Riwayat Pendidikan :
Pendidikan : S1 – Univ. Pakuan (1993)
: S2 – Univ. Indonesia (1997)
: S3 – Univ. Indonesia (2003)
Pendidikan Terakhir : Doktor Money Laundering TH. 2003
Pekerjaan :
DEKAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR (5 Agustus sampai
dengan sekarang)
Pengalaman Kerja :
Tenaga Ahli : Kantor Lingkungan Hidup Menteri LH.
Tenaga Ahli : Dep. Hukum dan HAM
Tenaga Ahli : Badan Pembinaan Hukum Nasional RI,
Tenaga Ahli : Kalemdikpol, Bareskrim, Polda – polda
BNN, Kemenkum HAM, dll.
Pusdiklat : Kemenkum HAM, kejagung, Kemenlu, Beacukai,
Pajak, dll.
KETUA UMUM MASYARAKAT HUKLUM PIDANA DAN KRIMINOLOGI INDONESIA
( MAHUPIKI )
PENCUCIAN UANG.
MONEY LAUNDERING
• suatu proses yang dilakukan untuk merubah hasil
kejahatan seperti dari korupsi, kejahatan
narkotika, perjudian, penyelundupan, dan
kejahatan serius lainnya sebagaimana dalam pasal
2 ayat (1), sehingga hasil kejahatan tersebut
menjadi nampak seperti hasil dari kegiatan yang
sah karena asal-usulnya sudah disamarkan atau
disembunyikan
TAHAP-TAHAP/PROSES PENCUCIAN
UANG
Modern: HUNDI
(PAKISTAN)
Layering;
Tradision
Integration. al:
Penting dipahami bahwa
ketiga tahapan ini
tidak harus terjadi semuanya, bisa Cara tradisional ini masih dan
Placemment saja, bisa cenderung akan sering dilakukan
Placement dan Layering atau terutama untuk TPPU dari hasil
Ketiganya. narkotika
1. TAHAP PLACEMENT :
Menempatkan hasil kejahatan ke
dalam system keuangan.
2. TAHAP LAYERING :
Tahap pelapisan yaitu melanjutkan tahap
Placement dengan transaksi yang lebih rumit.
3. TAHAP INTEGRATION :
Pelaku memasukan kembali dana yang telah di Layering
kedalam aktifitas bisnis yang sah.
DUA KEJAHATAN DALAM
PENCUCIAN UANG
Core Crimes
Follow up Crimes,
(Predicate yaitu: proses atas
Offence), yaitu: hasil kejahatan
kejahatan asal. asal
Pelaku disebut :
principle violator (pelaku kejahatan asal dan
TPPU)
Aiders (pembantu TPPU)
Abettors (menerima hasil kejahatan)
TIPE PELAKU (SESUAI PERANANNYA)
• Pelaku disebut :
Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak
pidana :
Tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4
(empat) tahun atau lebih yang dilakukan di wilayah Negara
Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Republik
Indonesia dan tindak pidana tersebut merupakan tindak pidana
menurut hukum Indonesia.
Pasal 3
“Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan
mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau PATUT DIDUGANYA merupakan
hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta
Kekayaan dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan
pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.
Pasal 4
2) Ketentuan mengenai Pihak Pelapor selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PASAL
18
1) Lembaga Pengawas dan Pengatur menetapkan ketentuan prinsip mengenali Pengguna Jasa.
2) Pihak Pelapor wajib menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasa yang ditetapkan oleh setiap Lembaga Pengawas dan Pengatur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
3) Kewajiban menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada saat:
a. melakukan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa;
b. terdapat Transaksi Keuangan dengan mata uang rupiah dan/atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah);
c. terdapat Transaksi Keuangan Mencurigakan yang terkait tindak pidana Pencucian Uang dan tindak pidana pendanaan terorisme; atau
d. Pihak Pelapor meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan Pengguna Jasa.
4) Lembaga Pengawas dan Pengatur wajib melaksanakan pengawasan atas kepatuhan Pihak Pelapor dalam menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasa.
5) Prinsip mengenali Pengguna Jasa sekurang-kurangnya memuat:
a. identifikasi Pengguna Jasa;
b. verifikasi Pengguna Jasa; dan
c. pemantauan Transaksi Pengguna Jasa.
6) Dalam hal belum terdapat Lembaga Pengawas dan Pengatur, ketentuan mengenai prinsip mengenali Pengguna Jasa dan pengawasannya diatur dengan
Peraturan Kepala PPATK.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “menerapkan prinsip mengenali Pengguna Jasa” adalah Customer Due Dilligence (CDD) dan Enhanced Due
PENJELASAN Pasal 18 Dilligence (EDD) sebagaimana dimaksud dalam Rekomendasi 5 Financial Action Task Force (FATF) on Money Laundering.
Ayat (5)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “identifikasi Pengguna Jasa”
termasuk pemutakhiran data Pengguna Jasa.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH