NIM : C73218042/HPI-C/Sem 5
BAB I
BAB II
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang bersifat “ideal” untuk memotivasi aparat
penegak hukum, mengarahkan semangat dan dedikasi pengabdian penegakan hukum,
serta mewujudkan keluruhan, kebenaran dan keadilan. Dengan demikian, setiap tindakan
penegakan hukum, harus sejajar dengan cita yang terkandung dengan semangat dan
keluruhan tujuan yang dimaksud filosofis. Landasan filosofis Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagaimana yang dapat dibaca pada huruf a
konsiderans, tiada lain adalah Pancasila. Landasan filosofis KUHAP adalah berdasarkan
Pancasila, terutama yang berhubungan erat dengan sila Ketuhanan dan Kemanusiaan.
B. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional adalah rujukan yang menjadi sumber ketentuan kaidah hukum
yang tercantum dalam KUHAP adalah penjabaran lebih lanjut dari sumber pokok yang
terdapat pada perundang-undangan negara kita.
Sumber konstitusional KUHAP yang utama, yaitu:
- Undang-Undang Dasar 1945
- Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman No.49 Tahun 2009
C. Landasan Operasional KUHAP
Kelahiran KUHAP melalui sejarah pemyusumam, penyempurnaan dan pembahasan yang
panjang. Secara kronologis dapat disingkat sebagai berikut:
1. 1968: diadakan Seminar Hukum Nasional II di Semarang dengan materi pokok
berintikan hukum acara pidana dan hak asasi manusia.
2. 1973: Panitia Intern Departemen Kehakiman menyusun naskah KUHAP. Naskah
bertitik tolak dari hasil Seminar Nasional II Semarang. Rancangan ini kemudian
dibahas bersama dengan Kejaksaan Agung, Departemen Hankam, Polri, dan
Departemen Kehakiman.
3. 1974: RUHAP disampaikan kepada Menteri Kehakiman kepada Sekretariat Kabinet.
4. 1979 (12 September 1979): barulah RUHAP disampaikan kepada DPR RI dengan
amanat Presiden tanggal 12 September 1979 No. R.06/P.U/IX/1979.
5. 1981 (23 September): setelah melalui pembicaraan dan pembahasan yang memakan
waktu lebih dari 2 tahun barulah rancangan undang-undang tadi mendapat
persetujuan kata sepakat dari DPR.
6. 1981 (31 Desember): Presiden mengesahkan rancangan menjadi Undang-Undang
No.8 Tahun 1981;LN RI No 76;TLN No 3209.
7. Berdasarkan landasan GBHN TAP MPR No IV Tahun 1978, ditentukan arah
kerangka dan tujuan akhir berupa landasan pokok sebagai ruang gerak operasional
dengan penjabaran rumusannya.
D. Pandangan Pro Kontra terhadap KUHAP
1. Pandangan Positif
- Tanggapan Kapolri Dr. Awaluddin Jamin menyatakan bahwa RUHAP yang
sedang dibahas DPR jauh lebih baik dari HIR yang diciptakan masa penjajahan
dulu.
- Pandangan Ketua Mahkamah Agung RI, Mudjono S.H, menyatakan bahwa hak
merupakan Declaration of Human Right of Pancasila.
2. Pandangan Negatif
- KUHAP hanya berisi monitoring dan legislasi keadaan sekarang dan
menghendaki agar KUHAP harus mampu bertahan antara 100-200 tahun.
- KUHAP yang dibahas lebih mementingkan kepentingan umum dan penegak
hukum daripada kepentingan hak asasi manusia.
E. Asas-Asas KUHAP
1. Asas Legalitas
2. Asas Keseimbangan
3. Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan
4. Asas Akusator dan Inkisitor
5. Pemeriksaan Hakim yang Langsung dan Lisan
F. Sumber-Sumber Formal Hukum Acara Pidana
1. UUD 1945
2. Undang-Undang
G. Ilmu-Ilmu Pembantu Hukum Acara Pidana
1. Logika
2. Psikologi
3. Kriminalistik
4. Psikiatri
5. Kriminologi
Asas pembuktian terbalik bermula dari sistem pembuktian yang dikenal pada negara-negara
penganut Anglo Saxon atau negara penganut case law terbatas pada vertain case atau kasus-
kasus tertentu.
BAB V Praktik dalam Penyelesaian Perkara dari Tahap Penyelidikan dan Putusan Hakim serta
Eksekusi
a. Tahap Penyelidikan
Diatur dalam pasal 5 KUHAP
b. Tahap Penyidikan
Diatur dalam pasal 1 ayat 2 KUHAP
c. Tahap Penuntutan
- Meneliti berkas perkara
- Membuat surat dakwaan
- Melimpahkan perkara ke pengadilan
d. Tahap Pesidangan
- Proses persidangan
- Penuntutan
e. Tahap Eksekusi