Anda di halaman 1dari 9

KEKUASAAN KEHAKIMAN

Makalah Diskusi
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN) tahun ajaran 2023/2024
Guru Mata Pelajaran : Juhendi, S.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 3 (XII MIPA 4)
1. Pipit Fitria Putri 5. Ghailan Naufal A
2. Garnis Andira P 6. Fikri Haikal
3. Lola Zakiyatus 7. Desi Candra
4. Fitri Supriyati

SMA NEGERI CIMANGGUNG


SUMEDANG 2023
A. Pengertian Kekuasaan Kehakiman
"Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia", begitulah bunyi yang
disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman.
Kekuasaan kehakiman menurut Pasal 24 Ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 "Merupakan kekuasaan yang merdeka yang
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama,
lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi", untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan.
Hakim sebagai pejabat peradilan negara yang berwewenang untuk menerima,
memeriksa, dan memutus perkara yang dihadapkan kepadanya. Pada hakikatnya tugas
hakim untuk mengadili mengandung dua pengertian, yakni menegakkan keadilan dan
menegakkan hukum.
B. Kedudukan Kekuasaan Kehakiman
Kekuasaan kehakiman merupakan pilar ketiga dalam sistem kekuasaan negara
modern. Dalam bahasa Indonesia fungsi kekuasaan yang ketiga ini sering kali disebut
cabang kekuasaan “yudikatif”, dari istilah Belanda "judicatie". Dalam sistem negara
modern, cabang kekuasaan kehakiman atau judiciary merupakan cabang yang di
organisasikan secara tersendiri. Baik di negara-negara yang menganut tradisi civil law
maupun common law, baik yang menganut sistem pemerintahan parlementer maupun
presidensial, lembaga kekuasaan kehakiman selalu bersifat tersendiri.
Dalam kegiatan bernegara, kedudukan hakim pada pokoknya bersifat sangat
khusus. Dalam hubungan kepentingan yang bersifat triadik (triadic relation) antara
negara, pasar, dan masyarakat madani, kedudukan hakim haruslah berada di tengah.
Demikian pula dalam hubungan antara negara dan warga negara, hakim juga harus
berada di antara keduanya secara seimbang.
Oleh sebab itu, salah satu ciri yang di anggap penting dalam setiap negara
hukum yang demokratis ataupun negara demokrasi yang berdasar atas hukum adalah
adanya kekuasaan kehakiman yang independen dan tidak berpihak (independent and
impartial).
Pengadilan adalah lembaga kehakiman yang menjamin tegaknya keadilan
melalui penerapan undang-undang dan kitab undang-undang (wet en wetboeken)
dimaksud. Strukturnya dapat bertingkat-tingkat sesuai dengan sifat perkara dang
bidang hukum yang terkait.
Dalam sistem peradilan di Indonesia, terdapat empat lingkungan peradilan,
yang masing-masing mempunyai lembaga-lembaga pengadilan tingkat pertama dan
pengadilan tingkat banding.
Pada tingkat kasasi, semuanya berpuncak pada Mahkamah Agung (MA)
sesuai pasal 24A ayat 1. Pengadilan tingkat pertama dan kedua dalam ke-empat
lingkungan peradilan tersebut adalah:

2
1. Pengadilan Negeri (PN) dan Pengadilan Tinggi (PT) dalam lingkungan
peradilan umum.
2. Pengadilan Agama (PA) dan Pengadilan Tinggi Agama (PTA) dalam
lingkungan peradilan agama.
3. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara dalam lingkungan peradilan tata usaha negara.
4. Pengadilan Militer (PM) dan Pengadilan Tinggi Militer dalam lingkungan
peradilan militer.
Di samping itu, dikenal pula beberapa pengadilan khusus, baik yang bersifat
tetap maupun Ad Hoc, di antaranya yaitu :
1. Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM)
2. Pengadilan Hubungan Kerja Industria
3. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
4. Pengadilan Pajak
5. Pengadilan Niaga
6. Mahkamah Syari'ah Nanggroe Aceh Darussalam
7. Pengadilan Perikanan
8. Pengadilan Anak
9. Pengadilan Adat di Papua
C. Pelaku Kekuasaan Kehakiman
1. Mahkamah Agung (MA)
MA adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia
yang merupakan pemegang Kekuasaan Kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah
Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. MA
membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara.
 Tugas :
1. Mengawasi kegiatan-kegiatan peradilan yang dilakukan oleh
lembaga peradilan lain yang ada di bawahnya.
 Wewenang :
1. Mengadili pada tingkat kasasi,
2. Menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang
terhadap undang-undang.
3. Mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
undang.
 Fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penelitian dan
pengembangan di bidang hukum dan peradilan, kerjasama antar
lembaga di dalam dan luar negeri serta Pendidikan dan Pelatihan
tenaga teknis dan tenaga administrasi peradilan di lingkungan
Mahakmah Agung dan Pengadilan di semua lingkungan Peradilan.
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang Penelitian dan Penembangan di
bidang Hukum dan Peradilan serta Pendidikan dan Pelatihan

3
tenaga teknis dan tenaga administrasi peradilan di lingkungan
Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua lingkungan Peradilan.
3. Pelaksanaan administrasi Badan.
2. Komisi Yudisial (KY)
KY merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan
wewenangnya bebas dari campur tangan atau pengaruh kekuasaan lainnya. Komisi
Yudisial bertanggungjawab kepada publik melalui DPR, dengan cara menerbitkan
laporan tahunan dan membuka akses informasi secara lengkap dan akurat.
 Tugas :
1. Melakukan pendaftaran calon hakim agung;
2. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung;
3. Menetapkan calon hakim agung;
4. Mengajukan calon hakim agung ke DPR.
 Wewenang :
Sesuai Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial,
Komisi Yudisial mempunyai wewenang:
1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di
Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan;
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim;
3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH) bersama-sama dengan Mahkamah Agung;
4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau
Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) .
3. Mahkamah Konstitusi (MK)
MK adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia
yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah
Agung.
 Tugas :
1. Mengadili sistem dan institusi negara.
 Wewenang :
1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD.
2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya di berikan oleh UUD.
3. Memutus pembubaran parpol, dan memutus perselisihan tentang
hasil pemilu.
4. Memberikan putusan atas pendapat DPR mrengenai pelanggaran
oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.
 Fungsi :
1. Menjamin tidak akan ada lagi produk hukum yang keluar dari
koridor konstitusi sehingga hak-hak konstitusional warga terjaga

4
dan konstitusi itu sendiri terkawal konstitusionalitasnya (judicial
review),
2. Memutus sengketa antar lembaga negara,
3. Memutus pembubaran partai politik,
4. Memutus sengketa hasil pemilu.
D. Struktur Organisasi Kehakiman
Adapun tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Negeri diatur dalam UU No. 49
Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas UU No. 2 Tahun 1986 tentang
PeradilanUmum dalam Pasal 55 sampai dengan pasal 67 sebagai berikut :
1. Ketua
 Tugas Pokok :
1. Ketua selaku Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas
kekuasaan kehakiman, untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.
2. Ketua Pengadilan mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dantingkah
laku Hakim, Panitera, Panitera Pengganti dan Jurusita serta Pejabat Struktur di
daerah hukumnya.
3. Ketua Pengadilan mengatur pembagian tugas para hakim.
 Fungsi :
1. Ketua Pengadilan membagikan semua berkas perkara dan atau surat-surat
lainnya yang berhubungan dengan perkara yang diajukan ke Pengadilankepada
Majelis Hakim untuk diselesaikan.
2. Ketua Pengadilan Negeri menetapkan perkara yang harus diadili berdasarkan
nomor urut, tetapi apabila terdapat perkara tertentu yang karena menyangkut
kepentingan umum harus segera diadili, maka perkara itu didahulukan.
2. Wakil Ketua
 Tugas Pokok :
1. Wakil Ketua selaku Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas
kekuasaan kehakiman, untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.
 Fungsi :
1. Wakil Ketua Pengadilan Negeri berfungsi sebagai Koordinator Pengawasan di
daerah Hukumnya
3. Hakim
 Tugas Pokok :
1. Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas
kekuasaankehakiman, untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
pidanadan perkara perdata di tingkat pertama.
 Fungsi :
1. Melakukan tugas-tugas pengawasan sebagai Pengawas Bidang dengan
memberi petunjuk dan bimbingan yang diperlukan bagi para Pejabat Structural
maupun Fungsional.
4. Panitra/Sekretaris
 Tugas Pokok :

5
1. Panitera Pengadilan bertugas menyelenggarakan administrasi perkara dan
mengatur tugas Wakil Panitera, Panitera Muda, dan Panitera Pengganti.
2. Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda, dan Panitera Pengganti bertugas
membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya sidang
Pengadilan.
3. Sekretaris bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan DIPA selaku Kuasa
Penggugat Anggaran (KPA).
4. Sekretaris selaku Pengguna barang (Kuasa Pengguna Barang) bertanggung
jawab atas keberadaan dan pemanfaatan barang milik negara (BMN).
5. Sekretaris Pengadilan bertugas menyelenggarakan administrasi umum
Pengadilan, dan mengatur tugas Wakil Sekretaris, Kasub Kepegawaian,Kasub
Umum dan Kasub Keuangan.
 Fungsi :
1. Panitera wajib membuat daftar semua perkara perdata dan pidana yang
diterima di Kepaniteraan.
2. Panitera membuat salinan putusan menurut ketentuan undang-undang yang
berlaku.
3. Panitera bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara,
putusan,dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga,
Surat-surat berharga, barang bukti, dan surat-surat lainnya yang disimpan di
Kepaniteraan.
4. Melaksanakan Penyusunan Rencana dan Program Kerja Anggaran (RAK-
KL).
5. Menunjuk Bendaharawan Penerima (PNBP).
6. Menunjuk Bendaharawan Pengeluaran, termasuk Bendaharawan Gaji dan
Pembuat Daftar Gaji.
7. Menunjuk Pejabat yang berwenang menguji Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) dan penanda tangan Surat Perintah Membayar (SPM).
8. Melakukan penilaian DP3 kepada Wakil Panitera dan Wakil Sekretaris.
5. Wakil Panitra
 Tugas Pokok :
1. Membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya sidangPengadilan
selaku Panitera Pengganti.
 Fungsi :
1. Membantu Panitera didalam melaksanakan tugasnya dalam memimpin
Kepaniteraan di Pengadilan Negeri.
2. Melaksanakan tugas Panitera apabila Panitera berhalangan.
3. Membantu Panitera untuk membina secara langsung pelaksanaan administrasi
perkara antara lain ketertiban dalam mengisi buku register, pembuaran laporan
periodik dan lain-lain.
6. Wakil Sekretaris
 Tugas Pokok :
1. Sekretaris Pengadilan bertugas menyelenggarakan administrasi umum
Pengadilan, dan mengatur tugas Wakil Sekretaris, Kasub Kepegawaian, Kasub
Umum dan Kasub Keuangan.
 Fungsi :

6
1. Membantu Sekretaris didalam melaksanakan tugasnya dalam memimpin
Sekretariatan di Pengadilan Negeri.
2. Melaksanakan tugas Sekretaris apabila Sekretaris berhalangan.
3. Membantu Sekretaris untuk membina secara langsung pelaksanaan
administrasi umum antara lain ketertiban pengelolaan Kepegawaian,
Keuangan DIPA, Pengisian Register, Pelaporan–Pelaporan, Surat Menyurat,
Kearsipan dan pembuatan laporan periodik lainnya.
7. Jurusita
 Tugas Pokok :
1. Melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh Ketua / Hakim Ketua
Majelis untuk menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran,
protes-protes, dan pemberitahuan putusan Pengadilan menurut cara-cara
berdasarkan ketentuan undang-undang.
 Fungsi :
1. Membuat relaas panggilan sidang.
2. Membuat relaas Pemberitahuan Putusan Pengadilan Negeri, PengadilanTinggi
dan Mahkamah Agung.
3. Membuat relaas pemberitahuan-pemberitahuan yang berkaitan dengan
banding, kasasi PK dan Eksekusi.
4. Membuat berita acara penyitaan, yang salinannya diserahkan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
5. Membuat Penetapan-Penetapan dan berita acara yang berkaitan dengan
pelaksanaan Eksekusi.

6.

7
ARTIKEL
Dinamika Perjalanan Kekuasaan Kehakiman
Sejarah kekuasaan kehakiman
dimulai jauh sebelum sistem hukum formal
yang kita kenal saat ini. Pada periode awal,
kekuasaan kehakiman sering kali
dikendalikan secara langsung oleh
penguasa politik atau pemimpin agama.
Tugas kehakiman biasanya dijalankan oleh
individu yang memiliki otoritas tertentu,
seperti raja atau imam.
Namun, seiring berjalannya waktu,
terjadi pergeseran ke arah institusi kehakiman
yang lebih independen. Salah satu tonggak penting dalam sejarah ini adalah Magna
Carta pada abad ke-13 di Inggris, yang membatasi kekuasaan absolut raja dan
menetapkan prinsip-prinsip dasar hak-hak individu. Hal ini membuka jalan bagi
pengembangan sistem hukum yang lebih mandiri.
Pada abad-abad berikutnya, prinsip-prinsip hukum semakin diperluas dan
digunakan untuk melindungi hak-hak individu. Beberapa contoh penting termasuk
Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis, yang menghasilkan perubahan besar dalam
sistem hukum dan kekuasaan kehakiman. Dalam kedua kasus tersebut, ide-ide tentang
pemerintahan yang adil dan kebebasan individu menjadi dasar bagi perkembangan
sistem hukum modern.
Selanjutnya, perkembangan demokrasi modern juga berdampak pada
kekuasaan kehakiman. Pemisahan kekuasaan antara cabang eksekutif, legislatif, dan
yudikatif menjadi prinsip yang mendasar dalam sistem politik banyak negara. Prinsip
ini menggarisbawahi pentingnya kehakiman yang independen dan netral dalam
menegakkan hukum.
Dalam beberapa dekade terakhir, perubahan sosial, teknologi, dan globalisasi
telah mempengaruhi dinamika kekuasaan kehakiman. Misalnya, perkembangan
teknologi informasi telah membawa perubahan dalam cara penegakan hukum
dilakukan. Penggunaan teknologi dalam pengumpulan bukti, analisis data, dan
administrasi pengadilan telah mempengaruhi cara kerja sistem kehakiman.
Selain itu, masalah-masalah global seperti kejahatan lintas batas, terorisme,
dan perdagangan narkoba telah memerlukan kerjasama internasional dalam
penegakan hukum. Hal ini telah mendorong perkembangan lembaga dan mekanisme
hukum internasional, seperti Mahkamah Pidana Internasional dan Interpol.
Dalam beberapa negara, terjadi perdebatan tentang sejauh mana kekuasaan
kehakiman harus mencampuri urusan politik. Beberapa menganggap bahwa
kehakiman harus tetap independen dan netral, sedangkan yang lain berpendapat
bahwa kehakiman harus memainkan peran aktif dalam melindungi hak-hak warga
negara.

8
Secara keseluruhan, dinamika kekuasaan kehakiman terus berubah seiring
perkembangan masyarakat dan sistem politik. Pemahaman tentang pentingnya
kehakiman yang independen dan efektif dalam menegakkan hukum menjadi kunci
dalam memastikan keadilan dan kebebasan individu dalam suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai