BAB 2
TERSANGKA, TERDAKWA, TERPIDANA DAN HAK-HAKNYA
A. PENGERTIAN
1. Tersangka
Menurut Pasal 1 butir 14 KUHAP, tersangka adalah seseorang yang
karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan
patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
2. Terdakwa
Menurut Pasal 1 butir 15 KUHAP, terdkwa adalah sorang tersangka yang
dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan.
3. Terpidana atau Terhukum
J.C.T Simorangkir membedakan antara pengertian Terhukum dengan
Terpidana. Bahwa yang dimaksud dengan Terhukum adalah seorang
terdakwa terhadap siapa oleh pengadilan telah dibuktikan kesalahannya
melakukan tindak pidana yang dituduhkan kepadanya dank arena ia
dijatuhi hukuman yang ditetapkan untuk tindak pidana tersebut,
sedangkan terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.
B. HAK-HAK
1. Hak Tersangka
1) Hak untuk segera diperiksa perkaranya sebagaimana Pasal 50
KUHAP, yaitu :
Berhak segera mendapatkan pemeriksaan oleh penyidik dan
selanjutnya dapat diajukan kepada Penun tut Umum. Bahkan
tersangka yang ditahan dalam waktu 1 hari setelah perintah
penahanan itu dijalankan ia harus mulai diperiksa oleh penyidik
(Pasal 122 KUHAP).
Berkas perkaranya segera dimajukan atau dilanjutkan ke
Pengadilan oleh Penuntut Umum.
Berhak segera diadili oleh Pengadilan.
Hak untuk mempersiapkan pembelaan (Pasal 51 (a) KUHAP)
2) Hak untuk bebas memberikan keterangan (Pasal 52 KUHAP)
3) Hak untuk mendapatkan juru bahasa (Pasal 53 ayat (1) KUHAP
4) Hak untuk mendapatkan penerjemah (Pasal 53 ayat (2) KUHAP)
5) Hak untuk mendapatkan bantuan hukum
6) Hak untuk memilih penasihat hukum
7) Hak untuk didampingi penasihat hukum secara Cuma-Cuma
8) Hak untuk menghubungi penasihat hukumnya
7) Hak untuk menghubungi perwakilan negaranya
8) Hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan
9) Hak untuk diberitahukan dan menghubungi keluarganya
10) Hak untuk menghubungi dan menerima kunjungan keluarganya
11) Hak untuk surat menyurat
12) Hak untuk menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniawan.
13) Hak untuk mengajukan saksi yang meringankan
14) Hak untuk tidak dibebani kewajiban pembuktian.
15) Hak untuk menuntut ganti kerugian
16) Hak untuk diperiksa ditempat kediaman
17) Hak untuk mendapat rehabilitasi
18) Hak untuk segera diperiksa
19) Hak untuk mengajukan keberatan
20) Hak untuk mendapatkan bantuan hukum
21) Hak untuk mendapatkan saksi yang meringankan.
22) Hak untuk memberikan keterangan tanpa tekanan
23) Tersangka yang sakit diharuskan dirawat diluar Rutan yaitu dirawat di
rumah sakit.
2. Hak Terdakwa
1) Hak untuk segera diperiksa perkaranya
2) Hak untuk mempersiapkan pembelaan
3) Hak untuk bebas memberikan keterangan
4) Hak untuk mendapatkan juru bahasa
5) Hak untuk mendapatkan penerjemah
6) Hak untuk mendapatkan bantuan hukum
7) Hak untuk memilih penasihat hukum
8) Hak untuk didampingi penasihat hukum secara Cuma-Cuma
9) Hak untuk menghubungi penasihat hukumnya
10) Hak untuk menghubngi perwakilan negaranya
11) Hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan
12) Hak untuk diberitahukan atau menghubungi keluarganya
13) Hak untuk menghubungi dan menerima kunjungan
14) Hak untuk melakukan surat menyurat
15) Hak untuk menerima dan kunjungan rohaniawan
16) Hak untuk diadili/disidang pada pengadilan terbuka untuk umum
17) Hak untuk mengajukan saksi dan keahlian khusus
18) Hak untuk tidak dibebani kewajiban pembuktian
19) Hak untuk minta banding
20) Hak untuk menuntut ganti rugi dan rehabilitasi
21) Hak untuk mendapatkan salinan dari semua surat-surat, berkas
perkara atas perkaranya.
22) Hak untuk mengajukan permohonan
23) Hak untuk ingkar (ingkar terhadap hakim yang mengadilinya)
24) Hak untuk memahami dakwaan
25) Hak untuk mengajukan keberatan
26) Hak untuk mengajukan pertanyaan
27) Hak untuk diam
28) Hak untuk tidak memberikan ijin kepada saksi
29) Hak untuk mengajukan saksi dengan keterangan dibawah sumpah
30) Hak untuk mengeluarkan saksi dari sidang
31) Hak untuk menuntut saksi
32) Hak untuk menolak keterangan ahli
33) Hak untuk mengajukan pembelaan secara tertulis
34) Hak untuk mendapatkan saksi yang meringankan
3. Terpidana
1) Hak untuk menuntut ganti kerugian (pasal 95 ayat (1) KUHAP
2) Hak untuk segera menerima dan segera menolak putusan pengadilan
3) Hak untuk mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau
menolak putusan dalam tenggang waktu 7 hari
4) Hak untuk minta perkaranya diperiksa dalam tingkat banding dalam
tenggang waktu yang ditentukan undang-undang (menolak putusan)
5) Hak untuk meminta penagguhan pelaksanaan putusan dalam
tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk dapat
mengajukan grasi (menerima putusan)
6) Hak untuk mencabut pernyataan tentang menerima atau menolak
putusan pengadilan dalam tenggang waktu yang ditentukan undang-
undang hukum acara pidana
7) Hak mengajukan permintaan kasasi
8) Hak mengajukan keberatan yang beralasan terhadap hasil kerangan
ahli
9) Hak mengajukan Peninjauan Kembali atas putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap
BAB 3
PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA
Dalam pemeriksaan perkara pidana dikenal tahapan-tahapan, antara
lain:
1. Penyelidikan oleh Kepolisian Negara
2. Penyidikan oleh Kepolisian Negara dan oleh Penyidik PNS
3. Penuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum
4. Pemeriksaan sidang oleh hakim dan unsur persidangan lainnya
5. Pelaksanaan Putusan Pengadilan ( Eksekusi ) oleh Jaksa
1. Penyelidikan;
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam Undang-Undang ini (Pasal 1 ke-5 KUHAP)
Dalam usaha untuk mengungkap sebuah peristiwa untuk dapat
dikatakan sebagai peristiwa pidana atau sebaliknya guna kepentingan
penyidikan, penyelidik atas perintah penyidik mempunyai kewenangan
untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu.
Penyelidik karena kewajibannya mempunyai kewenangan :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya
tindak pidana
b. Mencari keterangan dan barang bukti
c. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri.
d. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab
Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa :
a. Penangkapan larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penyitaan
b. Pemeriksaan dan penyitaan surat
c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
d. Membawa dan menghadapkan sesorang kepada penyidik.
6. Upaya Paksa
a. Penangkapan
Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan
sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila
terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan
dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini.
Penangkapan merupakan sebagian dari bentuk upaya paksa yang
diatur dalam KUHAP yang pelaksanaannya diberikan batasan yang
bersifat mencegah agar penggunaannya tidak mengesampingkan
HAM, namun tetap dalam kurun keseimbangan antara kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat, antara kepentingan tersangka
dan kepentingan pemeriksaan. Dasar hukum penangkapan harus ada
dugaan keras berdasarkan bukti yang cukup bahwa seseorang
melakukan perbuatan pidana yang diancam dengan pidana lima tahun
keatas. Penagkaapan diatur dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 19
KUHAP.
Penangkapan sangat terkait dengan bukti permulaan. Bukti permulaan
menurut Rapat Kerja MAKEHJAPOL (Mahkamah Agung, Kehakiman,
Kejaksaan, Polisi Tanggal 21 Maret 1984 bahwa bukti permulaan
yang cukup adalah Laporan Polisi ditambah salah satu alat bukti
lainnya.
Prosedur dan tata cara pelaksanaan penangkapan diataur dalam
Pasal 18 KUHAP.
b. Penahanan (Psl 20)
Penahanan adalah Penempatan tersangka atau terdakwa di tempat
tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan
penetapannya.
Alasan penahanan adalah :
Tersangka/Terdakwa dikuatirkan melarikan diri.
Tersangka/Terdakwa dikuatirkan akan merusak/menghilangkan
barang bukti.
Tersangka/Terdakwa dikuatirkan mengulangi tindak pidana.
8. Pra-peradilan
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa
dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
tentang :
a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas
permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa
tersangka.
b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian tuntutan
atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan.
c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau
keluarganya atau kuasanya yang diajukan ke pengadilan.
d. Sah atau tidaknya penetapan tersangka, Penggeledahan dan
Penyitaan (Putusan MK No. 21/PUU-XII/2014).
e. Pemberitahuan SPDP (Surat Pemberitahuan dimulainya Penyidikan)
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya Surat Perintah
Penyidik (putusan MK No. 130/PUU-XIII/2015).
Tujuan pra-peradilan adalah untuk melakukan pengawasan secara
horizontal atas segala tindakan upaya paksa yang dilakukan oleh
penyidik atau penuntut umum kepada tersangka selama dalam
pemeriksaan penyidikan atau penuntutan agar benar-benar tindakan itu
tidak bertentangan dengan hukum dan undang-undang yang berlaku.
9. Pemeriksaan Sidang Pengadilan.
a. Macam-macam Acara Pemeriksaan Sidang Pengadilan.
Acara Pemeriksaan Biasa
Tindak Pidana yang diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa
adalah tindak pidana yang pembuktiannya serta penerapan
hukumnya tidak mudah serta sifat melawan hukumnya tidak
sederhana.
Acara Pemeriksaan singkat
Tindak pidana yang diperiksa dengan acara pemeriksaan singkat
adalah tindak pidana yang pembuktiannya mudah serta sifat
melawan hukumnya sederhana.
Acara pemeriksaan cepat, meliputi :
* Tindak Pidana Ringan ( Tipiring )
* Pelanggaran Lalu lintas.
b. Asas Pemeriksaan Sidang Pengadilan.
Asas terbuka untuk umum artinya : semua persidangan harus
dinyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara kesusilaan
atau terdakwanya anak-anak.
Asas Oral atau dwi cakap, artinya :
Hakim dalam memimpin sidang harus menggunakan bahasa
Indonesia yang dimengerti oleh Terdakwa.
c. Alat-alat bukti
Keterangan saksi, adalah suatu alat bukti dalam perkara pidana
yang berupa keterangan mengenai suatu peristiwa yang ia
dengar, ia lihat dan ia rasakan sendiri dengan menyebut alasan
dari pengetahuan itu.
Yang tidak cakap menjadi saksi :
* anak yang belum berusia 15 tahun dan belum pernah kawin
* orang yang sakit jiwa meskipun kadang-kadang ingatannya
baik.
Dalam hal seseorang yang tanpa alasan yang sah menolak untuk
menjadi saksi diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 9
bulan ( pasal 224 KUHP )
Dan apabila kesaksian itu tidak benar atau palsu maka diancam
pidana penjara selama-lamanya 7 tahun ( pasal 242 KUHP )
Keterangan Ahli, adalah keterangan yang diberikan oleh
sesorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang
diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan
Alat bukti surat ;
Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
oleh pejabat umum yang berwenang, memuat keterangan
tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau
dialaminya sendiri disertai dengan alasan yang jelas dan
tegas.
Surat yang dibuat menurut ketentuan perundang-undangan
atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang
termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggungjawabnya
yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau
keadaan.
Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau keadaan
yang diminta secara resmi.
Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dari isi alat pembuktian yang lain.
Petunjuk, adalah perbuatan kejadian atau keadaan yang karena
persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain maupun
dengan tindak pidana itu sendiri menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya .
Keterangan terdakwa,
Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan
dalam sidang tentang perbuatan yang dilakukan, diketahui
atau dialami sendiri.
Keterangan terdakwa diluar sidang dapat digunakan untuk
membantu menemukan bukti asalkan didukung oleh suatu alat
bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan
kepadanya.
Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya
sendiri.
Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan
bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan
kepadanya tetapi harus disertai dengan alat bukti lain.
d. Putusan
Putusan Hakim yang merupakan putusan akhir terdiri dari :
(1) Putusan bebas ( Vrijsprak )
Putusan bebas dijatuhkan bila hakim berpendapat bahwa dari
hasil pemeriksaan sidang pengadilan terdakwa tidak terbukti
melakukan tindak pidana secara sah dan meyakinkan.
(2) Putusan lepas dari tuntutan hukum (onslaag)
Putusan lepas dari tuntutan hukum akan dijatuhkan bilamana
hakim berpendapat bahwa hasil pemeriksaan , perbuatan
terdakwa terbukti tetapi bukan merupakan tindak pidana
(3) Putusan pemidanaan
Dijatuhkan bila hakim berpendapat bahwa hasil pemeriksaan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah menurut undang-
undang hakim berkeyakinan bahwa terdakwa bersalah.
BAB 4
UPAYA HUKUM
A. Sistem Pemeriksaan
1. Sistem Inqusitor
Sebelum berlaku KUHAP sistem inqusatoir dalam HIR yaitu sistem
pemeriksaan dimana tersangka dianggap sebagai objek pemeriksaan
yaitu pemeriksaan dilakukan dengan pintu tertutup sehingga tersangka
tidak mempunyai hak untuk membela diri.
Setelah berlaku KUHAP pada pemeriksaan permulaan dipakai sistem
inqusatoir yang lunak yaitu pemeriksaan penyidik, tersangka boleh
didampingi penasihat hukum yang mengikuti jalannya pemeriksaan secara
pasif mulai dari pemeriksaan tingkat penyelidikan/penyidikan
(penangkapan/penahanan) tingkat penuntutan sampai pada proses
pemeriksaan di pengadilan.
2. Sistem Accusatoir
Sistem pemeriksaan ini pada tingkat pengadilan atau dimuka hakim
dimana tersangka/terdakwa diakui sebagai subjek pemeriksaan dan
diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan pembelaan diri atas
tuduhan atau dakwaan bagi dirinya. Tersangka/terdakwa mempunyai hak
yang sama nilainya dengan Penuntut Umum.
Andi Sofyan dan H. Abdul Asis, 2014, Hukum Acara Pidana (Suatu Pengantar),
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Lilik Mulyadi, 2012, Hukum Acara Pidana Indonesia (Suatu tinjauan khusus
terhadap Surat Dakwaan, Eksepsi, dan Putusan Peradilan,)
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.