Disusun oleh:
UNIVERSITAS PANCASILA
2021
A. PENDAHULUAN
Pada tindakan atau proses dari penyidikan dan penyelidikan dalam hukum acara pidana
sangatlah penting yang dikarenakan dalam setiap perkara ini menyangkut akan derajat
atau martabat seseorang yang berada untuk status tersangka. Maka dari itu terdapat
semboyan pada hukum acara pidana yaitu “upaya dalam menyelesaikan persoalan,
untuk mengungkapkan siapa pelaku kejahatan tersebut dan untuk menghindari peristiwa
salah pelaku dalam penangkapan atau orang yang tidak bersalah karna tidak melakukan
tindakan yang seharusnya maka dari itulah disebut dengan hakekat penyidikan perkara”
Pada perkara pidana dimulai dari 2 (dua) proses, yang pertama pada proses pelaporan
lalu yang kedua terdapat proses pengaduan. Proses pelaporan hanya berkaitan dengan
tindak pidana yang termasuk dalam delik biasa atau delik umum. Sedangkan pengaduan
termasuk dalam tindak pidana yang termasuk dalam delik aduan.
Dalam KUHAP atau Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana diuraikan tindakan-
tindakan penyelidik, penyidik serta penuntun umum dalam upaya menjelaskan tugas-
tugasnya untuk menyelesaikan masalah atau perkara pidana yang ada di masyarakat.
Dan juga system peradilan pidana saat ini juga sudah berkembang seiring masa ke masa
1
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Yogyakarta: Rangkang Education, 2013
yang memiliki perkembangan dalam system dinamika berfikir tentang batasan-batasan
dari suatu bentuk kekuasaan yang dilaksanakan tanpa adanya aturan pelaksanaan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. PEMBAHASAN
1) Penyelidik
Berdasarkan Pasal 4 KUHAP (kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)
menyatakan definisi penyelidik ialah tiap-tiap pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia3. Menurut KUHAP jo Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No.2 Tahun
2002 mengenai Kepolisian R.I. yang mengartikan penyelidik merupakan “tiap-
tiap pejabat polisi negara R.I diberikan wewenang dari Undang-Undang dalam
upaya tindakan penyelidikan”.4
2) Penyidik
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 KUHAP jo pasal 1 angka 10 Undang-Undang No.2
Tahun 2002 mengenai Kepolisian Negara R.I. menjelaskan bahwa penyidik ialah
“tiap-tiap pejabat Polisi Negara R.I. atau pejabat Pegawai Negeri Sipil (PNS)
tertentu untuk melakukan tugas penyidikan diberikanlah wewenang khusus dari
Undang-Undang.”6 Jadi, selain aparat kepolisian Negara R.I. terdapat juga
pegawai negeri sipil (PNS) yang berikan tugas dan wewenang sebagai penyidik
dari Undang-Undang.
Berikut merupakan wewenang dari penyidik yang tertera dalam KUHAP Pasal 7
ayat 1 yang menyatakan bahwa:
a. Menerima adanya pengaduan atau laporan mengenai adanya tindak
pidana
b. Melakukan tindakan pertama saat berada di TKP
c. Meminta berhenti seorang tersangka dan memeriksakan tanda pengenal
tersangka tersebut.
d. Melakukan penggeledahan, penangkapan, penyitaan, dan penahan
e. Melakukan tindakan pemeriksaan dan penyitaan surat
f. Mengambil foto seorang dan meminta sidik jari orang tersebut
g. Memanggil seseorang atau lebih untuk dipanggil dan diperiksa sebagai
saksi atau tersangka
6
Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7
Yulia, R., Herli, D., & Prakarsa, A. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan Pada
Proses Penyelidikan Dan Penyidikan Dalam Sistem Peradilan Pidana. Jurnal Hukum & Pembangunan,
49(3), hlmn. 663
h. Didampingi orang ahli hukum yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaaan suatu perkara
i. Melakukan pemberhentian dalam penyidikan
j. Melakukan tindakan-tindakan hal lain yang bertanggung jawab menurut
hukum8
Terdapat pula pejabat yang berhak atau berwenang untuk mengangkat penyidik
ialah Kepala dari Kepolisian Negara R.i. Wewenang pengangkatan untuk
penyidik tersebut ditugaskan kepada Pejabat Kepolisian Negara R.I. yang dipilih
oleh Kepala Kepolisian Negara R.I
Profesionalisme penyidik
8
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Yogyakarta: Rangkang Education, 2013 hlmn.92
Peningkatan profesionalisme penyidik ialah salah satu upaya untuk
mengeliminir terjadinya kesalahan mekanisme pada melakukan tindakan
pada waktu proses penyidikan. Profesional artinya pakar dalam bidangnya.
Bila seorang manajer mengaku menjadi seorang yang profesional maka
beliau wajib bisa menunjukkan bahwa beliau ahli pada bidangnya. harus
bisa menunjukkan kualitas yang tinggi dalam pekerjaanya. Berbicara
tentang profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap
profesinya. Secara sederhana, profesionalisme yang diartikan sikap, cara,
serta kualitas yang menjadi karakteristik suatu profesi. seseorang dikatakan
profesional jika pekerjaannya mempunyai ciri standar teknis atau etika suatu
profesi.
Anggaran penyidikan
Minimnya anggaran yang dialokasikan terkait dengan penyidikan ini serta
cara pembayaran anggaran penyidikan yaitu sesudah melakukan penyidikan
baru bisa mengajukan kebtuhan anggaran, merupakan salah satu faktor yang
dapat menghasilkan tindakan penyidik sangat rentan buat terpengaruh untuk
melakukan tindakan penyidikan yang tidak sesuai menggunakan prosedur.
Penyidik yang dibebani buat menuntaskan beberapa kasus akhirnya
berpotensi buat menerima sesuatu berasal seorang bahkan terdapat
kemungkinan memaksa seorang untuk menyerahkan sesuatu menggunakan
alasan supaya bisa dipergunakan untuk mengungkap perkara yang lain
ataupun akhirnya mampu juga tetap memakai alasan tersebut buat
kepentingan pribadi dari penyidik.
E. KESIMPULAN
9
PURBA, D. PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PENYIDIK ATAS KESALAHAN PROSEDUR DALAM
MELAKUKAN TINDAKAN UPAYA PAKSA PADA SAAT PROSES PENYIDIKAN.
ISO 690 hlmn.216
berdasarkan undang-undang”. Bila diartikan jika terdapat suatu peristiwa
tindakan pidana, lalu perkara tersebut diteruskan ke proses penyidikan
Pengertian dari penyidik itu sendiri Berdasarkan Pasal 1 angka 1 KUHAP jo
pasal 1 angka 10 Undang-Undang No.2 Tahun 2002 mengenai Kepolisian
Negara R.I. menjelaskan bahwa penyidik ialah “tiap-tiap pejabat Polisi
Negara R.I. atau pejabat Pegawai Negeri Sipil (PNS) tertentu untuk
melakukan tugas penyidikan diberikanlah wewenang khusus dari Undang-
Undang.”10 Jadi, selain aparat kepolisian Negara R.I. terdapat juga pegawai
negeri sipil (PNS) yang berikan tugas dan wewenang sebagai penyidik dari
Undang-Undang.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Yogyakarta: Rangkang Education,
2013
10
Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
KUHAP Pasal 4 PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM, Bagian Kesatu, Penyelidik dan
Penyidik
Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Yulia, R., Herli, D., & Prakarsa, A. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Korban
Kejahatan Pada Proses Penyelidikan Dan Penyidikan Dalam Sistem Peradilan Pidana.
Jurnal Hukum & Pembangunan, 49(3), hlmn. 663