Anda di halaman 1dari 31

Insert

Insert or
or Drag
Drag and
and Drop
Drop your
your Image
Image

1. Achmad Khamim Asyifa


2. Aisyah Putri Amicitia
h
Jamaluddin
unc
La 3. Feri Firmansyah
4. Rima April Lisa

Kelompok 1
5. Hendra Kurniawan
6. Hayat
7. Karismah Apriliah Ananda
Hukum Acara Pidana Dan Putri
Praktik Peradilan Pidana 8. Diah Anugrah Utanti
9. Rika Ayu Wulandari
10.Figo Febriansyah
Penyelidik

 Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan


menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini. (Tercantum juga dalam Pasal 1 Angka 8 UU KEPOLISIAN)

u nch Penyelidik adalah setiap pejabat Polisi Republik Indonesia (Tercantum juga dalam
La Pasal 1 Angka 9 UU KEPOLISIAN)

BAB IV
WEWENANG PENYELIDIK
 Wewenang Utama Penyelidik (Pasal 5 Ayat 1 Huruf a) :
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana;
Penyidik dan Penuntut Umum 2. Mencari keterangan dan barang bukti;
3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri; dan
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung-jawab.
Insert
Insert or
or Drag
Drag and
and Drop
Drop your
your Image
Image

• Wewenang tambahan apabila mendapatkan perintah dari


penyidik yakni (Pasal 5 Ayat 1 Huruf b) :
1. Dapat melakukan Tindakan penangkapan,

nch 2. Larangan meninggalkan tempat,


Lau 3. Penggeledahan dan penahanan,

4. Pemeriksaan dan penyitaan surat,

5. Mengambil sidik jari dan memotret seorang serta membawa


dan menghadapkan seorang pada penyidik.  

• Tugas terakhir penyelidik (Pasal 5 Ayat 2 )

Penyelidik harus membuat dan menyampaikan laporan hasil


pelaksanaan tindakannya kepada penyidik.
Penyidik
 Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya. (Tercantum juga dalam Pasal 1 Angka 13 UU Kepolisian )
 Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang.
Berkaitan dengan UU Kepolisian:
• Pasal 1 Angka 10 “Penyidik adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan”.
• Pasal 1 Angka 11 “Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana
dalam lingkup undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing” .
• dan Pasal 14 Ayat 1 Huruf g “melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan
hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya”.

Jens
Jens Martensson
Martensson 4
 Wewenang Penyidik (Pasal 7 – Pasal 9)
1. Menerima-laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
9. Mengadakan penghentian penyidikan;
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
 UNTUK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM MELAKUKAN TUGASNYA BERADA DI BAWAH
KOORDINASI DAN PENGAWASAN PENYIDIK PEJABAT POLISI NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Dan juga
PENYIDIK DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA WAJIB MENJUJUNG TINGGI HUKUM YANG BERLAKU.
11. Penyidik juga bertugas membuat berita acara tentang pelaksanaan tindakan mengenai :
a. . . . Lanjutannya dibelakang

Jens
Jens Martensson
Martensson 5
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Penangkapan;
c. Penahanan;
d. Penggeledahan;
e. Pemasukan rumah;
f. Penyitaan benda;
g. Pemeriksaan surat;
h. Pemeriksaan saksi;
i. Pemeriksaan di tempat kejadian;
j. Pelaksanaan penetapan dan putusan pengadilan;
k. Pelaksanaan tindakan lain sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini.
12. Serta Penyidik menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum, sebagai maksud untuk tahap pertama
penyidik hanya menyerahkan berkas perkara; maksud yang lain sebagai tanda penyidikan telah selesai dan
menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti kepada penuntut umum.
13. Penyidik melaksanakan tugasnya pada umumnya di seluruh wilayah Indonesia, lebih khususnya di daerah
ia diangkat dengan ketentuan UU.

Jens
Jens Martensson
Martensson 6
Penyidik Pembantu
Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yang diatur
dalam undang-undang ini.
Penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia yang diangkat oleh Kepala Kepolisian negara Republik Indonesia berdasarkan syarat
kepangkatan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.
 WEWENANG PENYIDIK PEMBANTU (sama seperti layaknya penyidik namun berbeda dalam hal penangkapan saja) : (Pasal 10 – Pasal 12)
1. Menerima-laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
4. Melakukan penangkapan, penggeledahan dan penyitaan;
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
8. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
9. Mengadakan penghentian penyidikan;
10. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Dan untuk penahanan dapat dilakukan apabila mendapatkan perintah/pelimpahan
wewenang dari penyidik.
11. Serta Penyidik pembantu membuat berita acara dan, menyerahkan berkas perkara kepada penyidik, kecuali perkara dengan acara pemeriksaan singkat yang
dapat langsung diserahkan kepada penuntut umum.  

Jens
Jens Martensson
Martensson 7
Penuntut Umum
 Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hakim. (Tercantum juga dalam Pasal 1 Angka 2 UU Kejaksaan).
 Penuntut umum bertugas melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
 Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya
diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. (Tercantum juga dalam Pasal 1 Angka 3 UU
Kejaksaan)
 WEWENANG PENUNTUT UMUM : (Pasal 13-Pasal 15)
1. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu;
2. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan mengembalikan hasil
penyidikan untuk dilengkapi, penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan
petunjuk dari penuntut umum (Berkaitan dengan Pasal 30 Ayat (1) Huruf e UU Kejaksaan “melengkapi
berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke
pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik”).

Jens
Jens Martensson
Martensson 8
3. Dan apabila dalam 14 hari penuntut umum tidak mengembalikan berarti penyidikan dianggap selesai dan akan
dilanjutkan dengan tuntutan yang dilaporkan kepada pengadilan, dengan memberi petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan dari penyidik;
4. memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah
status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
5. membuat surat dakwaan;
6, melimpahkan perkara ke pengadilan;
7. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang
disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah
ditentukan;
8. melakukan penuntutan (Tercantum juga dalam Pasal 30 Ayat (1) Huruf a UU Kejaksaan);
9. menutup perkara demi kepentingan hukum;
10. mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut
ketentuan undang-undang ini;
11. melaksanakan penetapan hakim (Berkaitan dengan Pasal 30 Ayat (1) Huruf b “melaksanakan penetapan
hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap” UU Kejaksaan)
12. Dan melakukan penuntutan perkara tindak pidana yang terjadi di daerah hukumnya dengan ketentuan UU.

Jens
Jens Martensson
Martensson 9
Bagian Kesatu

Penangkapan
 Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu
kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan

unc h
La penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang
diatur dalam undang undang ini.
Penangkapan dilakukan untuk: (Pasal 16)

BAB V
1. Kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik berwenang
melakukan penangkapan; dan
2. Kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang
melakukan penangkapan.

Alasan adanya perintah penangkapan: (Pasal 17 berkaitan dengan Pasal


Penangkapan, Penahanan, 19)
Penggeledahan Badan, Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras
Pemasukan Rumah,Penyitaan melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup, Yang mana
dilakukan untuk paling lama satu hari namun untuk tersangka pelaku
Dan Pemeriksaan Surat
pelanggaran tidak diadakan penangkapan kecuali dalam hal ia telah dipanggil
secara sah 2 kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang
sah.
Mekanisme Penangkapan: (Pasal 18)
1. Tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian negara Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas
serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan alasan
penangkapan.
2. Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan ketentuan segera menyerahkan
tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik pembantu.
3. Tembusan surat perintah penangkapan harus segera diberikan kepada keluarganya setelah dilakukan penangkapan.

Jens
Jens Martensson
Martensson 11
Bagian Kedua
Penahanan
a. Pengertian Penahanan
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu
oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam
hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.(Pasal 1 butir 21
KUHAP).
b. Dasar Hukum
• Pasal 1 butir 21, Pasal 7 ayat (1) huruf d, pasal 11, pasal 20 – 31 KUHAP.
• Putusan MK

c. Kepentingan dan Kewenangan


a) Kepentingan
• Terdapat pada pasal pasal 20 ayat (1) ,ayat (2), dan (3) KUHAP.
b) Kewenangan
• kewenangan penahanan dilakukan penyidik untuk kepentingan penyidikan terdapat pada Pasal 20 KUHAP.

Jens
Jens Martensson
Martensson 12
d. Syarat Penahanan
• Tersangka/terdakwa yang dapat ditahan adalah yang memenuhi syarat-syarat penahanan,
sebagai berikut :
1) Orang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup.
2) Syarat-syarat tersangka/terdakwa dapat ditahan:
a) Syarat Subjektif penahanan
• Sesuai ketentuan Pasal 21 ayat (1) KUHAP, perintah penahanan atau penahanan
lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan
yang menimbulkan kekhawatiran bahwa :
1. Tersangka atau terdakwa akan melarikan diri.
2. Merusak atau menghilangkan barang bukti,
3. Mengulangi melakukan tindak pidana.
b) Syarat Objektif penahanan
• Sesuai dengan ketentuan Pasal 21 ayat (4) KUHAP penahanan tersebut hanya dapat dikenakan
terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun
pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal:
a. Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;

Jens
Jens Martensson
Martensson 13
b. Tindak pidana sebagaimana dalam Pasal 282 ayat (3), Pasal 296, Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat
(1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal 378, Pasal 379 huruf a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455,
Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal 506 KUHP, Pasal 25 dan Pasal 26 Rechteordonnantie (Pelanggaran
terhadap Ordonansi Bea dan Cukai, terakhir diubah dengan Staatsblad tahun 1931 Nomor 471),
Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4 UndangUndang Tindak Pidana Imigrasi (Undangundang Nomor 8 Drt.
Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8) Pasal 36 ayat (7), Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43,
Pasal 47 dan Pasal 48 Undang-undang Nomor 9 Tahun 1976 Tentang Narkotika (Lembaran Negara
Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3086).
e. Jenis – jenis Penahanan
1) Penahanan Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Pasal 22 ayat (1) huruf a KUHAP.
2) Penahana Rumah (Pasal 22 ayat (2)).
3) Penahanan Kota (Pasal 22 ayat 3).
d. Jangka Waktu Penahanan
Jangka Waktu penahanan dalam semua tingkat pemeriksaan (Pasal 24 – Pasal 28 KUHAP).
f. Pengecualian Masa Lamanya Penahanan (Pasal 29 KUHAP)
g. Hak – hak Orang yang Ditahan diatur dalam Pasal 57 ayat (1), Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60,
Pasal 62 ayat (1), Pasal 63, dan Pasal 51 ayat (2).
 

Jens
Jens Martensson
Martensson 14
Tersangka

• Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya


atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut

unc h diduga sebagai tindak pidana. Bukti tersebut bisa saja


La berupa laporan ke polisi ditambah alat bukti lain yang
sah.

Wewenang

BAB VI
• Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh
penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada
penuntut umum.
• Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke
pengadilan oleh penuntut umum.
Tersangka dan Terdakwa Pembelaan
• Tersangka berhak untuk diberitahukan dengan jelas
dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa
yang disangkakan kepadanya pada waktu
pemeriksaan dimulai.
Terdakwa
• Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan diadili di sidang pengadilan. Seorang tersangka dapat
ditetapkan menjadi terdakwa berdasarkan bukti yang cukup. Oleh karena itu, seorang tersangka yang sedang menjalani
proses persidangan di pengadilan disebut sebagai terdakwa.
Wewenang
1. Terdakwa berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum.
2. Terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna
memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.
3. Terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian. 
Tersangka atau Terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu
dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.
Penasehat Hukum
• Penasihat hukum adalah seorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasarkan undang-undang untuk
memberi bantuan hukum. Sebelum berlakunya UUA, pengacara advokat maupun pengacara praktek adalah termasuk
penasihat hukum.
Wewenang
1. Pada dasarnya penasihat hukum berhak menghubungi tersangka sejak saat ditangkap atau ditahan pada semua tingkat
pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan dalam KUHAP.
2. Tersangka berhak didampingi pada setiap proses pemeriksaan.
3. Pada proses penyidikan kedudukan penasihat hukum bersifat pasif.

Jens
Jens Martensson
Martensson 16
Penasihat hukum

• Penasihat hukum adalah seorang yang


memenuhi syarat yang ditentukan oleh

unc h atau berdasar undang-undang untuk


La memberi bantuan hukum.
• Penasihat hukum berhak menghubungi
tersangka sejak saat ditangkap atau

BAB VII
ditahan pada semua tingkat pemeriksaan
menurut tatacara yang ditentukan dalam
undang-undang ini.
• Jika terdapat bukti bahwa penasihat hukum
tersebut menyalahgunakan haknya dalam
BANTUAN HUKUM pembicaraan dengan tersangka maka
sesuai dengan tingkat pemeriksaan,
penyidik, penuntut umum atau petugas
lembaga pemasyarakatan memberi
peringatan kepada penasihat hukum.
BERITA ACARA
(Pasal 75 KUHP)
 Berita acara dibuat dalam setiap tahapan tindakan yang

unc h dilaksanakan dalam acara pidana, mulai dari pemeriksaan


La sampai dengan pelaksanaan penetapan dan putusan
pengadilan, serta pelaksanaan tindakan lain sesuai peraturan
perundang-undangan. Memberikan turunan berita acara

BAB VIII
pemeriksaan sangat dibutuhkan untuk kepentingan
pembelaan.
 Berita acara dibuat oleh pejabat penting yang bersangkutan
dengan tindakan tersebut dan telah diberikan sumpah
BERITA ACARA jabatan dan harus ditandatangani oleh pejabat yang
membuatnya serta seluruh pihak yang terlibat dalam setiap
tindakan tersebut.
• Apab
ila peringa
BOFF
IN diindah t an
kan, m t e rs e bu
diawas aka hu t tidak
i oleh p b ungan
• Apab ejabat tersebu
ila sete t
disalah l a h diawas
gunaka i, hakn
tersebu n, ya mas
t disak m a ka ih
apabila sikan o h ubunga
setelah l e h peja n
maka h itu tet b at. dan
• Pena u b ungan s ap dil
sihat h el a njutnya anggar
meneri ukum b dilaran
m a s ur e r h ak men g.
kali dik at dari g ir im d
ehenda te an
ki olehn rsangka set
ya. iap

Jens
Jens Martensson
Martensson 19
Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

un c h
La (Tercantum juga dalam Pasal 1 Angka 8 UU KEPOLISIAN)
Kewenangan Penyelidik:
a. Jika penyelidik mengetahui atau menerima laporan suatu peristiwa harus segera

BAB XIV
melakukan tindakan penyelidikan.
b. Apabila tertangkap tangan penyelidik tanpa menunggu perintah dari penyidik,
penyelidik harus segera melakukan tindakan penyelidikan
c. Dalam melakukan tindakan penyelidik harus membuat berita acara dan dilaporkan
Bagian Kesatu
kepada penyidik daerah tersebut
d. Laporan yang di tulis harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu, sedangkan
laporan aau pengaduan yang diajukan secara lisan harus di catat oleh penyelidik
dan ditandatangani oleh pelapor atau pengadu
• Dalam melaksanakan tugas penyelidikan:

- Penyelidik wajib menunjukkan tanda pengenalnya

- Penyelidik dikordinasi, diawasi dan diberi tunjuk oleh penyidik pada pasal 6 ayat (1) huruf a yaitu

pejabat polisi negara republik indonesia.

Jens
Jens Martensson
Martensson 21
BAGIAN KEDUA
Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya. (Tercantum juga dalam Pasal 1 Angka 13 UU Kepolisian “Penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”).
Wewenang Penyidik:

 Penyidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan suatu peristiwa tindak pidana wajid segera melakukan
penyidikan

 Penyidikan pejabat polisi di bantu oleh pejabat pegawai negeri sipil yang telah di beri wewenang oleh undang – undang,
jika pegawai negeri sipil melakukan penyelidikan dan di duga sebagai tindak pidana sedang, serta ditemukan bukti yang
kuat maka penyidik tersebut dapat melaporkan kepada pejabat polisi. Apabila tindak pidana tersebut selesai disidik maka
segera diserahkan kepada penuntut umum melalui pejabat polisi.

Jens
Jens Martensson
Martensson 22
 Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan atau menjadi korban tindak pidana berhak melaporkan atau mengadukan
kepada penyelidik dan atau penyidik secara tertulis maupun lisan dan apabila mengetahui pemufakatan jahat yang menganggu
ketentraman dan keamanan umum serta mengancam jiwa dan hak milik harus segera melaporkan kepada penyelidik ataupun
penyidik.

 Pegawai negeri dalam melaksanakan tugas mengetahui peristiwa tindak pidana wajid segera melaporkan kepada penyelidik atau
penyidik.

 Laporan atau pengaduan yangdiajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu, sedangkan laporan atau
pengaduan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyidik atau penyelidik lalu ditandatangani pelapor atau pengadu setelah
menerima laporan penyelidik atau penyidik harus memberikan surat tanda terima laporan pengaduan kepada yang bersangkutan.

 Dalam melakukan penyidikan peristiwa tindak pidana harus memberitajukan kepada penuntut umum, dan dalam penghentian
penyidikan karena kurangnya bukti atau peristiwanya bukan tindak pidana ataupun penyidikan berhenti karena hukum penyiidk
harus memberitahukan kepada penuntut umum, tersangka, dan keluarga. Penghentian penyidikan oleh pegawai negeri sipil harus
segera diberitahukan kepada penyidik pejabat polisi dan penuntut umum.

Jens
Jens Martensson
Martensson 23
 Penyidik telah selesai melakukan penyidikan, wajib segera menyerahkan berkas kepada penuntut umum, apabila hasil penyidikan
tersebut kurang lengkap penuntut umum segera mengembalikan kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi.

 Penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai petunjuk yang diberikan. Penyidikan dianggap selesai apabila dalam
waktu 14 hari atau terdapat pemberitahuan oleh penuntut umum kepada penyidik sebelum batas waktu berakhir.

 dalam hal tertangkap tangan setiap orang berhak menangkap tersangka dan menyerahkan kepada penyidik atau penyelidik,
sedangkan untuk setiap orang yang mempunyai wewenang dalam tugas ketertiban, ketentraman dan keamanan umum WAJIB
menangkap dan menyerahkan tanpa atau adanya barang bukti.

 Setelah menerima penyerahan tersangka penyelidik atau penyidik wajib segera melakukan pemeriksaan dan segera datang ke TKP
dan melarang setiap orang meninggalkan tempat tersebut. Apabila melanggar larangan dapat dipaksa tinggal ditempat samapi
pemeriksaan selesai.

 Penyindik melakukan pemeriksaan, menyebutkan alasan pemanggilan dengan jelas berwenang memanggil tersangka dan saksi
dengan suat pemanggilan yang sah. Orang yang dipanggil wajib datang dan jika tidak datang penyidik memanggil sekali lagi dengan
perintah untuk membawa.

Jens
Jens Martensson
Martensson 24
 Tersangka atau saksi tidak dapat hadir maka penyidik datang kekediamannya.

 Tersangka mempunyai hak untuk mendapatkan bantuan hukum

 Penasihat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat dan mendengar, tetapi jika kejahatan
keamanan negara maka penasihat hukum hanya dapat melihat jalannya pemeriksaan.

 Saksi diperiksa dengan tidak bersumpah kecuali ada alasan bahwa ia tidak hadir dalam pemeriksaan, diperiksa secara
terpisah dan harus memberikan keterangan yang sebenarnya. Tersangka dapat menghendaki mendengar kesaksian
yang menguntungkan baginya dan bila ada maka ditulis dalam berita acara, penyidik wajib memanggil dan
memeriksa saksi tersebut.

 Keterangan tersangka atau saksi tidak ada tekanan dari siapaun atau apapun, dalam hal ini penyidik mencatat
keterangan tersangka atau saksi dalam berita acara sesuai dengaan apa yang dibicarakan.
• Keterangan tersangka atau saksi dicatat diberita acara dan di tandatangani penyidik dan yang memberi keterangan, jika
yang memberikan keterangan tidak mau menandatangani maka akan ditulis dalam berita acara dengan alasan.

Jens
Jens Martensson
Martensson 25
 Jika tersangka atau saksi berdiam atau bertempat tinggal diluar daerah hukum penyidik, pemeriksaan dapat dibebankan
pada penyidik di tempat kediaman atau tempat tinggalnya.

 Jika diperlukan penyidik dapat meminta bantuan ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus, bantuan ahli disumpah
bahwa ia akan memberikan keterangan menurut pengetahuannya. Ia dapat menyimpan rahasia atau menolak
memberikan keterangan apabila pekerjaan atau jabatannya mewajibkan hal itu.
 Dalam hal tersangka ditahan dalam waktu satu hari setelah perintah penahanan, ia mulai diperiksa oleh penyidik.

 Tersangka dapat mengajukan keberatan atas penahanan kepada penyidik. Penyidik dapat mengabulkan permintaan
tersebut dengan mempertimbangkan perlu atau tidaknya tersangka tetap ditahan. Apabila dalam waktu tiga hari
permintaan tersebut belum dikabulkan oleh penyidik, tersangka dapat mengajukan hal itu kepada penyidik. Penyidik
dapat mengabulkan permintaan tersebut dengan mempertimbangkan perlu atau tidaknya tersangka tetap ditahan.
Penyidik dapat mengabulkan permintaan dengan atau tanpa syarat.

 Dalam hal sesuatu penahanan sah atau tidak menurut hukum, tersangka dapat mengajukan hal itu kepada pengadilan
negeri untuk diadakan praperadilan guna memperoleh keputusan.

Jens
Jens Martensson
Martensson 26
 Penyidik melakukan penggeledahan rumah terlebih dahulu menunjukkan tanda pengenalnya kepada tersangka.

 Penyidik membuat berita acara tentang jalannya dan hasil penggeledahan rumah. Penyidik membacakan lebih dahulu berita acara tentang
penggeledahan rumah kepada yang bersangkutan, kemudian diberi tanggal dan ditanda tangan oleh penyidik. Dalam hal tersangka tidak mau
membubuhkan tanda tangannya, hal itu di catat dalam berita acara dengan alasannya.

 Untuk keamanan dan ketertiban penggeledahan rumah, penyidik dapat mengadakan penjagaan tempat yang bersangkutan. Penyidik berhak
memerintahkan setiap orang yang dianggap pelu tidak meninggalkan tersebut selama penggeledahan.

 Dalam hal penyidik melakukan penyitaan, terlebih dahulu menunjukkan tanda pengenalnya kepada orang di sita.

 Penyidik memperlihatkan benda yang akan di sita kepada orang atau keluarganya dan diminta keterangan tentang benda yang disita disaksikan oleh
kepala desa. Penyidik membuat berita acara penyitaan yang dibacakan terlebih dahulu kepada orang dengan diberi tanggal dan ditanda tangani oleh
penyidik. Dalam hal orang benda itu disita tidak mau membubuhkan tanda tangannya hal itu dicatat dalam berita acara dengan alasannya turunan dari
berita acara disampaikan oleh penyidik kepada atasannya.

 Benda sitaan sebelum dibungkus, dicatat berat dan jumlah menurut jenis masing-masing, ciri, sifat, khas, tempat, hari dan tanggal penyitaan kemudian
diberi lak dan cap jabatan dan ditanda tangani oleh penyidik. Dalam hal benda sitaan tidak mungkin dibungkus, penyidik memberi catatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)

 Dalam hal tindak pidana sedemikian rupa sifatnya sehingga ada dugaan kuat dapat diperoleh keterangan dari berbagai surat, buku, kitab, draf, penyidik
segera pergi ke tempat yang dipersangkakan untuk menggeledah. Penyitaan dilaksanakan menurut ketentuan dalam pasal 129.

Jens
Jens Martensson
Martensson 27
 Dalam hal diterima pengaduan bahwa sesuatu surat diduga palsu oleh penyidik, penyidik dapat dimintakan keterangan hal itu dari
orang ahli. Dalam hal timbul dugaan kuat ada surat palsu, penyidik dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat datang yang
wajib dipenuhi supaya mengirimkan surat asli untuk digunakan bahan perbandingan. Suatu surat yang dipandag perlu untuk
pemeriksaan, menjadi bagian sebagaimana dimaksud dalam pasal 131, penyidik supaya daftar seluruhnya selama waktu ditentukan
dalam surat permintaan dikirimkan. Sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak menjadi bagian dari suatu daftar, penyimpanan
membuat salinan sebagai penggantinya sampai surat yang asli. Surat tidak dikirimkan dalam waktu yang ditentukan dalam surat
permintaan, penyidik berwenang mengambilnya. Semua pengeluaran dibebankan pada dan sebagai biaya perkara.

 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, mati karena peristiwa tindak
pidana, berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran. Permintaan keterangan ahli dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan secara tertulis. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran pada rumah sakit diperlakukan secara baik dan diberi label
yang memuat identitas mayat.

 Dalam hal diperlukan keperluan bedah mayat, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. Dalam hal
keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan tentang maksud dilakukannya pembedahan. Apabila waktu dua hari tidak ada
tanggapan dari keluarga, penyidik segera melaksanakan ketentuan dalam pasal 133 ayat (3).

 Dalam hal penyidikan untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut pasal 133 ayat (2) dan
pasal 134 ayat (1).

 Semua biaya dikeluarkan untuk kepentingan pemeriksaan sebagaimana dalam bagian kedua Bab XIV ditanggung negara.

Jens
Jens Martensson
Martensson 28
• Penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap
siapapun yang didakwa melakukan suatu tindak pidana
dalam daerah hukumnya dengan' melimpahkan perkara ke

unc h pengadilan yang berwenang mengadili.


La 1) Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari
penyidik segera mempelajari dan menelitinya dan dalam
waktu tujuh hari wajib memberitahukan kepada penyidik

BAB XV
apakah hasil penyidikan itu sudah lengkap atau belum.
2) Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap,
penuntut umum mengembalikan berkas perkara kepada
penyidik disertai petunjuk tentang hal yang harus
dilakukan untuk dilengkapi dan dalam waktu empat
PENUNTUTAN belas hari sejak tanggal penerimaan berkas, penyidik
harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu
kepada penuntut umum.
• Setelah penuntut umum menerima atau menerima
kembali hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik, ia
segera, menentukan apakah berkas perkara itu sudah
memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak
dilimpahkan ke pengadilan.
• Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu
secepatnya membuat surat dakwaan. Penuntut umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan
agar. segera mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan.Penuntut umum membuat surat dakwaan yang
diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi :
• a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,kebangsaan, tempat tinggal, agama dan
pekerjaan tersangka;
• b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan
tempat tindak pidana itu dilakukan.

Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum pengadilan menetapkan hari sidang, baik dengan
tujuan untuk menyempurnakan maupun untuk tidak melanjutkan penuntutannya. Pengubahan surat dakwaan
tersebut dapat dilakukan hanya satu kali selambat-lambatnya tujuh hari sebelum sidang dimulai. Dalam hal
penuntut umum mengubah surat dakwaan ia menyampai kan turunannya kepada tersangka atau penasihat
hukum dan penyidik.
Pasal 141
Penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila pada waktu
yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara dalam hal:
a. beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan
terhadap penggabungannya;
b. beberapa tindak pidana yang bersangkut-paut satu dengan yang lain;
c. beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut-paut satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada
hubungannya, yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan.

Jens
Jens Martensson
Martensson 30
Thank You

Anda mungkin juga menyukai