Anda di halaman 1dari 13

1. Bagaimana menejemen yang baik….?

Manajemen bisnis merupakan upaya pengaturan secara menyeluruh guna menjalankan sebuah usaha bisnis
yang profesional dan menghasilkan tujuan bisnis yang diinginkan. Manajemen bisnis dibutuhkan dalam rangka
tercapainya sebuah tujuan sebuah usaha bisnis baik dari aspek profit maupun tujuan lain sesuai yang diinginkan oleh
pihak pengelola bisnis.

Sebuah proses pengaturan diperlukan agar sebuah usaha tidak sembarangan, mampu melakukan
perencanaan, target-target yang diinginkan serta dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan sebuah resiko usaha
bisnis.

Jika Anda ingin mendapatkan materi presentasi yang bagus tentang management skill, strategi bisnis dan
personal development, silakan KLIK DISINI.

Sebuah langkah profesional yang dilakukan sebelum merancang sebuah manajemen bisnis biasanya
dilakukan dengan membuat sebuah rancangan global sebuah bisnis atau yang dikenal dengan business plan.

Business plan menyangkut bagaimana manajemen bisnis serta perencanaannya dari berbagai aspek,
diantaranya adalah manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen finansial dan sebagainya. Melalui
sebuah business yang mantap, biasanya sebuah usaha akan meyakinkan untuk dikelola secara maksimal.

Untuk bentuk usaha bisnis dengan skala kecil pun diperlukan sebuah upaya manajemen bisnis yang baik,
hanya berbeda pada ukuran skala saja serta pengerjaannya yang lebih sederhana dan bisa dikerjakan rangkap oleh
satu atau dua orang dari pengelola bisnis tersebut. Beberapa hal yang menjadi patokan utama manajemen bisnis
diantaranya adalah beberapa hal berikut ini:

1. Manajemen produksi
Manajemen produksi merupakan pengaturan dan perencanaan terkait ketersediaan bahan baku maupun
bahan jadi yang siap dipasarkan pada sebuah perusahaan bisnis. Manajemen bisnis di bidang produksi menyangkut
bagaimana proses produksi itu bisa berlangsung dengan baik sehingga mampu menghasilkan produk atau layanan
yang diminati oleh konsumen.

2. Manajemen pemasaran
Manajemen bisnis di bidang pemasaran menyangkut segala bentuk perencanaan, bentuk, target serta tujuan
dan hasil dari sebuah proses marketing atau pemasaran. Penjualan yang meningkat dan upaya untuk
memperkenalkan produk kepada konsumen merupakan target utama dari sebuah manajemen pemasaran.

Tanpa adanya sebuah manajemen pemasaran yang baik, maka sebuah perusahaan akan mengalami kondisi
sulit dalam hal pemasukan atau income yang diperoleh. Pemasaran memegang peran vital terhadap eksistensi
sebuah perusahaan. Produk atau jasa yang kurang bermutu pun akan bisa terjual laris apabila perusahaan Anda
memiliki seorang manajer pemasaran yang handal. Kreatifitas dan inovasi perlu dijalankan dalam merancang sebuah
manajemen bisnis di bidang pemasaran.

3. Manajemen distribusi
Manajemen bisnis di bidang distribusi memegang peran mendukung manajemen pemasaran. Meskipun
pemasaran telah berjalan dengan baik, namun apabila manajemen distribusi mengalami hambatan, maka marketing
juga akan terganggu. Proses penyaluran barang produksi atau layanan jasa kepada konsumen sangat ditentukan oleh
bagaimana pola manajemen distribusi tersebut dirancang oleh sebuah perusahaan.

Sumber : http://rajapresentasi.com/2012/04/bagaimana-cara-mengelola-manajemen-bisnis-secara-efektif/
Hukum
Perbedaan penyidik dan penyelidik, penyidikan dan penyelidikan, dapat kita lihat
berdasarkan pengertiannya. Pasal 1 angka 1, angka2, angka 4, dan angka 5 Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”)memberikan pengertian mengenai penyidik, penyidikan,
penyelidik, dan penyelidikan sebagai berikut:
 
Pasal 1 angka 1 KUHAP
“Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.”
 
Pasal 1 angka 2 KUHAP
“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.”
 
Pasal 1 angka 4 KUHAP
“Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penyelidikan.”
 
Pasal 1 angka 5 KUHAP
“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.”
 
Mengenai penyelidikan dan penyidikan, M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya yang
berjudul Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan (hal. 101),
menjelaskan bahwa dari pengertian dalam KUHAP, “penyelidikan” merupakan tindakan tahap pertama
permulaan “penyidikan”. Akan tetapi harus diingat, penyelidikan bukan tindakan yang berdiri sendiri
terpisah dari fungsi “penyidikan”. Penyelidikan merupakan bagian yang tak terpisah dari fungsi
penyidikan. Kalau dipinjam kata-kata yang dipergunakan buku petunjuk Pedoman Pelaksanaan KUHAP,
penyelidikan merupakan salah satu cara atau metode atau sub daripada fungsi penyidikan yang
mendahului tindakan lain, yaitu penindakan berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan,
penyitaan, pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas kepada
penuntut umum.
 
Lebih lanjut, Yahya Harahap menyatakan bahwa jadi sebelum dilakukan tindakan penyidikan,
dilakukan dulu penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan tujuan mengumpulkan “bukti
permulaan” atau “bukti yang cukup” agar dapat dilakukan tindak lanjut penyidikan. Mungkin
penyelidikan dapat disamakan dengan pengertian “tindak pengusutan” sebagai usaha mencari dan
menemukan jejak berupa keterangan dan bukti-bukti suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak
pidana.
 
Yahya Harahap (Ibid, hal. 102) juga mengatakan bahwa jika diperhatikan dengan seksama,
motivasi dan tujuan penyelidikan, merupakan tuntutan tanggung jawab kepada aparat penyidik, untuk
tidak melakukan tindakan penegakan hukum yang merendahkan harkat martabat manusia. Sebelum
melangkah melakukan pemeriksaan penyidikan seperti penangkapan atau penahanan, harus lebih dulu
berusaha mengumpulkan fakta dan bukti, sebagai landasan tindak lanjut penyidikan.
Perbedaan Penyelidik Penyidik  Mengen
Yang berwenang: Setiap pejabat polisi negara 1.    pejabat polisi negara ai
Republik Indonesia (Pasal 4 Republik Indonesia.
KUHAP) 2.    pejabat pegawai negeri
sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh
undang-undang.
(Pasal 6 KUHAP)

Wewenangnya: 1.     menerima laporan atau 1.    menerima laporan atau


pengaduan dari seorang pengaduan dari seorang
tentang adanya tindak tentang adanya tindak
pidana; pidana;
2.     mencari keterangan dan 2.    melakukan tindakan
barang bukti; pertama pada saat di
3.     menyuruh berhenti tempat kejadian;
seorang yang dicurigai 3.    menyuruh berhenti
dan menanyakan serta seorang tersangka dan
memeriksa tanda memeriksa tanda
pengenal diri; pengenal diri tersangka;
4.     mengadakan tindakan 4.    melakukan
lain menurut hukum penangkapan,
yang bertanggung penahanan,
jawab. penggeledahan dan
penyitaan;
Selain itu, atas perintah 5.    melakukan pemeriksaan
penyidik, penyelidik dapat dan penyitaan surat;
melakukan tindakan berupa: 6.    mengambil sidik jari dan
1.     penangkapan, larangan memotret seorang;
meninggalkan tempat, 7.    memanggil orang untuk
penggeledahan dan didengar dan diperiksa
penahanan; sebagai tersangka atau
2.     pemeriksaan dan saksi;
penyitaan surat; 8.    mendatangkan orang
3.     mengambil sidik jari dan ahli yang diperlukan
memotret seorang; dalam hubungannya
4.     membawa dan dengan pemeriksaan
menghadapkan seorang perkara;
pada penyidik. 9.    mengadakan
penghentian penyidikan;
(Pasal 5 KUHAP) 10.mengadakan tindakan
lain menurut hukum
yang bertanggung
jawab.

(Pasal 7 ayat [1] KUHAP)


perbedaan penyelidik dan penyidik dapat kita lihat dari tabel berikut:
 
Sumber : http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51a4a954b6d2d/soal-penyidik,-penyelidik,-penyidikan,-dan-
penyelidikan

Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata


Perbandingan Hukum Pidana dengan Hukum Perdata

Membahas mengenai Perbandingan antara Hukum Pidana dan Hukum Perdata, tentulah akan di bahas
perbedaan dan persaman yang ada di dalamnya. Sebelum membahas lebih rinci tentang perbedaan dan persamaan
kedua hukum tersebut perlu di mengerti mengenai pengertiannya. Hukum pidana adalah hukum yang mengatur
antara anggota masyarakat sebagai warga Negara dengan Negara sebagai penguasa tata tertib masyarakat atau yang
sering di katakan sebagai hubungan yang mengatur antara orang dengan Negara, sedangkan hukum perdata adalah
hukum yang mengatur individu dengan individu atau yang mengatur hubungan peroranagan. Hukum pidana sering
di sebut juga dengan hukum publik sedangkan hukum perdata adalah hukum privat. Dari pengertianya di atas dapat
di ketahui bahwa perbedaan antara kedua hukum tersebut, kalau hukum pidana hubungan hukumnya antara orang
dengan Negara yang juga di sebut hukum publik, sedangkan hukum perdata yaitu hukum privat yang mengatur
hubungan antara orang dengan orang. Sedangkan persamaanya adalah sama-sama aturan dalam suatu hubungan
baik dengan Negara maupun individu dan juga suatu peraturan perundang-undanagan.

Hukum pidana sifanya menjadi publik stelah banyak kepentingan dalam kehidupan manusia di rasakan
sebagai kepentingan umum, sifat subjektif hukum pidana berubah menjadi sifat objektif. Maksudnya, suatu
perbuatan yang merugikan orang lain dan dirasakan akibatnya oleh seluruh anggota masyarakat sebagai hal yang
menganggu kepentingan manusia secara menyeluruh (umum). Mengganggu kepentingan umum berarti mengganggu
ketentraman hidup, keamanan, kesejahteraan dan lainnya yang menyangkut kehidupan masyarakat, sehingga
mengakibatkan terganggunya dalam kehidupan sehari-hari. Sejak adanya penilaian tentang banyaknya kepentingan
yang bersifat umum itulah, hukum pidana sifatnya menjadi publik (umum).

Sedangkan hukum perdata yang sifatnya sebagai hukum privat yaitu hukum pribadi yang mengatur hak-hak
dan kewajiban-kewajiban pribadi sebagai subyek hukum. Pribadi sebagai subyek hukum adalah orang dalam arti
hukum. Artinya, memiliki hak dan kewajiban yang di miliki setiap orang secara kodrati sejak di lahirkan hingga
meninggal dunia. Bahkan menurut hukum perdata Eropa yang di nyatakan dalam Pasal 2 KUHPer menetapkan
bahwa “Anak yang ada dalam kandungan seorang wanita dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana juga
kepentingan anak menghendakinya. Kematian sewaktu dilahirkannya dianggaplah ia tidak pernah ada”. Maksudnya
bahwa calon bayi sudah dianggap ada dan memiliki hak untuk kepentingan tertentu yaitu suatu warisan. Ia
diperhitungkan memperoleh bagian waris dari ayahnya yang meninggal dunia sebelum dirinya di lahirkan. Akan
tetapi, kalau ia di lahirkan meninggal dunia, maka di anggap tidak pernah ada.  

Seperti yang terdapat di dalam pengertian di atas bahwa hukum pidana adalah hukum yang mengatur antara
warga negara dengan negaranya yang termasuk sebagai hukum public, jadi setiap ada suatu peristiwa pelanggaran
pidana maka Negara ikut andil dalam proses penyelesaiannya dengan kata lain setiap ada pelanggaran pidana maka
alat perlengkapan Negara seperti polisi, jaksa dan hakim segera melakukan tindakan atau bertindak. Berbeda dengan
pelanggaran dalam perkara perdata atau hukum privat yang mengatur hukum perorangan, jadi pelanggaran dalam
perkara perdata baru akan di ambil tindakan setelah adanya pengaduan terlebih dahulu dari pihak yang merasa di
rugikan.Akan tetapi ada beberapa perkara pidana yang memang di butuhkan pengaduan terlebih dahulu seperti
pemerkosaan dan pencurian yang di lakukan oleh anggota keluarga. Jadi dari prosesnya antara hukum pidana
dengan hukum perdata jelaslah berbeda satu sama lain. Kalau dalam hukum perdata harus ada pengaduan terlebih
dahulu dari pihak yang merasa dirugikan, akan tetapai dalam hukum pidana alat perlengkapan Negara yang harus
berperan aktif dalam menyelesaikan suatu perkara atau kasus.

Contoh 1 : A punya dendam dengan B. Pada suatu hari ketika B sedang duduk di depan rumah A menghampiri B dan
langsung menikamnya menggunakan pisau dan B pun langsung tewas di tempat kejadian.
Dalam contoh kasus di atas alat perlengkapan Negara tidak perlu menunggu ada pengaduan dari masyarakat atau
keluaraga korban karna contoh kasus di atas bukan termasuk delik aduan akan tetapi termasuk delik biasa, jadi di
butuhkan peran aktif para polisi, jaksa dan hakim.

Contoh 2 : A adalah kreditur dan B adalah debitur. Antara A dan B telah melakukan perjanjian yang mana B
meminjam uang kepada A sebesar Rp. 1.ooo.ooo; akan tetapi B tidak memenuhi prestasinya ( kewajibannya ).

Jadi dari contoh 2, perlu di ketahui bahwa ilustrasi contoh tersebut termasuk dalam pelanggaran norma
hukum perdata. Untuk penyelesaiannya di perlukan pengaduan dari pihak yang di rugikan dan sebelum adanya
pengaduan dari pihak yang di rugikan alat perlengkapan Negara tidak bisa mengambil tindakan atau tidak bisa
memprosesnya. 

Dahulu kala baik Indonesia maupun Eropatidak ada perbedaan antara tuntutan dan gugatan perdata.
Kedunaya ada di tangan pihak-pihak yang di rugikan. Akan tetapi di dunia modern ini terdapat perbedaan yang
menganut common law yang berlaku juga untuk sebagian besar hukum pidana. Perbedaan itu antara lain :

Perbedaan antara hakim yang mengadili. Di indonesia dan Belanda untuk sebagian besar diadili oleh hakim
dan pengadilan yang sama, yaitu pengadilan Negeri, pengadilan tinggi dan Mahkamah Agung. Namun, di Mahkamah
Agung ada ketua muda pidana dan ketua muda perdata. Sedangkan di Inggris pengadilan perkara perdata dan
perkara pidana benar-benar terpisah.

Istilah berbeda, yaitu dalam perkara pidana tuntutan dilakukan oleh jaksa penuntut umum atas nama negara
dengan surat dakwaan yang mengandung uraian delik yang didakwakan. Sedangkan dalam perkara perdata gugatan
diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan atau pihak-pihak yang merasa dirugikan.

Hasil berbeda, jika dalam perkara pidana tuntutan jaksa penuntut umum yang tercantum dalam dakwaan
terbukti dan meyakinkan hakim, maka terdakwa akan di jatuhi pidana (nestapa). Dalam perkara perdata jika gugatan
diterima maka tergugat akan dihukum untuk mengganti kerugian atau mengganti suatu perbuatan. Ada
pengecualian karena sering dalam perkara pidaana pun terdakwa di perintahkan untuk mengganti kerugian, baik
karena perkara perdata digandengkan pada perkara pidana berdasarkan KUHAP atau dikenakan pidana bersyarat
khusus untuk mengganti kerugian.

Perbedaan pembuktian, dalam perkara pidana yang di cari adalah kebenaran materil, yaitu kebenaran yang
sungguh-sungguh, sedangkan dalam perkara perdata cukup dengan

kebenaran formil, miasalnya jika seorang tergugat mengaku berhutang walaupun tidak, dia akan di perintah
membayar utang yang diakuinya itu. Sedangkan dalam perkara pidana walaupun terdakwa mengaku, jika tidak
ditopaang oleh alat bukti lain di sebut pengakuan telanjang (blote bekentenis) dan dia harus dibebaskan. Biasanya
hal ini terjadi jika terdakwa ingin menyelamatkan orang lain dari tuntutan[3]

Selain itu juga terdapat perbedaan antara hukum pidana dengan hukum perdata dalam hal sanksi yang di
berikan terhadap masing-masing pelanggarnya.

  Dalam hukum pidana sanksi di sebut hukuman. Hukuman itu sendiri di atur dalam Pasal 10 Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), yaitu :

Pidana pokok.

a.       Pidana mati
b.      Pidana penjara

c.       Pidana kurungan

d.      Pidana denda

e.       Pidana tutupan

Pidana Tambahan

a.       Pencabutan hak-hak tertentu

b.      Perampasan barang-barang tertentu

c.       Pengumuman putusan hakim

Jadi, ketentuan mengenai hukuman dalam hukum pidan sudah jelas tercantum dalam KUHP.

Sedangkan dalam hukum perdata sanksinya berupa :

Pemenuhan kewajiban (prestasi) atau ganti rugi

Hilangnya suatu keadaan hukum, yang di ikuti dengan terciptanya hukum yang baru

Jadi sanksi atau hukuman dalam hukum perdata lebih di titik beratkan ke pemenuhan suatu prestasi (kewajiban).

            Pembahasan mengenai persamaan antara hukum perdata dengan hukum pidana bisa di lihat dari sejarah
kedua hukum tersebut.

Hukum Indonesia merupakan campuran dari hukum Eropa, baik hukum perdata maupun hukum pidana
banyak terkandung hukum Eropa kontinental khususnya dari hukum Belanda karena Indonesia pernah menjadi
Negara jajahan Belanda yang dulunya bernama Hindia Belanda. Belanda pun menggunakan hukum yang di ambil dari
prancis yaitu code napoleon yang mengambil dari hukum Romawi yang pada saat itu dianggap paling sempurna.
Pada saat belanda menjajah Indonesia hukum tersebut di gunakan dalam pemerintahan Hindia Belanda pada saat
itu. Dan ketika Indonesia merdeka yang di proklamasikan oleh bung Karno dan bung Hatta, agar tidak terjadi
kekosongan hukum maka hukum-hukum yang telah ada pada masa penjajahan Belanda masih di berlaku dalam tata
pemerintahan Indonesia. Yaitu yang tercantum dalam Aturan Peralihan pasal 2 yang bunyinya “ Segala Badan Negara
dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang ini”.
Jadi hukum yang berlaku di Indonesia sekarang ini adalah warisan dari hukum Belanda. Meskipun telah ada
beberapa Undang-undang yang memang asli di buat oleh Pemerintah Republik Indonesia.

            Dari seluruh uraian yang telah di jelaskan dapat di simpulkan bahwa, perbedaan antara hukum pidana dengan
hukum perdata yang paling mendasr terdapat pada pengertiannya. Kalau berbicara mengenai hukum pidan berarti
membahas hubungan yang mengatur anatara masyarakat dengan Negara. Sedangkan akan dibahas mengenai
hubungan antar individu atau perorangan ketika berbicara mebgenai hukum perdata. Selain itu hukum pidana
termasuk rana hukum Publik dan hukum perdata termasuk dalam rana hukum privat.

Juga dapat dilihat dari proses penuntutannya. Dalam hukum perdata penuntutan dilakukan oleh pihak-pihak
yang merasa dirugikan dan juga di perlukan pengaduan terlebih dahulu, karena agar dapat di proses dipengadilan
dalam rana hukum perdata harus ada pengaduan dari pihak yang dirugikan. Berbeda dengan hukum pidana. Dalam
rana hukum pidana ketika ada pelanggaran norma hukum pidana, maka alat perlengkapan negara yang teridiri dari
polisi, jaksa dan hakim akan langsung bertindak tanpa menunggu pengaduan dari masyarakat atau pihak-pihak yang
di rugikan. Akan tetapi ada pengecualian terhadap kejahatan-kejahatan tertentu, dimana alat perlengkapan Negara
tidak dapat memproses ketika tidak ada pengaduan.

Terdapat pula perbedaan dalam sanksi hukumannya. Kalau dalam hukum pidana sanksi atau hukumannya
telah di tentukan dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu terbagi dalam Pidana Pokok
yang di dalamnya terdapat pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda dan pidana tutupan. Serta
Pidana Tambahan yaitu pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu dan pengumuman
putusan hakim.

 Persamaan dari hukum perdata dengan hukum pidana. Bahwa hukum Indonesia baik perdata maupun
pidana merupakan hukum Eropa kontinental terutama dari hukum Belanda yang pernah menjajah bangsa Indonesia.
Jadi hukum Indonesia adalah warisan dari hukum Belanda yang pada saat kemerdekaan pemerintahan Indonesia
belum mempunya aturan hukum untuk bernegara, maka dilakukan peralihan hukum agar tidak terjadi kekosongan
hukum yang hal itu di atur dalam Aturan Peraliahan.  

Sumber : http://muhammadnurianto.blogspot.com/2013/01/perbedaan-hukum-pidana-dan-hukum-
perdata.html
Sumber-sumber hukum dibagi menjadi 2 jenis yaitu sumber hukum material dan sumber
hukum formal. Di sini saya akan membahas sumber-sumber hukum formal di indonesia.
sumber hukum formal merupakan sumber hukum yang ditinjau dari segi bentuknya, sumber
hukum ini sudah memiliki bentuk tertentu sehingga kita dapat menemukan dan mengenal suatu
bentuk hukum dan menjadi faktor yang memberlakukan dan mempengaruhi kaidah atau aturan
hukum. Sumber hukum formal ini biasanya digunakan oleh para hakim, jaksa dan penasehat
hukum sebagai dasar atau pertimbangan untuk membuat putusan, rumusan tuntutan dan atau
sebagai nasehat hukum kepada kliennya. Sumber-sumber hukum formil dalam tata negara dikenal
dengan istilah kenbron.

Sumber-sumber hukum formal secara umum dapat dibedakan menjadi:


1. Undang-Undang “Statute”:
Undang-undang dalam hukum Indonesia lebih dikenal dengan singkatan UU. Undang-undang di
Indonesia menjadi dasar hukum negara Indonesia. Undang-undang di Indonesia berfungsi
sebagai pedoman yang mengatur kehidupan bersama seluruh rakyat Indonesia dalam rangka
meujudkan tujuan hidup bernegara.

2. Kebiasaan atau “custom”:


Kebiasaan juga dapat menjadi salah satu sumber-sumber hukum karena kebiasaan merupakan
perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang. Perbuatan tertentu yang dilakukan berulang-
ulang tersebut pada gilirannya dapat diterima sebagai kebiasaan tertentu sehingga apabila
terdapat perbuatan yang bertentangan dengan kebiasaan tersebut dapat dianggap pelanggaran
hukum dan dikenakan sanksi.

3. Keputusan Hakim atau “Jurisprudentie”:


Sumber-sumber-hukumKeputusan hakim atau yurisprudensi juga dapat menjadi salah satu dari
sumber-sumber hukum oleh karena dalam sistem negara hukum kita keputusan hakim dapat
dijadikan sebagai pedoman bagi hakim yang lain dalam memutuskan kasus yang sama.

4. Traktat atau “Treaty”:


Traktat ialah perjanjian yang diadakan oleh beberapa negara atau antar negara yang dituangkan
dalam bentuk tertentu. Traktat tersebut dapat menjadi sumber bagi pembentukan peraturan
hukum.

5. Pendapat Sarjana Hukum atau “Doktrin”:


Yang dimaksud dengan pendapat sarjana hukum disini adalah pendapat seseorang atau beberapa
orang ahli hukum terhadap suatu masalah tertentu. Hal ini didukung Piagam Mahkamah
Internasional dalam pasal 38 ayat 1, yang menyebutkan bahwa:
“Dalam menimbang dan memutus suatu perselisihan dapat menggunakan beberapa pedoman
antara lain:
*Perjanjian-perjanjian internasional atau International conventions
*Kebiasaan-kebiasaan internasional atau international customs
*Asas-asas hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab atau the general principles of law
recognized by civilsed nations
*Keputusan hakim atau judicial decisions dan pendapat-pendapat sarjana hukum”

6. PP (Peraturan Pemerintah):
Sesuai dengan Pasal 5 ayat (2) UUD 1945, Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk
menjalankan undang-undang.

7. Kepres dan Inpres:


Keputusan Presiden (Kepres) dibuat dan dikeluarkan oleh Presiden yang memuat tentang hal-hal
yang khusus (einmalig) dalam hal pemerintahan

8. Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri:


Peraturan Menteri dikeluarkan oleh Menteri berisi tentang ketentuan-ketentuan di bidang
tugasnya sedangkan Keputusan Menteri (Kepmen) bersifat khusus memuat tentang hal-hal
tertentu sesuai dengan bidang tugasnya.

9. Peraturan Daerah (Perda) dan Keputusan Kepala Daerah:


Peraturan daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah dan bersifat umum, yang
mana harus memenuhi syarat negatif, yaitu ;
tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, perundang-undangan yang lebih tinggi
tidak boleh mengatur suatu hak yang telah diatur dalam perundang-undangan dan peraturan
daerah yang lebih tinggi

Demikian macam-macam sumber hukum secara formal yang berlaku di indonesia.


Arti dari sumber hokum dan formal

1. Sumber Hukum dalam arti material, yaitu: suatu keyakinan/ perasaan hukum individu
dan pendapat umum yang menentukan isi hukum. Dengan demikian keyakinan/ perasaan hukum
individu (selaku anggota masyarakat) dan juga pendapat umum yang merupakan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pembentukan hukum.

2. Sedangkan sumber hukum dalam arti Formal, yaitu: bentuk atau kenyataan dimana kita
dapat menemukan hukum yang berlaku. Jadi karena bentuknya itulah yang menyebabkan hukum
berlaku umum, diketahui, dan ditaati.
Adapun yang termasuk sumber hukum dalam arti formal adalah :
1) Undang-undang
2) Kebiasaan atau hukum tak tertulis
3) Yurisprudensi
4) Traktat
5) Doktrin
1) Undang-undang
Dilihat dari bentuknya, hukum dibedakan menjadi:
(a). Hukum tertulis
(b). Hukum tidak tertulis
Undang-undang merupakan salah satu contoh dari hukum tertulis. Jadi, Undang-undang adalah
peraturan negara yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang berwenang untuk itu dan
mengikat masyarakat umum.

Dari definisi undang-undang tersebut, terdapat 2 (dua) macam pengertian:

a. Undang-undang dalam arti materiil, yaitu: setiap peraturan yang dikeluarkan oleh Negara yang
isinya langsung mengikat masyarakat umum. Misalnya:
Ketetapan MPR, Peraturan pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU), Keputusan Presiden
(KEPRES), Peraturan Daerah (PERDA), dll

b. Undang-undang dalam arti formal, yaitu: setiap peraturan negara yang karena bentuknya
disebut Undang-undang atau dengan kata lain setiap keputusan/peraturan yang dilihat dari cara
pembentukannya. Di Indonesia, Undang-undang dalam arti formal dibuat oleh Presiden dengan
persetujuan DPR(lihat pasal 5 ayat 1 UUD 45).
Perbedaan dari kedua macam Undang-undang tersebut terletak pada sudut peninjauannya.
Undang-undang dalam arti materiil ditinjau dari sudut isinya yang mengikat umum, sedangkan
undang-undang dalam arti formal ditinjau segi pembuatan dan bentuknya. Oleh karena itu untuk
memudahkan dalam membedakan kedua macam pengertian undang-undang tersebut, maka
undang-undang dalam arti materiil biasanya digunakan istilah peraturan, sedangkan undang-
undang dalam arti formal disebut dengan undangundang.

2) Kebiasaan atau Hukum tak tertulis


Kebiasaan (custom) adalah: semua aturan yang walaupun tidak ditetapkan oleh pemerintah, tetapi
ditaati oleh rakyat, karena mereka yakin bahwa aturan itu berlaku sebagai hukum. Agar kebiasaan
memiliki kekuatan yangberlaku dan sekaligus menjadi sumber hukum, maka harus dipenuhi
syarat sebagai berikut:
o Harus ada perbuatan atau tindakan tertentu yang dilakukan berulangkali dalam hal yang sama
dan diikuti oleh orang banyak/ umum.
o Harus ada keyakinan hukum dari orang-orang/ golongan-golongan yang berkepentingan. dalam
arti harus terdapat keyakinan bahwa aturan-aturan yang ditimbulkan oleh kebiasaan itu
mengandung/ memuat hal-hal yang baik dan layak untuk diikuti/ ditaati serta mempunyai
kekuatan mengikat.

3) Yurispudensi
adalah: keputusan hakim terdahulu yang kemudian diikuti dan dijadikan pedoman oleh hakim-
hakim lain dalam memutuskan suatu perkara yang sama.

4) Traktat
Adalah: perjanjian yang dilakukan oleh kedua negara atau lebih. Perjanjian yang dilakukan oleh 2
(dua) negara disebut Traktat Bilateral, sedangkan Perjanjian yang dilakukan oleh lebih dari 2
(dua) negara disebut Traktat Multilateral. Selain itujuga ada yang disebut sebagai Traktat Kolektif
yaitu perjanjian antara beberapa negara dan kemudian terbuka bagi negara-negara lainnya untuk
mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut.

5) Doktrin Hukum
Adalah: pendapat para ahli atau sarjana hukum ternama/ terkemuka. Dalam Yurispudensi dapat
dilihat bahwa hakim sering berpegangan pada pendapat seorang atau beberapa sarjana hukum
yang terkenal namanya. Pendapat para sarjana hukum itu menjadi dasar keputusan-keputusan
yang akan diambil oleh seorang hakim dalam menyelesaikan suatu perkara.

SUMBER :
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2010/10/sumber-hukum-material-dan-formal.html
NORMA HUKUM
Norma hukum adalah Sebagai norma yang terakhir, norma hukum merupakan norma yang sangat
mengikat, mempunyai daya paksa yang kuat, bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan
manusia yang belum pendapat perlindungan dari norma agama,norma susila dan norma kesopanan.

1.      Sumber
Dalam norma hukum terdapat dua sumber hukum, yakni sumber hukum formil dan sumber materil.
Sumber hukum formil secara tegas diatus dalam Pasal 7 Undang-Undang No 10 tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, adalah :
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
Peraturan Pemerintah;
Peraturan Presiden;
Peraturan Daerah.
Sumber Hukum Materil,
Undang-undang
Kebiasaan
Yurispudensi
Traktat
Doktrin

2.      Siapa yang membuat


Di norma hukum, kebijakan yang dibuat bisa dari eksekutif, yudikatif, legislative. Namun secara structural
kekuasaan tertinggi dalam membuat undang-undang adalah legislative, dalam hal ini adalah DPR /
senator / kongres.

3.      Penegakan
Penegakan hukumnya jelas dilakukan oleh polisi sebagai penyelidik, jaksa sebagai penuntut umum, dan
hakim sebagai yang mengadili suatu perkara.

4.      Cakupan Pemberlakuan


Cakupan pemberlakuan norma hukum bersifat unifikasi, artinya dilakukan secara seragam didalam system
hukum suatu Negara, menjadi satu hukum yang berlaku bagi rakyat yang ada di seluruh wilayah negara,
dan hukum tadi menjadi bagian dari sistem hukum nasional.

5.      Sifat Pembukuan


Sifat pembukuannya adalah terkodifikasi, artinya ketentuan-ketentuan hukum yang dibuat legislative
tersebut dibuat secara tertulis dan dibukukan, disusun secara sistematis, dan secara khusus mengatur
tentang objek-objek tertentu, sehingga ketentuan yang dibuat secara isinya relative lengkap.

Sumber : http://richohandoko.wordpress.com/2011/03/05/hukum-sebagai-sistem-norma/

Anda mungkin juga menyukai