Anda di halaman 1dari 6

Agil arians pertama (200204011)

Prodi ilmu falak, fakultas syariah


Uin mataram

Abstrak

Pungutan liar merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau Pegawai Negeri
atau Pejabat Negara dengan cara meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai
atau tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut, hal ini
sering disamakan dengan perbuatan pemerasan, pungli adalah sebutan semua bentuk
pungutan yang tidak resmi, yang tidak mempunyai landasan hukum. Permasalahan
penelitian ini adalah Apa yang menjadi penyebab terjadinya pungutan liar yang dilakukan
oleh oknum masyarakat dan Bagaimana peran aparat kepolisian dalam
mengatasi/melakukan penegakan hukum terhadap oknum masyarakat yang melakukan
pungli, Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis danpendekatan empiris,
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan, selanjutnya data
dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan : penyebab terjadinya pungutan liar Dalam adalah karna sulitnya mencari
pekerjaan, keadaan ekonomi, dan adanya peluang untuk melakukan pungutan liar karena
adanya pembiaran dari aparat penegak hukum yang bahkan turut menyuruh melakukan
tindakan pungli tersebut.
Pembahasan
1. Sejarah Pungli
Istilah pungli tidak tercantum secara eksplisit dalam Undang-undang (UU).
Pungli merupakan sebutan semua bentuk pungutan yang tidak resmi dan tidak
mempunyai landasan hukum. Mengutip Majalah Paraikatte, istilah pungli sudah
aja sejak 1977. ADVERTISEMENT Pemberantasan pungli berawal dari
pembentukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib) oleh Soeharto pada 10 Oktober 1965. Pada 1977, Komando Operasi
Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kaskopkamtib) gencar melancarkan
Operasi Tertib (OPSTIB), yang sasaran utamanya adalah pungutan liar. Akhirnya,
istilah pungli dikenal luas. Penertiban pungli saat itu disebut juga penertiban "usil"
alias uang siluman, yaitu uang yang disimpan dalam jangka waktu tertentu untuk
dana taktis kantor.
2. Istilah pungli
merupakan singkatan dari pungutan liar. Pungli adalah tindakan pegawai negeri
atau pejabat negara yang menawarkan jasa atau meminta imbalan
kepada masyarakat dengan maksud membantu mempercepat tercapainya tujuan,
walau melanggar prosedur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
dijelaskan bahwa pungutan artinya barang yang dipungut. Sedangkan liar artinya
sembarangan dan tidak sesuai aturan. Dengan demikian, pungutan liar dapat
dimaknai sebagai barang yang diambil dengan cara yang tidak benar dan tidak
sesuai dengan ketentuan yang ada. Biasanya, pungli dilakukan saat sedang
melayani masyarakat, seperti saat mengurus perizinan, pembuatan KTP, membuat
SIM, dan sebagainya. Tindakan pungli akhirnya menjadi alat untuk mencari
penghasilan tambahan di luar gaji yang diterima. Sebagai upaya pemberantasan
pungli, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 87 Tahun 2016
tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas Saber Pungli). Pasal 2
dalam aturan tersebut menjelaskan tugas Satgas Saber Pungli adalah
melaksanakan pemberantasan pungli secara efektif dan efisien dengan
mengoptimalkan personil, satuan kerja, dan sarana prasarana, bak yang berada di
kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah. Pungli termasuk dalam kategori
kejahatan jabatan, yaitu penyalahgunaan kekuasaan untuk menguntungkan diri
sendiri dan/atau orang lain dengan memaksa seseorang untuk memberikan
sesuatu, membayar atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
3. Penyebab Pungli Artikel berjudul Pungutan Liar (Pungli)
dalam Perspektif Tindak Pidana Korupsi dalam Majalah Paraikatte, Edisi
Triwulan III, Volume 26, Tahun 2016, menjelaskan beberapa penyebab pungli,
yaitu: Advertisement Adanya ketidakpastian pelayanan sebagai akibat adanya
prosedur pelayanan yang panjang dan melelahkan sehingga masyarakat menyerah
ketika berhadapan dengan pelayanan publik yang korup. Penyalahgunaan
wewenang, Jabatan atau kewenangan yang ada/melekat pada seseorang. Faktor
ekonomi. Penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup atau tidak
sebanding dengan tugas/ jabatan yang diemban membuat seseorang terdorong
untuk melakukan pungli. Faktor kultural dan budaya organisasi, yang terbentuk
dan berjalan terus menerus di suatu lembaga agar pungutan liar dan penyuapan,
dapat menyebabkan pungutan liar sebagai hal biasa. Terbatasnya sumber daya
manusia. Lemahnya sistem kontrol dan pengawasan oleh atasan.

4. Dasar Hukum Penindakan Pungli


Pungli merupakan salah satu modus korupsi yang diatur dalam Undang-undang
(UU) No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
diperbaharui dengan Undang-undang (UU) No. 20 Tahun 2001. Pasal yang
melarang pungli dalam undang-undang tersebut meliputi: Pasal 12 huruf e,
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri. Pasal 12 huruf f, pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
pada waktu menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong pembayaran
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas
umum, seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas
umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang. Pasal 12 huruf g, pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau
menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang
kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
Pasal 12 huruf h, pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak
pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikan
orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
5. Cara Memberantas Pungli
Pejabat fungsional auditor (PFA) Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan, M.
Toha Solahuddin, dalam artikelnya menjelaskan sejumlah cara memberantas
pungli yaitu: Meningkatkan pelayanan publik berupa memangkas waktu
pelayanan, memangkas jalur birokrasi, memberlakukan sistem antri (queueing
system), dan memasang tarif yang berlaku terkait dengan pembayaran pelayanan
secara transparan. Mengedukasi masyarakat dalam bentuk kampanye publik untuk
tidak memberi tips kepada petugas pelayanan. Mengantri dengan tertib untuk
mendapatkan pelayanan. Kontrol dari atasan langsung yang lebih sering. Adanya
inspeksi berkala dari pihak atasan. BACA JUGA Jokowi Akan Copot Pejabat
yang Hambat Investasi, Hajar Pelaku Pungli Pemberantasan pungli tidak dapat
dilakukan sepihak saja, perlu adanya integrasi antara masyarakat dan pemerintah
untuk mencapai hasil yang optimal. Pencegahan pungli dapat dimulai dengan
kesadaran diri untuk tidak memberikan atau meminta pungutan yang tidak resmi
dan tidak mempunyai landasan hukum.
6. Pungli Dalam Pandangan Masyarakat
Kata pungli telah dipahami serta cukup luas diketahui masyarakat sebagai suatu
bentuk pelanggaran, tetapi masih terdapat masyarakat yang abai karena
membiarkan perbuatan pungli ini. Erat kaitannya dengan tipikal masyarakat
setempat, pungli juga cenderung tumbuh serta berkembang disaat tak adanya
kepedulian ataupun keberanian masyarakat untuk melaporkan pungli kepada pihak
yang berwajib. Dalam kehidupan sosial masyarakat di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung misalnya, masyarakat cenderung abai dan bahkan seringkali
memaklumi perbuatan pungli ini dengan berbagai macam alasan serta
pertimbangan. Seringkali didapati bahwa masyarakat memaklumi pungli dengan
alasan “kasihan” dan “tidak mau ribet“. Bahkan yang lebih parah lagi adalah pada
masyarakat yang dengan sadar memberikan uang sebagai bentuk imbalan pada
pelaksana layanan agar pelayanannya ini dipercepat serta dipermudah. Tentunya,
hal ini tak dapat dibenarkan dengan alasan tertentu. Kebiasaan masyarakat yang
“baik” serta “pemaaf” inilah yang menjadikan pungli tumbuh subur dalam
pelayanan publik. Kebiasaan masyarakat ini sendiri tak jarang dimanfaatkan oleh
oknum nakal, sehingga praktik pungli dianggap wajar oleh masyarakat dalam
pelayanan publik. Terdapat beberapa faktor-faktor yang menjadikan masyarakat
terbiasa memaklumi pungli, antara lain
 Kurangnya pemahaman masyarakat bahwa pungli adalah maladministrasi.
 Adanya budaya masyarakat yang lebih mudah memaafkan serta
mengikhlaskan yang cukup besar.
 Tidak adanya keberanian dalam diri masyarakat dalam melaporkan
perbuatan pungli.
 Masih terdapat masyarakat yang membutuhkan pungli. Dalam artian
cukup dengan membayar pungli, masyarakat ini akan mendapatkan
kemudahan dalam layanan. Melihat kecenderungan perilaku masyarakat
yang memaklumi pungli tersebut, menjadikan pemberantasan pungli
menjadi tidak efektif. Disatu sisi pemerintah dengan instrumen Satgas
Saber Pungli giat sekali melakukan upaya-upaya pemberantasan pungli,
disisi lain, justru masyarakat sendirilah yang menjadi penyebab
mengakarnya perilaku pungli dalam pelayanan publik.
Hal ini tentunya juga menjadi sangat kontradiktif. Perilaku ini akan
memaklumi pungli ini sudah saatnya dihilangkan agar pungli dapat
diberantas sampai ke akar-akarnya.
7. Contoh Pungli Yang Dimaklumi
Terdapat beberapa contoh pungli yang sampai saat ini terbiasa dimaklumi oleh
masyarakat. Pertama, pungli-pungli yang terdapat di lingkungan sekolah negeri.
Cukup banyak Ombudsman RI Perwakilan Bangka Belitung menerima laporan
terkait praktik-praktik pungli dilingkungan sekolah. Namun saat ditelusuri lebih
lanjut, ternyata pungli tersebut diakui dan diketahui oleh masyarakat (Orang
Tua/Wali Murid). Masyarakat beranggapan pungli dilingkungan sekolah suatu hal
yang wajar. Dengan alasan demi kualitas pendidikan yang baik dan kenyamanan
lingkungan belajar, para orang tua/wali murid pun memaklumi pungli tersebut.
Selanjutnya dalam pelayanan-pelayanan pengurusan surat tanah (SPPFBT/SP3AT)
di Desa misalnya. Tak sedikit praktik pungli terjadi dalam pelayanan tersebut.
Pelayanan yang seharusnya gratis, menjadi berbayar dengan berbagai macam
alasan. Alasannya sebagian besar dikarenakan tidak adanya biaya operasional
dalam pelayanan pengukuran lahan sehingga menjadi celah bagi pelaksana layanan
untuk memungut biaya. Berdasarkan kajian cepat yang dilakukan oleh Ombudsman
RI Perwakilan Bangka Belitung diwilayah Kabupaten Bangka Tengah (Tahun
2017) dan Kabupaten Bangka (Tahun 2018), ternyata salah satu penyebab
terjadinya pungli adalah perilaku masyarakat itu sendiri. Masyarakat kebanyakan
merasa iba/kasihan kepada pelaksana layanan yang melakukan pengurusan surat
tanah tadi. Pada saat pelayanan yang diberikan sudah dinyatakan gratis pun masih
ada masyarakat yang dengan sengaja memberi uang kepada pelaksana layanan
sebagai ucapan terimakasih. Lagi-lagi kebiasaan masyarakat yang terlalu baik
menjadi salah satu penyebab mengakarnya pungli. Kemudian salah satu bentuk
kebiasaan masyarakat yang memaklumi pungli adalah kebiasaan masyarakat yang
rela membayar iuran parkir kendaraan roda 2 di tepi jalan umum dengan tarif
sebesar Rp.2.000,-. Sebagai contoh, berdasarkan Perda Kota Pangkalpinang Nomor
16 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum, tarif Retribusi Pelayanan Parkir di
Tepi Jalan Umum untuk kendaraan roda 2 adalah sebesar Rp.1.000/kendaraan.
Namun saat ini karena petugas juru parkir terbiasa memungut dengan besaran tarif
Rp.2.000,- masyarakat pun melazimkan biaya tarif parkir tadi sebasar Rp.2.000,-.
Bahkan tak jarang apabila masyarakat membayar uang Rp.2.000,- petugas juru
parkir tadi tidak memberikan uang kembaliannya. Perbuatan seperti ini sangat
sering terjadi, namun dikarenakan masyarakat yang menjadikan perbuatan tersebut
"biasa dan wajar", masyarakat pun jadi memakluminya.
DAFTAR PUSTAKA

https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--kebiasaan-memaklumi-pungli
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pungli/
https://cimahikota.go.id/index.php/artikel/detail/1174-pemberantasan-pungli-di-
instansi-pemerintah-dan-pelayanan-
publik#:~:text=Pungli%20adalah%20salah%20satu%20tindakan,ordinary%20crim
e)%20yang%20harus%20diberantas.
https://katadata.co.id/agung/ekonopedia/629070ffe92d0/memahami-pungli-
penyebab-perkembangan-dan-dasar-hukum-penindakannya

Anda mungkin juga menyukai