By
Muhammad Arif Sahlepi
Hukum Acara
Hukum Acara atau Hukum Formil,
yaitu kaedah hukum yang mengatur
bagaimana cara mengajukan sesuatu
perkara ke muka suatu badan
peradilan dan bagaimana Hakim
memberi putusan.
Hukum Acara atau Hukum Formil
yang berasal dari bahasa Belanda
yaitu Formeelrecht atau juga
Adjective Law dalam bahasa Inggris.
Hukum Acara
Ada berbagai sistem hukum acara di
Indonesia, antara lain:
1. Hukum Acara Pidana.
2. Hukum Acara Perdata.
3. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha
Negara.
4.Hukum Acara Mahkamah Konstitusi.
5. Hukum Acara Peradilan Militer.
6. Hukum Acara Peradilan Agama.
Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Pidana adalah keseluruhan
aturan hukum yang mengatur tentang cara
bagaimana mempertahankan atau
menyelenggarakan hukum pidana materil,
sehingga memperoleh keputusan Hakim
dan cara bagaimana keputusan itu harus
dilaksanakan.
Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad
menyatakan bahwa Hukum Acara Pidana
sebagai realisasi hukum pidana adalah
hukum yang menyangkut cara pelaksanaan
penguasa nienindak warga yang didakwa
bertanggung jawab atas suatu delik
(peristiwa pidana).
Landasan Hukum Acara Pidana
Sumber Hukum Acara Pidana :
– Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
– Undang-undang No. 3 tahun 1971 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
– Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP,).
Dengan berlakunya KUHAP ini, maka Herzien
Indonesisch Reglement (HIR), dalam bahasa
Indonesia Reglemen Indonesia diperbaharui (RID)
bagian pidana dinyatakan tidak berlaku lagi.
– Undang-undang No. 14 tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung.
– Undang-undang No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan
Umum.
Hukum Acara Pidana
Fungsi Hukum Acara Pidana
– Mencari dan menemukan kebenaran.
– Pemberian keputusan oleh Hakim.
– Pelaksanaan keputusan oleh Hakim.
Asas-Asas Hukum Acara Pidana
1. Yang berhubungan dengan peranan.
Prakarsa proses dilakukan oleh Polisi/Jaksa. Jaksa mengajukan tuntutan
ke Pengadilan serta melaksanakan penetapan Hakim.
Asas-asas oportunitas yaitu dimungkinkannya perkara yang sedang
dalam proses penuntutan dideponir atau dipeti-eskan oleh
Jaksa/Pengadilan demi kepentingan umum.
Kedua pihak wajib didengar keterangan-keterangannya oleh Hakim.
Acara pemeriksaan dalam sidang pengadilan dilakukan dengan
perdebatan lisan atau langsung.
Keputusan Hakim wajib dilandasi dengan alasan-alasan yang rasional
obyektif, setelah mendengar kedua pihak termasuk saksi a charge
(yang meringankan) dan saksi a de charge (yang memberatkan).
Dalam rangka menemukan kebenaran materiil (materieel waarheid),
Hakim dalam menjalankan tugasnya bersifat aktif (leidende rol), artinya
Hakim bertindak memimpin (proses) peradilan.
Akusator artinya pada asas akusator ini para pihak diakui sebagai subyek
dan kedudukannya sederajat, pemeriksaan tidaklah bersifat rahasia
(terbuka untuk umum). Tersangka sudah dapat didampingi oleh
Penasehat Hukum.
Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan.
Praduga tak bersalah (Presumption of innocence). Setiap orang yang
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut atau dihadapkan di muka sidang
pengadilan dianggap tidak bersalah sampai ada putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.
Semua orang diperlakukan sama di depan hakim.
Asas-Asas Hukum Acara Pidana
2. Yang berhubungan dengan keadaan peradilan.
Sidang pengadilan dilakukan terbuka untuk umum.
Terhadap asas ini ada pengecualian yaitu bahwa
sidang perkara susila dan pelaku kejahatan adalah
anak-anak dibawah umur dilakukan secara tertutup.
Keputusan Hakim harus selalu dinyatakan dengan
pintu terbuka.
Peradilan bertahap.
– Tingkat pertama pada Pengadilan Negeri.
– Tingkat Banding pada Pengadilan Tinggi.
– Tingkat Kasasi pada Mahkamah Agung.
3. Exeptio Paremptoir.
Pada Zaman Pendudukan Jepang semua badan peradilan dari Pemerintah Hindia Belanda
dihapuskan, kemudian diubah namanya yaitu :
– Landraad menjadi Tihoo-Hooin, (Pengadilan Negeri).
– Landgerecht menjadi Keizai-Hooin (Pengadilan Kepolisian).
– Regentschap-gerecht menjadi Ken-Hooin (Pengadilan Kabupaten).
– District-gerecht menjadi Gun-Hooin (Pengadilan Kewedanaan).
– Raad van Justitie menjadi Koo-Too-Hooin (Pengadilan Tinggi),
– Hooggerechtshof menjadi Saikoo-Hocin (Mahkamah Agung).
Terima Kasih
Ada pertanyaan ??