”.Jurnal Litigasi, Vol. 20.(1). Diakses dari
https://www.journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi/article/view/1224/1064 (diakses
pada tanggal 1 Juli 2021)
Edwira, M, R. (2018). “Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pungutan Liar Oleh Satuan
Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) (Studi Kasus di Wilayah Hukum
Bandar Lampung)”. Diakses dari http://digilib.unila.ac.id/30330/ (diakses pada
tanggal 1 Juli 2021)
Adiyaryani, N, N. (2019). “Pemberantasan Pungutan Liar (Pungli) Sebagai Bentuk Kebijakan
Kriminal Di Indonesia”. Jurnal Kertha Wicara, 8 (1). Diakses dari
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/view/46941/28256 (diakses pada
tanggal 1 Juli 2021)
Suryana. (2010). “Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan kualitatif”.
Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses dari
https://www.coursehero.com/file/18120277/METODOLOGI-PENELITIAN/ (diakses
pada tanggal 2 Juli 2021).

20
Moleong, L, J. (2006). Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ferdika, S. (2019). Maladministrasi Dalam Pelayanan Publik di Indonesia. Diakses dari


https://www.researchgate.net/profile/Sonia-
Ferdika/publication/336699915_Maladministrasi_Dalam_Pelayanan_Publik_di_Indon
esia_Oleh/links /5dadc670299bf111d4bf8368/Maladministrasi-Dalam-Pelayanan-
Publik-di-Indonesia-Oleh.pdf (diakses pada tanggal 3 Juli 2021).
Susanti, W, A. (2019). “Peran Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas Saber
Pungli) Dalam Melaksanakan Penanggulangan Pungutan Liar Pada Pelayanan Publik
Di Kabupaten Banjarnegara”. Diakses dari
http://lib.unnes.ac.id/33974/1/3301415018maria.pdf (diakses pada tanggal 3 Juli
2021).
Baihaqi, H. (2020). "2 Pegawai Disdukcapil Kab. Cirebon Jadi Tersangka Kasus Pungli e-
KTP". Diakses dari https://bandung.bisnis.com/read/20200714/549/1265754/2-
pegawai-disdukcapil-kab.-cirebon-jadi-tersangka-kasus-pungli-e-ktp (diakses pada
tanggal 3 Juli 2021).
Silalahi, U. (2021). “Administrasi Publik Demokratis: Tranformasi Nilai-Nilai Demokrasi
dalam Kegiatan Administrasi Publik untuk Mencegah Korupsi”. Ponorogo,
Indonesia : Uwais Inspirasi Indonesia.
Tim Media Saber Pungli. (2020). “Satgas Saber Pungli Pusat dan Cirebon Tuntaskan Pungli
KTP Elektronik”. Diakses dari https://saberpungli.id/satgas-saber-pungli-pusat-
cirebon-tuntaskan-pungli-ktp/ (diakses pada tanggal 3 Juli 2021).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2016 Tentang Satuan Tugas Sapu
Bersih Pungutan Liar. Diakses dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40991/perpres-no-87-tahun-2016 (diakses
pada tanggal 3 Juli 2021).
“Tim Saber Pungli Prov Jabar Lakukan Supervisi Di Kabupaten Cirebon”. (2020). Diakses
dari http://tribratanews-polrescirebon.com/tim-saber-pungli-prov-jabar-lakukan-
supervisi-di-kabupaten-cirebon/ (diakses pada tanggal 3 Juli 2021).
Tim Media Saber Pungli. (2020). “Perkara Pungli KTP-El di Cirebon Segera ke Kejaksaan”.
Diakses dari https://saberpungli.id/perkara-pungli-ktp-el-cirebon-segera-kejaksaan/
(diakses pada tanggal 3 Juli 2021).
Laman Akun Facebook Saber Pungli RI. (2021). “Agung Makbul: Dibutuhkan Lima Hal
Upaya Bersama Mencegah Pungli”. Diakses dari

21
https://web.facebook.com/SaberPungliRI/posts/1595548850631818?_rdc=1&_rdr
(diakses pada tanggal 4 Juli 2021).
Tim Media Saber Pungli. (2020). “Tak Sulit Laporkan Pungli”. Diakses dari
https://saberpungli.id/tak-sulit-laporkan-pungli/#:~:text=Aduan%20adanya
%20praktik%20pungli%20dapat,Pelapor%20selanjutnya%20akan%20mendapatkan
%20pemberitahuan. (diakses pada tanggal 4 Juli 2021).

22

Anda mungkin juga menyukai