Anda di halaman 1dari 20

Perlindungan dan Penegakan

Hukum di Indonesia
Kelompok 3 :
1. Suci Ramadhanti
2. Anggifitri Fadillah
3. Dewi Alia Tantri
4. Ernia Fanni
5. Siti Hatijah
6. Efriendi Pardede
7. Afiq Iman Khaizuran
Peta Konsep
Perlindungan dan Penegakan
Hukum di Indonesia

Peran Lembaga Penegak Hukum dalam


Menjamin Keadilan dan Kedamaian

Peran Hakim sebagai Pelaksana


Kekuasaan Kehakiman

Peranan Lembaga- Kasus Pelanggaran


Hakim
Lembaga Peradilan Hukum yang diadili oleh
Konsep Peradilan Negeri Hakim
dan Pengadilan
Peran Lembaga Penegak Hukum dalam Menjamin
Keadilan dan Kedamaian
Peran Hakim sebagai Pelaksana Kekuasaan Kehakiman
Indonesia merupakan negara hukum, dimana semua kehidupan kenegaraan harus di dasari oleh hukum
yang berlaku. Untuk menjaga dan mengawasi hukum yang berjalan sehingga masyarakat bisa menaati
hukum dan mendapatkan keadilan maka dibentuklah lembaga peradilan. Dalam pelaksanaannya,
kekuasaan di lembaga peradilan dilaksanakan oleh hakim.

Kekuasaan Kehakiman dalam konteks negara Indonesia adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
Di Indonesia perwujudan kekuasaan kehakiman diatur sepenuhnya dalam UU RI no 48 tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman yang merupakan penyempurnaan dari UU RI no 4 tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman.
Berikut adalah isi dari UU RI no 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman yaitu :
(1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib
menjaga kemandirian peradilan.
(2) Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan
kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana dimaksud dalam
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan UU RI No 48 tahun 2009 pasal 18 kekuasaan kehakiman di Indonesia


dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung meliputi badan peradilan yang berada dilingkungan Peradilan
Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara, serta
oleh semua Mahkamah Konstitusi.
Lembaga-lembaga tersebut berperan sebagai penegak keadilan dan dibersihkan dari
tiap intervensi dari lembaga Legislatif, Eksekutif, maupun lembaga lainnya.
Kekuasaan kehakiman yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tersebut
dilaksanakan oleh hakim.
Hakim
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk mengadili. Mengadili merupakan serangkaian
tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutuskan
perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak di
sebuah sidang pengadilan berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.
Dalam upaya menegakkan hukum dan keadilan serta kebenaran,
hakim diberi kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan. Dengan kata lain, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh
kekuasaan-kekuasaan lain dalam memutuskan perkara. Apabila hakim
mendapatkan pengaruh dari pihak lain dalam memutuskan perkara,
cenderung keputusan hakim itu tidak adil, yang pada akhirnya akan
meresahkan masyarakat, serta wibawa hukum dan hakim akan pudar.
Menurut ketentuan Undang-Undang RI Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, hakim berdasarkan
jenis lembaga peradilannya dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok berikut:
a. Hakim pada Mahkamah Agung yang disebut dengan
Hakim Agung.
b. Hakim pada badan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung, yaitu dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang
berada dalam lingkungan peradilan tersebut.
c. Hakim pada Mahkamah Konstitusi yang disebut
dengan Hakim Konstitusi.
Konsep Peradilan dan Pengadilan
Setiap hakim melaksanakan proses peradilan yang dilaksanakan di sebuah
tempat yang dinamakan pengadilan. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara
konsep peradilan pengadilan. Peradilan menunjuk pada proses mengadili perkara
sesuai dengan kategori perkara yang diselesaikan. Pengadilan menunjuk pada
tempat untuk mengadili perkara atau tempat untuk melaksanakan proses
peradilan guna menegakkan hukum.

Pengadilan secara umum mempunyai tugas untuk mengadili perkara menurut


hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Pengadilan tidak boleh menolak
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan
dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang. Pengadilan wajib memeriksa dan
mengadili setiap perkara peradilan yang masuk.
Peranan
Lembaga-Lembaga
Peradilan Negeri
A. Pengadilan Negeri

Lembaga peradilan tingkat pertama yaitu Pengadilan Negeri (PN), merupakan


sebuah lembaga peradilan umum yang berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten atau
kota. Adapun salah satu fungsi Pengadilan Negeri yaitu fungsi mengadili yakni
memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat
pertama.

Dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1986 mengenai Peradilan Umum, Pengadilan


pada Tingkat pertama, serta Pengadilan Negeri dibuat oleh Menteri Kehakiman
melalui persetujuan dari Mahkamah Agung yang memiliki kewenangan hukum
pengadilan yang mencakup satu kabupaten/ kota. Susunan pengadilan negeri terdiri
dari Pimpinan yang terdiri atas Ketua PN dan Wakil Ketua PN, Hakim, Anggota,
Panitera, Sekretaris, dan Jurusita.
Tugas dan wewenang pengadilan negeri adalah memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya, kecuali jika UU menentukan hal lainnya. Tindak pindana yang
pemeriksaannya harus didahulukan, yaitu :
Korupsi, Terorisme, Narkotika/psikotropika, Pencucian uang , atau yang ditentukan
oleh UU dan perkara yang terdakwanya berada didalam rumah tahanan negara.
B. Pengadilan Tinggi
Pengadilan tingkat kedua atau sering disebut Pengadilan Tinggi (PT) yang terbentuk
oleh Undang-undang, merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan
Umum yang berkedudukan di Ibu kota Provinsi sebagai Pengadilan Tingkat Banding
terhadap perkara-perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri.
Fungsi pengadilan tinggi :
1. Menjadi pemimpin bagi pengadilan-pengadilan negeri di dalam daerah hukumnya
2. Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam daerah hukumnya dan
menjaga supaya peradilan itu diselesaikan dengan saksama dan sewajarnya.
3. Mengawasi dan meneliti perbuatan para hakim dan pengadilan negeri di daerah
hukumnnya .
4. Untuk kepentingan Negara dan keadilan, pengadilan tinggi dapat memberi
peringatan, teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu kepada pengadilan negeri
dalam daerah hukumnya.
Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang mengadili perkara pidana dan
perkara perdata di Tingkat Banding serta berwenang mengadili di Tingkat
Pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan
Negeri di daerah hukumnya. Susunan Pengadilan Tinggi ini terdiri atas
Pimpinan yang di dalamnya ada seorang Ketua PT dan seorang Wakil Ketua
PT, Hakim Anggota, Panitera, dan juga Sekretaris.
C. Mahkamah Agung

Pengadilan tingkat ketiga atau sering disebut Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga
tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang
kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas dari
pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Daerah hukum MA meliputi seluruh
Indonesia dan kewajiban utamanya adalah melakukan pengawasan tertinggi atas
tindakan-tindakan segala pengadilan lainnya di seluruh Indonesia, dan menjaga/
menjamin agar hukum dilaksanakan dengan sepatutnya .

Tugas dan fungsi mahkamah agung ;


1. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan
di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaan
kehakiman.
2. Mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim disemua lingkungan
peradilan dalam menjalankan tugasnya .
3. Mengawasi dengan cermat semua perbuatan-perbuatan para hakim di
semua lingkungan peradilan.
4. Untuk kepentingan negara dan keadilan mahkamah agung memberi
peringatan, teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu baik
D. Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi sesuai UU No.24 tahun 2003 memiliki wewenang dan kewajiban:

• Wewenang; mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk menguji UU terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945, memutus pembubaran partai politik,
dan memutus perselisihan pemilihan umum

• Kewajiban; yaitu memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran
oleh Presiden dan /atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Kasus Pelanggaran
Hukum yang diadili
oleh Hakim
Edy Mulyadi Divonis Penjara 7,5 Bulan, Polri Hormati Putusan
Majelis Hakim

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan kepolisian


menghormati keputusan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
memvonis Edy Mulyadi 7 bulan 15 hari penjara. Vonis ini berarti Edy
Mulyadi bebas dari tahanan karena telah menjalani penahanan.

Dalam sidang vonis pada Senin, 12 September 2022, majelis hakim juga
memerintahkan kepada jaksa penuntut umum (JPU) untuk mengeluarkan
pegiat media sosial, Edy Mulyadi dari penjara karena telah menjalani masa
penahanan.
"Memerintahkan terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan," ujar hakim ketua
Adeng AK dalam persidangan di PN Jakarta Pusat, Senin, 12 September 2022.
Edy Mulyadi bersalah melanggar Pasal 15 Ayat (1) Undang-Undang (UU)
Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dalam kasus ujaran
kebencian mengenai pemindahan Ibu Kota Nusantara (IKN). Ia menyebut
lokasi IKN sebagai 'Tempat Jin Buang Anak'. Edy Mulyadi mendapatkan
hukuman lebih ringan ketimbang tuntutan dari Jaksa penuntut umum dengan
hukuman empat tahun penjara.
"Karena masa pidana yang akan dijatuhkan terhadap terdakwa sama dengan
masa penangkapan atau penahanan yang telah dijalani terdakwa maka perlu
diperintahkan agar terdakwa segera dikeluarkan dari tahanan," kata hakim .
Thank You
“Bagaimana keadilan bisa tercipta, jika orang tak bersalah disiksa menjadi terdakwa.“

Anda mungkin juga menyukai