Anda di halaman 1dari 27

LEMBAGA PERADILAN

Asep abdul h.
Kaka andika
Dimas aditya
M.rafa firaly
A. PENGERTIAN PERADILAN

Peradilan adalah sebuah proses yang dijalankan di


pengadilan yang berhubungan dengan tugas
memeriksa, memutus dan mengadili perkara dengan
menerapkan hukum “in concreto” (hakim
menerapkan peraturan hukum kepada hal-hal yang
nyata yang dihadapkan kepadanya untuk diadili dan
diputus) untuk mempertahankan dan menjamin
ditaatinya hukum materiil, dengan menggunakan cara
prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.
Peradilan memiliki makna yang berbeda dengan
pengadilan. Pengadilan adalah badan atau instansi
resmi yang melaksanakan sistem peradilan berupa
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara. 

Dari kedua uraian tersebut dapat dikatakan bahwa,


pengadilan adalah lembaga tempat subjek hukum
mencari keadilan, sedangkan peradilan adalah
sebuah proses dalam rangka menegakkan hukum dan
keadilan itu sendiri.
B. TUJUAN LEMBAGA PERADILAN
Tujuan lembaga peradilan yang paling utama adalah mewujudkan
keadilan hukum. Dibawah ini beberapa peranan lembaga peradilan :
1. Melindungi masyarakat melalui upaya penanganan dan
pencegahan kejahatan, merehabilitasi pelaku kejahtan, dan
melakukan upaya inkapasiti terhadap orang yang merupakan
ancaman terhadap masyarakat.
2. Menegakkan dan memajukkan the rule of law dan
penghormatan pada hukum dengan menjamin adanya due
process of law dan perlakuan yang wajar bagi tersangka,
terdakwa, dan terpidana, melakukan penuntutan dan
membebaskan prang yang tidak bersalah yang dituduh
melakukan kejahatan.
3. Menjaga hukum dan ketertiban.
4. Menghukum pelaku kejahatan sesuai falsalfah pemidanaan
yang diamut.
C. DASAR HUKUM PERADILAN DI INDONESIA
Pasal 24 UUD 1945 :
(1)Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.
(2)Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.
UU No 4 tahun 2004 pasal 1 dan 2

1. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang


merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukun dan keadilan berdasarkan
pancasila demi terselenggaranya negara hukum
Republik Indonesia.

2. Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman


sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dilakukan
oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
D. MACAM BADAN PERADILAN DI INDONESIA

1. Mahkamah Agung

Mahkamah Agung adalah pengadilan negara


tertinggi dari semua lingkungan peradilan, yang
dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh
yang lain. Susunan MA terdiri dari Pimpinan,
Hakim Anggota, dan Sekretaris MA. Pimpinan MA
terdiri dari seorang Ketua, dua Wakil Ketua, dan
beberapa orang Ketua Muda, yang kesemuanya
dalah Hakim Agung
2. Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu


lembaga Yudikatif yang ada di Indonesia.
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan yang
memegang kekuasaan kehakiman bersama-
sama dengan Mahkamah Agung.
3. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial merupakan lembaga negara
yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan
wewenangnya bebas dari campur tangan atau
pengaruh kekuasaan lain.Komisi Yudisial terdiri
dari pimpinan dan anggota. Pimpinan Komisi
Yudisial terdiri atas seorang Ketua dan seorang
Wakil Ketua yang merangkap anggota. Komisi
Yudisial mempunyai 7 orang anggota, yang
merupakan pejabat negara yang direkrut dari
mantan hakim, praktisi hukum, akademis hukum,
dan anggota masyarakat.
4. Pengadilan di Lingkingan Peradilan Umum

a) Pengadilan Negeri
pengadilan negeri adalah badan peradilan pada tingkat
pertama yang berkuasa mengadili semua perkara
penyelewengan hukum di daerah hukumnya
Secara umum, pengadilan negeri merupakan organ
kekuasaan kehakiman dalam lingkungan Peradilan
Umum yang berkedudukan di Ibukota Kabupaten/ Kota,
dan memiliki daerah hukum mencakup wilayah
Kabupaten/ Kota tersebut.
b) Pengadilan Tinggi
Penngadilan tinggi merupakan pengadilan tingkat
banding dan berkedudukan di ibukta provinsi. Daerah
hukum pengadilan tinggi mencakup wilayah provinsi.
5. Pengadilan di Lingkungan Peradilan Agama

1)Pengadilan Agama
Pengadilan Agama adalah organ kekuasaan
kehakiman dalam lingkungan peradilan Agama
yang berkedudukan di kota madya atau ibu kota
kebupaten meliputi wilayah kota madya atau
kabupaten.
2)Pengadilan Tinggi Agama
Pengadilan Tinggi Agama merupakan pengadilan
Tingkat Banding, Pengadilan Tinggi Agama
berkedudukan di ibu kota propinsi, dan daerah
hukumnya meliputi wilayah propinsi.
6. Pengadilan di Lingkungan Peradilan Militer

1)Pengadilan Militer 
Susunan persidangan Pengadilan Militer untuk
memeriksa dan memutuskan perkara pidana pada
tingkat pertama adalah 1 orang Hakim Ketua dan 2
orang Hakim Anggota yang dihadiri 1 orang Oditur
Militer/ Oditur Militer Tinggi dan dibantu 1 orang Panitera.

2)Pengadilan Militer Tinggi
Susunan persidangan Pengadilan Militer Tinggi untuk
memeriksa dan memutus perkara pidana pada tingkat
pertama adalah 1 orang Hakim Ketua dan 2 orang Hakim
Anggota yang dihadiri 1 orang Oditur Militer/ Oditur
Militer Tinggi dan dibantu 1 orang Panitera
3)Pengadilan Militer Utama
Susunan persidangan Pengadilan Militer Utama untuk
memeriksa dan memutus perkara sengketa Tata
Usaha Angkatan Bersenjata pada tingkat banding
adalah 1 orang Hakim Ketua dan 2 orang Hakim
Anggota dan dibantu 1 orang Panitera
4)Pengadilan Militer Pertempuran
Susunan persidangan Pengadilan Militer Pertempuran
untuk memeriksa dan memutus suatu perkara pidana
adalah 1 orang Hakim Ketua dengan beberapa Hakim
Anggota yang keseluruhannya selalu berjumlah ganjil,
yang dihadiri 1 orang Oditur Militer/ Oditur Militer
Tinggi dan dibantu 1 orang Panitera
7. Pengadilan di Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
(PTUN)

1)Pengadilan Tata Usaha Negara
Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan pengadilan tingkat
pertama. Susunan pengadilan terdiri atas Pimpinan,
HakimAnggota, Panitera, dan Sekretaris; dan pemimpin
pengadilan terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua.

2)Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN)


Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bertugas dan berwenag:
(a) memeriksa dan memutuskan sengketa Tata Usaha
Negara di tingkat banding;
(b) memeriksa dan memutuskan mengadili antara pengadilan
Tata Usaha Negara di dalam daerah hukumnya;
(c) memriksa , memutus, dan menyelesaikan ditingkat
pertama sengketa Tata Usaha Negara
E. STRUKTUR / SISTEM KELEMBAGAAN BADAN
PERADILAN
• Peradilan merupakan proses yang ditempuh dalam
mencari dan menemukan keadilan dengan perantara
lembaga/aparat yang ditugaskan oleh negara. 
• Prosedur mencari keadilan dengan perantara
lembaga/badan peradilan itu dikenal dengan istilah
“proses hukum”
• Sistem peradilan tergantung pada sistem hukum yang
dianut oleh suatu masyarakat/negara, meskipun terdapat
beberapa asas-asas peradilan yang berlaku secara
universal termasuk dalam masyarakat modern.
• Indonesia menganut sistem peradilan bebas dan merdeka
dari campur tangan pihak kekuasaan negara lainnya
berdasarkan UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
F. TUGAS DAN WEWENANG BADAN PERADILAN
1. Mahkamah Agung

 UUD 1945 Pasal 24 A ayat (1) : Mahkamah Agung


berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
undang.
 UUD 1945 Pasal 14 ayat (1) : Memberikan
pertimbangan dalam hal Presiden memberikan grasi
dan rehabilitasi
UUD 1945 Pasal 24C ayat (3) : Mengajukan 3 orang
anggota Hakim Konstitusi.
2. Mahkamah Konstitusi
 UUD 1945 Pasal 24C ayat (1) :  Berwenang
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
keputusannya bersifat final untuk menguji UU
terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan
lembaga Negara yang kewenangannya diberikan
kepada UUD 1945, memutus pembubaran Partai
Politik, dan memutus hasil perselisihan hasil
Pemilihan Umum.
 UUD 1945 Pasal 24C ayat (2) : Wajib memberi
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden
menurut UUD 1945.
3. Komisi Yudisial
UUD 1945 Pasal 24B ayat (1) : Berwenang mengusulkan
pengangkatan Hakim Agung dan wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.
Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung,
Komisi Yudisial mempunyai tugas:
a. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung
b. Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung
c. Menetapkan calon Hakim Agung
d. Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR
4. Peradilan Umum
• Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana
kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
pada umumnya (Pasal 2 UU No.2 Tahun 1984).
• Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang,
memeriksa, mengadili, memutuskan dan
menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di
tingkat pertama (Pasal 50 UU No.2 Tahun 1986)
• Pengadilan dapat memberikan keterangan,
pertimbangan dan nasihat tentang hukum kepada
instansi pemerntah di daerahnya apabila diminta
(Pasal 52 UU No.2 Tahun 1986).
• Selain menjalankan tugas pokok, pengadilan dapat
diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau
berdasarkan Undang-Undang.
5. Peradilan Agama
Tugas dan Wewenang Pengadilan Agama, sebagaimana
tercantum dalam Pasal 49 UU No. 7 Tahun 1989 yang
telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006 adalah :
Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:
a. perkawinan
b. waris
c. wasiat
d. hibah
e. wakaf
f. zakat
g. infaq
h. shadaqah
i. ekonomi syari’ah.
6. Peradilan Militer
Menurut UU no 31 th. 1997: Bab I a pasal 9 :

1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang


yang pada waktu melakukan tindak pidana adalah:
2. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Angkatan Bersenjata.
3. Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam
perkara pidana yang bersangkutan atas permintaan dari
pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan
oleh tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan, dan
sekaligus memutus kedua perkara tersebut dalam satu
putusan.
7. Peradilan Tata Usaha Negara
Mempunyai tugas / wewenang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan  sengketa Tata
Usaha Negara, yaitu suatu sengketa yang timbul
dalam bidang hukum TUN antara orang atau
Badan Hukum Perdata (anggota masyarakat)
dengan Badan atau Pejabat TUN (pemerintah)
baik dipusat maupun didaerah sebagai akibat
dikeluarkannya suatu keputusan TUN
(beschikking), termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
G. PERILAKU YANG SESUAI DENGAN HUKUM

Tingkat kepatuhan hukum yang diperlihatkan


oleh seorang warga negara, secara langsung
menunjukkan tingkat kesadaran hukum yang
dimilikinya. Kepatuhan hukum mengandung arti
bahwa seseorang memiliki kesadaran untuk:
• memahami dan menggunakan peraturan
perundangan yang berlaku;
• mempertahankan tertib hukum yang ada;
• menegakkan kepastian hukum.
Contoh perilaku yang sesuai dengan hukum
a. Di lingkungan keluarga
1. Mematuhi nasihat orang tua
2. Melaksanakan tugas sesuai dengan
kesepakatan keluarga
3. Membersihkan rumah sesuai jadwal
yang telah ditetapkan
b. Di lingkungan sekolah
1. Menghormati guru
2. Mematuhi tata tertib sekolah
3. Mengerjakan tugas yang diberikan guru
4. Tidak menyontek saat ulangan
5. Melaksanakan tugas piket
c. Di lingkungan masyarakat
1. Mengikuti kegiatan kerja bakti
2. Menaati peraturan (adat istiadat) yang
berlaku di masyarakat
3. menghormati keberadaan tetangga disekitar
rumah;
4. Tidak melakukan perbuatan yang
menyebabkan kekacauan di masyarakat seperti
tawuran, judi, dan sebagainya;
d. Di lingkugan negara
` 1. Turut serta membela negara
2. Menaati hukum negara yang berlaku
3. Ikut serta dalam kegiatan pemilihan umum
H. PERILAKU YANG TIDAK SESUAI DENGAN HUKUM
Perilaku yang tidak sesuai dengan hukum merupakan perilaku yang
pengaturannya terdapat dalam KUH Pidana atau KUH Perdata, antara
lain sebagai berikut :
a. Menyatakan permusuhan, kebencian, dan penghinaan terhadap
suatu golongan rakyat dimuka umum (pasal 156 KUHP)
b. Mengetahi permufakatan jahat tetapi tidak mencegah atau
melapor (pasal 164 KUHP)
c. Melanggar kesusilaan (pasal 281 KUHP)
d. Dengan sengaja merampas nyawa orang lain (pasal 338 KUHP)
e. Mabuk dimuka umum yang merintangi lalu lintas dan ketertiban
atau mengancam keselamatan orang lain (pasal 492 KUHP)
f. Melakukan pembelian, penjualan, atau penyimpangan barang
dari hasil curian (pasal 481 KUHP)
"sekian presentasi dari kami maaf jika
ada salah kata atau salah menaruh rasa
seperti hubungan kamu dengan dia yg
selesai tanpa pernah dimulai"

Anda mungkin juga menyukai