Persamaan di hadapan hukum harus diartikan secara dinamis dan tidak diartikan secara
statis. Artinya, kalau ada persamaan di hadapan hukum bagi semua orang maka harus
diimbangi juga dengan persamaan perlakuan (equal treatment) bagi semua orang. Jika ada
dua orang bersengketa datang ke hadapan hakim, maka mereka harus diperlakukan sama
oleh hakim tersebut (audi et alteram partem).
Persamaan di hadapan hukum yang diartikan secara dinamis ini dipercayai akan
memberikan jaminan adanya akses untuk memperoleh keadilan (access to justice) bagi
semua orang tanpa memperdulikan latar belakangnya. Menurut Aristoteles, keadilan harus
dibagikan oleh negara kepada semua orang, dan hukum yang mempunyai tugas
menjaganya agar keadilan sampai kepada semua orang tanpa kecuali. Apakah orang
mampu atau fakir miskin, mereka sama untuk memperoleh akses kepada keadilan.
e. Peradilan dilakukan oleh Hakim karena jabatannya dan tetap
Peradilan Dilakukan oleh Hakim Karena Jabatannya dan Tetap. Ini berarti bahwa
pengambilan keputusan salah tidaknya terdakwa dilakukan oleh hakim karena jabatannya
dan bersifat tetap. Untuk jabatan ini diangkat hakim-hakim yang tetap oleh kepala Negara.
Asas ini diatur dalam pasal 31 UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
dan Pasal 1 Angka 8 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Pasal 1
Angka 8 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) : hakim adalah pejabat
peradilan Negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili (Pasal 31
UU Nomer 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman) : Hakim adalah pejabat yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam undang-undang.
f. Tersangka/terdakwa berhak mendapat Bantuan Hukum
Pasal 54 KUHAP menjelasakan bahwa, guna kepentingan pembelaan, tersangka atau
terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasehat hukum
selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang
ditentukan dalam undang-undang ini.
g. Akusator dan Inkisitor ( Accusatoir dan Inquisitoir)
Kebebasan memberi dan mendapatkan nasihat hukum menunjukan bahwa dengan KUHAP
telah dianut asas akusatoir itu. Dalam pemeriksaan dengan sistem ini, tersangka atau
terdakwa diakui sebagai subyek pemeriksaan dan diberikan kebebasan seluas-luasnya
untuk melakuan pembelaaan diri atau tuduhan atau dakwaan yang ditujukan atas drinya.
Pemeriksaan accusatoir dengan pintu terbuka,artinya semua orang dapat dan bebas melihat
jalannya pemeriksaan ini.
Sedangkan asas Inkisitor itu berarti tersangka dipandang sebagai objek pemeriksaan yang
masih dianut oleh HIR untuk pemeriksaan pendahuluan.
Sistem pemeriksaan ini dilakukan dengan pintu tertutup, artinya tidak semua orang dapat
dan bebas melihat jalannya pemeriksaan itu.
h. Pemeriksaan Hakim yang langsung dan lisan
Pemeriksaan disidang pengadilan dilakukan oleh hakim secara langsung, artinya langsung
kepada terdakwa dan para saksi. Ini berbeda dengan acara perdata dimana tergugat dapat
diwakili oleh kuasanya. Pemeriksaan hakim juga dilakukan secara lisan, artinya bukan
tertulis antara hakim dan terdakwa.