Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. III/No.

1/Jan-Mar/2014

KEWENANGAN HAKIM DALAM (law enforcement) dan keadilan, sehingga


MEMERIKSA DAN MEMUTUS PERKARA diselenggarakannya peradilan sebagai
PIDANA YANG DIAJUKAN KE PENGADILAN1 media untuk mengeksistensikan penegakan
Oleh: IMMANUEL CHRISTOPHEL LIWE2 hukum dan keadilan. Hal tersebut tidak
boleh dibalik menjadi, guna
ABSTRAK penyelenggaraan peradilan, sehingga
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah ditegakkannya hukum dan keadilan sebagai
untuk mengetahui bagaimana kewenangan media untuk mengeksistensikan
hakim dalam memeriksa dan memutus penyelenggaraan peradilan. Penegakan
perkara yang diajukan ke pengadilan serta hukum dan keadilan merupakan alasan
bagaimana penyelesaian dualisme adanya mengapa diselenggarakannya
kewenangan hakim dalam memeriksa dan peradilan dan bukan sebaliknya.
memutus perkara yang diajukan ke Pentingnya penyelenggaraan peradilan
pengadilan. Dengan menggunakan metode ini berkenaan dengan kepastian hukum.
penelitian yuridis normative, maka dapat Kepastian hukum merupakan upaya
disimpulkan, bahwa: 1. Filosofi Undang- mencarikan keseimbangan antara berbagai
undang kekuasaan kehakiman bahwa kehendak bebas yang bertentangan satu
hukum adalah alat hakim untuk menegakan sama lain. Berbagai kehendak bebas yang
hukum dan keadilan dan filosofi asas bertentangan satu sama lain dapat memicu
legalitas bahwa hakim adalah alat hukum terjadinya hukum rimba, dimana yang kuat
untuk menegakan hukum dan keadilan menjajah yang lemah. Prof. van Kan
tidak mungkin digabungkan. 2. KUHPidana mengatakan bahwa hukum bertujuan
bukanlah suara rakyat Indonesia. Undang- menjaga kepentingan tiap-tiap manusia
undang bukanlah aturan-aturan tentang supaya kepentingan-kepentingan itu tidak
bagaimana hakim berpikir tentang hukum dapat diganggu.3 Dalam upaya untuk
dan keadilan, melainkan lebih merupakan mencari, mencega dan menjaga hal-hal
aturan-aturan tentang pendelegasian apa tersebut dan menghindari tindakan main
yang dikehendaki oleh rakyat, karena hakim sendiri (eigenrichting is verboden),
undang-undang dibuat oleh wakil-wakil sehingga diselenggarakannya peradilan
rakyat yang diandaikan dibuat oleh rakyat. untuk memeriksa dan memutus setiap
Kata kunci: Kewenangan, Hakim. perkara yang diajukan ke pengadilan,
dengan perantaraan hakim berdasarkan
PENDAHULUAN ketentuan hukum yang berlaku. Untuk
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN menjalankan proses penegakan hukum dan
Landasan utama eksistensi hakim dalam keadilan tersebut, diperlukan kekuasaan
memeriksa dan memutus perkara yang menyelenggarakan peradilan yang
diajukan ke pengadilan dan kekuasaan merdeka. Sebagaimana yang tercantum
kehakiman yang bebas, tercantum dalam dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 48 Tahun
pasal 24 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi, 2009 tentang kekuasaan kehakiman, yang
^Kekuasaan kehakiman merupakan Œ µvÇ]U ^<ekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan yang merdeka untuk kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menyelenggarakan peradilan guna
u v P ll v Zµlµu v l ]o vX_ Dari menegakkan hukum dan keadilan
pasal tersebut, guna penegakkan hukum berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
1 3
Artikel skripsi. Prof.Drs. C.S.T. Kansil, S.H. dan Christine S.T.
2
NIM: 100711178. Mahasiswa Fakultas Hukum Kansil, S.H. M.H, 2011, Pengantar Ilmu Hukum
Unsrat, Manado. Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 40.

133
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

Republik Indonesia Tahun 1945, demi Dalam menyelenggarakan peradilan,


terselenggaranya Negara Hukum Indonesia. hakim diberikan wewenang untuk
Dalam perspektif penyelenggaraan memeriksa dan memutus perkara yang
kekuasaan kehakiman harus berdasarkan diajukan ke pengadilan. Ketentuan pasal 1
Pancasila, yaitu kekuasaan yang ayat (5) UU No. 48 Tahun 2009 tentang
bertanggung jawab kepada Tuhan Yang kekuasaan kehakiman menyebutkan,
Maha Esa, serta UUD Negara Republik ^Hakim adalah hakim pada Mahkamah
Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar dan Agung dan hakim pada badan peradilan
landasan utama eksistensi kewenangan yang berada dibawahnya dalam lingkungan
dalam menjalankan kekuasaan kehakiman peradilan umum, lingkungan peradilan
yang bebas dari intervensi dalam bentuk agama, lingkungan peradilan militer,
apapun. Hal tersebut menjadi keharusan lingkungan peradilan tata usaha negara,
demi terselenggaranya Negara hukum dan hakim pada pengadilan khusus yang
Indonesia, sebagaimana maksud dari pasal berada dalam lingkungan peradilan
1 ayat (3) UUD 1945 yang menyebutkan, tersebut.
^E P Œ /v }v •] o Z v P Œ ZµlµuX_ Berdasarkan ketentuan tersebut, hakim
Kedaulatan hukum (rechtssouvereniteit) adalah pelaku kekuasaan negara yang
berprinsip bahwa hukumlah satu-satunya bebas dari intervensi dalam bentuk apapun
yang menjadi sumber kedaulatan.4 Itu untuk menyelenggarakan peradilan guna
berarti setiap penyelenggaraan kekuasaan menegakan hukum dan keadilan
negara harus berdasarkan hukum. berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
Kemudian berdasarkan ketentuan hukum Republik Indonesia Tahun 1945, demi
pasal 24 ayat (2) UUD 1945, yang terselenggaranya Negara Hukum Indonesia
u vÇ µšl vU ^Kekuasaan kehakiman yang diberikan kewenangan untuk
dilakukan oleh Mahkamah Agung dan memeriksa dan memutus perkara yang
badan peradilan yang berada dibawahnya diajukan ke pengadilan pada Mahkamah
dalam lingkungan peradilan umum, Agung dan pada badan peradilan yang
lingkungan peradilan agama, lingkungan berada dibawahnya dalam lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata peradilan umum, lingkungan peradilan
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah agama, lingkungan peradilan militer,
l}v•š]šµ•]U_ uenyatakan pelaku kekuasaan lingkungan peradilan tata usaha negara,
negara yang bebas dari intervensi dalam dan pada pengadilan khusus yang berada
bentuk apapun untuk menyelenggarakan dalam lingkungan peradilan tersebut.
peradilan guna menegakan hukum dan
keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD B. PERUMUSAN MASALAH
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 1. Bagaimana kewenangan hakim dalam
demi terselenggaranya Negara Hukum memeriksa dan memutus perkara yang
Indonesia adalah Mahkamah Agung dan diajukan ke pengadilan?
badan peradilan yang berada dibawahnya 2. Bagaimana penyelesaian dualisme
dalam lingkungan peradilan umum, kewenangan hakim dalam memeriksa
lingkungan peradilan agama, lingkungan dan memutus perkara yang diajukan ke
peradilan tata usaha negara, dan oleh pengadilan?
sebuah Mahkamah konstišµ•]X_
C. METODE PENELITIAN
4
Prof.Dr. I Gde Pantja Astawa, S.H. M.H. dan Dr.
^µ‰Œ]v E [ U ^X,X DX,U îìíîU Memahami Ilmu
Negara & Teori Negara, Refika Aditama, Bandung,
hal. 114.

134
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

Penelitian ini adalah penelitian hukum,5 dapatlah dimengerti tujuan dibuatnya


dengan menggunakan pendekatan ketentuan pasal 5 ayat (1) tersebut, dimana
perundang-undangan (statute Aprroach).6 agar supaya putusan hakim sesuai dengan
Pendekatan peraturan perundang- hukum dan rasa keadilan masyarakat.
undangan adalah pendekatan dengan Untuk mencapai tujuan tersebut maka
menggunakan legislasi dan regulasi.7 ditetapkanlah dasar kewenangan hakim
Pendekatan dengan menggunakan legislasi dalam menjalankan tugasnya untuk
bukan saja melihat kepada bentuk mengadili, diwajibkan untuk menggali,
peraturan perundang-undangan, melainkan mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum
juga menelaah materi muatannya, dengan dan rasa keadilan yang hidup dalam
mempelajari dasar ontologis (alasan masyarakat.
adanya) lahirnya UU, landasan filosofis UU Kewajiban untuk menggali, mengikuti dan
dan ratio legis dari ketentuan UU.8 Regulasi memahami nilai-nilai hukum yang hidup
adalah pendelegasian apa yang dikehendaki dalam masyarakat menjadi kewajiban yang
oleh rakyat.9 mutlak bagi hakim dalam mengadili
PEMBAHASAN perkara. Hal tersebut didasarkan atas setiap
A. KEWENANGAN HAKIM DALAM putusan hakim harus sesuai dengan hukum
MEMERIKSA DAN MEMUTUS dan rasa keadilan masyarakat.
PERKARA YANG DIAJUKAN KE Tujuan dari setiap putusan hakim yang
PENGADILAN harus sesuai dengan hukum dan rasa
Dalam wewenang untuk memeriksa dan keadilan masyarakat merupakan maksud
memutus perkara yang diajukan ke dari eksistensi hakim dan kekuasaan
pengadilan pada Mahkamah Agung dan kehakiman, dimana dalam
peradilan yang berada dibawahnya dalam menyelenggarakan penegakan hukum dan
lingkungan peradilan umum, lingkungan keadilan diselengarakanlah peradilan, dan
peradilan agama, lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan peradilan, hakim
militer, lingkungan peradilan tata usaha diberikan kewenangan untuk memeriksa
negara dan pada pengadilan khusus, hakim dan memutus perkara yang diajukan, dan
diwajibkan menggali, mengikuti dan dalalam kewenanangnya untuk memeriksa
memahami nilai-nilai hukum dan rasa dan memutus perkara harus berdasarkan
keadilan yang hidup dalam masyarakat. Pancasila dan UUD 1945 Negara Republik
Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 5 Indonesia demi terciptanya negara hukum
ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Indonesia.
l lµ • v l Z l]u vU ^, l]u v Z l]u Itu berarti dalam kewajibannya untuk
konstitusi wajib menggali, mengikuti dan menggali, mengikuti dan memahami nilai-
memahami nilai-nilai hukum dan rasa nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
l ]o v Ç vP Z] µ‰ o u u •Ç Œ l šX_ dalam masyarakat, hakim harus
Penjelasan dari pasal 5 ayat (1) tersebut menafsirkan hukum secara kontekstual,
u vÇ š l vU ^l š všµ v ]v] ]u l•µ l v yaitu melihat nilai-nilai hukum yang ada
agar putusan hakim dan hakim konstitusi didalam ruang dan waktu dari masyarakat
sesuai dengan hukum dan rasa keadilan hukum yang diadilinya, dan dalam hal ini
masyarakat. Dari penjelasan tersebut, nilai-nilai hukum yang ada pada masyarakat
hukum Indonesia dizaman postmodern.
5
Ibid., hal. 56. Penafsiran hukum secara kontekstual ini
6
Ibid., hal. 136. bertujuan untuk menggali, mengikuti dan
7
Ibid., hal. 137. memahami nilai-nilai hukum dan rasa
8
Ibid., hal. 142. keadilan yang hidup dari suatu masyarakat
9
Ibid.

135
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

hukum yang ada didalam ruang dan waktu mengadili perkara yang diajukan dengan
yang merupakan tempat lahirnya hukum, dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang
sebagaimana ungkapan dimana ada jelas.
masyarakat disitu ada hukum (ubi societas Ketentuan tersebut tidak berarti bahwa
ibi ius). hakim diwajibkan dan dilarang untuk
Pasal 5 ayat (1) tersebut menyebutkan menolak memeriksa dan memutus semua
keadilan sebagai suatu rasa dan bukannya perkara yang diajukan ke pengadilan. Yang
konsep. Untuk mengetahui rasa keadilan dilarang adalah dalih bahwa hukum tidak
yang hidup dalam masyarakat hukum yang ada atau kurang jelas.
diadili, tentunya tidak hanya dengan cara Pasal 17 ayat (3) Undang-undang No. 48
melakukan tinjauan pustaka terhadap d Zµv îììõ u vÇ µšl vU ^^ }Œ vP Z l]u
konsep-konsep keadilan, tetapi juga dengan wajib mengundurkan diri dari persidangan
cara menafsirkan hukum secara apabila terikat hubungan keluarga sedarah
kontekstual. Tujuannya agar dapat melihat atau semenda sampai derajat ketiga, atau
realitas dari nilai-nilai hukum dan rasa hubungan suami atau istri meskipun telah
keadilan yang hidup dalam masyarakat bercerai dengan ketua, salah seorang hakim
yang diadili. vPP}š U i l• U À}l š š µ ‰ v]š Œ X_
Dasar kewenangan hakim dalam < uµ ] v Ç š ~ñ• u vÇ µšl vU ^^ }Œ vP
pelaksanaan dari penguraian panjang lebar hakim atau panitera wajib mengundurkan
diatas dalam sistem hukum formal di diri dari persidangan apabila ia mempunyai
Indonesia tercantum dalam pasal 10 ayat kepentingan langsung atau tidak langsung
(1) Undang-undang No. 48 Tahun 2009 dengan perkara yang sedang diperiksa, baik
Ç vP Œ µvÇ]U ^W vP ]o v ]o Œ vP atas kehendaknya sendiri maupun atas
menolak untuk memeriksa, mengadili dan permintaan pihak yang berperkara._
memutus suatu perkara yang diajukan Penjelasan pasal 17 ayat (5) tersebut
dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau Œ µvÇ]U ^z vP ]u l•µ vP v
kurang jelas, melainkan wajib untuk ^l ‰ vš]vP v o vP•µvP š µ š] l o vP•µvP_
u u Œ]l• v u vP ]o]vÇ X_ Tidak dapat adalah termasuk apabila hakim atau
disangkal bahwa undang-undang panitera atau pihak lain pernah menangani
merupakan hasil dari kebutuhan akan perkara tersebut atau perkara tersebut
norma dalam kerangka pikiran menurut, pernah terkait dengan pekerjaan atau
waktu, tempat dan budaya tertentu. Ada jabatan yang bersangkutan sebelumnya.
undang-undang yang setiap saat siap Dari pasal 17 ayat (3) dan (5) serta
diamendemen tetapi ada juga yang sangat penjelasannya, hakim diwajibkan untuk
rigid, sehingga untuk merevisi satu mengundurkan diri dari persidangan
ketentuan pun butuh waktu yang lama apabila terikat hubungan keluarga dan
karena akan menggangu filosofi mempunyai kepentingan langsung atau
keseluruhan undang-undang atau bahkan tidak langsung dengan perkara yang sedang
berbenturan dengan filosofi undang- diperiksa.
undang lainnya.10 Tidak dapat disangkal Itu berarti hakim hanya bisa menolak
juga bahwa hakim bukanlah legislator untuk memeriksa dan memutus perkara
tetapi hakim juga dimungkinkan sebagai yang diajukan ke pengadilan dengan dalih
pembentuk hukum (judge made law). Oleh pasal 17 ayat (3) dan (5) Undang-undang
sebab itu hakim dilarang untuk menolak No.48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman.
10
Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, S.H., M.H., LL.M, Hal tersebut didasarkan atas suatu
2013, Penelitian Hukum edisi revisi, Kencana pertimbangan, bahwa tidak seorangpun
Prenada Media Group, Cet. VIII, hal. 194.

136
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

dapat menjadi hakim yang baik dalam


perkaranya sendiri (nemo judex idoneus in B. PENYELESAIAN DUALISME
propria causa), karena hal tersebut dapat KEWENANGAN HAKIM DALAM
menimbulkan keberpihakan, sehingga MEMERIKSA DAN MEMUTUS PERKARA
kewajiban hakim untuk mewujudkan Apakah tindakan menyerang kehormatan
persamaan kedudukan di depan hukum orang lain yang ditafsirkan secara restriktif
bagi setiap warga negara (equality before merupakan maksud dari pembentuk
the law) akan tidak terlaksana. undang-undang yang bersusah payah
Pasal 10 ayat (2) undang-undang tersebut merumuskan ketentuan itu secermat
u u Œ]l v ‰ vP µ o] vU ^< š všµ n mungkin ? komprehensi dari pasal tersebut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi ekstensi dari konsep aturan
menutup usaha penyelesaian perkara pidana tentang penghinaan. Tindakan
‰ Œ š • Œ ‰ Œ u ] vX_ meludahi jelas merupakan tindakan
Pengecualian ini dikarenakan hakim di penghinaan, namun tindakan menyerang
dalam memeriksa perkara perdata bersifat kehormatan orang lain bukan hanya
pasif dalam arti kata bahwa ruang lingkup tindakan meludahi. Jika tindakan meludahi
atau luas pokok sengketa yang diajukan orang lain dapat dihukum berdasarkan
kepada hakim untuk diperiksa pada azasnya penafsiran, ^š]v l v u vÇ Œ vP
ditentukan oleh para pihak yang berperkara l Z}Œu š v }Œ vP o ]v_U apakah hukuman
dan bukan oleh hakim. Hakim hanya berdasarkan Pasal 10 KUHPidana sesuai
membantu para pencari keadilan dan dengan kesalahan yang dilakukan ? apakah
berusaha mengatasi segala hambatan dan hal tersebut tidak memperkosa asas
rintangan untuk dapat tercapainya legalitas ?
peradilan. Menurut pendapat penulis, asas legalitas
Para pihak dapat secara bebas mengakhiri merupakan suatu konsep rasional yang
sendiri sengketa yang telah diajukannya ke sudah tidak cocok lagi dengan era
muka pengadilan, sedang hakim tidak dapat postmodern ini. Masyarakat era
menghalang-halanginya. Hal ini dapat postmodern lebih mengutamakan sesuatu
berupa perdamaian dan pencabutan hal yang bisa dirasakan. Para pencari
gugatan.11 keadilan pun mencari keadilan yang bisa
Hal tersebut berbeda cerita dengan dirasakan. Keadilan yang tidak dapat
perkara pidana. Ketentuaan tersebut tidak dirasakan hanya akan membuat keadilan
menjelaskan apapun tentang perkara sebagai cerita dongeng. Satu pertanyaan
pidanan. Itu berarti dalam perkara pidana, penting tentang keadilan adalah apakah
hakim dilarang menolak untuk memeriksa keadilan merupakan suatu kenyataan yang
dan memutus perkara pidana dengan dalih bisa dirasakan atau hanya suatu konsep
bahwa hukum tidak ada atau hukum kurang seperti halnya konsep keadilan berdasarkan
jelas. Acara dan dasar pemeriksaan dan asas legalitas yang menyatakan bahwa
pemutusan perkara pidana sendiri diatur keadilan adalah jika seseorang melakukan
dalam KUHAPidana, sebagaimana maksud perbuatan pidana dan dihukum, maka
dari pasal 3 KUHAPidana yang orang lain yang melakukan perbuatan
u vÇ µšl vU ^W Œ ]o v ]o lµl v tersebut juga harus dihukum ?
menurut cara yang diatur dalam undang- Transisi dari keadilan yang rasional
µv vP ]v]X_ kepada sesuatu keadilan yang bisa
dirasakan bukanlah suatu bentuk
11
Prof. DR. Sudikno Mertokusumo, S.H., 1982, penyangkalan terhadap keadilan yang
Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, rasional melainkan suatu pengikatan
Yogyakarta, hal. 10.

137
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

keadilan yang emosional dengan keadilan mau tidak mau harus menerima ketentuan-
yang rasional. Hal tersebut dilakukan dalam ketentuan KUHP walaupun ketentuan-
kerangka penegakan hukum dan keadilan ketentuan tersebut tidak sesuai dengan
berdasarkan nilai-nilai hukum dan rasa nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang
keadilan yang hidup dalam masyarakat. hidup didalam masyarakat Indonesia. Suatu
Dalam konteks sejarah lahirnya asas pertanyaan filsafat hukum tradisional
legalitas, asas legalitas juga lahir untuk dalam hubungan ini adalah yang
penegakan hukum dan keadilan mempersoalkan pelandasan dari hukuman.
berdasarkan nilai-nilai hukum dan rasa Atas dasar apa penguasa mempunyai hak
keadilan yang hidup dalam masyarakat (c.q. kewajiban) untuk menjatuhkan
waktu itu. Asas legalitas lahir untuk hukuman kepada orang ?12 menurut
menentang kesewenang-wenangan hakim penulis jawaban yang lebih cocok untuk
dan penjajahan akali yang dilakukan hakim pertanyaan tersebut adalah atas dasar nilai-
terhadap para terdakwa. Sehingga untuk nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
menentang kesewenang-wenangan hakim dalam masyarakat dari pada atas dasar asas
dan penjajahan akali yang dilakukan hakim legalitas.
terhadap terdakwa, muncullah pergerakan- Dari sejarah asas legalitas, terlihat jelas
pergerakan pembentukan asas legalitas, bahwa latar belakang eksistensi adanya
dengan tujuan agar hakim dapat asas legalitas dikarenakan nilai-nilai hukum
menegakan hukum dengan tidak dan rasa keadilan masyarat yang hidup
sewenang-wenang, sehingga hakim pada ruang dan waktu di tempat tersebut,
hanyalah corong undang-undang yang diperkosa dengan kesewenang-wenangan
dibuat oleh lembaga yang berwenang mutlak. Jelaslah eksistensi penegakan
sebagai perwakilan dari masyarakat yang hukum dan keadilan bukan karena adanya
dipersatukan oleh kesepakatan sosial. Hal asas legalitas, namun karena adanya
tersebut untuk menjadikan mulut hakim kesalahan.
sebagai aspirasi keadilan masyarakat. Nilai- Pendapat Prof. Dr. Romli Atmassasmita
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup SH., LL.M. dalam masalah ini:
dalam masyarakat, dibentuk menjadi a. Bahwa dalam menuju era pembangunan
undang-undang oleh wakil rakyat dan hukum dewasa ini seorang hakim dalam
diterjemahkan oleh hakim. melaksanakan tugas-tugasnya tidak
<h,W] v u Œµ‰ l v Z •]o Z }‰Ç ‰ •š [ mungkin harus selalu bertumpu pada
KUHPidana Belanda. KUHPidana Belanda ketentuan peraturan perundangan yang
diikuti dari Code Penal Perancis. Code Penal berlaku. Seorang hakim harus pula
perancis merupakan hasil perjuangan memperhatikan setiap kejadian atau
pembentukan nilai-nilai hukum dan rasa peristiwa konkrit dan nilai-nilai hukum
keadilan dari masyarakat Perancis pada yang tumbuh dan berkembang dalam
waktu itu untuk menentang pemerintahan masyarakat di sekitarnya. Sekalipun
yang bersifat absolute (mutlak). sudah ada yurisprudensi mengenai
Konteks keadaan zaman pembentukan kasus-kasus tertentu yang terjadi di
Code Penal Perancis tentu berbeda dengan dalam masyarakat, namun tidak
konteks negara Indonesia diwaktu mustahil bahwa dalam praktek
sekarang. Negara Indonesia juga mengenal penyelesaian suatu perkara pidana
hukum adat. Konteks asas legalitas diwaktu
12
sekarang menurut penulis merupakan Penerjemah Prof. DR. B. Arief Sidharta, S.H., 2013,
suatu bentuk pemerintahan yang bersifat Meuwissen Tentang Pengenbanan Hukum, Ilmu
absolute (mutlak), sehingga masyarakat Hukum, Teori Hukum, Dan Filsafat Hukum, Refika
Aditama, Bandung, Cet. IV, hal. 101.

138
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

seorang hakim akan dihadapkan kepada Pasal 63 undang-undang No. 48 Tahun


belum adanya yurisprudensi (mengenai 2009 tentang kekuasaan kehakiman
kasus-kasus yang sedang dihadapi) atau u vÇ µšl vU ^W • š µv vP-undang
ketentuan perundang-undangan yang ini mulai berlaku, semua ketentuan yang
berlaku belum mengatur peristiwa yang merupakan peraturan pelaksanaan yang
terjadi dalam masyarakat. berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
Dalam menghadapi kasus-kasus dinyatakan masih berlaku. Sepanjang tidak
semacam ini jelas bahwa pengalaman bertentangan dengan undang-undang ini.
dan keahlian seorang hakim memegang KESIMPULAN
peranan yang sangat penting. Ia wajib 1. Filosofi Undang-undang kekuasaan
memutuskan suatu perkara dan kehakiman bahwa hukum adalah alat
keputusan mana akan merupakan suatu hakim untuk menegakan hukum dan
pembentuk hukum baru. Hal ini tentu keadilan dan filosofi asas legalitas bahwa
tidaklah dapat dihindarkan dalam hakim adalah alat hukum untuk
perkembangan pelaksanaan praktek menegakan hukum dan keadilan tidak
peradilan. mungkin digabungkan. Atas dasar apa
b. Bahwa undang-undang kekuasaan hakim mempunyai hak (c.q. kewajiban)
kehakiman dimaksud sesungguhnya untuk menjatuhkan hukuman kepada
bukan hanya sekedar menjadi petunjuk orang ? atas dasar hukum untuk
atau pedoman bagi seorang hakim penegakan hukum dan keadilan atau
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, atas dasar penegakan hukum dan
melainkan juga harus ditafsirkan sebagai keadilan untuk hukum ? quot hominess,
isyarat bahwa perangkat peraturan tot sententiae (sebanyak jumlah manusia
perundangan yang berlaku tidak relevan itulah banyaknya pengertian).
atau cocok dengan perkembangan 2. KUHPidana bukanlah suara rakyat
kebutuhan hukum masyarakat; dan Indonesia. Undang-undang bukanlah
bahwa proses pembentukan hukum aturan-aturan tentang bagaimana hakim
dalam masyarakat melalui suatu badan berpikir tentang hukum dan keadilan,
peradilan atau keputusan hakim (judge- melainkan lebih merupakan aturan-
made law) bukanlah suatu yang mustahil aturan tentang pendelegasian apa yang
untuk dilaksanakan terutama dalam dikehendaki oleh rakyat, karena undang-
suasana atau era dewasa ini. undang dibuat oleh wakil-wakil rakyat
Apalagi jika diperhatikan pendapat E. yang diandaikan dibuat oleh rakyat. Apa
hšŒ ZU Ç vP u vP š l vW ^Y Zµlµu yang dikehendaki rakyat ? pertanyaan
pidana yang sekarang berlaku di seluruh inilah yang seharusnya menjadi premis
Indonesia adalah suatu hukum pidana mayor dalam memeriksa dan memutus
tertulis (terkodifikasi). Tetapi kodifikasi perkara yang diajukan ke pengadilan.
hukum pidana itu bukanlah kehendak Premis minornya adalah tindakan yang
sendiri masyarakat Indonesia. Boleh tidak sesuai dengan nilai-nilai hukum
dikatakan bahwa pada abad yang dan rasa keadilan yang hidup dalam
lampau kodifikasi hukum pidana itu masyarakat. Konklusinya adalah
dipaksakan orang Belanda kepada rakyat KEADILAN.
Indonesia (hukum pidana yang tidak
tertulis).13 A. SARAN
Hendaknya dalam memutuskan perkara
13
Prof. Dr. Romli Atmasasmita SH., LL.M., 2000, pidana, hakim tidak hanya berpetokan pada
Perbandingan Hukum Pidana, Mandar Maju, pedoman KUHPidana. KUHPidana bukanlah
Bandung, hal. 24-25.

139
Lex Crimen Vol. III/No. 1/Jan-Mar/2014

kitab suci yang mengumumkan kebenaran. Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, S.H.,
Hakim hendaknya mempertimbangkan M.H., LL.M, 2013, Penelitian Hukum edisi
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang revisi, Kencana Prenada Media Group.
hidup dalam masyarakat agar supaya dapat Prof.Dr. I Gde Pantja Astawa, S.H. M.H. dan
memberikan keputusan yang seadil-adilnya, ŒX ^µ‰Œ]v E [ U ^X,X DX,U îìíîU
serta kekreatifitasan hakim dalam Memahami Ilmu Negara & Teori Negara,
penegakan hukum dan keadilan tidak Refika Aditama, Bandung.
terbelenggu oleh asas legalitas.
Prof. DR. Sudikno Mertokusumo, S.H.,
Hakim bukanlah robot, hakim adalah pilar
1982, Hukum Acara Perdata Indonesia,
utama penegak hukum dan keadilan. Oleh Liberty, Yogyakarta.
sebab itu segala macam bentuk penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan oleh hakim, Penerjemah Prof. DR. B. Arief Sidharta, S.H.,
karena tidak sesuai dengan peri 2013, Meuwissen Tentang Pengenbanan
kemanusiaan dan peri keadilan, dan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, Dan
penjajahan yang paling utama yang harus Filsafat Hukum, Refika Aditama,
dihapuskan hakim adalah penjajahan asas Bandung.
legalitas terhadap jabatannya. Louis O. Kattsoff, 2004, Pengantar Filsafat,
Oleh karenanya maksud pasal 5 ayat (2) Tiara Wacana Yogya, Cet. IX.
Undang-undang No.48 Tahun 2009 harus
benar-benar dimiliki oleh hakim. Jika ada
karakter hakim yang tidak memenuhi
maksud pasal 5 ayat (2), BERTOBATLAH,
KARENA KERAJAAN ALLAH SUDAH DEKAT.

DAFTAR PUSTAKA

Inti Sari Mata Kuliah Ilmu Hukum Fakultas


Hukum Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Bahan ajar hukum pidana Fakultas hukum
UNSRAT.
Bambang Sutiyoso, 2006, Metode
Penemuan Hukum, UII Press.
Prof. Dr. Romli Atmasasmita SH., LL.M.,
2000, Perbandingan Hukum Pidana,
Mandar Maju, Bandung.
Prof. Dr. D. Schaffmeister, Prof. Dr. N.
Keijzer dan Mr. E. PH. Sutorius, 2011,
Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya
Bakti, Cet. III.
Prof.Drs. C.S.T. Kansil, S.H. dan Christine
S.T. Kansil, S.H. M.H, 2011, Pengantar
Ilmu Hukum Indonesia, Rineka Cipta,
Jakarta.

140

Anda mungkin juga menyukai