Anda di halaman 1dari 13

Nama : Naufal Abhi Novisro

NPM : 1706025062
Mata Kuliah : Hukum Surat Berharga
Kelas : Paralel

1. Bagaimana kaitan antara Surat Berharga (Commercial Paper) dengan Instrumen Keuangan
(Financial Instrumens)?

Sebelum membahas mengenai kaitan antara surat berharga dengan instrumen keuangan haruslah
kita ketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan surat berharga dan instrumen keuangan.

Surat berharga menurut H. M .N. Purwosutjipto adalah surat bukti tuntutan utang, pembawa
hak, dan mudah diperjual belikan.1 Yang dimaksud dengan “surat” di sini adalah “akta”. Akta berarti
surat yang ditandatangani, sengaja dibuat untuk dijadikan alat bukti. Jadi, akta itu merupakan bukti
adanya perikatan atau utang dari si penandatangan. Sedangkan “utang” maksudnya adalah perikatan
yang harus ditunaikan oleh si penandatangan akta (debitur), yang sebaliknya si pemegang akta
(kreditur) mempunyai hak menuntut kepada orang yang menandatangani akta tersebut. Tuntutan
tersebut dapat berupa uang, barang, atau dalam wujud lain.
Yang dimaksud dengan “hak” adalah hak untuk menuntut sesuatu kepada kreditur. Surat
berharga itu “pembawa hak” yang berarti “hak” tersebut melekat pada akta surat berharga, yang
seolah-olah menjadi satu. Ini berarti kalau akta itu hilang atau musnah, maka hak menuntut juga
hilang. Misalnya, uang kertas senilai Rp 10.000 hilang atau musnah, maka pemilik uang kertas
tersebut tidak dapat meminta ganti uang kertas baru dari Bank Indonesia. Begitu juga dengan wesel,
jika surat wesel hilang, maka bekas pemiliknya tidak dapat meminta pembayaran wesel kepada
akseptan, kecuali dengan suatu jaminan sebesar nilai wesel untuk selama tiga puluh tahun (Pasal 167a
dan 167b KUHD).
Agar surat berharga mudah diperjualbelikan harus diberi bentuk “kepada-pengganti” atau
bentuk “kepada-pembawa”. Surat berharga dengan bentuk “kepada-pengganti” dapat dengan mudah
diserahkan kepada orang lain dengan cara endosemen (cara mengalihkan dengan menyebutkan nama
pada pemegang berikutnya di bagian belakang surat tersebut), sedangkan surat berharga dengan
bentuk “kepada-pembawa” dapat lebih mudah lagi diserahkan kepada orang lain dengan cara
penyerahan fisik (dari tangan ke tangan). Dasar hukum penyerahan surat “kepada-pengganti” dan
“kepada-pembawa” adalah Pasal 613 ayat (3) KUHPerdata.

1
H. M .N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum Surat Berharga
(Jakarta: Djambatan, 2008), hlm. 5.

1
Selanjutnya yang dimaksud dengan instrumen keuangan dapat kita lihat pada Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK sendiri adalah suatu kerangka dari prosedur pembuatan
laporan keuangan akuntansi yang berisi peraturan mengenai pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan
penyajian laporan keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang didasarkan pada
kondisi yang sedang berjalan dan telah disepakati serta telah disahkan oleh institut atau lembaga resmi
di indonesia.2 PSAK beserta perubahan-perubahannya yang berlaku efektif per tahun 2019 berjumlah
83.3
Definisi instrumen keuangan dapat kita ketahui pada PSAK 50 (Revisi 2014) tentang
Instrumen Keuangan: Penyajian. Definisi ini diadopsi dari International Accounting Standards 32.
Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan liabilitas
keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain.4 Setiap kontrak yang menambah nilai terbagi menjadi
aset keuangan entitas, liabilitas keuangan, atau instrumen ekuitas entitas lain.
Berdasarkan PSAK 50 Aset keuangan terbagi menjadi: (1) Kas, yaitu aset keuangan karena
merupakan alat tukar dan menjadi dasar pengukuran dan pengakuan seluruh transaksi dalam laporan
keuangan. Yang termasuk kas antara lain uang kertas, uang logam, cek, deposito, reksa dana,
pinjaman, dsb. (2) Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain, yaitu setiap kontrak yang
memberikan hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Yang
termasuk instrumen ekuitas adalah saham. (3) Hak kontraktual, yaitu untuk menerima kas atau aset
keuangan lainnya dari entitas lain; atau untuk mempertukarkan aset keuangan dengan entitas lain
dengan kondisi berpotensi untung. Yang termasuk hak kontraktual antara lain wesel tagih, piutang
usaha, piutang obligasi, dsb. (4) kontrak yang akan diselesaikan dengan penerbitan instrumen ekuitas
entitas yang merupakan non derivative dan derivative (turunan dari saham dan/atau obligasi).
Berdasarkan PSAK 50 Liabilitas keuangan terbagi menjadi: (1) kewajiban kontraktual, yaitu
untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau untuk mempertukarkan aset
keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain dengan kondisi tidak menguntungkan entitas.
Yang termasuk kewajiban kontraktual antara lain utang usaha, wesel bayar, utang obligasi dsb. (2)
kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas dan merupakan suatu non derivatif; atau derivative (turunan dari saham dan/atau
obligasi).
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan kaitan antara surat berharga dengan
instrumen keuangan adalah (1) Surat berharga merupakan bagian dari instrumen keuangan; (2) Surat
berharga termasuk ke dalam instrumen keuangan bagian aset keuangan yang terdiri dari kas,

2
Fildzah Amimah, “PSAK dalam Akuntansi. Apa itu PSAK”,
https://binusasmg.sch.id/2018/01/16/psak-dalam-akuntansi/, diakses 6 Oktober 2019.
3
Ikatan Akuntan Indonesia, “SAK Efektif per 1 Januari 2019”, http://www.iaiglobal.or.id/v03/standar-
akuntansi-keuangan/sak-efektif-17-sak-efektif-per-1-januari-2019, diakses 6 Oktober 2019.
4
Ikatan Akuntan Indonesia, “PSAK 50”, http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/pernyataan-sak-35-psak-50-instrumen-keuangan-penyajian, diakses 6 Oktober 2019.

2
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain, hak kontraktual, dan instrumen ekuitas entitas yang
merupakan non derivative dan derivative; serta (3) Surat berharga termasuk ke dalam instrumen
keuangan bagian liabilitas keuangan yang terdiri dari kewajiban kontraktual, dan instrumen ekuitas
entitas yang merupakan non derivative dan derivative.
Kemudian, kaitan antara surat berharga dengan instrumen keuangan dapat juga kita temukan
pada pengaturan mengenai pasar modal. Pada Pasal 1 angka 13 UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal dikatakan Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga
dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Pasal 1 angka 15 UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal dikatakan Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten
untuk menjual Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-undang ini
dan peraturan pelaksanaannya. Sementara efek sendiri menurut Pasal 1 angka 5 UU No. 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal dikatakan Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
Pasar modal sendiri pada hakikatnya sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana
bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor).5 Dana yang diperoleh
dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja
dan lain-lain. Dan juga pasar modal sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat untuk menempatkan
dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal seperti saham, obligasi, waran, right, reksa
dana, option, futures, dan lain-lain.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui kaitan antara surat berharga dengan instrumen
keuangan, yaitu surat berharga merupakan instrumen keuangan yang diperjualbelikan pada pasar
modal yang berdasarkan UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar modal.
Selain itu, surat berharga dengan instrumen keuangan memiliki kaitan dalam hal kontrak dan
benda. Pada hakikatnya surat berharga adalah kontrak dan sekaligus benda.6 Dengan demikian, surat
berharga berlaku dua ketentuan hukum, yaitu hukum perjanjian dan hukum kebendaan. Surat berharga
disebut sebagai kontrak, karena di dalamnya terdapat suatu prestasi dari pihak-pihak yang terlibat.7
Misalnya pada wesel, seorang tertarik atau drawee yang telah melakukan akseptasi berkewajiban
melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo atau pada saat wesel diunjukkan oleh pembawa. Bila
tertarik atau drawee tidak melakukan pembayaran, maka penerbitnya atau drawer berkewajiban untuk
membayar kepada pemegang surat wesel atau payee. Dengan demikian, surat berharga yang

5
Bursa Efek Indonesia, “Pengantar Pasar Modal”, https://www.idx.co.id/investor/pengantar-pasar-
modal/, diakses 6 Oktober 2019.
6
Agus Sardjono, Yetty Komalasari, Rosewitha Irawaty, dan Togi Pangaribuan, Pengantar Hukum
Dagang, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2018), hlm. 136.
7
Ibid.

3
merupakan bagian dari instrumen keuangan keduanya berdasarkan dari adanya suatu perjanjian.
Selanjutnya, surat berharga juga merupakan salah satu bentuk kebendaan karena surat
tersebut dapat diperjualbelikan atau diperdagangkan.8 Misalnya, draft wesel yang diterbitkan dalam
rangka transaksi jual beli antar Negara, yang biasanya dipersyaratkan dalam letter of credit untuk
dilampirkan sebagai dokumen berkenaan dengan jual beli barang antar Negara. Draft semacam ini
dapat dijadikan objek jual beli (objek hukum). Hakikat surat berharga sebagai benda yang mudah
dialihkan pemilikannya menyebabkan surat tersebut dapat diperdagangkan.9 Dengan demikian, surat
berharga yang merupakan bagian dari instrumen keuangan keduanya dapat diperjualbelikan atau
diperdagangkan.

2. “This note is secured by a security interest in collateral described in a security agreement


dated September 20, 2019, between the payee and maker of this note. Rights and obligations
with respect to the collateral are governed by the security agreement.” Apakah klausula
tersebut termasuk Surat Berharga?

Suatu klausula untuk dapat dikatakan sebagai surat berharga haruslah memenuhi syarat materiel
dan syarat formil. Seluruh persyaratan surat berharga di bawah merupakan suatu sistem yang harus
utuh dan tidak dapat dipisahkan serta tidak boleh bertentangan satu sama lain. Apabila hal tersebut
tidak terpenuhi, maka surat berharga akan dianggap cacat hukum.
Syarat materil dari surat berharga adalah surat berharga harus mempunyai nilai yang sesuai
dengan perikatan dasar atau perikatan pokoknya (underlying transaction). Suatu surat berharga
mengandung perikatan dari si debitur. Suatu perikatan itu menurut Pasal 1233 KUHPerdata berasal
dari perjanjian atau undang-undang, dalam hal perikatan si debitur berasal dari perjanjian, maka
perjanjian ini adalah suatu perbuatan hukum yang terjadi sebelum surat berharga diterbitkan (Pasal
1313 KUHPerdata). Jadi, adanya surat berharga itu berasal dari suatu perjanjian yang terjadi
sebelumnya,10 dan nilai yang ada pada surat berharga haruslah sama dengan nilai yang terdapat pada
perikatan pokoknya. Purwosutjipto dalam bukunya yang berjudul Pengertian Pokok Huku Dagang
Indonesia Hukum Surat Berharga memberi contoh sebagai berikut. Seorang A mengadakan perjanjian
jual beli kopi dengan orang bernama C, yang berkedudukan sebagai penjual kopi. Sudah disepakati, C
akan menyerahkan sejumlah kopi dengan harga satu juta rupiah. Sedangkan A akan membayar
dengan cara menerbitkan wesel. Kemudian C menyerahkan sejumlah kopi yang telah diperjanjikan
kepada A. Untuk melaksanakan prestasinya, A menerbitkan sepucuk wesel yang bernilai satu juta
rupiah yang sesuai dengan perikatan dasarnya yaitu jual beli kopi. Dalam surat wesel itu A
memerintahkan B untuk membayar uang sejumlah satu juta rupiah kepada C.

8
Ibid., hlm. 137.
9
Davidson, et al., Comprehensive Business Law, Principles and Cases, (Kent Publishing Company,
1987), hlm. 495.
10
H. M .N. Purwosutjipto., op. cit., hlm. 19.

4
Syarat formil dari surat berharga antara lain:11

- Tertulis
Surat berharga haruslah tertulis, karena surat berharga yang dibuat secara tertulis dapat
dijadikan alat bukti. Tanpa adanya bukti tertulis tidak mungkin untuk melakukan penagihan
kepada bankir atau tersangkut dan penerbit, jika surat berharga tersebut ditolak atau tidak
dibayar oleh bankir.12
- Perintah atau janji bayar tak bersyarat
Kata “perintah” adalah suatu instruksi penerbit kepada bankir atau tersangkut untuk
membayar kepada pemegang surat berharga tersebut dan harus atau wajib dilaksanakan oleh
bankir atau tersangkut, karena si penerbit telah menyediakan uang pada bankir untuk
pemenuhan kewajibannya.13 Sedangkan kata “bayarlah” pada dasarnya merupakan kata
perintah kepada tersangkut untuk membayar sejumlah uang yang tertera pada surat berharga
tersebut.14 Surat berharga tidak boleh disandarkan pada suatu syarat tambahan karena syarat
tambahan dapat menghalangi pengalihan dari satu pihak kepada pihak lainnya. Jika syarat ini
tidak dipenuhi, maka surat berharga akan kehilangan sifatnya sebagai suatu negotiable
instrumen.15
- Jumlah Uang tertentu
Pada dasarnya pemenuhan pembayaran atas suatu surat berharga tidak dapat dilakukan dalam
bentuk prestasi lain selain dengan uang tunai. Oleh karena itu syarat penyebutan jumlah uang
tertentu diperlukan untuk menetapkan jumlah secara pasti yang harus dibayarkan oleh tertarik
(drawee) kepada penerima (payee). Termasuk dalam pemenuhan syarat ini adalah penyebutan
nilai tukar (exchange rate) karena pada dasarnya pembayaran atas suatu negotiable instrumen
dapat juga dalam bentuk mata uang lain yang bernilai sama berdasarkan nilai tukar yang
berlaku dan/atau yang disepakati.16
Tidak termasuk sebagai pemenuhan syarat ini suatu penegasan “menggunakan nilai tukar
yang berlaku pada posisi terakhir” (at current rate). Hal ini dikarenakan penetapan nilai tukar
berdasarkan posisi terakhir harus mengacu pada sumber dari luar yang kemungkinan berbeda-
beda. Apabila instrumen tidak mencantumkan nilai tukar tertentu, maka nilai tukar yang

11
Secara garis besar yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
12
Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: PT
Prenhallindo, 2002), hlm. 30 – 31.
13
Ibid., hlm. 31
14
Ibid., hlm. 34.
15
UCC, section 3-106. Uniform Comercial Code (UCC) adalah kitab undang-undang hukum dagang
yang berlaku dan diterapkan di Amerika Serikat. Pengaturan setiap perkara surat berharga diatur dalam Article 3
UCC.
16
UCC, section 3-107.

5
berlaku adalah nilai jual valas (offered spot rate) yang berlaku di tempat pembayaran dan
pada hari pembayaran.17
- Jangka waktu
Surat berharga harus menyebutkan jangka waktu pembayaran. Hal ini berkaitan dengan masa
jatuh tempo dan untuk menjamin kepastian hukum mengenai pembayaran atau pencairan
surat berharga.18
- Mudah dialihkan
Surat berharga merupakan salah satu bentuk kebendaan karena surat tersebut dapat
diperjualbelikan atau diperdagangkan.19 Hakikat surat berharga sebagai benda yang mudah
dialihkan pemilikannya menyebabkan surat tersebut dapat diperdagangkan.20 Surat berharga
haruslah berbentuk kepada-pengganti (to order) atau kepada pembawa (to bearer) supaya
mudah dialihkan. To order bilamana nama kreditur disebut dengan jelas dalam surat berharga
dengan tambahan kata-kata “atau pengganti” misalnya “bayarlah atas penyerahan cek ini
kepada sdr. Sudomo atau pengganti uang sejumlah seratus ribu rupiah.21 To bearer bilamana
nama kreditur tidak disebut dalam surat berharga atau disebut dengan jelas dengan tambahan
kata-kata “atau pembawa” misalnya “bayarlah atas penyerahan cek ini kepada sdr. Sudomo
atau pembawa uang sejumlah seratus ribu rupiah.”22
- Tanda tangan penerbit
Tanda tangan merupakan simbol dan nama atau inisial nama orang yang menerbitkan dan
menunjukkan tanggung jawab penerbit terhadap surat berharga yang diterbitkannya. Dalam
KUHD penandatanganan dalam surat berharga merupakan suatu keharusan, tanpa ada tanda
tangan, maka surat berharga tersebut cacat hukum, demikian juga antara nama dengan
tanda tangan dilakukan oleh orang yang berbeda. Penandatanganan dalam surat berharga
tidak dapat dilakukan secara terpisah, harus merupakan satu kesatuan dengan surat berharga
tersebut.23
- Tanpa jaminan
Penerbitan surat berharga tidak dikaitkan dengan suatu jaminan tertentu, kecuali penerbitan
surat berharga sebagai fasilitas kredit maka jaminan dimungkinkan.

ANALISA:
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia klausula pada soal menjadi “Catatan ini
dijamin dengan kepentingan keamanan dalam jaminan yang dijelaskan dalam perjanjian keamanan

17
Ibid.
18
Joni Emirzon, op.cit., hlm. 31.
19
Agus Sardjono, et al., op.cit., hlm. 137.
20
Davidson, op. cit., hlm. 495.
21
H. M .N. Purwosutjipto., op. cit., hlm. 21.
22
Ibid.
23
Joni Emirzon, op.cit., hlm. 31 - 32.

6
tertanggal 20 September 2019, antara penerima pembayaran dan pembuat pembayaran. Hak dan
kewajiban sehubungan dengan agunan diatur oleh perjanjian keamanan.”

a. Jika dilihat dari syarat materil yang mana surat berharga harus mempunyai nilai yang sesuai
dengan perikatan dasar atau perikatan pokoknya (underlying transaction) maka klausula
tersebut tidak memenuhi unsur ini. Hal ini dikarenakan pada klausula tidak ada perikatan
dasar yang mendasari diterbitkannya suatu surat berharga serta tidak ada penyebutan jumlah
uang yang sesuai dengan perikatan dasar.. Klausula di atas hanyalah suatu pernyataan
mengenai penggunaan jaminan yang tertanggal 20 September 2019 di antara para pihak yang
terlibat.
b. Jika dilihat dari syarat formil:
1. Tertulis
Klausula tersebut disajikan dalam bentuk tulisan, sehingga unsur tertulis terpenuhi.
2. Perintah atau janji bayar tak bersyarat
Klausula tersebut tidak memenuhi unsur ini. Hal ini dikarenakan pada klausula tidak ada
suatu instruksi atau kalimat perintah untuk melakukan pembayaran. Klausula di atas
hanyalah suatu pernyataan mengenai penggunaan jaminan yang tertanggal 20 September
2019 di antara para pihak yang terlibat.
3. Jumlah uang tertentu
Klausula tersebut tidak memenuhi unsur ini. Hal ini dikarenakan pada klausula tidak ada
suatu penyebutan jumlah uang tertentu diperlukan untuk menetapkan jumlah secara pasti
yang harus dibayarkan oleh tertarik (drawee) kepada penerima (payee).
4. Jangka waktu
Jangka waktu yang dimaksud adalah jangka waktu pembayaran. Hal ini tidak terdapat
pada klausula di atas. Penyebutan tanggal pada klausula di atas hanyalah tanggal
dibuatnya suatu perjanjian keamanan, yaitu tanggal 20 September 2019, bukan tanggal
jatuh tempo pembayaran atau jangka waktu pembayaran.
5. Mudah dialihkan
Surat berharga mudah dialihkan jika bentuknya kepada-pengganti (to order) atau kepada
pembawa (to bearer). Klausula di atas bentuknya adalah atas nama (op naam), hal ini
dapat dilihat dari kalimat “…the payee and maker of this note”. Kalimat tersebut
menunjukan bahwa telah atau akan disebutkan dengan jelas siapa yang menjadi penerima
pembayaran dan siapa yang menjadi pembuat pembayaran. Dengan demikian, unsur
mudah dialihkan tidak terpenuhi.
6. Tanda tangan penerbit
Tanda tangan merupakan simbol dan nama atau inisial nama orang yang menerbitkan dan
menunjukkan tanggung jawab penerbit terhadap surat berharga yang diterbitkannya.

7
Dalam klausula tersebut sudah jelas tidak ada tanda tangan dari penerbit, sehingga unsur
ini tidak terpenuhi.
7. Tanpa jaminan
Penerbitan surat berharga tidak dikaitkan dengan suatu jaminan tertentu, kecuali
penerbitan surat berharga sebagai fasilitas kredit maka jaminan dimungkinkan. Klausula
di atas hanya menyebutkan penggunaan jaminan yang tertanggal 20 September 2019 di
antara para pihak yang terlibat. Tidak jelas apakah penggunaan jaminan ini berkaitan
dengan penerbitan suatu surat berharga atau tidak. Dengan demikian, unsur ini tidak
terpenuhi.

Berdasarkan analisa di atas, maka klausula “This note is secured by a security interest in collateral
described in a security agreement dated September 20, 2019, between the payee and maker of this
note. Rights and obligations with respect to the collateral are governed by the security agreement.”
bukanlah surat berharga karena tidak memenuhi syarat materil maupun semua syarat formil secara
keseluruhan atau kumulatif.

3. “Payment is due October 1, 2019, but the holder may demand payment at any time before
then if he deems himself insecure.” Apakah klausula tersebut termasuk Surat Berharga?

Suatu klausula untuk dapat dikatakan sebagai surat berharga haruslah memenuhi syarat materiel
dan syarat formil. Seluruh persyaratan surat berharga di bawah merupakan suatu sistem yang harus
utuh dan tidak dapat dipisahkan serta tidak boleh bertentangan satu sama lain. Apabila hal tersebut
tidak terpenuhi, maka surat berharga akan dianggap cacat hukum.
Syarat materil dari surat berharga adalah surat berharga harus mempunyai nilai yang sesuai
dengan perikatan dasar atau perikatan pokoknya (underlying transaction). Suatu surat berharga
mengandung perikatan dari si debitur. Suatu perikatan itu menurut Pasal 1233 KUHPerdata berasal
dari perjanjian atau undang-undang, dalam hal perikatan si debitur berasal dari perjanjian, maka
perjanjian ini adalah suatu perbuatan hukum yang terjadi sebelum surat berharga diterbitkan (Pasal
1313 KUHPerdata). Jadi, adanya surat berharga itu berasal dari suatu perjanjian yang terjadi
sebelumnya,24 dan nilai yang ada pada surat berharga haruslah sama dengan nilai yang terdapat pada
perikatan pokoknya. Purwosutjipto dalam bukunya yang berjudul Pengertian Pokok Huku Dagang
Indonesia Hukum Surat Berharga memberi contoh sebagai berikut. Seorang A mengadakan perjanjian
jual beli kopi dengan orang bernama C, yang berkedudukan sebagai penjual kopi. Sudah disepakati, C
akan menyerahkan sejumlah kopi dengan harga satu juta rupiah. Sedangkan A akan membayar
dengan cara menerbitkan wesel. Kemudian C menyerahkan sejumlah kopi yang telah diperjanjikan
kepada A. Untuk melaksanakan prestasinya, A menerbitkan sepucuk wesel yang bernilai satu juta

24
H. M .N. Purwosutjipto., op. cit., hlm. 19.

8
rupiah yang sesuai dengan perikatan dasarnya yaitu jual beli kopi. Dalam surat wesel itu A
memerintahkan B untuk membayar uang sejumlah satu juta rupiah kepada C.

Syarat formil dari surat berharga antara lain:25

- Tertulis
Surat berharga haruslah tertulis, karena surat berharga yang dibuat secara tertulis dapat
dijadikan alat bukti. Tanpa adanya bukti tertulis tidak mungkin untuk melakukan penagihan
kepada bankir atau tersangkut dan penerbit, jika surat berharga tersebut ditolak atau tidak
dibayar oleh bankir.26
- Perintah atau janji bayar tak bersyarat
Kata “perintah” adalah suatu instruksi penerbit kepada bankir atau tersangkut untuk
membayar kepada pemegang surat berharga tersebut dan harus atau wajib dilaksanakan oleh
bankir atau tersangkut, karena si penerbit telah menyediakan uang pada bankir untuk
pemenuhan kewajibannya.27 Sedangkan kata “bayarlah” pada dasarnya merupakan kata
perintah kepada tersangkut untuk membayar sejumlah uang yang tertera pada surat berharga
tersebut.28 Surat berharga tidak boleh disandarkan pada suatu syarat tambahan karena syarat
tambahan dapat menghalangi pengalihan dari satu pihak kepada pihak lainnya. Jika syarat ini
tidak dipenuhi, maka surat berharga akan kehilangan sifatnya sebagai suatu negotiable
instrumen.29
- Jumlah Uang tertentu
Pada dasarnya pemenuhan pembayaran atas suatu surat berharga tidak dapat dilakukan dalam
bentuk prestasi lain selain dengan uang tunai. Oleh karena itu syarat penyebutan jumlah uang
tertentu diperlukan untuk menetapkan jumlah secara pasti yang harus dibayarkan oleh tertarik
(drawee) kepada penerima (payee). Termasuk dalam pemenuhan syarat ini adalah penyebutan
nilai tukar (exchange rate) karena pada dasarnya pembayaran atas suatu negotiable instrumen
dapat juga dalam bentuk mata uang lain yang bernilai sama berdasarkan nilai tukar yang
berlaku dan/atau yang disepakati.30
Tidak termasuk sebagai pemenuhan syarat ini suatu penegasan “menggunakan nilai tukar
yang berlaku pada posisi terakhir” (at current rate). Hal ini dikarenakan penetapan nilai tukar
berdasarkan posisi terakhir harus mengacu pada sumber dari luar yang kemungkinan berbeda-

25
Secara garis besar yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
26
Joni Emirzon, Hukum Surat Berharga dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: PT
Prenhallindo, 2002), hlm. 30 – 31.
27
Ibid., hlm. 31
28
Ibid., hlm. 34.
29
UCC, section 3-106. Uniform Comercial Code (UCC) adalah kitab undang-undang hukum dagang
yang berlaku dan diterapkan di Amerika Serikat. Pengaturan setiap perkara surat berharga diatur dalam Article 3
UCC.
30
UCC, section 3-107.

9
beda. Apabila instrumen tidak mencantumkan nilai tukar tertentu, maka nilai tukar yang
berlaku adalah nilai jual valas (offered spot rate) yang berlaku di tempat pembayaran dan
pada hari pembayaran.31
- Jangka waktu
Surat berharga harus menyebutkan jangka waktu pembayaran. Hal ini berkaitan dengan masa
jatuh tempo dan untuk menjamin kepastian hukum mengenai pembayaran atau pencairan
surat berharga.32
- Mudah dialihkan
Surat berharga merupakan salah satu bentuk kebendaan karena surat tersebut dapat
diperjualbelikan atau diperdagangkan.33 Hakikat surat berharga sebagai benda yang mudah
dialihkan pemilikannya menyebabkan surat tersebut dapat diperdagangkan.34 Surat berharga
haruslah berbentuk kepada-pengganti (to order) atau kepada pembawa (to bearer) supaya
mudah dialihkan. To order bilamana nama kreditur disebut dengan jelas dalam surat berharga
dengan tambahan kata-kata “atau pengganti” misalnya “bayarlah atas penyerahan cek ini
kepada sdr. Sudomo atau pengganti uang sejumlah seratus ribu rupiah.35 To bearer bilamana
nama kreditur tidak disebut dalam surat berharga atau disebut dengan jelas dengan tambahan
kata-kata “atau pembawa” misalnya “bayarlah atas penyerahan cek ini kepada sdr. Sudomo
atau pembawa uang sejumlah seratus ribu rupiah.”36
- Tanda tangan penerbit
Tanda tangan merupakan simbol dan nama atau inisial nama orang yang menerbitkan dan
menunjukkan tanggung jawab penerbit terhadap surat berharga yang diterbitkannya. Dalam
KUHD penandatanganan dalam surat berharga merupakan suatu keharusan, tanpa ada tanda
tangan, maka surat berharga tersebut cacat hukum, demikian juga antara nama dengan
tanda tangan dilakukan oleh orang yang berbeda. Penandatanganan dalam surat berharga
tidak dapat dilakukan secara terpisah, harus merupakan satu kesatuan dengan surat berharga
tersebut.37
- Tanpa jaminan
Penerbitan surat berharga tidak dikaitkan dengan suatu jaminan tertentu, kecuali penerbitan
surat berharga sebagai fasilitas kredit maka jaminan dimungkinkan.

ANALISA:
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia klausula pada soal menjadi “Pembayaran jatuh

31
Ibid.
32
Joni Emirzon, op.cit., hlm. 31.
33
Agus Sardjono, et al., op.cit., hlm. 137.
34
Davidson, op. cit., hlm. 495.
35
H. M .N. Purwosutjipto., op. cit., hlm. 21.
36
Ibid.
37
Joni Emirzon, op.cit., hlm. 31 - 32.

10
tempo 1 Oktober 2019, tetapi pemegang dapat meminta pembayaran kapan saja sebelum itu jika ia
menganggap dirinya tidak aman.”

a. Jika dilihat dari syarat materil yang mana surat berharga harus mempunyai nilai yang
sesuai dengan perikatan dasar atau perikatan pokoknya (underlying transaction) maka
klausula tersebut tidak memenuhi unsur ini. Hal ini dikarenakan pada klausula tidak ada
perikatan dasar yang mendasari diterbitkannya suatu surat berharga serta tidak ada
penyebutan jumlah uang yang sesuai dengan perikatan dasar. Klausula di atas hanyalah
suatu pernyataan mengenai jangka waktu pembayaran.
b. Jika dilihat dari syarat formil:
1. Tertulis
Klausula tersebut disajikan dalam bentuk tulisan, sehingga unsur tertulis terpenuhi.
2. Perintah atau janji bayar tak bersyarat
Klausula tersebut memenuhi unsur ini. Hal ini dikarenakan pada klausula terdapat
suatu instruksi atau kalimat perintah untuk melakukan pembayaran, yaitu dapat
dilihat pada kalimat “payment is due October 1, 2019…”
3. Jumlah uang tertentu
Klausula tersebut tidak memenuhi unsur ini. Hal ini dikarenakan pada klausula tidak
ada suatu penyebutan jumlah uang tertentu diperlukan untuk menetapkan jumlah
secara pasti yang harus dibayarkan oleh tertarik (drawee) kepada penerima (payee).
4. Jangka waktu
Jangka waktu yang dimaksud adalah jangka waktu pembayaran. Jangka waktu
pembayaran klausula di atas adalah dapat dilakukan kapan saja sebelum tanggal 1
Oktober 2019 sampai jatuh tempo pada tanggal 1 Oktober 2019. Dengan demikian,
unsur ini terpenuhi.
5. Mudah dialihkan
Surat berharga mudah dialihkan jika bentuknya kepada-pengganti (to order) atau
kepada pembawa (to bearer). Klausula di atas bentuknya adalah kepada pembawa (to
bearer), hal ini dapat dilihat dari kata “…the holder…”. Dengan demikian, unsur
mudah dialihkan terpenuhi.
6. Tanda tangan penerbit
Tanda tangan merupakan simbol dan nama atau inisial nama orang yang menerbitkan
dan menunjukkan tanggung jawab penerbit terhadap surat berharga yang
diterbitkannya. Dalam klausula tersebut sudah jelas tidak ada tanda tangan dari
penerbit, sehingga unsur ini tidak terpenuhi.
7. Tanpa jaminan

11
Penerbitan surat berharga tidak dikaitkan dengan suatu jaminan tertentu, kecuali
penerbitan surat berharga sebagai fasilitas kredit maka jaminan dimungkinkan.
Klausula di atas tidak menyebutkan adanya suatu jaminan, dengan demikian unsur ini
terpenuhi.

Berdasarkan analisa di atas, maka klausula “Pembayaran jatuh tempo 1 Oktober 2019, tetapi
pemegang dapat meminta pembayaran kapan saja sebelum itu jika ia menganggap dirinya tidak
aman.” bukanlah surat berharga karena tidak memenuhi syarat materil maupun semua syarat formil
secara keseluruhan atau kumulatif.

12
Daftar Pustaka

BUKU

Muhammad, Abdulkadir. (2008). Hukum Dagang tentang Surat-Surat Berharga Jakarta: Djambatan.

Purwosutjipto, H. M .N. (2008), Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum Surat Berharga
Jakarta: Djambatan.

Sardjono, Agus, Yetty Komalasari, Rosewitha Irawaty, dan Togi Pangaribuan. (2018).
Pengantar Hukum Dagang. Depok: RajaGrafindo Persada.

SKRIPSI

Surahman, Maman. “ASPEK HUKUM TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM


PENERBITAN SURAT BERHARGA KOMERSIAL SERTA HUBUNGANNYA
DENGAN NOVASI DAN DALUWARSA STUDI KASUS GUGATAN WANPRESTASI
PT JAIC INDONESIA TERHADAP PT ISTAKA KARYA (PERSERO)” Skrpsi Sarjana
Universitas Indonesia. Depok, 2012.

TESIS

Suharto, Sri Wijayanto. “Analisis Hukum Kewajiban Pemenuhan Dana oleh Penarik Cek”
Tesis Magister Universitas Indoensia. Jakarta, 2012.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

PSAK 50 (Revisi 2014) tentang Instrumen Keuangan: Penyajian

13

Anda mungkin juga menyukai