Anda di halaman 1dari 10

Diskusikan dan kemukakan alasan-alasan besar yang melatarbelakangi/memotivasi para penyelenggara

negara melakukan tindakan tidak etis!

Berikut alasan-alasan besar yang melatarbelakangi/memotivasi para penyelenggara negara melakukan


tindakan tidak etis :

 Iktikad Baik

Pegawai-pegawai pemerintah sering merasa kesal karena lambatnya proses pekerjaan di instansi mereka.
Mereka ingin mempercepat sesuatu yang berharga demi kepentingan masyarakat. Banyak pegawai
pemerintah merasa lesu karena birokrasi yang tampak berat dan berjalan lambat. Peraturan-peraturannya
ternyata menimbulkan terlalu banyak hambatan untuk penyelesaian sesuatu dalam kurun waktu yang
layak. Oleh karena itu sebagian penyelenggara negara mengambil jalan pintas untuk menangani birokrasi
yang dianggap atau memang sudah usang, yang dimana tindakan tersebut malah menimbulkan masalah,
dan penggunaan kreatif iktikad baik tersebut dijadikan sebagai alasan untuk melakukan suatu tindakan
tidak etis.

 Ketidaktahuan akan Hukum, Kode Etik, dan Kebijakan Prosedur

Ketidaktahuan merupakan dalih yang sering digunakan oleh para pegawai negeri apabila mereka
dihadapkan pada pelanggaran ketentuan hukum, kode etik, atau kebijakan prosedur instansi. Dalih ini
sering digunakan untuk menerangkan kerahasiaan suatu instansi yang mungkin atau memang
memengaruhi keputusan suatu instansi. Dengan kata lain, situasi mungkin tidak mempunyai dampak pada
suatu keputusan.

 Egoisme

Keegoisan pribadi atau kelompok telah berkembang menjadi virus ganas yang menumbuhkan anarki dan
melahirkan sosok kepemimpinan yang bercorak premanisme dan pameran adu kekuatan. Kekuasaan tidak
berakar lagi pada kepentingan rakyat. Kekuasaan hanya untuk dinikmati, dimanfaatkan, dan
disalahgunakan.

 Keserakahan

Keserakahan merupakan salah satu penyebab terjadinya pelanggaran hukum atau perbuatan yang tidak
etis oleh pejabat negara ini . Keserakahan materi bagi para pejabat negara, menurut dapat menjadi sumber
awal terjadinya tindakan tidak etis, yaitu korupsi, kolusi, dan nepotisme/KKN. Kemudian, keserakahan
materi tersebut dapat berkembang menjadi kelainan-kelainan yang sifatnya bukan kebendaan.

 Kewenangan dan Kekuasaan

Kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pejabat negara dalam penyelenggaraan negara sering
disalahgunakan. Tidak jarang para penjabat mengunakan kewenangan tersebut untuk
kepentingan/keuntungan pribadi maupun kelompok

 Persahabatan
"Bukankah hal itu tidak ada salahnya? Saya hanya menolong seorang teman dan saya tidak mendapat
keuntungan apa pun." Ungkapan ini biasa atau dapat dijadikan alasan bagi pejabat penyelenggara negara
untuk melakukan pembelaan diri ketika ia melakukan perbuatan tidak etis.

Misalnya, ketika yang bersangkutan meminjamkan kendaraan dinasnya atau alat-alat kantor kepada
seorang teman untuk kepentingan pribadi. Contoh lain mencelakakan/mengkhianati rela adalah beberapa
orang pejabat sahabatnya sendiri atau melakukan perbuatan tidak etis karena ingin mendapatkan
keuntungan pribadi atau ingin menyelamatkan diri.

 Keuntungan Pribadi dan Keluarga

Untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan keluarga, seorang pejabat negara mungkin dapat melakukan
perbuatan tidak etis, misalnya melakukan korupsi dengan tujuan untuk memperkaya diri dan keluarga
dimana perbuatan tersebut dapat merugikan keuangan negara maupun perekonomian negara.

 Kebodohan

Sebagian orang mengira bahwa ketika seorang pegawai negeri atau pejabat negara mencapai jabatan
tingkat tinggi, maka ia akan mempunyai pengertian yang jelas mengenai perbedaan antara perilaku yang
etis dan perilaku yang tidak etis. Namun pada kenyataannya tidak semua pegawai negri mengerti akan
perbedaan antara perilaku yang etis dan perilaku yang tidak etis. Akibat kebodohan tersebut para
pegawagai negara melakukan tindakan tidak etis (penyelewengan).

 Ikut Arus negara

Lemahnya perlindungan atau jaminan hukum terhadap abdi-abdi (pelapor) yang mencoba memprotes
perilaku tidak etis atau membeberkan penyimpangan yang dilakukan oleh penyelenggara negara kepada
wartawan/media mengakibatkan si pelapor sering menghadapi ancaman- ancaman. Sesudah itu, mereka
pun akan diselidiki karena dianggap melakukan pembocoran-pembocoran tanpa izin. Tentu saja hal ini
dapat memengaruhi kesetiaan kaum birokrat (abdi negara). Dengan kata lain, dalam waktu yang singkat,
jelaslah bahwa sebaiknya orang mengambil sikap ikut arus saja atau melindungi diri sendiri secara
mental. Sebagai pemecahannya, pejabat-pejabat abdi negara melakukan pekerjaan mereka meskipun tidak
terlalu bersemangat, bahkan mereka pun berhati-hati untuk tidak membuat kehebohan.

 Saya Hanya Mengikuti Perintah atasan.

"Setiap bawahan berkewajiban untuk patuh dan taat pada perintah ." Kalimat ini sering dijadikan
pembelaan utama dalam proses pengadilan jika seorang oknum pejabat dinyatakan bersalah atau
melakukan perbuatan tidak etis.

HBDD (89
Assalamualaikum wr.wb.

Selamat Pagi Bapak Tutor dan teman-teman sekalian.

Berikut tanggapan saya pada diskusi ini.

Apakah penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia sudah berkualitas! Tunjukkan buktinya!

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pada pasal 1 bahwa
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang – undang bagi setiap warga negara penduduk atas barang, jasa, dan
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik.  Filosofi
penyelenggaraan pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik tidak terlepas dari asas-asas pelayanan publik yang mengutamakan kepentingan umum,
profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, berkepastian hukum, responsif, inklusif, efektif dan efisien,
serta mengajak seluruh elemen untuk memperhatikan keseimbangan hak dan kewajiban dalam partisipasi
implementasinya.

Didalam PP No 96 tahun 2012 tentang pelaksanaan UU No.25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik pada
pasal 1 disebutkan standar pelayanan yang menjadi tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan publik dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji
penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, epek, mudah, terjangkau,
dan terukur.

Saat ini di berbagai daerah pelayanan yang dilakukan oleh para aparatur pemerintah sangat menyulitkan
bagi masyarakat. Sehingga pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah di pusat
pemerintahan, mulai dari kecamatan hingga desa mendapatkan keuntungan dari masyarakat yang
membutuhkan jasa aparatur pemerintah.

Secara umum kualitas pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah, baik di pusat, kabupaten, dan
daerah.Terdapat sejumlah masalah terkait pelayanan publik di Indonesia yang menjadi pekerjaan rumah
bagi lembaga terkait dan tentunya menjadi pekerjaan rumah kita semua sebagai warga negara. Rendahnya
kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang diarahkan kepada birokrasi pemerintah
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sektor pelayanan publik telah menjadi lahan basah bagi oknum yang tidak bertanggung jawab dengan
memanfaatkan posisi dan kekuasaan yang dimiliki, sehingga menimbulkan tindakan tidak etis. Seperti
timbul ekonomi biaya tinggi, terjadinya penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi, dan nepotisme,
perlakuan diskriminatif, dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan karena masih adanya proses dalam
birokrasi yang panjang dan tumpang tindih tugas dan kewenangan menyebabkan penyelenggaraan
pelayanan publik menjadi panjang dan melalui proses yang berbelit-belit.

Merujuk pada data pengaduan masyarakat di Ombudsman RI sebagai Lembaga Negara pengawas
pelayanan publik tahun 2015-2020, total terdapat 56.433 laporan masyarakat dengan grafik yang
meningkat setiap tahunnya. Penundaan berlarut, penyimpangan prosedur, dan tidak memberikan
pelayanan selalu menempati 3 peringkat teratas dugaan maladministrasi yang dilaporkan.
jika hal itu terus dibiarkan sementara pengawasan eksternal dari masyarakat masih minim, mengakibatkan
ketidak jelasan standar dan prosedur pelayanan, serta prosedur penyampaian keluhan pengguna jasa
pelayanan publik. Karena itu tidak cukup dirasakan adanya tekanan sosial yang memaksa penyelenggara
pelayanan publik harus memperbaiki kinerja mereka. Untuk itu keterlibatan masyarakat sebagai otoritas
pengawas dalam penyelenggaraan pelayanan publik sangat diperlukan, karena pemerintah kota secara
langsung merasakan baik buruknya pelayanan publik yang ada. Dalam meningkatkan pelayanan publik
kepada masyarakat, pemerintah harus segera dapat mengubah paradigma aparatur dari ingin dilayani
menjadi pelayan, karena fungsi utama pemerintah adalah memberikan pelayanan.

Sekian tanggapan dari saya, terima kasih.

Referensi : Djaenuri, M. Aries dan Eceng,2022,Hubungan Pusat dan daerah, Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Sahrul, Ilham.2016.Kualitas Pelayanan Publik Masih Dianggap Rendah.


https://riaugreen.com/view/Ruang-Opini/22409/Kualitas-Pelayanan-Publik-Masih-Dianggap-
Rendah.html#.Y3k7lnZBzIU.di akses pada 20 november 2022

MNJ (70

Peran Media Menyoroti Fungsi LAKIP

Bagaimana peran media sosial dewasa ini dalam membantu pemerintah menjalankan fungsi LAKIP
sehingga akuntabilitas pemerintah dapat ditegakkan di tengah maraknya informasi hoax terkait kinerja
pemerintah yang beredar saat ini? Silakan Anda diskusikan!
Assalamualaikum wr.wb.
Selamat malam Ibu Tutor dan teman-teman sekalian.
Berikut tanggapan saya pada diskusi ini.Beberapa daerah di Indonesia memiliki kedudukan otonomi
khusus, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, Papua, Bali dan Aceh. Hal ini bisa karena fungsi dan
nilai historisnya, atau beberapa faktor lainnya. Diskusi kita kali ini bagaimana kedudukan
beberapa daerah khusus di Indonesia tersebut terkait dengan kedudukannya berikut peraturan
perundang-undangannya yang mengatur daerah–daerah khusus tersebut?

Otonomi daerah mengandung makna bahwa pemerintah daerah memiliki hak dan wewenang untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pembentukan otonomi khusus merupakan salah satu cara atau pilihan yang di lakukan oleh suatu negara
untuk menjaga keutuhannya.

Aceh

Dasar dari penyelenggaraan Otonomi Khusus di daerah Aceh adalah Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Lalu di perbaruhi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh. UU Pemerintahan Aceh ini tidak terlepas dari Nota Kesepahaman (Memorandum of
Understanding) antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani pada tanggal 15
Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat menuju pembangunan sosial,
ekonomi, serta politik di Aceh secara berkelanjutan.

Papua

Pengakuan Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua didasarkan pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Tujuan pemberian dana Otonomi khusus tersebut
adalah untuk menyejahterakan dan memajukan rakyat Papua. Secara khusus, dana Otonomi khusus
diperuntukkan bagi pengembangan pendidikan dan kesehatan rakyat Papua. Undang-undang Nomor 21
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua merupakan suatu kebijakan yang bernilai
strategis dalam rangka peningkatan pelayanan (service), dan akselerasi pembangunan (acseleration
development), serta pemberdayaan (empowerment) seluruh rakyat di provinsi Papua, terutama orang asli
Papua. Melalui kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antar provinsi Papua dengan
propinsi-propinsi lain dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta akan memberikan
peluang bagi orang asli Papua untuk berkiprah di wilayahnya sebagai pelaku sekaligus sasaran
pembangunan.

Yogyakarta

Pemerintah telah menetapkan Yogyakarta menjadi Daerah Istimewa melalui UU Nomor 3 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta. UU ini telah mengalami perubahan beberapa kali.
Terakhir, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai payung hukum. Menurut UU ini, keistimewaan yang dimiliki oleh Yogyakarta
berlandaskan sejarah pendirian negara dan bangsa Indonesia. Mengacu pada UU Nomor 13 Tahun 2012,
setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, Sultan Hamengku Buwono IX dan Adipati Paku Alam VIII
memutuskan untuk menjadi bagian dari Indonesia. Keputusan ini memiliki arti penting karena telah
memberikan wilayah dan penduduk bagi Indonesia yang baru memproklamasikan kemerdekaannya. Salah
satu bentuk keistimewaan DIY, yakni dalam tata cara pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur.

Bali

Bali bukan otonomi khusus, keistimewaan, bukan daerah khusus. Provinsi Bali telah berjuang sejak lama
memperoleh status Daerah Istimewa. Ada beberapa faktor yang mendorong wacana ini; Pertama,
karakteristik daerah yang menjadi satu kesatuan agama, geografis, budaya, ekonomi dan sosial. Kedua,
pengembangan wisata alam dan budaya dijiwai agama Hindu. Ketiga, hampir semua aspek kehidupannya,
baik sistem sosial dan ekonomi dilandasi agama Hindu, demikian pula dengan hukum adat yang
disebut awig-awig, wajib dipegang teguh oleh masyarakat di dalam desa adat. Namun, pada Februari
2019, Kementerian Dalam Negeri menolak usulan Daerah Istimewa ini.

Sekian tanggapan dari saya, terima kasi.


Referensi :
Arif, Mirrian Sjofyan dkk.2021,Manajemen Pemerintahan (Modul 4. Hal4.2-4.73),Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.

http://repository.unib.ac.id/8867/1/IV%2CV%2CLAMP%2CII-14-hes.FH.pdf
MTPS(90

Tahapan setelah mengumpulkan data adalah mengolah data. Data yang terkumpul adalah data yang
berupa jawaban responden. Jawaban-jawaban inilah selanjutnya yang akan diubah dalam bentuk  kode-
kode berupa angka. Dalam penelitian kuantitatif, kode selalu berupa angka dan pada penelitian kualitatif
kode bisa berupa angka maupun berbentuk kata-kata. Silahkan diskusikan proses memindahkan data
penelitian anda menjadi kode-kode, baik pada penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif.
SASPOL

Islam baik secara ideologi maupun ketokohan telah berperan besar dalam perjalanan bangsa dan negara
Indonesia. Kekuatan Islam ditunjukkan tidak hanya melalui hadirnya organisasi massa, tokoh-tokoh
Muslim, tetapi juga partai politik Islam. Namun demikian, kekuatan Islam melalui partai politik
tampaknya terpecah dan tidak solid. Tidak ada satu suara dalam partai yang bisa merefleksikan kekuatan
Islam. Jelaskan mengapa demikian? Sertakan contoh yang relevan untuk memperkuat argument anda!
Assalamualaikum wr.wb.
Selamat siang Bapak Tutor dan teman-teman sekalian.
Berikut tanggapan saya pada diskusi ini.

Diskusikan dan kemukakan yang dimaksud dengan asas-asas umum pemerintahan yang patut di
dalam etika pemerintahan!

Asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat dipahami sebagai asas umum yang menjadi dasar dan tata
cara penyelenggaraan pemerintahan yang baik, tata cara pemerintahan yang baik, santun, adil dan
terhormat, bebas dari tirani, pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan kekuasaan. jabatan dan
kesewenang-wenangan. Asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik (AAUPB) lahir dari
praktek penyelenggaraan negara dan pemerintahan, sehingga bukan merupakan produk formal lembaga
pemerintah seperti undang-undang.

Asas-asas umum pemerintahan yang baik (AAUPB), digunakan bagi penilaian terhadap pemerintah,
tetapi secara khusus sejak semula digunakan pada pemerintahan dalam arti sempit. Hal ini sesuai
dengan istilah “bestuur” pada Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur, bukan “regering” atau
“overheid” yang mengandung arti “pemerintahan dalam arti luas”. Crine le Roy dalam Darumurti (2012)
mengemukakan mengenai asas-asas kriteria pemerintahan yang baik:

1. Asas kepastian hukum (rechtzekerheids beginsel; principle of legal security)

2. Asas keseimbangan (evenredigheids beginsel; principle of proportionaltity)

3. Asas kesamaan dalam pengambilan keputusan (gelijkheids beginsel; principle of equality)

4. Asas bertindak cermat atau asas kecermatan (zorgvuldigheids beginsel; principle of carefulness)

5. Asas motivasi untuk setiap tindakan atau keputusan (zorgvuldigheids beginsel’ principle of motivation)

6. Asas tidak mencampuradukkan kewenangan (vervod van detournement de pouvoir; principle of


nonmisuse of competence)

7. Asas meniadakan akibat dari suatu keputusan yang batal (herstel beginsel: principle of undoing the
consequences of an annulled decision)

8. Asas permainan yang layak (fair play beginsel: principle of fair play)

9. Asas keadilan atau kewajaran (redelijkeheids beginsel; principle of reasonableness or prohibition of


arbitratiness)

10. Asas pemenuhan pengharapan yang ditimbulkan atau menanggapi penghargaan yang wajar
(beginsel van opgewekte verwarchtingen; principle of meeting raised expectation)

11. Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi (beginsel van bescherming van de
persoonlijke levenssfeer; principle of protecting the personal way of life).
Asas-Asas Umum Pemerintahan YangBaik mempunyai tiga manfaat, manfaat yang pertama bagi
administrasi negara sebagai pedoman di dalam penafsiran dan penetapan terhadap ketentuan-
ketentuan perundangundangan yang tidak jelas. Kedua, melihat Pasal 53 ayat (2) dalam UndangUndang
Peradilan Tata Usaha Negara keberadaan asas- asas umum pemerintaahan yang baik digunakan
masyarakat untuk mencari keadilan dan dapat dijadikan gugatan atas ketidak puasaan masyarakat
dengan keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat karena dianggap memberatkan masyarakat.
Sedangkan yang ketiga, hakim menggunakan asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagai alat uji
dalam Peradilan Tata Usaha Negara.

Dalam mewujudkan kesejahteraan pemerintah sebagai pemberi pelayanan publik harus memenuhi
tujuan yang hendak dicapai dalam pelayanan publik tanpa membeda-bedakan. Dalam pelaksanaan
pelayanan publik tersebut pemerintah hendaknya menjadikan asas-asas umum pemerintahan yang baik
(AAUPB) sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, masyarakat juga dapat
menggunakan AAUPB untuk mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya sehingga tidak terjadi
benturan antara pemerintah sebagai pemberi pelayanan publik dan masyarakat sebagai penerima
pelayanan publik.

Referensi :
Djohan, Djohermansyah dan Milwanosi, (2021), Etika Pemerintahan, Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.

https://heylawedu.id/blog/pelayanan-publik-asas-asas-umum-pemerintahan-yang-baik

Anda mungkin juga menyukai