Anda di halaman 1dari 4

1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN BIROKRASI ?

Jika dilihat dari segi bahasa, birokrasi terdiri dari dua kata yaitu biro yang artinya meja dan
krasi yang artinya kekuasaan. Birokrasi memiliki dua elemen utama yang dapat membentuk
pengertian, yaitu peraturan atau norma formal dan hirarki.

Jadi, dapat dikatakan pengertian birokrasi adalah kekuasaan yang bersifat formal yang
didasarkan pada peraturan atau undang-undang dan prinsip-prinsip ideal bekerjanya suatu organisasi.
Secara etimologi birokrasi berasal dari istilah “buralist” yang dikembangkan oleh Reineer von Stein
pada 1821, kemudian menjadi “bureaucracy” yang akhir-akhir ini ditandai dengan cara-cara kerja
yang rasional, impersonal dan leglistik (Thoha, 1995 dalam Hariyoso, 2002).

Berikut ini adalah beberapa pengertian birokrasi dalam pandangan beberapa ahli:

a. Farel Heady (1989) : Birokrasi adalah struktur tertentu yang memiliki karakteristik tertentu:
hierarki, diferensiasi dan kualifikasi atau kompetensi.

b. Hegel : Birokrasi adalah institusi yang menduduki posisi organiik yang netral di dalam
struktur sosial dan berfungsi sebagai penghubung antara negara yang memanifestasikan
kepentingan umum, dan masyarakat sipil yang mewakili kepentingan khusus dalam
masyarakat.

c. Karl Marx : Birokrasi adalah Organisasi yang bersifat Parasitik dan Eksploitatif. Birokrasi
merupakan Instrumen bagi kelas yang berkuasa untuk mengekploitasi kelas sosial yang lain
(yang dikuasai).

d. Blau dan Meyer : Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan kekakuan (inflexibility) dan
kemandegan struktural (structural static), tata cara yang berlebihan (ritualism) dan
penyimpangan sasaran (pervesion goals), sifat pengabaian (alienation) serta otomatis
(automatism) dan menutup diri terhadap perbedaan pendapat (constrain of dissent).

1
2. BENARKAH BIROKRASI MENGHAMBAT PERKEMBANGAN, SEBUTKAN BUKTINYA ?

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (Fakultas Ekonomi UI), Monang Tobing, menilai
masalah birokrasi dan tidak adanya kepastian hukum adalah penghambat paling besar bagi investor
untuk mengembangkan investasi di Indonesia. Birokrasi yang berbelit-belit dan ketidakpastian usaha
membuat kalangan investor terpuruk sehingga peringkat daya saing Indonesia di peta global menurun.

Untuk menanggapi laporan WEF (World Economic Forum) mengenai daya saing global
2012-2013 yang menempatkan posisi Indonesia menurun empat peringkat menjadi urutan ke 50, dan
jauh berada di bawah Singapura yang berada di peringkat 2, Malaysia peringkat 25, dan Thailand
peringkat 38. Kasus paling mutakhir, di mana pengusaha Hartati Murdaya diduga menjadi korban
pemerasan oleh oknum bupati, adalah contoh konkret bahwa hukum tidak ditegakkan demi
melindungi investasi. Pemerintah daerah butuh investasi untuk mengembangkan daerahnya, sehingga
seharusnya investor dilindungi, bukannya malah dipersulit, apalagi diperas.

Masalah yang perlu dijawab adalah mengapa investor dalam negeri yang memajukan daerah
yang diduga menjadi korban pemerasan penguasa, malah dituduh menyuap? Inilah dilema pengusaha
yang berniat baik memajukan daerah, malah diganjal oleh perilaku birokrat di daerah," kata Monang
Tobing, Jumat (21/9/2012). Menurut Monang Tobing, laporan WEF yang menempatkan daya saing
Indonesia jauh di bawah Malaysia dan Singapura tersebut adalah pukulan telak, karena program
reformasi birokrasi dan debottlenecking (menghilangkan hambatan dunia usaha) yang terus digembar-
gemborkan pemerintah tidak menunjukkan hasil optimal.

Dikatakan, sebenarnya reformasi birokrasi sudah digulirkan terus menerus sejak tahun 2007,
tetapi perubahan belum banyak terlihat. Birokrasi masih menjadi masalah, prinsip-prinsip dan nilai-
nilai birokrasi dalam implementasi otonomi daerah masih terabaikan. Praktik korupsi merajalela,
jabatan dimanfaatkan untuk kepentingan mengeruk keuntungan pribadi, keluarga, dan kelompok.
Birokrasi dan ketidakpastian hukum menjadi faktor utama hambatan perkembangan ekonomi daerah.
Sebagai contoh, luasan ijin lahan bagi kepentingan investasi yang berubah-berubah karena adanya
berbagai peraturan baru yang diterbitkan, menimbulkan ketidakpastian usaha bagi para investor.
Tidak hanya itu, pengurusan surat-surat ijin tersebut juga harus melalui lapisan birokrasi yang
bertumpuk,dan berbelit," kata Monang Tobing.

Hal ini kata Monang, membuat investor terpuruk, dan sangat dirugikan. Mereka telah
berupaya untuk memajukan daerah tersebut, namun hanya dijadikan sapi perah. Kalau keadaan ini
terus berlanjut, investor dalam negeri akan lari ke negara tetangga yang memiliki iklim investasi lebih
kondusif  dan pasti. Laporan World Investment Report yang dirilis setiap tahun juga menunjukkan
bahwa investor lebih tertarik untuk melakukan penanaman modal di negara yang telah memiliki
kemapanan sistem pelayanan dan jaminan kepastian hukum. Motivasi investor dalam melakukan
kegiatan penanaman modal sangat ditentukan oleh enam faktor yang meliputi, kondisi politk dan
keamanan stabil, tata kelola pemerintahan dan sistem pencegahan korupsi, legal framework dan rule
of law, pangsa pasar dan prospek pertumbuhan ekonomi, upah tenaga kerja yang sebanding dengan
tingkat produktivitas (wedge adjusted productivity of labor), dan ketersediaan infrastruktur yang
memadai.

2
3. TULISKAN, JELASKAN MENGAPA BIROKRASI TIDAK BISA DIJADIKAN NEGARA INI
LEBIH BAIK ?

Pelaksanaan birokrasi setiap negara berbeda-beda tergantung dari sistem pemerintahan yang
dianut oleh setiap negara. Dengan begitu birokrasi di Negara maju tentu akan berbeda dengan
birokrasi di Negara berkembang. Birokrasi yang diterapkan sudah bagus atau belum di suatu negara
dapat terlihat dari penyediaan pelayanan publik oleh pemerintah kepada masyarakatnya, seperti
pengadaan barang dan jasa, terutama dalam bidang transportasi, pelayanan kesehatan, pelayanan
administrasi, dan penyediaan pendidikan. Di Negara berkembang, pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat belum bisa dikatakan baik, karena pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah
belum bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Prinsip persamaan anggota masyarakat di
negara berkembang secara umum belum berjalan dengan baik.

Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi geografis, sumber daya
manusia, sumber penerimaan dana, dan teknologi informasi. Sedangkan di Negara maju dapat
dikatakan pelayanan publik yang ada sudah baik, karena hampir semua faktor tersebut bisa teratasi
dengan baik. Khusus di Indonesia, banyaknya keluhan tentang birokrasi di Indonesia pada umumnya
bermuara pada penilaian bahwa birokrasi di Indonesia tidak netral. Kenyataan tersebut tidak dapat
dipungkiri, apabila melihat praktek sehari-hari, dimana birokrasi terkait dengan lembaga lainnya.
Oleh karena itu, birokrasi pemerintah tidak mungkin dipandang sebagai lembaga yang
berdiri sendiri, terlepas dari lembaga-lembaga lainnya. Dalam realita yang ada di Indonesia saat ini
sangat banyak praktek buruk yang terjadi di dalam birokrasi. Dalam praktek, muncul kesan yang
menunjukkan bahwa seakan-akan para pejabat birokrasi dibiarkan menggunakan kedudukannya
dalam birokrasi untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Hal ini dapat dibuktikan dengan hadirnya
bentuk praktek birokrasi yang tidak efisien dan bertele-tele di hampir semua lini birokrasi. Menurut
hemat kami kebutuhan yang nyata saat ini dalam praktek birokrasi adalah bagaimana agar birokrasi
dapat berupaya untuk memenuhi seluruh kebutuhan konkret dari masyarakat dengan
mengedepankan pelayanan yang cepat, efektif dan efisien di seluruh sektor pelayanan masyarakat.
Agar tidak ada lagi keluhan masyarakat yang masih banyak terhadap buruknya pelayanan publik di
negri ini.

Suatu kebutuhan akan peningkatan kualitas pelayanan publik yang harus terus menerus di
tingkatkan dalam rangka mewujudkan suatu kehidupan masyarakat yang adil, aman dan sentausa.
Suatu kebutuhan yang mendasar, yang seharusnya menjadi tugas pemerintah untuk dapat memberikan
pelayanan terbaik nya kepada seluruh masyarakat. Karena sejatinya birokrasi mempunyai tugas untuk
melayani masyarakat bukan sebaliknya. Kondisi birokrasi Indonesia saat ini yang masih bercorak
patrimonial (dimana Pejabat-pejabat disaring atas kinerja pribadi, di mana suatu jabatan di pandang
sebagai sumber kekuasaan atau kekayaan, Pejabat-pejabat mengontrol,baik fungsi politik ataupun
administrative, dan setiap tindakan diarahkan oleh hubungan pribadi dan politik), adalah merupakan
benang sejarah yang perlu diperhatikan dengan seksama.

Dalam perkembangan pelayanan publik ke arah modernisasi yang baik menurut pendapat
kami perlu adanya upaya terus menerus untuk dapat meningkatkan kualitas administrasi dan
manajemen sumber daya manusia dalam birokrasi menuju ke arah yang lebih baik lagi. Selain itu,
dalam menghadapi kondisi bangsa saat ini sekaligus untuk dapat menjawab tantangan masa-masa
yang akan datang, birokrasi di Indonesia di harapkan untuk mempunyai karakteristik yang mampu
bersifat netral, berorientasi pada masyarakat, dan mengurangi budaya patrimonial di dalam birokrasi
itu sendiri.

3
4. MENGAPA PEMBANGUNAN TIDAK SESUAI PERENCANAAN SEHINGGA TERJADI
KESALAHAN BIROKRASI, TOLONG CARIKAN BUKTI-BUKTINYA (KLIPING
KORAN)?

Karena maraknya korupsi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan
tersebut sehingga mereka hanya memperkaya diri pribadi masing-masing dan mengabaikan
perencanaan pembangunan yang seharusnya mereka kerjakan. Sudah tidak lazim lagi kita melihat hal-
hal seperti ini bahkan dalam perencanaan pembangunan oleh aparat kecilpun sering terjadi disekitar
kita, maka dari itu banyak perencanaan pembangunan hanya tinggal rencana saja dan tidak tahu kapan
akan terlaksana seperti semestinya.

Berikut bukti-bukti pembangunan yang tidak sesuai perencanaan sehingga terjadi kesalahan birokrasi:

Anda mungkin juga menyukai