Anda di halaman 1dari 34

Hukum Acara Peradilan

Hubungan Industrial

Oleh: Mangara Maidlando Gultom, SH, MH

 Disampaikan dalam Pendidikan Khusus Profesi Advokat


 kerjasama Peradi dengan Fakultas Hukum Universitas Balikpapan
 Balikpapan, 7 November 2021
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata;
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua;
4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sebagaimana
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009
tentang Perubahan Kedua;
5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial;
8. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman;
9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
10. Peraturan perundang-undangan terkait dan peraturan pelaksanaannya.
Berdasarkan ketentuan Pasal 57 UUPPHI:

“Hukum acara yang berlaku pada Pengadilan Hubungan


Industrial adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku
pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
kecuali yang diatur secara khusus dalam undang-undang
ini.”
Definisi
Hubungan Industrial: Suatu sistem hubungan yang terbentuk
antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa
yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan
pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD
NRI 1945.

Perselisihan Hubungan Industrial: Perbedaan pendapat yang


mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh
karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan
kepentingan, dan perselisihan PHK serta perselisihan antar
serikat pekerja/buruh hanya dalam satu perusahaan.
Lingkup Perselisihan dalam Perselisihan Hubungan
Industrial

Perselisihan Hak: Perselisihan yang timbul karena tidak terpenuhinya hak,


akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, PK, PP, atau PKB.

Perselisihan Kepentingan: Perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja


karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai perbuatan, dan/atau
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam PK, atau PP, atau PKB.

Perselisihan PHK::Perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian


pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu
pihak.

Perselisihan Antar Serikat Pekerja/Buruh: Perselisihan antara serikat


pekerja/buruh dengan serikat pekerja/buruh lain hanya dalam satu perusahaan,
karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan
hak, dan kewajiban keserikat-pekerjaan.
Yudikatif

Mahkamah Agung Mahkamah Konstitusi

lingkungan/badan peradilan
Mahkamah Agung
Lingkungan Pengadilan
Khusus
1. lingkungan
1. pengadilan anak;
peradilan umum;
2. pengadilan niaga;
2. lingkungan 3. pengadilan hak asasi
peradilan militer; manusia;
3. lingkungan 4. pengadilan tindak
peradilan agama; pidana korupsi;
5. pengadilan
4. lingkungan hubungan industrial;
peradilan tata 6. pengadilan
usaha negara. perikanan.

pengadilan pajak.
Pengadilan Hubungan Industrial

Pengadilan khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri


yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi putusan
terhadap perselisihan hubungan industrial. [vide Pasal 1 angka 17
UUPPHI]

Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus


yang berada pada lingkungan peradilan umum. [vide Pasal 55
UUPPHI]

Contoh:
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
Samarinda.
Komposisi Hakim dalam PHI
1. Hakim pada PN
2. Hakim pada MA
(hakim karier)

Usulan Usulan
Serikat Pekerja/Buruh Organisasi Pengusaha

Hakim Ad-Hoc
Pengangkatan Hakim Ad-Hoc
Syarat yang harus dipenuhi: [vide Pasal 64 UUPPHI]
a. WNI;
b. bertaqwa kepada TYME;
c. setia kepada Pancasila dan UUD NRI 1945;
d. berumur paling rendah 30 tahun;
e. berbadan sehat sesuai dengan keterangan dokter;
f. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakukan tidak bercela;
g. berpendidikan serendah-rendahnya strata satu, kecuali
bagi Hakim Ad-Hoc pada MA syarat pendidikan sarjana
hukum; dan
h. berpengalaman di bidang hubungan industrial minimal 5
tahun.
Pemberhentian Hakim Ad-Hoc
Diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena: [vide Pasal
67 UUPPHI]
a. meninggal dunia;
b. Permintaan sendiri;
c. sakit jasmai atau rohani terus menerus selama 12 bulan;
d. Telah berumur 62 tahun bagi hakim Ad-Hoc pada PHI, dan
telah berumur 67 tahun bagi Hakim Ad-Hoc pada MA;
e. tidak cakap dalam menjalankan tugas;
f. atas permintaan organisasi pengusaha atau organisasi
pekerja/buruh yang mengusulkan (call back/recall);
g. telah selesai masa tugasnya.
Perselisihan Hubungan Industrial
(tahap pertama)
Perselisihan:
Hak-Kepentingan-PHK-
Antar Serikat

Perundingan
Perjanjian Kerja Bipartit

Perundingan Perjanjian
Gagal Bersama

Mediasi: seluruh Didaftarkan ke PHI


perselisihan pada PN setempat

Konsiliasi: Penetapan
Kepentingan-PHK-Antar Arbitrase:
Kepentingan & Eksekusi
Serikat
Antar Serikat
Perselisihan Hubungan Industrial
berdasarkan Perjanjian Kerja (tahap kedua)

Mediasi: seluruh
Anjuran Mediator
perselisihan

30 hari

Tolak Terima

Gugatan perihal: Perjanjian


Hak-Kepentingan-PHK Bersama

Pendaftaran
Perjanjian Bersama
PHI pada PN
setempat
Perselisihan Hubungan Industrial
berdasarkan Perjanjian Kerja (tahap kedua)
Konsiliasi:
Kepentingan-PHK-Antar Penelitian 7 hari
Serikat
Total 30 hari
10 hari

Anjuran Konsiliator Perjanjian Bersama

10 hari
Akta Bukti
Pendaftaran
Tolak Perjanjian Bersama

3 hari

Akta Bukti
Pendaftaran
Gugatan perihal:
Kepentingan-PHK PHI pada PN
setempat
Perselisihan Hubungan Industrial
berdasarkan Perjanjian Kerja (tahap kedua)
Konsiliasi:
Kepentingan-PHK-Antar
Serikat

Anjuran Konsiliator

Tolak Anjuran Perjanjian Bersama

Akta Bukti
Pendaftaran

Gugatan perihal:
Kepentingan-PHK PHI pada PN
setempat
Perselisihan Hubungan Industrial
berdasarkan Perjanjian Kerja (tahap kedua)
Arbitrase:
Kepentingan & Antar Serikat

Akta Perdamaian

Putusan Arbitrase Putusan Final


dan Mengikat
Akta Bukti
Fiat Eksekusi Pendaftaran

PHI pada PN
setempat
PROSEDUR PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

MAHKAMAH AGUNG
PK (KASASI) 30 HARI
Final
Kasasi Perselisihan 1
Perselisihan 2 dan 4
Putusan Fnal dan 3
dan
Mengingkat
PENGADILAN PHI 50 HARI

140
ARBITER KONSILIASI MEDIASI 30 HARI

BERDASARKAN KESEPAKATAN
Perselisihan 2 dan 4

INSTANSI YANG BERTANGGUNG JAWAB DIBIDANG


KETENAGAKERJAAN MENCATAT DAN MENAWARKAN

PB BIPARTIT 30 HARI

HAK KEPENTINGAN PHK (3)


ANTAR SP/
(1) (2) SB (4)
PERSELISIHAN
Perselisihan Hubungan Industrial
berdasarkan Perjanjian Kerja (tahap kedua)
Terkait Putusan Arbitrase

Putusan Arbitrase bersifat final dan mengikat, sehingga tidak ada


upaya hukum terhadapnya.

Namun putusan arbitrase dapat diajukan pembatalan kepada


Mahkamah Agung selambat-lambatnya 30 hari sejak putusan
artbitrase ditetapkan, apabila mengandung unsur-unsur:
a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah
putusan dijatuhkan, diakui atau dinyatakan palsu;
b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat
menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan;
c. putusan diambil dari tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu
pihak dalam pemeriksaan perselisihan;
d. putusan melampaui kekuasaan arbiter hubungan industrial; atau
e. putusan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Perselisihan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Hubungan Industrial:
Perihal Pihak

Pasal 87 UUPPHI:
Serikat pekerja/buruh dan organisasi pengusaha dapat bertindak sebagai
kuasa hukum untuk beracara di PHI untuk mewakili anggotanya.
Perselisihan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Hubungan Industrial:
Perihal Perselisihan Ganda

Pasal 86 UUPPHI:
Dalam hal perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan diikuti dengan
perselisihan PHK, maka PHI wajib memutus terlebih dahulu perkara
perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan.
Perselisihan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Hubungan Industrial:
Perihal Gugatan

Pasal 81 UUPPHI:
Gugatan perselisihan hubungan industrial diajukan kepada PHI pada PN yang
daerah hukumnya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja.

Pasal 82 UUPPHI:
Gugatan oleh pekerja/buruh atas PHK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159
dan Pasal 171* Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, dapat dilakukan hanya dalam tenggang waktu 1 tahun sejak
diterimanya atau diberitahukannya keputusan dari pihak pengusaha.

Catatan:
Sepanjang anak kalimat “Pasal 158 ayat (1)” dinyatakan bertentangan dengan
UUD NRI 1945 berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
12/PUU-I/2003, 28 Oktober 2004.
Perselisihan Hubungan Industrial
pada Pengadilan Hubungan Industrial:
Perihal Gugatan
Pasal 83 ayat (1) UUPPHI:
Pengajuan gugatan yang tidak dilampiri risalah penyelesaian melalui mediasi
atau konsiliasi, makan hakim PHI wajib mengembalikan gugatan kepada
penggugat.

Pasal 83 ayat (2) UUPPHI:


Hakim berkewajiban memeriksa isi gugatan dan bila terdapat kekurangan,
hakim meminta penggugat untuk menyempurnakan gugatannya.
Muatan Materi Gugatan
1. Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan
penggugat, atau kuasanya;
2. nama dan tempat kedudukan tergugat;
3. lampiran anjuran konsiliasi/mediasi; dan
4. dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan
oleh Pengadilan Hubungan Industrial.
Hal Mengubah Gugatan

1. Penggugat (Gugatan), dapat dilakukan sampai


agenda Replik, disertai alasan yang cukup serta
tidak merugikan kepentingan tergugat, dan harus
disaksikan oleh hakim.
2. Tergugat (Jawaban dan/atau Eksepsi), dapat
dilakukan sampai dengan agenda Duplik, disertai
alasan yang cukup serta tidak merugikan
kepentingan penggugat, dan harus disaksikan oleh
hakim.
Hal Mencabut Gugatan

1. dapat dicabut sewaktu-waktu sebelum tergugat


memberikan jawaban;
2. apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas
gugatan, pencabutan gugatan oleh penggugat
dapat dikabulkan bila disetujui tergugat.
Hal Putusan PHI

Pasal 103 UUPPHI:


Majelis Hakim PHI wajib memberikan putusan
perselisihan hubungan industrial dalam waktu
selambat-lambatnya 50 hari kerja terhitung sejak
sidang pertama.

Pasal 105 UUPPHI:


Panitera Pengganti PHI dalam waktu selambat-
lambatnya 7 hari kerja setelah putusan dibacakan,
harus sudah menyampaikan pemberitahuan putusan
kepada pihak yang tidak hadir dalam sidang.
Hal Putusan PHI

Selambat-lambatnya 14 hari kerja setelah putusan


ditandatangani, Panitera Muda harus sudah
menerbitkan salinan putusan.

Panitera PN harus sudah mengirimkan salinan putusan


kepada para pihak selambat-lambatnya 7 hari kerja
sejak salinan putusan diterbitkan.
Hal Putusan PHI
Pasal 109:
Putusan PHI pada PN setempat mengenai perselisihan
kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja/buruh dalam
satu perusahaan merupakan putusan akhir dan bersifat tetap.

Pasal 110:
Putusan PHI pada PN setempat mengenai perselisihan hak dan
perselisihan PHK mempunyai kekuatan hukum tetap apabila tidak
diajukan permohonan kasasi kepada MA dalam waktu selambat-
lambatnya 14 hari kerja:
a. bagi pihak yang hadir, terhitung sejak putusan dibacakan
dalam sidang;
b. bagi pihak yang tidak hadir, terhitung sejak tanggal menerima
pemberitahuan putusan.
Hal Putusan PHI
Upaya hukum kasasi hanya berlaku terkait:
a. perselisihan kepentingan; dan/atau
b. perselisihan antar serikat pekerja/buruh dalam satu
perusahaan.

Penyelesaian upaya hukum kasasi diselesaikan dalam waktu 30


hari kerja sejak tanggal penerimaan permohonan kasasi.
Pembuktian
1. Surat atau tulisan;
2. Keterangan ahli;
3. Keterangan saksi;
4. Pengakuan para pihak;
5. Pengetahuan hakim.

Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu


dibuktikan.
Surat atau Tulisan
a. Akta Otentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau di
hadapan seorang pejabat umum, yang menurut
peraturan perundang-undangan berwenang membuat
surat itu dengan maksud untuk dipergunakan sebagai
alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang
tercantum di dalamnya;
b. Akta di Bawah Tangan, yaitu surat yang dibuat dan
ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan
dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti
tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum
di dalamnya;
c. surat-surat lainnya yang bukan akta.
Keterangan Ahli
Merupakan pendapat orang yang diberikan di bawah sumpah dalam
persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan
pengetahuannya.

Seseorang yang tidak boleh didengar sebagai saksi tidak boleh


memberikan keterangan sebagai ahli.

Atas permintaan kedua belah pihak atau salah satu pihak atau karena
jabatannya, Hakim Ketua Sidang dapat menunjuk seseorang atau
beberapa orang ahli.

Seorang ahli dalam persidangan harus memberi keterangan baik dengan


surat maupun dengan lisan, yang dikuatkan dengan sumpah atau janji
menurut kebenaran sepanjang pengetahuannya yang sebaik-baiknya.
Keterangan Saksi
Yang tidak boleh didengar sebagai saksi:
a. keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lurus ke atas atau
ke bawah sampai derajat ke dua dari salah satu pihak yang bersengketa;
b. isteri atau suami salah seorang pihak yang bersengketa meskipun sudah
bercerai;
c. anak yang belum berusia tujuh belas tahun;
d. orang sakit ingatan.

Orang yang dapat minta pengunduran diri dari kewajiban untuk memberikan
kesaksian ialah:
e. saudara laki-laki dan perempuan, ipar laki-laki dan perempuan salah satu
pihak;
f. setiap orang yang karena martabat, pekerjaan, atau jabatannya diwajibkan
merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan martabat,
pekerjaan, atau jabatannya itu (diserahkan kepada pertimbangan hakim).
Pengakuan dan
Pengetahuan Hakim
Pengakuan para pihak tidak dapat ditarik kembali kecuali berdasarkan
alasan yang kuat dan dapat diterima oleh Hakim.

Pengetahuan Hakim adalah hal yang olehnya diketahui dan diyakini


kebenarannya.

Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian


beserta penilaian pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian diperlukan
sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan Hakim.

Anda mungkin juga menyukai