TUGAS 2
NIM : 041875209
UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN POLITIK
S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA SIPAS NON TTM
Tugas Tutorial 2
Jawab pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan konsep dan teori yang tepat!
1. Seperti apakah kelemahan dan problema dalam birokrasi dan sertakan contohnya pada
organisasi pemerintahan daerah? (Skor 40)
Jawab :
Pita merah di sebabkan olehh kecenderungan alamiah dari manusia yang berada dalam
lingkungan birokratik untuk merutinkan aktivitas-aktivitas mereka. Karakteristik weber
mengenai birokrasi sangat rasional dan amat tidak peduli melayani pembuat kebijakan
dan publik telah mendorong perhatian yang sungguh-sungguh pada ketetapan prosedur,
sekalipun, sasaran-sasaran pelayanan publik dapat mudah i ubah. Pita merah adalah suatu
istilah yang di maksudkan untuk menunjukkan adanya prosedur-prosedur birokratik yang
mempunyai ciri ketaatan mekanis pada peraturan, formalitas yang berkelebihan dan lebih
banyak memperhatikan hal-hal yang rutin, dan kompilasi sejumlah informasi eksternal
yang mengakibatkan berkepanjangannya penundaan dan kemandekaan. Konsep pita
merah memberikan ekspresi negatif, yang di gambarkan Alvin W. Gauldner sebagai
analisa, impersonalisasi dan regulasi yang mempengaruhi birokrasi. Seorang
cendekiawan politik, herbert haufiman berusaha menjelaskan mengapa pita merah selalu
di gunakan dalam pengertian negatif. Ia mengatakan bahwa pita merah sering kali di
pergunakan sebagai sinonim dari istilah-istilah prosedur, peraturan, dan regulasi.
Ketiga hal tersebut di maksudkan untuk melindungi hak-hak rakyat. Satu sistem
demokratik pada uumumnya akan merancang peraturan-peraturan dan regulasi-regulasi
untuk melindungi individu. Makanakala peraturan dan regulasi berjalan menyimpang
dari pagar-pagar proteksi dan menjadi berlebihan, mka pada saat inilah pita merah ada
dan berkembang.
Dengan adanya berbagai kelemahan sebagaimana di uraikan di atas problema yang
muncul adalah persoalan eksistensi birokrasi.
1. Orang yang tepat di posisi dan pekerjaan yang tepat (The right man in the right
place & job) seharusnya, orang yang tepat berada di posisi yang tepat dan memiliki
pekerjaan yang tepat pula. Mari kita perhatikan seksama dari pejabat setingkat
menteri!Ada seorang menteri yang tiga kali menjabat kementerian yang berbeda
dalam 1 periode, pertama beliau menjabat menteri perhubungan, kemudian menjadi
menteri sekretaris negara, dan menjadi Menteri koordinator perekonomian. Begitu
juga menteri lainnya. Apalagi tidak sedikit pejabat publik yang rangkap jabatan,
bukan begitu ?
2. Kurangnya transparansi Rekrutmen pengawai penerimaan Calon pengawai negeri
sipil (CPNS) di setiap instansi KLDI (Kementerian, lembaga, Daerah dan Istansi)
cenderung kurang transparan. Artinya, ada beberapa calon PNS yang masih berani
untuk bayar formasi tertentu. Selain itu, ada pula beberapa ‘titipan’ dari anak
pejabat-pejabat tertentu. Nepotisme dalam hal ini wajar,tetapi caranya yang kurang
wajar. Nah ini yang membuat pengawai itu tidak profesional dan jujur dalam
bekerja, sehingga mereka bekerja dengan orientasi uang yang besar dengan cara
apapun.
Organisasi pemerintah daerah tidak dapat melepaskan diri dari aspek birokratis.
Birokrasi tidak membantu mempercepat pelayanan, tapi menghambat dan bahkan
dimanfaatkan oleh aparatur yang mempunyai kewenangan dan kekuasaan dalam hal
perijinan untuk kepentingan diri sendiri maupun kelompok.
Aparatur pemerintah daerah harus menerapkan budaya kerja positif serta
mampu menerapkan sifat kewirausahaan seperti yang dimiliki organisasi swasta
seperti sifat peka dan tanggap atas peluang dan tantangan yang dihadapi, tidak
terpaku pada hal-hal rutin, memiliki etos kerja yang tinggi serta inovatif dan kreatif.
Sifat kewirausahaan ini juga akan menimbulkan pelayanan publik dibandingkan
dengan menggunakan pendekatan kewenangan dan kekuasaan serta kecenderungan
memerintah orang lain.
Dalam menjalankan tugas, aspek moral tidak dapat diabaikan. Harus ada
perasaan bersalah dan takut akan hukuman apabila aparatur pemerintah daerah
melakukan praktek kolusi, korupsi dan Darmanto, Organisasi Pemerintah Daerah
49 nepotisme (KKN) serta penyuapan. Harus dihilangkan anggapan bahwa aparatur
negara memiliki sifat korup, terbukti banyak pejabat yang kekayaannya tidak
sepadan dengan kondisi atau statusnya sebagai pegawai negeri.
Aparatur Pemerintah Daerah sebagai abdi masyarakat tidak hanya mampu
mengerjakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang sudah ada tapi juga harus
selalu menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidangnya sehingga
tidak tertinggal dalam mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta tidak
tergerus oleh arus globalisasi.
REFERENSI :
ADPU4130/Model 5 Birokrasi ; Kegiatan belajar 5 kelemahan dan
problema dalam birokrasi,
Jurnal.ut.ac.id Organisasi pemerintah daerah-Jurnal UT-Uiversitas
Terbuka
2. Seperti apakah pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah? (Skor 30)
Jawab :
1. Hubungan struktural
Hubungan struktural merupakan hubungan yang didasarkan pada tingkat dan
jenjang di pemerintahan. Pemerintah daerah dalam bertugas menyelanggarakan
urusan daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang berdasarkan
asas otonom dan tugas pembantuan. Presiden merupakan penyelenggaran urusan
pemerintahan di tingkat pusat. Presiden dibantu para menteri untuk menjalankan
pemerindah. Kepala daerah merupakan penyelenggara urusan daerah masing-masing.
2. Hubungan fungsional
Hubungan fungsional merupakan hubungan yang didasarkan dengan fungsi yang
dimiliki oleh masing-masing pemerintah. Hubungan tersebut saling memengaruhi dan
bergantung antara satu dengan yang lain. Hubungan tersebut juga terletak pada visi,
misi, tujuan hingga fungsi yang dimiliki masing-masing pemerintah. Visi dan misi
yang dimiliki tersebut bersama-sama untuk melindungi dan memberi ruang kebebasan
kepada daerah untuk mengolah dan mengurusi rumah tangganya. Baca juga: Stok
APD Menipis, Pemprov NTT Minta Bantuan Pemerintah Pusat Dalam buku Teori
dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah (2007) karya Hanif Nurcholis,
pemerintah daerah adalah subvisi pemerintahan nasional.
Bahkan subsistem pemerintah desa yang terdiri atas kepala desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Jalinan antar sub sistem dan antar sub dan sub sistem
pemerintahan tersebut membentuk sistem pemerintahan nasional yang merupakan
wahana untuk mencapai tujuan negara. Kondisi tersebut akan tersebut ketika
hubungan antar sub sistem dapat menghasilkan jalinan sistemik dan dapat berjalan
dengan fungsi masing-masing secara serasi, selaras dan harmonis.
Ketika berjalan tidak terkoordinasi dengan baik, tidak fokus pada tujuan yang telah
ditetapkan. Maka penyelenggaraan pemerintahan menjadi tidak efisien yang hanya
menghasilkan kesengsaraan rakyat. Untuk dapat membentuk jalinan hubungan
pemerintahan yang sistemik dengan hasil guna yang maksimal. Setiap negara
mengembangkan hubungan antar lembaga negara dan hubungan antar pemerintahan
pada semua jenjang pemerintahan. Pada tingkat nasional diatur hubungan antar
lembaga tinggi negara dan hubungan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Di daerah diatur hubungan antar lembaga daerah dan hubungan antar pemerintahan
daerah.
Jika merujuk pada teori model hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah secara teoritis menurut Clarke dan Steward, desentralisasi seperti ini
termasuk The Agency Model. Model dimana pemerintah daerah tidak mempunyai
kekuasaan yang cukup berarti sehingga keberadaannya terlihat lebih sebagai agen
pemerintah pusat yang bertugas untuk menjalankan kebijaksanaan pemerintah
pusatnya.
REFERENSI: https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/27/120000669/hubungan-
pemerintah-pusat-dan-pemerintah-daerah?page=all
Kompas.com-27/03/2020,12:00WIB Penulis : Ari Welianto
Jawab :
TERIMA KASIH