Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANDIRI 2 ACARA PIDANA

DISUSUN OLEH
Afifah Listiyandira Maharani
11000112140740

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO


PERIODE 2021-2022
Dasar-dasar Hukum Acara Pidana
(Buku karangan Didasarkan pada karangan Tolib Effendi, S.H., M.H., yang berjudul Dasar-
Dasar Hukum Acara Pidana)

I. Pendahuluan
I.1 Pengertian dan Tujuan Hukum Acara Pidana
Menurut Wirjono Prodjodikoro, hukum acara pidana merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa, yaitu
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan negara
degan mengadakan hukum pidana.
Hukum acara pidana sebagai salah satu instrumen dalam sistem peradilan pidana pada
pokoknya memiliki fungsi utama, yaitu:
1. Mencari dan menemukan kebenaran
2. Pengambilan keputusan oleh hakim, dan
3. Pelaksanaan daripada putusan yang telah diambil itu.
dari ketiga fungsi tersebut, yang paling penting adalah fungsi untuk mencari dan menemukan
kebenaran, yakni kebenaran materiil.

II. Prinsip-prinsip Dasar Hukum Acara Pidana


Prinsip dasar di dalam Penjelasan Umum KUHP yang dikategorikan sebagai prinsip dasar
hukum acara pidana adalah sebagai berikut:
1. Perlakuan yang sama atas diri setiap orang dimuka hukum dengan tidak mengadakan
pembedaan perlakuan
2. .Penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan hanya dilakukan berdasarkan
perintah tertulis oleh pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang dan hanya
dalam hal dan dengan cara yang diatur dengan undang-undang
3. Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan di muka
sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan
yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.
4. Kepada seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan megenai orangnya atau hukum
yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan
dan para pejabat penegak hukum yang dengan sengaja atau kelalaiannya menyebabkan
asas hukum tersebut di langgar, dituntut, dipidana, dan atau dikenakan hukuman
administrasi.
5. Peradilan yang dilakukan dengan cepat, sederhana biaya ringan serta bebas, jujur dan
Tidak memihak harus tetap diterapkan secara konsisten dalam seluruh tingkat
pengadilan
6. setiap orang yang tersangka perkara wajib diberi kesempatan, memperoleh bantuan
hukuum yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas
dirinya.
7. Kepada seseorang tersangka, sejak saat dilakukan penangkapan dan atau penahanan
selain wajib lapor diberitahukan dakwaan dan dasar hukum apa yng diadakakan
kepadanya, juga wajib di beritahu dakwaan dan dasar hukum yang didakan, juga wajib
diberitahu haknya termasuk untuk menghubungi dan minta bantuan penasihat
hukum
8. Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa
9. sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum
10. Pengawasan dilakukan oleh putusan pengadilan dalam perkara pidana penga%asan
dilakukan oleh ketua Pengadilan negeri yang bersangkutan
III. Asas-asas dalam Hukum Acara Pidana
1. Asas Equaloty Befire The Law: Asas ini memiliki arti yakni hukum acara
pidana tidak mengenal perlakuan yang bersifat khusus bagi pelaku-pelaku tertentu
darisuatu tindak pidana, semua orang memiliki kedudukan yang sama di depan
hukum.
2. Asas Verbod Van Eigen Richiting = asas larangan main hakim sendiri. Seluruh
perkara pidana harus melalui proses atau tahapantahapan yang sudah ditentukan oleh
aturan-aturan hukum acara pidana.
3. Asas Iudex Ne Procedat Ex Officio= Sikap hakim pasif dalam proses
penuntutan menurut hukum pidana. Asas ini memberikan suatu pengertian bahwa
hakim itu harus bersikap menunggu sampai pejabat yang berwenang melakukan
penuntutan, yakni penuntut umum.
4. Asas Openbaarhed Van Het Proces : Asas keterbukaan dari suatu proses
peradilan. Putusan pengadilan itu selalu harus diucapkan di dalam suatu sidang
pengadilan yang terbuka untuk umum atau yang juga sering dikatakan bahwa putusan
dari pengadilan itu selalu harus dilaksanakan met open deuren atau dengan pintu
pintu terbuka, kecuali dalam hal-hal tertentu seperti yang telah ditentukan dalam
undang-undang.
5. Asas Onafhankelijkhed Der Rechterjike Mac = asas kebebasan
hakim dalam mengadili suatu perkara. Hakim dalam mengadili suatu perkara tidak
boleh mendapat tekanan dari siapapun dan dalam bentuk apapun, baik dari individu
maupun dari penguasa.
6. Asas Oportunitas: Asas ini memberikan asas ini kepada jaksa suatu kewenangan
untuk mengesampingkan perkara, dalam arti tidak mengajukan sesuatu perkara untuk
diadili oleh pengadilan, yakni apabila kepentingan umum atau kepentingan hukum itu
telah menghendaki.
7. Asas Legalitas: Asas legalitas atau legaliteit ini menghendaki bahwa agar semua
pelaku tindak pidana itu, tanpa kecuali harus dituntut menurut undang-undang pidana
yang berlaku dan diajukan ke pengadilan untuk diadili.

8. Berdungsinya Acara Pidana


1. Ada laporan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana: Laporan pemberitahuan yang
tela disampaikan karena haka tau kewajibannya berdasarkan undang-undang diduga
terjadi peristiwa pidana (Pasal 1 butir 24 KUHP)
2. Ada pengaduan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana: Pemberitahuan disertai
permintaan bekepentingan guna menindaklanjuti menurut hukum seorang yang telah
melakukan tindak pidana aduan yang merugikan (Pasal 1 butir 5 KUHAP)
3. Aparat penegak hukum mengetahui sendiri adanya tindak pidana: Aparat telah
mengetahui adanya tindak pidana tanpa megetahui berdasarkan laporan atau
pengaduan dari mananya.
4. Diberitahukan di media massa: Aparat penegak hukum mengetahui adanya tindak
pidana dapat melalui peranan media massa yang sangat besar dan turut
mengungkapkan Tindakan yang terjadi di area masyarakat.
5. Ada tertangkap tangan: Jika ada seseorang yang langsung tertangkap maka secara
otomatis akan mendapatkan hukuman acara pidana yang sudah di tetapkan.

9. Penyelidik dan Penyidik


Tugas dan kewenangan masing-masing berdasarkan penafsiran otentik yang tercantum
dalam KUHP yakni:
-Penyelidik
Berdasarkan Pasal 1 angka 4 KUHP penyelidik adalah pejabat polisi
Negara Republik Indonesia yang dibei wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penyelidikan. penyelidik adalah setiap pejabat polisi Negara Republik
Indonesia.
Tugas dan wewenang penyidik berdasarkan Pasal 4 ayat 1 KUHP, yakni:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana
b. Mencari keterangan dan barang bukti
c. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri
d. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab
penyelidik atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:

a. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat penggeledaan dan penyitaan


b. Pemeriksaan dan penyitaan surat
c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
d. .Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik.
e. Pendidikam
Berdasarkan Pasal 1 angka KUHP bawa penyidik adalah pejabat polisi
negara republik indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan
$emudian diperjelas dalam Pasal 6 KUHP:
(A) Penyidik adalah:
a. Pejabat polisi negara republik Indonesia.
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khsus oleh
undang-undang.
(B) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dmaksud dalam ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Penyedik karena kewajibannya memiliki kenenangan Pasal 2 KUHP antara
lain:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
Pidana
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
f. Mengambil sidik jarid dan memotret seseorang
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara
i. Mengadakan penghentian penyidikan
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab

Anda mungkin juga menyukai