PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Negara Republik Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum yang
demokratis, berdasarkan pancasila dan UUD 1945, bukan berdasarkan atas kekuasaan
semata-mata. Maka dari itu, Indonesia membutuhkan yang namanya sebuah hukum yang
hidup atau yang berjalan, dengan hukum itu diharapkan akan terbentuk suasana yang
tentram dan teratur bagi kehidupan masyarakan Indonesia. Tak lepas dari itu, hukum
tersebut juga butuh ditegakkan, demi membela dan melindungi hak-hak setiap warga
Negara.
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur bagaimana
Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya untuk
memidana atau membebaskan pidana.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Tujuan Hukum Acara Pidana
Tujuan hukum pidana: mencari kebenaran materiil sekaligus perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia.
D. Penangkapan
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara
waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Penangkapan menurut Pasal 1 butir 20 KUHAP adalah “suatu tindakan penyidik
berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila
terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan.
3
Soal penangkapan, M. Yahya Harahap dalam bukunya Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan (hal. 158)
mengatakan bahwa alasan penangkapan atau syarat penangkapan tersirat dalam Pasal 17
KUHAP:
1. seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana;
2. dugaan yang kuat itu didasarkan pada bukti permulaan yang cukup.
1. Tertangkap tangan :
- tertangkapnya seorang pada waktu sedang melakukan tindakan pidana, atau
- dengan segera sesudah beberapa saat tindak pidana itu dilakukan, atau
- sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya,
atau
- apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah
dipergunakan untuk melakukan tindak pidana itu yang menunjukkan bahwa ia adalah
pelakunya, atau
- turut melakukan atau membantu melakukan tindak pidana. [Pasal 19 ayat (1)].
a.)Penangkapan dalam hal tertangkap tangan :
- penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan
- ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang
bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu terdekat.[ Pasal 18 ayat (2)]
- penangkapan dapat dilakukan paling lama 1 hari [Pasal 19 ayat (1)]
4
- terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak dilakukan penangkapan, kecuali
- dalam hal dipanggil secara sah 2 kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu
tanpa alasan yang sah [Pasal 19 ayat (2)]
5
- uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa
(Pasal 18).
E. Syarat Penangkapan
6
satu bentuk pengurangan kebebasan dan hak asasi itu adalah dengan dilakukannya
penangkapan. Akan tetapi harus diingat bahwa semua tindakan penyidik mengenai
penangkapan itu adalah tindakan yang benar-benar diletakkan pada proporsi demi
untuk kepentingan pemeriksaan dan benar-benar sangat diperlukan sekali.
4. Tidak menggunakan kekerasan
Setiap petugas/anggota Polri dilarang melakukan penyiksaan tahanan atau
terhadap orang yang disangka terlibat dalam kejahatan. Hal ini juga berkaitan dengan
salah satu hak yang dimiliki oleh tahanan, yaitu bebas dari tekanan seperti;
diintimidasi, ditakut-takuti dan disiksa secara fisik.
Penyidik tidak boleh menggunakan kekerasan, kecuali dibutuhkan untuk mencegah
kejahatan membantu melakukan penangkapan terhadap pelanggar hukum atau
tersangka sesuai dengan peraturan penggunaan kekerasan.
5. Melengkapi penangkapan dengan surat perintah penangkapan
Pelaksanaan tugas penangkapan dilakukan oleh petugas kepolisian negara
Republik Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada
tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas tersangka dan
menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang
dipersangkakan serta tempat ia diperiksa.
Dalam hal tertangkap tangan penangkapan dilakukan tanpa surat perintah, dengan
ketentuan bahwa penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang
bukti yang ada kepada penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat.
6. Dalam melaksanakan penangkapan wajib dipertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
7
F. Hak Tersangka Saat Ditangkap/Digeledah Polisi
G. Penahanan
8
1. Untuk kepentingan penyidikan, yang berwenang melakukan penahanan adalah
penyidik;
2. Untuk kepentingan penuntutan, yang berwenang adalah penuntut umum;
3. Untuk kepentingan pemeriksaan disidang Pengadilan, yang berwenang untuk menahan
adalah Hakim.
4. Syarat-syarat untuk dapat dilakukan penahanan dibagi dalam 2 syarat, yaitu:
a. Syarat Subyektif
Dinamakan syarat subyektif karena hanya tergantung pada orang yang
memerintahkan penahanan tadi, apakah syarat itu ada atau tidak. Syarat subyektif ini
terdapat dalam Pasal 21 Ayat (1), yaitu:
1) Tersangka/terdakwa diduga keras melakukan tindak pidana;
2) Berdasarkan bukti yang cukup;
3) Dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa
tersangka/terdakwa:
a) Akan melarikan diri
b) Merusak atau menghilangkan barang bukti
c) Mengulangi tindak pidana.
9
d) Tindak pidana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Fungsi dilakukannya penahanan dapat kita ketahui secara implisit dalam Pasal 21
ayat (1) KUHAP yang mengatakan bahwa perintah penahanan atau penahanan lanjutan
dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan
kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau
menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana. Jadi, fungsi
dilakukannya penahanan itu adalah mencegah agar tersangka atau terdakwa tidak
melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak
pidana.
I. Jenis-Jenis Penahanan
10
BAB III
PENUTUP
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan aturan hukum yang mengatur
bagaimana Negara dengan menggunakan alat-alatnya dapat mewujudkan wewenangnya
untuk memidana atau membebaskan pidana.
Proses beracara dalam acara pidana adalah sebuah pedoman untuk
mengumpulkan data, mengolahnya, menganalisa serta mengkonstruksikannya.
Didalam pemeriksaan pendahuluan, sebelum sampai pada pemeriksaan disidang
pengadilan, akan melalui beberapa proses diantaranya:
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh
penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 1 angka 21 KUHAP).
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara
waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan. (Pasal 1 butir 20 KUHAP)
B. Saran
Saran dari penyusun yaitu sebaiknya dalam bercara pidana prosesnya lebih
diperbaik lagi karena masih ada yang merasa bahwa dalam beracara pidana masih sangat
merepotkan dan menghabiskan biaya yang banyak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, andi,1984. bunga rampai hukum pidana dan acara pidana.Jakarta: Ghalia
Indonesia
Hamzah, Andi. 1987. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Petranse, Syarifudin H.Ap dan Sabuan Ansori. 2000. Hukum Acara Pidana. Indralaya:
Universitas Sriwijaya.
12