B. Penahanan
1). Pengertian
Menurut Pasal 1 angka 21 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan penahanan adalah
“penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau
hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini”.
2. Tingkat Penuntutan
Menurut Pasal 25 KUHAP, bahwa ”untuk perintah penahanan pada tingkat penuntutan,
dapat dilakukan atas:
(1) Perintah penahanan yang diberikan oleh penuntut umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20, hanya berlaku paling lama dua puluh hari. (20 hari)
(2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (1) apabila diperlukan guna
kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh ketua
pengadilan negeri yang berwenang untuk paling lama tiga puluh hari. (40 hari)
(3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menutup
kemungkinan dikeluarkannya tersangka dari tahanan sebelum berakhir waktu
penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.
(4) Setelah waktu enam puluh hari (60 hari) tersebut, penuntut umum harus sudah
mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum.
C. Penggeledahan
1). Pengertian
Beberapa pengertian tentang penggeledahan sebagaimana dijelaskan dalam KUHAP,
sebagai berikut:
1. Menurut Pasal 1 angka 17 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan penggeledahan
rumah adalah ”tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat
tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau
penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.
2. Menurut Pasal 1 angka 18 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan penggeledahan
badan adalah ”tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau
pakaian tersangka untuk mencari benda yang didup keras ada pada badannya atau
dibawanya serta, untuk disita”.
c) Penggeledahan Rumah
Menurut Pasal 1 angka 17 KUHAP, bahwa yang dimaksud dengan penggeledahan
rumah adalah ”tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat
tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau
penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”.
Untuk melakukan penggeledahan rumah sebagaimana diatur dalam KUHAP, sebagai
berikut:
1. Menurut Pasal 125 KUHAP, bahwa apabila dalam hal penyidik melakukan
penggeledahan rumah, maka ”terlebih dahulu menunjukkan tanda pengenalnya
kepada tersangka atau keluarganya, selanjutnya berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 dan Pasal 34”.
2. Menurut Pasal 126 KUHAP, bahwa pada saat Penyidik dalam melakukan
penggeledahan rumah, maka:
(1) Penyidik membuat berita acara tentang jalannya dan hasil penggeledahan rumah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (5).
(2) Penyidik membacakan lebih dahulu berita acara tentang penggeledahan rumah
kepada yang bersangkutan, kemudian diberi tanggal dan ditanda-tangani oleh
penyidik maupun tersangka atau keluarganya dan atau kepala desa atau ketua
lingkungan dengan dua orang saksi.
(3) Dalam hal tersangka atau keluarganya tidak mau membubuhkan tanda-tangannya,
hal itu dicatat dalam berita acara dengan menyebut alasannya.
3. Menurut Pasal 127 KUHAP, bahwa:
(1) Untuk keamanan dan ketertiban penggeledahan rumah, penyidik dapat
mengadakan penjagaan atau penutupan tempat yang bersangkutan.
(2) Dalam hal ini penyidik berhak memerintahkan setiap orang yang dianggap perlu
tidak meninggalkan tempat tersebut selama penggeledahan berlangsung.
4. Menurut Pasal 36 KUHAP, bahwa penyidik dalam melakukan penggeledahan rumah
di luar daerah hukumnya, maka ”dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut dalarn
Pasal 33, maka penggeledahan tersebut harus diketahui oleh ketua pengadilan negeri
dan didampingi oleh penyidik dari daerah hukum di mana penggeledahan itu
dilakukan”.
2
Darwan Prinst, ibid, hlm. 54.
3
J.C.T. Simorangkir, dkk, op. cit, hlm. 137 – 138.
Tujuan penyitaan agak berbeda dengan tujuan penggeledahan, yaitu tujuan
penggeledahan dimaksudkan untuk kepentingan penyelidikan atau untuk kepentingan
penyidikan, sedangkan tujuan penyitaan adalah untuk kepentingan ”pembuktian terutama
ditujukan sebagai barang bukti di muka persidangan, sebab tanpa adanya barang bukti tersebut,
maka perkaranya tidak dapat diajukan ke pengadilan.
Jadi penyitaan bertujuan agar untuk dipergunakan sebagai barang bukti dalam
penyelidikan/penyidikan, tingkat penununtutan dan tingkat pemeriksaan persidangan di
pengadilan.