Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA PENYELIDIK DENGAN PENYIDIK

Disusun oleh:

FARAH ADINDA SALMA


3020210220
Hukum Acara Pidana E
Kode : 7

UNIVERSITAS PANCASILA
2021
A. PENDAHULUAN

Pada tindakan atau proses dari penyidikan dan penyelidikan dalam hukum acara pidana
sangatlah penting yang dikarenakan dalam setiap perkara ini menyangkut akan derajat
atau martabat seseorang yang berada untuk status tersangka. Maka dari itu terdapat
semboyan pada hukum acara pidana yaitu “upaya dalam menyelesaikan persoalan,
untuk mengungkapkan siapa pelaku kejahatan tersebut dan untuk menghindari peristiwa
salah pelaku dalam penangkapan atau orang yang tidak bersalah karna tidak melakukan
tindakan yang seharusnya maka dari itulah disebut dengan hakekat penyidikan perkara”

Di dalam KUHAP atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sudah memberikan


perbedaan dari Penyidik dan penyelidik, dikarenakan penyidik berdasarkan KUHAP
yang terdapat pada Pasal 4 KUHAP menyatakan terdapat pihak Kepolisian Negara,
penyidik pegawai negeri sipil pembantu, dan juga penyidik pembantu. Sementara
penyelidik hanya terdapat Pejabat Polisi Negara R,I.1

Pada perkara pidana dimulai dari 2 (dua) proses, yang pertama pada proses pelaporan
lalu yang kedua terdapat proses pengaduan. Proses pelaporan hanya berkaitan dengan
tindak pidana yang termasuk dalam delik biasa atau delik umum. Sedangkan pengaduan
termasuk dalam tindak pidana yang termasuk dalam delik aduan.

Dalam KUHAP atau Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana diuraikan tindakan-
tindakan penyelidik, penyidik serta penuntun umum dalam upaya menjelaskan tugas-
tugasnya untuk menyelesaikan masalah atau perkara pidana yang ada di masyarakat.
Dan juga system peradilan pidana saat ini juga sudah berkembang seiring masa ke masa

1
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Yogyakarta: Rangkang Education, 2013
yang memiliki perkembangan dalam system dinamika berfikir tentang batasan-batasan
dari suatu bentuk kekuasaan yang dilaksanakan tanpa adanya aturan pelaksanaan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah perbedaan dari penyelidikan dan penyidikan?


2. Apa upaya pencegahan penyidik untuk tidak melakukan kesalahan prosedur
penyidikan?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Penelitian ini ditujukan untuk mahasiswa mampu dalam memberikan penjelasan


atau menguasai perbedaan dari penyeliidikan dan penyidikan
2. Penelitian ini ditujukan untuk mahasiswa mampu dalam menguasai atau

memberikan penjelasan mengenai upaya pencegahan penyidik untuk tidak

melakukan kesalahan prosedur penyidikan

D. PEMBAHASAN

I. Perbedaan dari penyelidik dan penyidik


Pada perkara pidana pada umumnya melibatkan banyak pihak, yang dimana
pihak-pihak yang berada di antara kedua belah pihak terdapat hakim, adapun
pihak dari si terdakwa yang di bantu oleh penasihat hukum, dan juga pihak
penuntut umum yang menginginkan tuntutan pidana yang dibantu oleh polisi
yang memberikan data-data berupa bukti atau hasil dari penyidikan (sebelum di
periksa oleh hakim)2

1) Penyelidik
Berdasarkan Pasal 4 KUHAP (kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)
menyatakan definisi penyelidik ialah tiap-tiap pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia3. Menurut KUHAP jo Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No.2 Tahun
2002 mengenai Kepolisian R.I. yang mengartikan penyelidik merupakan “tiap-
tiap pejabat polisi negara R.I diberikan wewenang dari Undang-Undang dalam
upaya tindakan penyelidikan”.4

Berdasarkan KUHAP jo Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No.2 Tahun 2002


yang dimaksudkan dari penyelidkan ialah “runtutan yang dilakukan penyelidik
dalam mencari dan menemukan perstiwa-peristiwa yang di anggap sebagai
tindak pidana untuk menentukan berhasil atau tidaknya proses penyelidikan ini
menurut aturan atau tata cara berdasarkan undang-undang”. Bila diartikan jika
terdapat suatu peristiwa tindakan pidana, lalu perkara tersebut diteruskan ke
proses penyidikan. Begitu sebaliknya, jika suatu peristiwa yang didapat
bukanlah tindakan pidana, maka dari itu penyelidikan diberhentikan. Namun
pada kenyataan sehari-hari penyelidik dan penyidik baru menjalankan tugasnya
sesudah adanya pengaduan atau pelaporan dari pihak yang dirugikan atau
korban.5
2
Rahmad, R. A. (2019). Hukum Acara Pidana.hlmn.41
3
KUHAP Pasal 4 PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM, Bagian Kesatu, Penyelidik dan Penyidik
4
Pasal 1 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara R.I
1. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
2. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
5
Mandak, A. D. L. (2018). PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN SERTA PENUNTUTAN TINDAK
PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM ACARA PIDANA. LEX CRIMEN, 7(8). Hlmn.101
Adapun tujuan dari melakukan penyelidikan yaitu upaya mendapatkan tuntutan
berupa tanggung jawab untuk aparat penyelidik supaya tidak melakukan
menindak hukum yang apat merendahkan harkat dan martabat manusia. Tujuan
utama dari penyelidikan ini ialah upaya memastikan apakah suatu peristiwa
tersebut dapat di tindaklanjuti ke tingkat penyidikan atau dibatalkan.

Adapun wewenang dari penyelidik yang tercantum di Pasal 5 KUHAP yaitu:


 Kewajiban wewenang:
a. Menerima pengaduan atau laporan dari seluruh masyarakat tentang
adanya tindakan pidana
b. Mencari data keterangan dan juga barang bukti-bukti
c. Memberi perintah untuk berhenti seorang yang dicurigai dan
memeriksa serta menanyakan tanda pengenal diri orang tersebut.
d. Melakukan tindakan-tindakan lain yang menurut hukum itu
bertanggung jawab.
 Berdasarkan perintah yang diberikan dari penyidik dapat melakukan
tindakan:
a. Penggeledahan, penangkapan, penadahan dan juga larangan untuk
meninggalkan tempat
b. Melakukan pemeriksaan serta menyitaan surat
c. Memetret seorang serta mengambil sidik jari
d. Membawa seorang tersebut dan menghadapkan kepada para penyidik

2) Penyidik
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 KUHAP jo pasal 1 angka 10 Undang-Undang No.2
Tahun 2002 mengenai Kepolisian Negara R.I. menjelaskan bahwa penyidik ialah
“tiap-tiap pejabat Polisi Negara R.I. atau pejabat Pegawai Negeri Sipil (PNS)
tertentu untuk melakukan tugas penyidikan diberikanlah wewenang khusus dari
Undang-Undang.”6 Jadi, selain aparat kepolisian Negara R.I. terdapat juga
pegawai negeri sipil (PNS) yang berikan tugas dan wewenang sebagai penyidik
dari Undang-Undang.

Peraturan yang membahas mengenai penyelidikan dan penyidikan pada tingkat


Kepolisian Negara R.I. di atur dalm Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), yang kemudian dijabarkan dalam Perkap Nomor 14 Tahun
2012 mengenai Manajemen Penyidikan Tindak Pidana. Pada proses penyidikan
pemeriksaan tindak pidana tetap harus dilakukan dengan tindakan yang
professional, akuntabel dan transparent kepada setiap perkara, dengan maksud
untuk tercapainya supremasi hukum yang mencerminkan adanya rasa keadilan.7

Berikut merupakan wewenang dari penyidik yang tertera dalam KUHAP Pasal 7
ayat 1 yang menyatakan bahwa:
a. Menerima adanya pengaduan atau laporan mengenai adanya tindak
pidana
b. Melakukan tindakan pertama saat berada di TKP
c. Meminta berhenti seorang tersangka dan memeriksakan tanda pengenal
tersangka tersebut.
d. Melakukan penggeledahan, penangkapan, penyitaan, dan penahan
e. Melakukan tindakan pemeriksaan dan penyitaan surat
f. Mengambil foto seorang dan meminta sidik jari orang tersebut
g. Memanggil seseorang atau lebih untuk dipanggil dan diperiksa sebagai
saksi atau tersangka

6
Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7
Yulia, R., Herli, D., & Prakarsa, A. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan Pada
Proses Penyelidikan Dan Penyidikan Dalam Sistem Peradilan Pidana. Jurnal Hukum & Pembangunan,
49(3), hlmn. 663
h. Didampingi orang ahli hukum yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaaan suatu perkara
i. Melakukan pemberhentian dalam penyidikan
j. Melakukan tindakan-tindakan hal lain yang bertanggung jawab menurut
hukum8

Terdapat pula pejabat yang berhak atau berwenang untuk mengangkat penyidik
ialah Kepala dari Kepolisian Negara R.i. Wewenang pengangkatan untuk
penyidik tersebut ditugaskan kepada Pejabat Kepolisian Negara R.I. yang dipilih
oleh Kepala Kepolisian Negara R.I

II. Upaya pencegahan penyidik untuk tidak melakukan kesalahan


prosedur penyidikan

Terjadinya kesalahan prosedur pada melakukan tindakan pada proses penyidikan


mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga untuk mengetahui
upaya yang bisa dilakukan untuk mengeliminir terjadinya kesalahan mekanisme
pada melakukan tindakan upaya paksa di saat proses penyidikan maka wajib
lebih dulu menelaah factor-faktor yang mempengaruhi penyidikan. Beberapa
factor tersebut berupa kurangnya profesionalisme penyidik; requipment personel
penyidik; latihan dan pendidikan; sarana prasarana penyidikan; integritas,
moralitas serta mentalitas penyidik; pengendalian dan pengawasan, keterbatasan
anggaran dalam proses penyidikan.

 Profesionalisme penyidik

8
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Yogyakarta: Rangkang Education, 2013 hlmn.92
Peningkatan profesionalisme penyidik ialah salah satu upaya untuk
mengeliminir terjadinya kesalahan mekanisme pada melakukan tindakan
pada waktu proses penyidikan. Profesional artinya pakar dalam bidangnya.
Bila seorang manajer mengaku menjadi seorang yang profesional maka
beliau wajib bisa menunjukkan bahwa beliau ahli pada bidangnya. harus
bisa menunjukkan kualitas yang tinggi dalam pekerjaanya. Berbicara
tentang profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap
profesinya. Secara sederhana, profesionalisme yang diartikan sikap, cara,
serta kualitas yang menjadi karakteristik suatu profesi. seseorang dikatakan
profesional jika pekerjaannya mempunyai ciri standar teknis atau etika suatu
profesi.

 Rekuitmen personel polri


Jika diperhatikan secara akurat salah satu penyebab terjadinya kegagalan
suatu penyidikan ditimbulkan karena faktor kualitas pribadi penyidiknya
sebab berhasilnya suatu penyidikan, selain memperhatikan kepangkatan
perlu pula dilatar belakangi pendidikan yang memadai mengingat kemajuan
tekhnologi serta metode kejahatan yang terus berkembang mengikuti arus
modernisasi sehingga jangan sampai tingkat pengetahuan penyidik jauh
ketinggalan asal pelaku kejahatan. Penyidik dituntut pula supaya menguasai
segi tekhnik hukum serta ilmu bantu lainnya dalam hukum acara Pidana
buat memperbaiki tekhnik pemeriksaan menggunakan tujuan meningkatkan
keterampilan dan disiplin hukum demi penerapan Hak Asasi manusia.

 Pendidikan dan pelatihan


Materi serta Pendidikan dan latihan yang dikembangkan oleh fungsi
penyidikan sebagai modal awal bagi penyidik pada melaksanakan tugasnya
pertama kali saat ditugaskan untuk melaksanakan tugas penyidikan, lalu
dikombinasikan dengan mengikuti kebiasaan seniornya atau personel yang
lebih dulu bertugas. Kebiasaan yang dimaksudkan disini mampu berupa
kebisaan buat mengisi kekosongan pengetahuan yang tidak didapat pada
saat pendidikan dan mampu juga untuk mengisi kekurangan mekanisme
yang belum disusun dalam SOP (standar Operasional mekanisme).

 Sarana & prasarana penyidikan


Sarana serta prasarana pada proses penyidikan ialah syarat mutlak yang
wajib dimiliki oleh penyidik. Keterbatasan anggaran buat pengadaan sarana
dan prasaarana serta buat pemeliharaan adalah satu penyebab yang
membuat penyidik untuk mencari jalan pintas dalam berkata fakta-fakta
yaitu dengan cara mengerjar pengakuan baik seseorang saksi juga seorang
tersangka. Tindakan tadi akan berpotensi akan terjadinya kesalahan
prosedur pada proses penyidikan.

 Integritas, moralitas serta mentalitas penyidik


Pada berfungsinya hukum, integritas,moralitas serta mentalitas atau
kepribadian penyidik memainkan peranan penting, jika peraturan sudah
baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, terdapat persoalan. oleh karena itu,
salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum ialah mentalitas atau
kepribadian penegak hukum menggunakan mengutip.

 Anggaran penyidikan
Minimnya anggaran yang dialokasikan terkait dengan penyidikan ini serta
cara pembayaran anggaran penyidikan yaitu sesudah melakukan penyidikan
baru bisa mengajukan kebtuhan anggaran, merupakan salah satu faktor yang
dapat menghasilkan tindakan penyidik sangat rentan buat terpengaruh untuk
melakukan tindakan penyidikan yang tidak sesuai menggunakan prosedur.
Penyidik yang dibebani buat menuntaskan beberapa kasus akhirnya
berpotensi buat menerima sesuatu berasal seorang bahkan terdapat
kemungkinan memaksa seorang untuk menyerahkan sesuatu menggunakan
alasan supaya bisa dipergunakan untuk mengungkap perkara yang lain
ataupun akhirnya mampu juga tetap memakai alasan tersebut buat
kepentingan pribadi dari penyidik.

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi kesalahan prosedur pada


melakukan tindakan pada proses penyidikan sebagai berikut :
 Peningkatan Profesionalisme Penyidik agar mempunyai kemampuan
buat mengungkap perkara sesuai menggunakan mekanisme dan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
 Perekrutan personel calon penyidik sesuai dengan standar yang
diperlukan menjadi seorang penyidik wajib mempunyai EQ
(emotional quotient) dan IQ (inteligent quotient) serta SQ (spiritual
Quotient) sesuai menggunakan standar tertentu sebagai akibatnya
bisa melaksanakan tugas penyidikan sesuai menggunakan standar
yang ditentukan.
 Pendidikan dan latihan wajib menghasilkan penyidik yang memiliki
kemampuan standar penyidik yaitu mempunyai kemampuan taktis
serta teknis, berintegritas, mempunyai mentalitas serta moralitas yang
melayani masyarakat dan pemahaman perihal hukum serta HAM.
 Pengawasan baik dari internal juga eksternal serta pula pemanfaatan
teknologi yaitu pengendalian jarak jauh, pendokumentasian setiap
aktivitas tindakan upaya paksa serta penegakan aturan terhadap
penyidik yang diduga melakukan kesalahan mekanisme dalam
melakukan tindakan upaya paksa di saat proses penyidikan.
 Standar Operasional prosedur (SOP) dari setiap tindakan upaya paksa
baik yang bersifat teknis juga taktis perlu disusun secara jelas
sehingga bisa dijadikan menjadi pedoman pelaksaan tugas oleh
Penyidik di lapangan serta pula sebagai acuan untuk meminta
pertanggungjawaban penyidik serta sekaligus buat melepaskan
penyidik dari pertanggungjawaban dari suatu insiden bilamana
penyidik telah melaksanakan tugas sesuai dengan SOP yang telah
ditentukan.
 Penegakan hukum terhadap penyidik yang melakukan kesalahan
prosedur perlu dilakukan tanpa membeda-bedakan pelaku dengan
maksud supaya tercipta ketaatan terhadap prosedur serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku sekaligus ketaatan masyarakat
terhadap hukum perudang-undangan yang berlaku.
 Pembaharuan aturan yang lebih jelas perihal prosedur pelaksanaan
tugas penyidikan serta adanya peraturan perundang-undangan yang
khusus mengatur mekanisme meminta pertanggungjawaban penyidik
yang melakukan kesalahan prosedur pada melakukan tindakan upaya
paksa menggunakan melibatkan internal serta eksternal supaya
terciptanya transparansi pada proses permintaan pertangungjawaban
terhadap penyidik yang melakukan kesalahaan mekanisme dalam
melakukan tindakan upaya paksa pada waktu proses penyidikan.9

E. KESIMPULAN

1. Pada pengertian dari Penyelidikan Berdasarkan KUHAP jo Pasal 1 angka 5


Undang-Undang No.2 Tahun 2002 yang dimaksudkan dari penyelidkan ialah
“runtutan yang dilakukan penyelidik dalam mencari dan menemukan
perstiwa-peristiwa yang di anggap sebagai tindak pidana untuk menentukan
berhasil atau tidaknya proses penyelidikan ini menurut aturan atau tata cara

9
PURBA, D. PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PENYIDIK ATAS KESALAHAN PROSEDUR DALAM
MELAKUKAN TINDAKAN UPAYA PAKSA PADA SAAT PROSES PENYIDIKAN.
ISO 690 hlmn.216
berdasarkan undang-undang”. Bila diartikan jika terdapat suatu peristiwa
tindakan pidana, lalu perkara tersebut diteruskan ke proses penyidikan
Pengertian dari penyidik itu sendiri Berdasarkan Pasal 1 angka 1 KUHAP jo
pasal 1 angka 10 Undang-Undang No.2 Tahun 2002 mengenai Kepolisian
Negara R.I. menjelaskan bahwa penyidik ialah “tiap-tiap pejabat Polisi
Negara R.I. atau pejabat Pegawai Negeri Sipil (PNS) tertentu untuk
melakukan tugas penyidikan diberikanlah wewenang khusus dari Undang-
Undang.”10 Jadi, selain aparat kepolisian Negara R.I. terdapat juga pegawai
negeri sipil (PNS) yang berikan tugas dan wewenang sebagai penyidik dari
Undang-Undang.

2. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kesalahan prosedur


dalam tindakan penyidik dapat berupa : meningkatkan kualitas
profesionalisme penyidik yang seusia dengan peraturan serta prosedur yang
berdasarkan undang-undang yang berlaku; perekruitan anggota penyidik
harus mmemiliki EQ (emotional quotient) dan IQ (inteligent quotient) serta
SQ (spiritual Quotient) sesuai dengan standar. Maka dari itu telah mampu
untuk melaksanakan tugas penyelidikan sesuai standar operasional;
pendidikan dan pelatihan dari anggota penyidik memiliki kemampuan dalam
hal taktis dan teknis,berintegritas, serta memiliki mentalitas dan moralitas
yang melayani masyarakat serta pemahaman tentang hukum dan HAM

DAFTAR PUSTAKA
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Yogyakarta: Rangkang Education,
2013

Rahmad, R. A. (2019). Hukum Acara Pidana.hlmn.41

10
Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
KUHAP Pasal 4 PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM, Bagian Kesatu, Penyelidik dan
Penyidik

Pasal 1 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara R.I


1. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga
polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Mandak, A. D. L. (2018). PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN SERTA PENUNTUTAN


TINDAK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA. LEX CRIMEN, 7(8). Hlmn.101

Pasal 1 ayat (10) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

Yulia, R., Herli, D., & Prakarsa, A. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Korban
Kejahatan Pada Proses Penyelidikan Dan Penyidikan Dalam Sistem Peradilan Pidana.
Jurnal Hukum & Pembangunan, 49(3), hlmn. 663

PURBA, D. PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PENYIDIK ATAS


KESALAHAN PROSEDUR DALAM MELAKUKAN TINDAKAN UPAYA PAKSA
PADA SAAT PROSES PENYIDIKAN. ISO 690 hlmn.216

Anda mungkin juga menyukai