Oleh :
2. Purwanto
Fakultas Hukum
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bertanggung jawab”, yang dimaksud “tindakan lain” sesuai Pasal 5 ayat (1) huruf
syarat :
jabatan;
c. tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan
jabatannya;
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam
KUHAP.
cara yang diatur dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
2
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
melakukan tindak pidana, atau dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana
itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang
yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang
diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang
tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik
hukum harus berpedoman pada Hukum Acara yang berlaku yaitu UU No 8 Tahun
1981 atau lebih dikenal dengan KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara
3
serang dan kontak tembak antara mobil laskar khusus FPI dan mobil petugas.
Insiden ini terjadi di sepanjang Jalan Internasional Karawang Barat dan diduga
sesuai Pasal 8 ayat (1) yaitu penggunaan senjata api oleh polisi dilakukan apabila:
b. Anggota Polri tidak memiliki alternatif lain yang beralasan dan masuk akal
tersebut;
c. Anggota Polri sedang mencegah larinya pelaku kejahatan atau tersangka yang
B. Rumusan Masalah
4
C. Metode Penelitian
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan
sekunder belaka. Penelitian Yuridis Normatif dapat juga dikatakan sebagai suatu
studi kepustakaan karena yang diteliti serta dikaji adalah pasal-pasal dan proses
laskar FPI dalam penanganan kasus tindak pidana, serta literatur-literatur yang
5
BAB II
PEMBAHASAN
satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan, dan ketentraman dalam
represif. Hukum acara pidana bertujuan untuk mencari dan mendapatkan atau
lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menetapkan ketentuan hukum acara
pidana secara jujur dan tepat, dengan tujuan untuk mencari seiapakah pelaku yang
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hasl serta menurut cara yang
1
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan KUHAP, 1982.
2
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, Pasal 1 angka 20.
6
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penangkapan.
dalam tahap penyelidikan dan itu atas perintah penyidik. Jika tidak ada perintah
mengacu kepada Pasal 17 KUHAP, frase ini dimaknai sebagai ‘seseorang yang
diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup’.
Tidak jelas apa yang dimaksud dengan bukti permulaan yang cukup itu, sehingga
dalam praktik hal itu diserahkan sepenuhnya kepada penyidik. Maka, perlu ada
definisi yang tegas mengenai makna bukti permulaan yang cukup, misalnya
penangkapan hanya boleh dilakukan oleh penyidik atau penyelidik atas perintah
penyidik jika didasarkan pada minimal dua alat bukti yang sah sebagaimana diatur
7
perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan
serta tempat ia diperiksa. Jika tertangkap tangan, surat perintah penangkapan tidak
bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat (Pasal 18).
Pembela Islam (FPI) yang terjadi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 50. Dalam
FPI Habib Rizieq Shihab yang secara aktif dialkukan oleh kepolisian Polda Metro
Jaya sejak 6-7 Desember 2020. Didapatkan fakta telah terjadi kejar-mengejar, dan
aksi saling tempel, dan serempat dan seruruk yang berujung saling serang dan
kontak tembak antara mobil Laskar Khusus FPI (Chevrolet Spin), dengan mobil
Islam (FPI) di eksekusi mati oleh aparat polisi. Pada kasus ini terduga pelaku
oleh anggota polri tidak sesuai dengan KUHAP yang berlaku. Disebut dalam
dan juga dalam penjelasan umum butir 3c KUHAP yang berbunyi : “Setiap orang
8
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap”. Hal ini jelas
pelaku yang diduga melakukan tindak pidana tidak dapat dibenarkan, karena
dilaksanakan secara seimbang antara ancaman yang dihadapi dan tingkat kekuatan
Pidana
Ada dua alasan yang sering dijadikan alasan pembenar oleh aparat
terhadap tersangka. Pertama, polisi berdalih bahwa tersangka melarikan diri, dan
kedua, tersangka melawan petugas ketika hendak ditangkap. Kedua informasi dan
alasan diatas hanya diperoleh secara sepihak dari petugas aparat kepolisian, tapi
bisakah dipertanyakan lebih lanjut ketika alasan yang dikemukakan itu adalah
9
hanya dengan tangan kosong, lalu petugas melawan dengan menembakkan timah
Di sisi lain dirasa tidak adil, walaupun dengan alasan tersangka melawan
petugas, dibalas dengan tembakan yang mematikan. Seseorang memiliki hak atas
kebebasan, hak hidup dan hak-hak lainnya yang dijamin oleh HAM, lalu
kembali dimana HAM seseorang itu. Padahal HAM sendiri adalah hak kodrati
diatas layak untuk mendapatkan hukuman. Kepada aparat penegak hukum yang
dapat dijatuhi hukuman berupa tindakan hukum administratif, sanksi etik, maupun
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan pada kaitan kasus
ini penangkapan sekaligus penembakan yang dilakukan oleh anggota polri tidak
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan juga dalam penjelasan
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap”. Hal ini jelas
pelaku yang diduga melakukan tindak pidana tidak dapat dibenarkan, karena
asas proporsionalitas.
B. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka ada beberapa saran
yang dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon anggota Polri, sehingga tidak
11
2. Kepada aparat penegak hukum yang menyalahi prosedur hingga timbul korban
12
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
1981.
13