Anda di halaman 1dari 45

ARGUMENTASI HUKUM,

PENELUSURAN BAHAN HUKUM


DAN DOKUMENTASI HUKUM

Mohamad Nasir
Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
Balikpapan, 7 November 2021
• Mengapa argumentasi hukum penting bagi
advokat?

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


• The training of • The key “doing well” in law school is
lawyers is a training doing well on law school exams. Key to
in logic doing well on law school exams is clear
and effective legal writing. The key to
clear and effective legal writing is clear
and effective legal analysis.
@Oliver Wendell
Holmes (Mary Massaron
Ross, 2006, A Basis for Legal
Reasoning: Logic on Appeal, @ Peter T. Wendel, 2009,
Journal of the Association of Decontructing Legal Analysis,
Legal Writing Directors)
New York: Aspen Publishers

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Argumentasi
Hukum
Ruang Lingkup

1 Pengertian

2 Kegunaan

3 Jenis AH

4 Aturan dalam AH

5 Kesesatan dalam AH

6 Tahapan AH
#1_Pengertian
• Cara advokat dan hakim
membicarakan hukum di
ruang publik
an effort to Merupakan • bahasa dan penalaran
establish keterampilan hukum memperlihatkan
belief by a ilmiah dalam apakah putusan hukum
course of rangka pemecahan imparsial atau partisan,
reasoning  masalah-masalah legitimate atau tidak, tepat
Legal hukum (legal atau tidak
Reasoning problem solving)
@Carter dan Burke, 2002,
Reason in Law, Chicago and
London, The University Of Chicago
Press

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


#2_Kegunaan AH (1)

Penyelesaian o Preventif (Non


Expertise knowledge
masalah hukum Litigation Area) :
adalah Argumentasi
diperlukan “expertise Legal Consultation,
Hukum (Legal
knowledge” yang Legal Negotiation
Reasoning) yang
harus dimiliki oleh termasuk membuat
pada dasarnya
para ahli hukum Legal opinion
adalah to give a o Represif (Litigation
(Advokat) dalam
reason dalam
melaksanakan tugas Area): Gugatan,
pelaksanaan tugas
profesi. permohonan,
profesi advokat
pledoi, replik dsb,).

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


#2_Kegunaan AH (2)

membantu para
menjamin kesahihan praktisi hukum,
merupakan MAHKOTA
suatu argumentasi lawyer, para jaksa
dan JANTUNG
dan salah satu jalan dan hakim,
keterampilan para
untuk mendekatkan menganalisis,
praktisi dan akademisi
diri pada kebenaran merumuskan, dan
hukum
dan keadilan mengevaluasi fakta,
data

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


#3_Jenis Argumentasi

Deduktif Induktif

• Jenis Argumentasi • Jenis Argumentasi yang


ini populer dalam banyak digunakan
Civil law system dalam Common Law
(argumentation System, argumentasi
based on rules) beranjak dari kasus
tertentu (principal
based reasoning)
Deduktif Induktif
• Norma • Fakta
• Fakta • Kausalitas
• Kesimpulan • Probabilitas
@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
#1_Deduksi

• Penerapan suatu aturan hkm pd


suatu kasus; • Norma : Pencuri
• Kebenaran konklusi deduksi harus dihukum
sudah terkandung dalam (Pasal 362 KUHP)
premis mayor; (Premis Mayor)
• Norma • Konklusi tidak melampaui apa
• Fakta : Badu adalah
• Fakta yang sudah ditegaskan di dalam
premis; Pencuri. (Premis
• Kesimpulan
• Kebenaran konklusi deduksi Minor)
didasarkan pada apakah • Kesimpulan: maka
premisnya benar atau tidak dan Badu harus
apakah bentuk argumennya
dihukum (Konklusi).
valid atau tidak.

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Induksi (#1)

• Probabilitas:
• Mencari hubungan merupakan konsep
• Merumuskan kausalitas (sebab sentral dalam
fakta: merangkum penalaran induktif;
akibat), yang
• Probabilitas dlm
semua fakta tergantung pd jenis
hukum tergantung
(peristiwa, hukumnya : Pidana, standar pembuktian
perbuatan atau Perdata, Adminstrasi (alat bukti& beban
keadaan) fakta Negara, Tata Usaha pembuktianya.
yuridis in concreto; Negara dll. Perdata: dalil & bukti,
Pidana: Keyakinan
Hkm & bukti.

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Induksi (#2)

• Konklusi
penalaran
induktif bukan
Aturan mana ketentuan hukum ‘benar’ (truth)
melihat yang yang dapat melainkan
kesamaan diterapkan diaplikasikan kemungkinan
dalam kasus kedua
antar kasus pada kasus atau kasus lain (mendekati
pertama yang serupa kebenaran),
meskipun bukan
salah.
#4_Aturan AH

1 Aturan interpretasi

dipakai untuk mengkonstruksi makna


ekspresi hukum; misalnya aturan yang
terkenal, “clara non sunt interpretanda”
atau “Lex non obligata nisi promulgata”

Aturan-aturan penyimpulan 2
Berguna untuk menyimpulkan konsekuensi
dari aturan-aturan hukum, aturan-aturan
penalaran: per analogiam (a simili), a
contrario, a fortiori
3 Aturan tentang kontradiksi

Digunakan untuk memecahkan


kontradiksi aturan-aturan hukum;
aturan dari jenis ini misalnya lex
posterior derogate legi priori

Aturan Yang membatasi 4


Aturan yang dipakai untuk menentukan
lingkungan faktual, aturan dari jenis ini:)
in dubio pro reo (in dubio pro libertate.
5 Aturan tentang prosedur
Aturan-aturan prosedur, aturan bahwa
hakim seharusnya mempertimbangkan
argumen dari kedua belah pihak, adalah
jenis dari aturan ini
#5_Kesesatan dalam AH

Seorang dengan daya nalar yg


Penalaran yang tidak valid adalah tidak masuk akal, tetapi orang tsb
penalaran yang keliru dan dapat tidak juga memahami
terjadi karena pengingkaran kekeliruannya dalam memberikan
terhadap kaidah-kaidah logika penalarannya, org tsb adalah
yaitu tidak ada hubungan yang Paralogis, dan apabila kekeliruan
logis antara premis dengan tsb secara sengaja dipahami dan
konklusi sebagai kekeliruan digunakan untuk agar org lain
relevansi. mengikuti, orang tsb adalah
Sofisme.

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Argumentum ad ignorantiam (AAI):

• Argumen dari ketidaktahuan Dalam bidang hukum, Argumen ini dapat


• Suatu kesalahan logika dimana dilakukan, jika dimungkinkan oleh hukum
suatu hal dapat dengan mudah acara.
dianggap benar/salah, padahal • Asas pembuktian hkm Perdata (psl 1865
KUHPer: penggugat hrs membuktikan
sebetulnya tidak terdapat
kebenaran dalilnya, shg jika tdk dpt
cukup bukti untuk
membuktikan gugatan dpt ditolak.
membuktikan salah benar hal • Psl 107 UU No. 5/1986 Hkm Acara PTUN :
tersebut. Hakim yg menetapkan beban pembuktian.
• Dalam hal ini, penarikan Dgn dasar ini tdk tepat menolak gugatan dgn
kesimpulan menjadi sesuatu dasar Penggugat tdk dpt membuktikan
yang dipaksakan. dalilnya.

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Argumentum ad hominem (AAH):

Menolak/menerima
Dalam hukum hal ini bisa dibenarkan/bukan
argumen tidak
merupakan “kesesatan” misalnya dalam Pasal
didasarkan pd benar
185 ayat (6) huruf d KUHAP:
atau salahnya
• Dalam menilai kebenaran keterangan
penalaran, tapi lebih
seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-
disebabkan keadaan
sungguh memperhatikan cara hidup dan
pribadi yang
kesusilaán saksi serta segala sesuatu yang
menyampaikan
pada umumnya dapat mempengaruhi dapat
argumentasi.
tidaknya keterangan itu dipercaya.

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Argumentum ad Misericordiam (AAM):

Pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP.


• Argumentasi yg bertujuan • Surat Putusan pemidanaan
menimbulkan empati dan belas
memuat antara lain:
kasihan.
• Dalam bidang hukum Argumentasi • pasal peraturan perundang-
ini tidak sesat jika digunakan u/ undangan yang menjadi dasar
meminta keringanan hukuman pemidanaan atau tindakan dan
(Klementia dlm Pledooi), tetapi jika pasal peraturan perundang-
digunakan u/ pembuktian tdk
undangan yang menjadi dasar
bersalah, hal ini merupakan
kesesatan. hukum dari putusan, disertai
keadaan yang memberatkan dan
yang meringankan terdakwa;

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
Argumentum ad baculum (AAB):

• Menerima/menolak
argumentasi hanya krn
ancaman dan
menimbulkan perasaan
takut.
• Dalam bidang hukum,
Argumentasi ini tidak
sesat jika digunakan u/
mengingatkan orang ttg
suatu peraturan (sosialisasi
peraturan).

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Fallacy of hasty generalization

Kekeliruan berpikir karena


tergesa-gesa membuat
generalisasi, yaitu
mengambil kesimpulan
umum dari kasus individual
yang terlampau sedikit.
Misal:
• Beberapa nara pidana bertato
naga
• Si badu bertato naga
• Si Badu adalah nara pidana

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Fallacy of argumentative leap

• Kekeliruan berpikir karena


mengambil kesimpulan
yang tidak diturunkan dari
premisnya. Jadi
mengambil kesimpulan
melompat dari dasar
semula.
Misal:
• Anak ini pasti cerdas
karena tulisannya bagus

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Fallacy of false analogy

Contoh:
Kekeliruan berpikir karena Saya heran mengapa banyak
menganalogikan dua pengacara yang membela
koruptor, kalau begitu kita
permasalahan yang terlihat
tidak usah belajar hukum
mirip tetapi sebenarnya karena hanya akan menjadi
berbeda secara mendasar pembela para koruptor

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
Fallacy of forced hypothesis

o Pasal 250 BW
• Kekeliruan berpikir
Setiap anak yang dilahirkan selama perkawinan,
karena menetapkan
maka suami dari perempuan yang melahirkan
kebenaran suatu adalah ayahnya
dugaan o Persangkaan hakim yang menjadi yurisprudensi
• Dalam hukum ini adalah dalam perkara perceraian yang didasarkan
terkait erat dengan alasan perzinahan, bahwa dalam hal seorang laki-
laki dan perempuan yang bukan suami istri
asas pra duga tak
bersama-sama menginap dalam satu kamar di
bersalah (Pidana)
mana hanya ada satu tempat tidur, maka
atau alat bukti dipersangkakan mereka telah melakukan
persangkaan perzinahan

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Identifikasi Fakta
1

Identifikasi Isu Hukum


2

5 Tahap AH Identifikasi Bahan Hukum


3

Analisis
4

5 Kesimpulan
Metode

F
FACT
Identifikasi apakah fakta yang dimaksud
I adalah fakta biasa atau fakta hukum.
Fakta Hukum :
ISSUE
 Peristiwa Hukum: kelahiran, kematian,
R daluarsa
RULE  Perbuatan: Pencemaran LH, perusakan LH,
Korupsi, PMH
A  Keadaan: di bawah umur, di bawah
ANALYSIS
pengampuan, gangguan ingatan
C
CONCLUSION

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


F
• Pidana yang melakukan,
menyuruh melakukan,
turutserta  Membantu
Pelaku melakukan
FACT (Siapa) • Perdata
• Administrasi

I (Badan/Pejabat TUN)

ISSUE
• Pidana
• Administrasi 

R Isu Hukum
Kualifikasi
perbuatan
pelanggaran terhadap
ketentuan perat per uuan,
AAUPB
RULE • Perdata (wan prestasi atau
PMH)

A
ANALYSIS
• Kerugian

C
CONCLUSION
Akibat • Potensi Kerugian

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


F
FACT

I
ISSUE
Klasifikasi
Inventarisasi
R dokumen
Bahan
Hukum
Analisis
RULE

A
ANALYSIS

C
CONCLUSION

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


F
FACT

Permasalahan Analisis juga


Setiap
I dianalisis dilengkapi kemungkinan
jawaban harus
ISSUE dengan dengan pendapat
menggunakan dan putusan- dibahas dan
R dan mengacu putusan
pengadilan untuk
dianalisis
argumentasi
RULE fakta hukum
memahami yang paling
dan aturan yang
A telah
makna dari setiap
aturan
kuat.
ANALYSIS diidentifikasi

C
CONCLUSION

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


F Kesimpulan harus menjawab pertanyaan permasalahan
FACT hukum, bertentangan atau tidak, diperbolehkan atau
tidak, berdasar hukum atau tidak.
I
ISSUE

R Berikan kesimpulan tentang posisi klien.


RULE

A Rumuskan sejumlah rekomendasi yang harus dilakukan


ANALYSIS
klien, termasuk strategi yang bisa dijalankan dalam
C
CONCLUSION
penanganan perkara kedepan.

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


• Legal Reasoning Does Not Discover the “One
Right Answer”

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Penelusuran Bahan
Hukum &
Dokumentasi Hukum
Penelusuran Bahan Hukum: Kegiatan yang dimulai
dengan melakukan pencarian, pengumpulan, dan
pengorganisasian serta kemudian melakukan
penelaahan atau pengkajian terhdp bahan hukum
yang relevan dgn isu atau masalah hukum yang telah
ditetapkan

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Bahan Hukum: Keseluruhan prinsip,
ketentuan, dan prosedur teknis Dokumen (hukum): adalah data, rekaman, atau
hukum , baik dalam bentuk peraturan informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau
perundang-undangan, perjanjian, didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa
termasuk juga alat penelusuran bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas
hukum, literatur, catatan, laporan, kertas atau benda fisik apa pun selain kertas maupun
panduan-panduan teknis bagi praktek yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak
maupun pengajaran hukum, serta terbatas pada: (a) tulisan, suara, atau gambar; (b) peta,
informasi-informasi hukum tertulis rancangan, foto, atau sejenisnya; dan (c) huruf, tanda,
lainya yang dapat digunakan untuk angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna
keperluan pengkajian hukum, baik atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
akademis maupun praktis. (Wyasa membaca atau memahaminya.
Putra, 2006) (UU No. 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme)

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


Tahapan

Identifikasi Isu Inventarisasi Bahan


Hukum Hukum & Dok. Hukum Analisis

1 2 3 4 5
Identifikasi Klasifikasi
Bahan Hukum & Bahan Hukum
Dok Hukum Dok. Hukum
#1_Identifikasi Isu Hukum dan Bahan Hukum
Gregory Churchill, 1988, “Petunjuk Penelusuran Literatr Hukum Indonesia”, Jurnal Baca Vol. 13, No.1- 2

Obyek Basis Klaim

1
Barang atau hal apa yang
dipersoalkan: Mis: apakah tanah, 2 Dasar Tuntutan atau
Pembelaan yang diajukan:
harta, kedudukan, wewenang? apakah janji, kelalaian,
tanggung jawab, persyaratan
dsb

Tindakan Subyek
3 Upaya hukum yang dikehendaki: 4 Orang atau pihak yang terlibat:
apakah ganti rugi, bantuan, apakah perorangan atau
hukuman, pelaksanaan janji, kelompok orang, badan hukum,
penertiban, dsb. dll
#2_Inventarisasi bahan hukum

1 2 3
Metode Metode Metode
Sistematis Bola salju Kombinasi
#3_Klasifikasi Bahan Hukum

1 Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum
2 Sekunder

3 Bahan Hukum Tersier


Bahan Hukum
Bahan Hukum Primer:
Sekunder: berbagai
bahan-bahan hukum yang
bahan yang bersifat
bersifat otoritatif dan
memberikan
mempunyai kekuatan mengikat Bahan Hukum Tersier:
penjelasan atas bahan
secara hukum yang terdiri dari : bahan yang
hukum primer seperti
• peraturan perundang- memberikan
rancangan undang-
undangan petunjuk maupun
undang, hasil-hasil
• Yurisprudensi penjelasan terhadap
penelitian, artikel,
• Perjanjian bahan hukum primer
berbagai makalah
• Keputusan Badan/Pejabat TUN dan sekunder
presentasi dan laporan
• bahan hukum dari jaman
tahunan perusahaan,
penjajahan Belanda yang
dan lain-lain.
hingga kini masih berlaku

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


#4_Analisis (1)

Evaluatif : melakukan
penilaian/mengevaluasi
Deskriptif : teknik dasar
tepat atau tidak tepat, benar
analisis yang tidak dapat
atau tidak benar, salah atau
dihindari penggunaannya. Interpretatif:
tidak salah terhadap suatu
Deskripsi, berarti uraian menggunakan
pandangan, proposisi,
apa adanya terhadap jenis-jenis
pernyataan-pernyataan,
suatu kondisi atau posisi penafsiran
rumusan norma, keputusan
dari proposisi-proposisi
baik yang tertera dalam
hukum atau non-hukum
bahan hukum primer
maupun sekunder

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


#4_Analisis (2)

Sistematis : Upaya Argumentatif : tidak bisa


untuk mencari kaitan dilepaskan dengan teknik
Konstruktif :
rumusan suatu konsep evaluasi, karena penilaian
pembentukan
hukum atau proposisi harus didasarkan pada
konstruksi-konstruksi
hukum antara alasan-alasan yang bersifat
yuridis dengan
peraturan perundang- penalaran hukum. Dalam
melakukan analogi
undangan yang pembahasan masalah,
dan pembalikan
sederajat maupun makin banyak argumen,
proposisi
dengan yang tidak makin menunjukkan
(acontrario).
sederajat. kedalaman penalaran
hukum

@Mohamad Nasir | Fakultas Hukum Universitas Balikpapan


terima kasih

Anda mungkin juga menyukai