FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
PENDAHULUAN
• Pengertian
• Sejarah
• Asas-asas
• Fungsi
• Sumber Hukum
• Susunan Dan Kekuasaan Badan Peradilan Umum & Khusus
• Tugas Dan wewenang Hakim
• Kuasa Para Pihak & Gugatan
• Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Apabila Hukum Perdata Materiil DILANGGAR
maka muncullah Hukum Perdata Formil
Pengadilan Negeri
Memeriksa dan memutus perkara Perdata dan Pidana pada tingkat pertama
Pengadilan Tinggi
Memeriksa dan memutus perkara Perdata dan Pidana pada tingkat kedua/banding
Memeriksa dan memutus perkara di tingkat pertama & terakhir sengketa kewenangan
mengadili antar PN di daerah hukumnya.
Mahkamah Agung
Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh
pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung;
Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang; dan
kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.
Tugas & Wewenang Hakim
1. Memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang diajukan kepadanya
2. Sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti
dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat
(Pasal 28 ayat (1) UU No. 4/2004 ttg Kekuasaan Kehakiman)
3. Mengusahakan tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan
biaya ringan (Pasal 5 ayat (2) UU No. 4/2004 ttg Kekuasaan
Kehakiman)
4. Memberikan petunjuk kepada pihak yang mengajukan gugatannya
ke Pengadilan (Pasal 19 HIR – 143 R.Bg)
Kewenangan Pengadilan
1. Mengenai kewenangan mengadili dapat dibagi dalam kekuasaan
kehakiman Atribusi (Atributie van rechtsmacht) dan kekuasaan
kehakiman Distribusi (distributie van recthmacht)
2. Atribusi kekuasaan kehakiman adalah kewenangan mutlak.
3. Kompetensi Absolut adalah Kewenangan Pengadilan di dalam
memeriksa jenis perkara tertentu dan secara mutlak tidak dapat
diperiksa oleh badan pengadilan lain.
4. Kompetensi Relatif adalah Kewenangan Pengadilan mengenai
Wilayah (domicilie) untuk memeriksa gugatan atau tuntutan hak.
Tempat Kedudukan Pengadilan
1. Tempat kedudukan Pengadilan Negeri pada prinsipnya berada di tiap
Kota/Kabupaten.
2. Tempat kedudukan Pengadilan Tinggi pada prinsipnya berada tiap
Ibu kota Provinsi.
3. Disamping tiap Pengadilan Negeri terdapat Kejaksaan Negeri, dan
disamping tiap Pengadilan Tinggi ada Kejaksaan Tinggi.
4. Khusus di ibukota Jakarta, ada 5 buah Pengadilan Negeri, yaitu
Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan
Jakarta Barat, demikian pula dengan Kejaksaan Negerinya.
Susunan Pejabat Pada Pengadilan
1. Disetiap terdapat beberapa Hakim, diantaranya menjabat sebagai Ketua
Pengadilan dan Wakil Ketua.
2. Para Hakim bertugas untuk memeriksa dan mengadili perkara persidangan.
3. Disamping itu, ada Panitera yang bertugas memimpin bagian administrasi atau
tata usaha dibantu oleh wakil panitera, beberapa panitera pengganti dan
karyawan-karyawan lainnya.
4. Tugas dari Panitera ialah menyelenggarakan administrasi perkara serta mengikuti
semua sidang serta musyawarah pengadilan dengan mencatat secara teliti semua
hal yang dibicarakan (Pasal 58, 59 UU No. 2 Tahun 1986), harus membuat Berita
Acara (Proses Verbal) sidang pemeriksaan dan menandatanganinya bersama
Ketua sidang, Dalam praktik tugas tersebut dilakukan oleh Panitera Pengganti.
Susunan Pejabat Pada Pengadilan
5. Disamping Hakim dan Panitera, masih ada petugas yang dinamakan Juru Sita
(Deurwaarder) dan Juru sita pengganti (Pasal 39 UU No. 2 Tahun 1986) adapun
tugas Juru Sita adalah melaksanakan perintah dari Ketua Sidang dan
menyampaikan pengumuman, teguran pemberitahuan putusan pengadilan,
panggilan resmi para Tergugat dan Penggugat dalam perkara perdata dan para
saksi, dan juga melakukan penyitaan atas perintah Hakim.
PARA PIHAK
Para Pihak yang dapat Berperkara
Para pihak di dalam suatu perkara terdiri atas apa yang dinamakan Penggugat,
Tergugat, dan Adanya Pihak Ketiga.
1. Penggugat (Eiser/Plainuff)
Adalah Orang atau Badan Hukum yang memerlukan/berkepentingan
akan perlindungan Hukum oleh karenanya ia mengajukan Gugatan.
2. Tergugat (Gedaagde/Defendent)
Adalah Orang atau Badan Hukum yang terhadapnya diajukan Gugatan
atau Tuntutan Hak. Tergugat dapat terdiri atas seseorang atau Beberapa orang
atau satu Badan Hukum atau Beberapa Badan Hukum atau Gabungan orang
pereseorangan dengan badan Hukum.
DASAR
NO. TERGUGAT GUGATAN DITUJUKAN KEPADA
HUKUM
1. Orang Perorangan • Orang Perorangan tersebut. Pasal 6 No. 3
2. Badan Hukum Publik • Badan hukum Publik itu diwakili oleh Rv
(Negara/Pemerintah) Pimpinanya
3. Badan Hukum Keperdataan • Badan Hukum itu diwakili pengurusnya, bila
(PT, Yayasan, Koperasi) telah dibubarkan kepada salah seorang
Pengurusnya.
4. Firma • Seluruh Persero/salah seorang persero. Pasal 6 No. 5
Rv
5. CV • Diwakili Persero Pengurusnya. Pasal 6 No. 5
Rv
6. BUMN (Persero, Perum, • Pemerintah RI Cq. Departemen yang
Perjan) membawahi BUMN, Cq. BUMN itu, diwakili
pimpinannya.
7. BUMD (Badan usaha milik • Pemerintah RI, Cq. Departemen yang
daerah) membawahinya, Cq. Pemda yang
membawahinya, Cq. BUMD itu sendiri,
diwakili oleh pimpinannya
Para Pihak yang dapat Berperkara
3. Pihak Ketiga (Voeging, Tusschenkomst dan Vrijwaring)
a) VOEGING (Menyertai)
Ialah mencampurinya pihak ketiga dalam sengketa yang sedang berlangsung antara
Pihak Penggugat dan Pihak Tergugat dengan sikap memihak kepada salah satu pihak.
(Memihak kepada Tergugat dengan maksud untuk melindungi kepentingan hukumnya.
b) TUSSCHENKOMST (Menengahi)
Ialah Penggabungan dari beberapa tuntutan, Pihak ketiga ini menuntut Haknya sendiri
dengan melakukan Perlawanan terhadap Penggugat dan Tergugat.
Seorang wakil atau Pengampu bertindak sebagai pihak di muka Pengadilan atas
namanya sendiri tetapi untuk kepentingan orang lain yang diwakilinya, karena
yang terakhir inilah yang mempunyai kepentingan secara langsung (Pasal 383,
446, 452, 403-405 BW)
Nama mereka harus dimuat dalam gugatan dan disebut pula dalam putusan
disamping nama-nama yang mereka wakili, mereka merupakan Pihak Formil,
sedangkan yang diwakilinya adalah Pihak Materiil
TATA URUTAN PERSIDANGAN
TATA URUTAN PERSIDANGAN PERKARA PERDATA
1. Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum
(kecuali persidangan yang dinyatakan tertutup untuk umum);
2. Para pihak (penggugat dan tergugat) diperintahkan memasuki ruang sidang;
3. Para pihak diperiksa identitasnya (surat kuasanya), demikian pula diperiksa surat
ijin praktik dari organisasi advokat (jika dikuasakan kepada Advokat);
4. Apabila kedua belah pihak lengkap maka diberi kesempatan untuk menyelesaikan
dengan perkara secara damai (melalui mediasi);
5. Majelis Hakim menawarkan apakah akan menggunakan mediator dari lingkungan
PN atau dari luar (sesuai PERMA RI No.1 Tahun 2008);
6. Apabila tidak tercapai kesepakatan damai, maka persidangan dilanjutkan dengan
pembacaan surat gugatan oleh penggugat/kuasanya;
7. Apabila perdamaian berhasil maka dibacakan dalam persidangan dalam bentuk
akta perdamaian yang bertitel DEMI KEADILAN Berdasarkan KETUHANAN
Yang Maha Esa;
TATA URUTAN PERSIDANGAN PERKARA PERDATA
13. Pembuktian
14. Dimulai dari penggugat berupa surat bukti dan saksi;
15. Dilanjutkan dari tergugat berupa surat bukti dan saksi;
16. Apabila diperlukan, Majelis Hakim dapat melakukan pemeriksaan setempat
(tempat objek sengketa);
17. Kesimpulan dari masing-masing pihak;
18. Musyawarah oleh Majelis Hakim;
19. Pembacaan Putusan Majelis Hakim;
20. Isi putusan Majelis Hakim dapat berupa Gugatan dikabulkan (seluruhnya
atau sebagian); Gugatan ditolak, atau Gugatan tidak dapat diterima;
Atas putusan ini para pihak diberitahu hak-haknya
apakah akan menerima, pikir-pikir atau akan
banding. Apabila pikir-pikir maka diberi waktu
selama 14 hari;
Menurut Pasal 1792 BW, mendefinisikan Pemberi Kuasa adalah suatu persetujuan
dengan mana seseorang memberikan kuasanya (wewenang) kepada orang lain yang
menerimanya untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Pemberian dan
penerimaan surat kuasa itu dapat dilakukan dalam suatu akta umum, dalam suatu
tulisan dibawah tangan, dalam sepucuk surat, ataupun lisan.
Pemberian surat kuasa dapat dilakukan secara Khusus atau secara Umum. Surat
kuasa Khusus berarti hanya menyangkut satu kepentingan saja, sedangkan surat
kuasa Umum meliputi perbuatan-perbuatan umum dalam hal pengurusan (Pasal
1796 BW)
KEWAJIBAN SEORANG KUASA ATAU PENERIMA KUASA
1. Melaksanakan kuasanya:
a) Menanggung segala biaya;
b) Menanggung Kerugian;
c) Menanggung segala bunga yang dapat timbul karena tidak dilaksanakannya
kuasa itu.
2. Menyelesaikan urusan yang telah mulai dikerjakannya pada waktu si pemberi
kuasa meninggal
3. Bertanggung jawab tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja.
4. Bertanggung jawab tentang kelalaian-kelalaian yang dilakukan dalam
menjalankan kuasannya.
5. Memberi laporan tentang apa yang telah diperbuatnya.
KEWAJIBAN SEORANG KUASA ATAU PENERIMA KUASA
6. Memberi perhitungan kepada Pemberi Kuasa tentang segala apa yang
telah diterimanya berdasarkan kuasa (termasuk apa yang telah
diterimanya itu tidak seharusnya dibayar kepada si pemberi kuasa)
7. Bertanggungjawab untuk kuasa subtitusinya.
8. Dalam hal kuasa lebih dari satu orang, maka mereka tidak tanggung
menanggung.
9. Membayar bunga atau uang-uang pokok yang dipakainya guna
keperluan sendiri.
10.Tidak bertanggung jawab tentang apa yang terjadi di luar batas
kekuasaan itu, kecuali jika ia secara pribadi telah mengikatkan diri
untuk itu. (Pasal 1800-1806 BW)
KEWAJIBAN PEMBERI KUASA
1. Memenuhi perikatan-perikatan yang diperbuat oleh si kuasa menurut
kekuasaan yang telah diberikan kepadanya.
2. Terikat dengan apa yang diperbuat oleh kuasanya di luar yang
dikuasakan kepadanya, asal hal itu telah disetujuinya secara tegas
atau secara diam-diam.
3. Mengembalikan kepada kuasa persekot dan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan oleh kuasa untuk melaksanakan kuasanya.
4. Membayar upah kuasa yang telah diperjanjikan.
5. Memberi ganti rugi kepada si kuasa tentang kerugian yang diderita
sewaktu menjalankan kuasanya.
KEWAJIBAN PEMBERI KUASA
6. Membayar bunga atas persekot yang telah dikeluarkan oleh
kuasa, terhitung mulai hari dikeluarkannya persekot-
persekot itu.
7. Dalam hal pemberi kuasa secara kolektif, maka masing-
masing pemberi kuasa bertanggungjawab utuk seluruhnya
terhadap si kuasa mengenai segala akibat dari pemberian
kuasa itu (reteng).
8. Si kuasa berhak menahan segala apa yang di punyai si
Pemberi Kuasa yang berada ditangannya, sampai dibayar
lunas segala hak-hak di kuasa (Hak Retensi)
ISI SURAT KUASA
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pembuatan Surat
Kuasa;
Gugatan secara umum harus tertulis namun dapat diajukan secara lisan
(Pasal 118 ayat 1 HIR 142 ayat 1 Rbg) dan jika perlu dapat minta
bantuan Ketua Pengadilan Negeri
Tuntutan hak di dalam gugatan harus merupakan tuntutan hak yang ada
kepentingan hukumnya, yang dapat dikabulkan apabila kebenarannya
dapat dibuktikan dalam sidang pemeriksaan
Karakteristik Gugatan Perdata Class Action Legal Standing Citizen Law Suit
Biasa
Filosofi Individualistik Ketidak percayaan pada “ NGO sebagai wali Individu mampu
Individualistik (Guardian ) mewakili kepentingan
publik
Istilah Gugatan Perdata Gugatan Perwakilan Gugatan NGO Gugatan Warga Negara
Kelompok NGO standing
Hubungan Kepentingan Kepentingan Langsung Tidak memiliki Tidak memiliki
Kepentingan langsung ( riil & ( riil & tangible ) kepentingan riil & kepentingan yg riil &
tangible) tangible tangible
Tuntutan Ganti Rugi materiil Ganti rugi materiil & Tindakan tertentu & Tindakan tertentu,
& Tindakan tindakan tertentu Out of pocket pelaksanaan kewajban
tertentu expenses hukum
Subjek Orang yang Class Members, Class Organisasi yang Orang perorangan
dirugikan secara representative memenuhi syarat warga negara
langsung
Surat dibagi dua yaitu surat yang merupakan Akta dan surat lainya yang bukan
Akta
Akta
1. Akta Otentik (Pasal 1868 KUHper)
2. Akta Dibawah tangan.
Surat Lainya Bukan Akta
(Surat lainnya yang bukan merupakan akta bersifat bebas guna untuk
menyusun persangkaan)
2. BUKTI SAKSI
Kesaksian Adalah kepastian yang diberikan kepada Hakim di persidangan
tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan
dan pribadi oleh seorang yang bukan salah satu pihak dalam perkara yang
dipanggil di persidangan
Keterangan seorang saksi saja tanpa alat bukti lannya tidak dianggap sebagai
pembuktian yang cukup
“Unus testis nullus testis = Seorang saksi bukan saksi”
Ps. 169 Hir, 306 Rbg, 1905 BW
Pada asasnya setiap orang yang bukan salah satu pihak dapat didengar sebagai
saksi dan apabila telah dipanggil oleh pengadilan wajib memberi kesaksian
Ps. 139 HIR, 165 RBg, 1909 BW
3. PERSANGKAAN
Contoh : Keterangan 2 orang saksi bahwa seseorang ada di tempat X, sedang yang
harus dibuktikan adalah bahwa seseorang tersebut tidak ada ditempat X.
4. PENGAKUAN
Pengakuan merupakan keterangan sepihak, karena tidak memerlukan
persetujuan dari pihak lawan. Pengakuan merupakan keterangan yang
membenarkan peristiwa, hak, atau hubungan hukum yang diajukan oleh lawan
Pasal 176 HIR menerangkan bahwa suatu pengakuan harus diterima bulat.
Hakim tidak boleh memisah-misahkan atau memecah-mecah pengakuan itu dan
menerima sebagian dari pengakuan sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dan
menolak sebagian lainnya yang masih diperlukan pembuktian lebih lanjut.
5. SUMPAH
Adalah suatu pernyataan khidmat yang diberikan atau diucapkan pada
waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat mahakuasa
dari Tuhan dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang
tidak benar akan dihukum oleh-Nya.