Anda di halaman 1dari 6

Nama Mahasiswa : nata jaya efendi

NIM : 2020030
UAS : HUKUM ACARA PIDANA

Jawaban:

1. A. Persamaan kedudukan di depan hukum (equality before the law), yakni kedudukan
di depan hukum tanpa adanya diskriminasi. Contohnya adalah siapa pun yang menjadi
tersangka dalam kasus pidana menjalani hukum acara pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan KUHAP atau peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku lainnya
dengan sama tanpa memandang kedudukan, harta, jabatan, dan lainnya
B. Penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan hanya dapat dilakukan
berdasarkan surat perintah dari pejabat yang berwenang dan dilakukan menurut hukum
sesuai dengan ketentuannya apabila kemudian ada pengecualian. Pasal 17 KUHAP
menegaskan bahwa penangkapan hanya dapat dilakukan kepada seseorang yang
diduga keras telah melakukan suatu tindak pidana, dan dugaan tersebut harus
didasarkan pada bukti permulaan yang cukup. Mahkamah Konstitusi mendefinisikan
bukti permulaan yang cukup sebagai minimal dua alat bukti sebagaimana diatur dalam
Pasal 184 KUHP, yakni keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, atau
keterangan terdakwa. Contoh prinsipnya ini: penggelahan rumah tersangka pidana
harus atas persetujuan hakim pengadilan negeri setempat.
C. Praduga tak bersalah. Seseorang yang yang dicurigai, ditahan, dan diproses hukum
harus dianggap tidak bersalah hingga ada putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap. Contohnya: seharusnya penetapan tersangka pidana disebutkan inisial
bukan disebutkan dengan jelas keterangan ideentitas tersangka dengan detail
D. Pemberian kompensasi atau rehabilitasi kepada orang yang telah ditangkap,
ditahan, atau diproses secara salah, atau kesalahan pada hukumnya; dan sebaliknya
mengharuskan aparat penegak hukum berhati-hati ketika menjalankan tugasnya.
Contohnya: alasannya pengehentian penyidikan dan penyelidikan haruslah dengan
alasan dasar hukum yang kuat.
E. Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan sesuai dengan Pasal
2 ayat (4) UU Kekuasaan Kehakiman. Contohnya: dalam proses pengadilan
pelaksanaan sidang seharusnya tepat waktu dan tak menggunakan kebiasaan ‘jam
karet’.
F. Kesempatan untuk mendapatkan pembelaan dan pendampingan hukum. Tersangka
atau terdakwa bebas memilih kuasa hukumnya, dan sebaliknya penasihat hukum harus
bebas dari rasa takut ketika membela kliennya. Bagi warga miskin tersedia fasilitas
bantuan hukum sebagaimana diatur dalam UU No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum. Contohnya: apabila orang menjadi tersangka pidana bisa mendapatkan
bantuan hukum dari pos bantuan hukum (posbakum) yang ada di pengadilan negeri
tersebut atau apabila pemerintah dapat memilih jaksa sebagai pengacara negara untuk
mendampingi dan membela haknya.
G. Aparat penegak hukum wajib menginformasikan peristiwa hukum dan pasal apa
yang dituduhkan kepada tersangka/terdakwa. Hak untuk mendapatkan informasi
tuduhan dan pasal tersebut penting agar tersangka atau terdakwa dapat mempersiapkan
pembelaan dan menunjuk penasihat hukum yang sesuai. Contohnya: berkas acara
pemeriksaan (BAP) dari polisi diberikan kepada tersangka atau kuasan hukumnya.

2.

PEMERIKSAAN DI PENGADILAN

Alur Prosedur Pemeriksaan Perkara Tingkat Pertama


penyelidikan berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 KUHAP, yang mana penyelidik sesuai
Pasal 4 KUHAP dan bersifat preventif (mencegah). Kemudian tahap berikutnya adalah
penyidikan yang dilakukan oleh penyidik sesuai Pasal 6 KUHAP adalah: pejabat negara yang
diberi wewenang khusus. Penyidik membuat berita acara yang terbagi dua pilihan, yakni
proses Verbaal van Verhoor yaitu berita acara yang dibuat oleh penyidik berdasar dari apa
yang didengar dari pihak-pihak yang didengar (antara penyidik, saksi dan tersangka) dan
ditandatangani kedua pihak atau pilihan kedua yakni proses verbaal van bervinding yaitu
berita acara yang dibuat oleh pejabat atas tanggungjawabnya sendiri yaitu penyidik datang
ke tempat kejadian dan membuat catatan. Baru kemudian setelah penyidikan masuk tahap
penuntutan, yang dilakukan oleh jaksa. Setelah Kejaksaan mempelajari maka Panitera
Kejaksaan melaporkan kepada kasus Kejaksaan kemudian menunjuk Jaksa Penuntut Umum
(mereka yang ditunjuk menangani suatu perkara). Penuntut akan menyusun surat dakwaan,
bila terdapat kekurangan dalam berkas perkara maka akan dikembalikan kepada penyidik :
berarti kewenangan belum seluruhnya beralih ke Kejaksaan, dan masa ini disebut Pra-
Penuntutan. Dan Penuntut Umum segera meneruskan perkara jika kewenangan itu sudah
beralih penuh/diterima oleh Kejaksaan. Baru tahap akhir berpekara di pengadilan hingga
mempunyai putusan berkekuatan hukum tetap yang mengakibat pelaksanaan putusan
pengadilan atau eksekusi oleh eksekutor.
Pengadilan Negeri (PN) menerima surat pelimpahan perkara dan berpendapat bahwa
perkara tersebut masuk dalam wewenangnya Ketua Pengadilan menunjuk hakim yang akan
menyidangkan perkara tersebut dan hakim yang ditunjuk itu menetapkan hari sidang (pasal
152 ayat 1 KUHAP). Kemudian hakim dalam menetapkan hari sidang memerintahkan kepada
PU supaya memanggil terdakwa dan saksi untuk datang di sidang pengadilan (pasal 152 ayat
2 KUHAP) pada hari yang telah ditentukan pengadilan bersidang kemudian hakim ketua
sidang memimpin pemeriksaan di sidang pengadilan yang dilakuan secara lisan dalam bhs
Indonesia yang dimengerti oleh terdakwa dan saksi utk keperluan pemeriksaan hakim ketua,
hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam
perkara mengenai kesusilaan/terdakwanya anaanak, hakim ketua sidang dapat menentukan
bahwa anak yang belum mencapai umur 17 tahun tidak diperkenankan menghadiri sidang
(pasal 153 ayat 1-4 KUHAP).
Lalu, Hakim Ketua Sidang memerintahkan supaya terdakwa dipanggil masuk dan jika ia
dalam tahanan, ia dihadapkan dalam keadaan bebas, jika dalam pemeriksaan perkara terdakwa
tidak hadir maka hakim ketua sidang meneliti apakah terdakwa sudah dipanggil secara sah,
jika tidak sah hakim ketua sidang menunda persidangan dan memerintahkan supaya terdakwa
dipanggil lagi pada hari sidang berikutnya, jika sudah dipanggil lagi pada hari sidang
berikutnya dan jika dipanggil secara sah tetapi tidak datang tanpa alasan sah, maka hakim
ketua sidang memerintahakan agar terdakwa dipanggil lagi. Jika untuk kedua kalinya tidak
hadir juga, hakim ketua memerintahkan dihadirkan dengan paksa pada sidang pertama
berikutnya dan panitera mencatat laporan dari PU tentang pelaksanaan tersebut dan
menyampaikannya kepada hakim ketua sidang (pasal 154 ayat 1-7 KUHAP).
Kemudian pada permulaan sidang hakim ketua menanyakan kepada terdakwa tentang :
nama lengkap, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tingal, agama, dan
pekerjaan. Serta mengingatkan terdakwa supaya memperhatikan segala sesuatu yang didengar
dan dilihat disidang, sesudah itu hakim ketua minta PU untuk membacakan surat dakwaan dan
terdakwa ditanya apakah ia sudah benar-benar mengerti, apabila tidak mengerti PU atas
permintaan hakim ketua sidang wajib memberi penjelasan yang diperlukan (pasal 155 ayat 1)
3. 1. Putusan Bebas
Putusan bebas adalah putusan yang dijatuhkan hakim kepada terdakwa apabila
dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan kesalahan yang didakwakan kepada
terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Hal ini diatur dalam Pasal 191
ayat (1) KUHAP. Pada asasnya, esensi putusan bebas terjadi karena terdakwa
dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana sebagaimana didakwakan Jaksa/Penuntut Umum dalam surat dakwaan.
2. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum
Dasar hukum dari putusan ini dapat dilihat pada Pasal 191 ayat (2) KUHAP
yang berbunyi: ”Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada
terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka
terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum.”
Dari bunyi Pasal di 191 ayat (2) KUHAP di atas dapat diartikan bahwasanya pada
putusan pelepasan, tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa/ Penuntut Umum
memang terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum, tetapi terdakwa tidak
dapat dipidana karena perbuatan yang dilakukan terdakwa tersebut bukan merupakan
”perbuatan pidana”, tetapi misalnya termasuk yurisdiksi hukum perdata, hukum adat
ataukah hukum dagang.
3. Putusan Pemidanaan
Putusan pemidanaan diatur dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:
“Jika berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana”.
Pemidanaan berarti terdakwa dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan
ancaman yang ditentukan dalam Pasal tindak pidana yang didakwakan kepada
terdakwa. Jelaskan jenis-jenis upaya hukum
4. 1). Praperadilan
Praperadilan merupakan salah satu lembaga dalam hukum pidana Indonesia, secara
formil diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 83 KUHAP. Berdasarkan ketentuan
Pasal 78 Ayat (1) dan (2) KUHAP praperadilan merupakan wewenang pengadilan negeri
dan praperadilan tersebut dipimpin oleh hakim tunggal yang ditunjuk oleh ketua
pengadilan negeri dan dibantu oleh seorang panitera.
Adapun kewenangan pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus perkara
praperadilan dimaksud adalah sebagai berikut:
a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan;
b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara pidananya
dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

2). Upaya Hukum Biasa


Banding (Pasal 67 KUHAP)
Terhadap diri terdakwa atau penuntut umum, KUHAP memberikan hak kepada mereka
untuk mengajukan upaya banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali
terhadap putusan bebas murni/vrijpraak (bebas dari segala dakwaan), bebas tidak
murni/onslag van alle rechtvervollging atau lepas dari segala tuntutan hukum yang
menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara
cepat (putusan tindak pidana ringan dan perkara pelanggaran lalu-lintas).

3). Upaya Hukum Luar Biasa


a. Pemeriksan Tingkat Kasasi Demi Kepentingan Hukum (Pasal 259 KUHAP)
b. Peninjauan Kembali Putusan Pengadilan yang telah Mempunyai Kekuatan Hukum
Tetap (Pasal 263 KUHAP). Permintaan peninjauan kembali diajukan bersamaan dengan
memori peninjauan kembali dan berdasarkan alasan dari pemohon tersebut Mahkamah
Agung mengadili hanya dengan alasan yang telah ditentukan oleh KUHAP sebagai
berikut:
a) Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika
keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan
berupa putusan bebas atau putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan
penuntut umum tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan
pidana yang lebih ringan;
b) Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti,
akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang dinyatakan
telah terbukti itu, ternyata telah bertentangan satu dengan yang lain;

c) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan hakim atau
suatu kekeliruan yang nyata.

5. bahwa hukum acara pidana sebagai yang termuat dalam Het Herziene Inlandsch
Reglement (Staatsblad Tahun 1941 Nomor 44) dihubungkan dengan dan Undang-
undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951 (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 81) serta semua peraturan pelaksanaannya dan ketentuan
yang diatur dalam perundang-undangan lainnya sepanjang hal itu mengenai hukum
acara pidana, perlu dicabut, karena sudah tidak sesuai dengan cita-cita hukum nasional
6. Sesuai Pasal 77 KUHAP, yaitu untuk menguji:
1. Sah tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan
tersangka/keluarganya/pihak lain atas kuasa tersangka (Pasal 79 KUHAP)
2. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan/penuntutan atas permintaan demi tegaknya
hukum keadilan (Pasal 80 KUHAP)
3. Permintaan ganti kerugian/rehabilitas oleh tersangka/keluarganya/pihak lain atas
kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan. (Pasal 81 KUHAP).
7.Pasal 24:
- Perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik paling lama 20 (dua puluh) hari;
- Apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang
oleh penuntut umum paling lama 40 (empat puluh) hari

Anda mungkin juga menyukai